Banjir atau terjadinya genangan di suatu kawasan pemukiman atau perkotaan masih banyak terjadi di berbagai kota di Indonesia. Genangan tidak hanya dialami oleh kawasan perkotaan yang terletak di dataran rendah saja, bahkan dialami kawasan yang terletak di dataran tinggi. Banjir atau genangan di suatu kawasan terjadi apabila sistem yang berfungsi untuk menampung genangan itu tidak mampu menampung debit yang mengalir, hal ini akibat dari tiga kemungkinan yang terjadi yaitu : kapasitas sistem yang menurun, debit aliran air yang meningkat, atau kombinasi dari kedua-duanya. Pengertian sistem disini adalah sistem jaringan drainase di suatu kawasan. Sedangkan sistem drainase secara umum dapat didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan /atau membuang kelebihan air (banjir) dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal, jadi sistem drainase adalah rekayasa infrastruktur disuatu kawasan untuk menanggulangi adanya genangan banjir (Suripin, 2004). Pasar merupakan suatu kawasan penting dalam suatu daerah untuk tempaTterjadinya transaksi jual beli ataupun perdagangan dan dapat menunjang perekonomian daerah tersebut. Dalam kajian ini akan diangkat permasalahan genangan atau banjir yang terjadi di Kawasan Pasar Gelugur Kota Rantauprapat. Para pedangang dan pembeli di Kawasan pasar Gelugur mengeluhkan genangan yang terjadi pada saat hujan. Karena genangan di kawasan Pasar Gelugur sangat mengganggu aktivitas jual beli atau perdagangan yang berlangsung setiap hari. Dari hasil pantauan dan indentifikasi, terlihat bahwa genangan yang terjadi disebabkan oleh kapasitas saluran drainase yang ada tidak mampu menampung dan mengalirkan genangan yang diakibatkan oleh air hujan, disamping itu banyaknya sampah yang terlihat menumpuk pada saluran drainase, serta ada saluran tertutup pada pasar yang sama sekali tidak berfungsi. 1.2. Rumusan masalah Secara umum perumusan masalah pada tugas akhir ini dapat dinyatakan sebagai berikut: 1. Bagaimana pengertian dan tujuan drainase? 2. Bagaimana komponen kriteria drainase? 3. Bagaimana system drainase?
I.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengetahui pengertian dan tujuan drainase? 2. Mengetahui komponen kriteria drainase? 3. Mengetahui system drainase? BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian drainase
Drainase merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai sistem guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan kompenen penting dalam perencanaan kota(perencanaan infrastruktur khususnya). Drainase juga dapat diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan salinitas, dimana drainase merupakan salah satu cara pembuangan kelebihan air yang tidak di inginkan pada suatu daerah, serta cara-cara penaggulangan akibat yang ditimbulkan oleh kelebihan air tersebut. Dari sudut pandang yang lain, drainase adalah salah satu unsur dari perasana umum yang dibutuhkan masyarakat kota dalam rangka menuju kehidupan kota yang aman, nyaman, bersih, dan sehat. Drainase yang berasal dari kata to drain yang berarti mengeringkan atau mengalirkan air drainase, merupakan suatu sistem pembuangan air bersih dan air limbah dari daerah pemukiman, industri, pertanian, badan jalan dan permukaan perkerasan lainnya, serta berupa penyaluran kelebihan air pada umumnya, baik berupa air hujan, air limbah maupun air kotor lainnya yang keluar dari kawasan yang bersangkutan baik di atas maupun di bawah permukaan tanah ke badan air atau ke bangunan resapan buatan. Pemahaman secara umum mengenai drainase perkotaan adalah suatu ilmu dari drainase yang mengkhususkan pengkajian pada kawasan perkotaan, yaitu merupakan suatu sistem pengeringan dan pengaliran air dari wilayah perkotaan yang meliputi pemukiman, kawasan industri dan perdagangan, sekolah, rumah sakit, lapangan olahraga, lapangan parkir, instalasi militer, instalasi listrik dan telekomunikasi, pelabuhan udara, pelabuhan laut, serta tempat-tempat lainnya yang merupakan bagian dari sarana kota yang berfungsi mengendalikan kelebihan air permukaan, sehingga menimbulkan dampak negatif dan dapat memberikan manfaat bagi kegiatan kehidupan manusia. Selain itu semakin kompleksnya kegiatan manusia dapat menghasilkan limbah berupa air buangan yang dapat mengganggu kelangsungan hidupnya, dan dengan adanya keinginan untuk meningkatkan kenyamanan dan kesejahteraan hidup maka manusia mulai berusaha untuk mengatur lingkungannya dengan cara melindungi daerah pemukimannya dari air berlebih dan air buangan. Didalam daerah yang belum berkembang/pedesaan, drainase terjadi secara alamiah sebagai bagian dari siklus hidrologi. Drainase alami ini berlangsung tidak secara statis melainkan terus berubah secara konstan menurut keadaan fisik lingkungan sekitar. Seiring dengan berkembangnya kawasan perkotaan yang ditandai dengan banyak didirikannya bangunan-bangunan yang dapat menunjang kehidupan dan kenyamanan masyarakat kota, maka sejalan dengan itu diperlukan pula suatu sistem pengeringan dan pengaliran air yang baik untuk menjaga kenyamanan masyarakat kota. Sehingga drainase perkotaan harus saling padu dengan sampah, sanitasi dan pengendalian banjir perkotaan. Drainase perkotaan bertujuan untuk mengalirkan air lebih dari suatu kawasan yang berasal dari air hujan maupun air buangan, agar tidak terjadi genangan yang berlebihan pada suatu kawasan tertentu. Karena suatu kota terbagi- bagi menjadi beberapa kawasan, maka drainase di masing-masing kawasan merupakan komponen yang saling terkait dalam suatu jaringan drainase perkotaan dan membentuk satu sistem drainase perkotaan. Dengan adanya suatu sistem drainase di perkotaan maka akan diperoleh banyak manfaat pada kawasan perkotaan yang bersangkutan, yaitu akan semakin meningkatnya kesehatan, kenyamanan dan keasrian daerah pemukiman khususnya dan daerah perkotaan pada umumnya, dan dengan tidak adanya genangan air, banjir dan pembuangan limbah yang tidak teratur, maka kualitas hidup penduduk di wilayah bersangkutan akan menjadi lebih baik sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan dan ketentraman seluruh masyarakat. Tujuan drainase antara lain : Untuk mengurangi kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehigga lahan dapat difungsikan secara optimal. Sebagai pengendali air kepermukaan dengan tindakan untuk memperbaiki daerah becek, genangan air/banjir. Menurunkan permukaan air tanah pada tingkat yang ideal. Mengendalikan erosi tanah, kerusakan jalan dan bangunan yang ada. Mengendalikan air hujan yang berlebihan sehinga tidak terjadi bencana banjir.
2.2 Komponen kriteria drainase
1. Saluran Air Tertutup a. Drainase Bawah Tanah Tertutup, yaitu saluran yang menerima air limpasan dari daerah yang diperkeras maupun yang tidak diperkeras dan membawanya ke sebuah pipa keluar di sisi tapak (saluran permukaan atau sungai), ke sistem drainase kota. b. Drainase Bawah Tanah Tertutup dengan tempat penampungan pada tapak, dimana drainase ini mampu menampung air limpasan dengan volume dan kecepatan yang meningkat tanpa menyebabkan erosi dan kerusakan pada tapak. 2. Saluran Air Terbuka Merupakan saluran yang mengalirkan air dengan suatu permukaan bebas. Pada saluran air terbuka ini jika ada sampah yang menyumbat dapat dengan mudah untuk dibersihkan, namun bau yang ditimbulkan dapat mengurangi kenyamanan. Menurut asalnya, saluran dibedakan menjadi : a. Saluran Alam ,meliputi selokan kecil, kali, sungai kecil dan sungai besar sampai saluran terbuka alamiah. b. Saluran Buatan ,seperti saluran pelayaran, irigasi, parit pembuangan, dan lain-lain. Saluran terbuka buatan mempunyai istilah yang berbeda- beda antara lain : Saluran (canal) : biasanya panjang dan merupakan selokan landai yang dibuat di tanah, dapat dilapisi pasangan batu/tidak atau beton, semen, kayu maupu aspal. Talang (flume) : merupakan selokan dari kayu, logam, beton/pasangan batu, biasanya disangga/terletak di atas permukaan tanah, untuk mengalirkan air berdasarkan perbedaan tinggi tekan. Got miring (chute) : selokan yang curam. Terjunan (drop) : seperti got miring dimana perubahan tinggi air terjadi dalam jangka pendek. Gorong-gorong (culvert) : saluran tertutup (pendek) yang mengalirkan air melewati jalan raya, jalan kereta api, atau timbunan lainnya. Terowongan Air Terbuka (open-flow tunnel) : selokan tertutup yang cukup panjang, dipakai untuk mengalirkan air menembus bukit/gundukan tanah. Berikut adalah bentuk penampang saluran terbuka primer dan Sekunder : a. Bentuk Trapesium Bentuk trapesium adalah bentuk penampang saluran yang terbentuk s ecaa alami dimana kemiringan talud mengikuti kemiringan dari jenis tanah asli. Jenis perkuatan yang digunakan : saluran trapesium dengan perkuataan talud dengan pasangan batu belah saluran trapesium dengan perkuatan plat beton dan balok beton saluran trapesium dengan turap kayu b. Bentuk Segi Empat Bentuk penampang saluran segi empat adalah bentuk yang dibuat, dengan syarat perkuatan talud. Jenis perkuatan yang digunakan : Saluran segi empat dengan perkuatan talud dari pasangan batu pecah Saluran segi empat dengan perkuatan talud dari beton bertulang Saluran segi empat dengan perkuatan talud site pile beton bertulang Saluran segi empat dengan perkuatan talud dari tiang pancang c. Saluran Tersier adalah saluran yang menerima aliran air dari rumah tangga dan mengalirkannya ke saluran sekunder. Selain itu juga merupakan saluran kiri kanan jalan yang biasanya dapat distandarisasi dengan ukuran tertentu tergantung dari daerah pengaliran saluran/jalan. d. Bangunan Persilangan (Gorong-gorong) Bangunan persilangan pada saluran drainase perkotaan terdiri dari : Gorong-gorong adalah saluran yang memotong jalan atau media lain Siphon adalah saluran yang memotong saluran lainnya atau sungai e. Pintu Air Pintu air merupakan bangunan pelengkap dari saluran atau bangunan persilangan,kolam retensi dan bangunan bagi. Umumnya pada drainase perko taan pintu air dipasang pada inlet siphon, inlet dan outlet waduk (kolam retensi) dan di ujung saluran yang berhubungan dengan badan air. Jenis pintu air yang banyak digunakan adalah :
Pintu air sorong
Pintu sorong biasanya menggunakan tenaga manusia untuk membua dan menutup pintu terbuat dari kayu dan direncanakan sedemikian rupa sehingga tekanan air diteruskan ke sponeng, dimana maing-masing balok kayu mampu menahan beban dan meneruskannya ke sponeng. Umumnyapintu sorongm emperoleh kekedapannya dari pelat perungguyang dipasang pada pintu. Pelat-pelat ini juga dipasang untuk mengurangi gesekan. Jika pintu sorong harus dibuat dari perunggu, sekat dasarnya bisa dibuat dari kayu atau karet. Pintu air otomatis Adalah pintu air yang dapat menutup sendiri karena menggunakan rantai berat atau kabel baja tegangan tinggi. Pemilihan pintu air menggunakan tenaga manusia atau mesin tergantung pada ukuran berat pintu, tersedianya tenaga istrik, dan pertimbangan ekonomis Pintu air juga dilengkapi oleh saringan sampah yang dipasang pada bagian : Hulu (up stream) pintu air sorong Di ujung saluran primer dimana muka air sungai atau badan air lebih ti nggi dari muka air di saluran pada waktu sungai banjir. f. Waduk/Kolam Retensi Waduk/situ/kolam retensi didalam kota cukup besar manfaatnya bila dipelihara dengan baik, yaitu: 1. dapat mengurangi besarnya debit aliran (run off) di saluran 2. dapat menjadi tempat rekreasi masyarakat jika di sekitarnya ditata menjadi taman. Jenis waduk di berbagai kota terdapat berbagai ukuran baik luas ma upun kedalamannya. Bila dilihat dari luasnya maka: yang ukurannya luas sekali sampai ratusan hektar diberi nama waduk yang ukurannya lebih kecil dinamakan setu yang lebih kecil dari setu dinamakan kolam retensi g. Pompa Untuk mengeringkan air hujan dari suatu derah yang luas
Standar dan Sistem Penyediaan Drainase Kota
Sistem penyediaan jaringan drainase terdiri dari empat macam, yaitu : 1. Sistem Drainase Utama Sistem drainase perkotaan yang melayani kepentingan sebagian besar warga masyarakat kota Sistem Drainase Lokal Sistem drainase perkotaan yang melayani kepentingan sebagian kecil warga masyarakat kota 2. Sistem Drainase Terpisah Sistem drainase yang mempunyai jaringan saluran pembuangan terpisah untuk air permukaan atau air limpasan. 3. Sistem Gabungan Sistem drainase yang mempunyai jaringan saluran pembuangan yang sama, baik untuk air genangan atau air limpasan yang telah diolah.
2.3 Sistem drainase
1. Sistem Drainase Mayor Sistem drainase mayor yaitu sistem saluran/badan air yang menampung dan mengalirkan air dari suatu daerah tangkapan air hujan (Catchment Area). Pada umumnya sistem drainase mayor ini disebut juga sebagai sistem saluran pembuangan utama (major system) atau drainase primer. Sistem jaringan ini menampung aliran yang berskala besar dan luas seperti saluran drainase primer, kanal-kanal atau sungai-sungai. Perencanaan drainase makro ini umumnya dipakai dengan periode ulang antara 5 sampai 10 tahun dan pengukuran topografi yang detail mutlak diperlukan dalam perencanaan sistem drainase ini. 2. Sistem Drainase Mikro Sistem drainase mikro yaitu sistem saluran dan bangunan pelengkap drainase yang menampung dan mengalirkan air dari daerah tangkapan hujan. Secara keseluruhan yang termasuk dalam sistem drainase mikro adalah saluran di sepanjang sisi jalan, saluran/selokan air hujan di sekitar bangunan, gorong- gorong, saluran drainasekota dan lain sebagainya dimana debit air yang dapat ditampungnya tidak terlalu besar. Pada umumnya drainase mikro ini direncanakan untuk hujan dengan masa ulang 2, 5 atau 10 tahun tergantung pada tata guna lahan yang ada. Sistem drainase untuk lingkungan permukiman lebih cenderung sebagai sistem drainase mikro. Pola jaringan drainase terdiri dari enam macam, antara lain: 1. Siku Digunakan pada daerah yang mempunyai topografi sedikit lebih tinggi daripada sungai. Sungai sebagai saluran pembuangan akhir berada di tengah kota. 2. Paralel Saluran utama terletak sejajar dengan saluran cabang. Apabila terjadi perkembangan kota, saluran-saluran akan dapat menyesuaikan diri. 3. Gridiron Digunakan untuk daerah dengan sungai yang terletak di pinggir kota, sehingga saluran-saluran cabang dikumpulkan dahulu pada saluran pengumpul. 4. Alamiah Sama seperti pola siku, hanya beban sungai pada pola alamiah lebih besar. 5. Radial Digunakan untuk daerah berbukit, sehingga pola saluan memencar ke segala arah. 6. Jaring-jaring Mepunyai saluran-saluran pembuangan yang mengikuti arah jalan raya dan cocok untuk daerah dengan topografi datar. Pola jaring-jaring terbagi lagi menjadi 4 jenis : 1. Pola perpendicular Adalah pola jaringan penyaluran air buangan yang dapat digunakan untuk sistem terpisah dan tercampur sehingga banyak diperlukan banyak bangunan pengolahan. 2. Pola interceptor dan pola zone Adalah pola jaringan yang digunkan untuk sistem tercampur. 3. Pola fan Adalah pola jaringan dengan dua sambungan saluran / cabang yang dapat lebih dari dua saluran menjadi satu menuju ke sautu banguan pengolahan. Biasanya digunakan untuk sistem terpisah. 4. Pola radial Adalah pola jaringan yang pengalirannya menuju ke segala arah dimulai dari tengah kota sehingga ada kemungkinan diperlukan banyak bangunan pengolahan.
2.4 Sistem irigasi
Irigasi adalah semua atau segala kegiatan yang mempunyai hubungan dengan usaha untuk mendapatkan air guna keperluan pertanian. Usaha yang dilakukan tersebut dapat meliputi : perencanaan, pembuatan, pengelolaan, serta pemeliharaan sarana untuk mengambil air dari sumber air dan membagi air tersebut secara teratur dan apabila terjadi kelebihan air dengan membuangnya melalui saluran drainasi. Secara garis besar, tujuan irigasi dapat digolongkan menjadi 2 (dua) golongan, yaitu : Tujuan Langsung, yaitu irigasi mempunyai tujuan untuk membasahi tanah berkaitan dengan kapasitas kandungan air dan udara dalam tanah sehingga dapat dicapai suatu kondisi yang sesuai dengan kebutuhan untuk pertumbuhan tanaman yang ada di tanah tersebut. Tujuan Tidak Langsung, yaitu irigasi mempunyai tujuan yang meliputi : mengatur suhu dari tanah, mencuci tanah yang mengandung racun, mengangkut bahan pupuk dengan melalui aliran air yang ada, menaikkan muka air tanah, meningkatkan elevasi suatu daerah dengan cara mengalirkan air dan mengendapkan lumpur yang terbawa air, dan lain sebagainya. Irigasi didefinisikan sebagai suatu cara pemberian air, baik secara alamiah ataupun buatan kepada tanah dengan tujuan untuk memberi kelembapan yang berguna bagi pertumbuhan tanaman. Secara alamiah air disuplai kepada tanaman melalui air hujan. Seara alamiah lainnya, adalah melalui genangan air akibat banjir dari sungai, yang akan menggenangi suatu daerah selama musim hujan, sehingga tanah yang ada dapat siap ditanami pada musim kemarau.secara buatan : Ketika penggunaan air ini mengikutkan pekerjaan rekayasa teknik dalam skala yang cukup besar, maka hal tersebut disebut irigasi buatan ( Artificial Irrigation ). Irigasi buatan secara umum dapat dibagi dalam 2 ( dua ) bagian : Irigasi Pompa ( Lift Irrigation ), dimana air diangkat dari sumber air yang rendah ke tempat yang lebih tinggi, baik secara mekanis maupun manual. Irigasi Aliran ( Flow Irrigation ), dimana air dialirkan ke lahan pertanian secara gravitasi dari sumber pengambilan air. Sesuai dengan definisi irigasinya, maka tujuan irigasi pada suatu daerah adalah upaya rekayasa teknis untuk penyediaaan dan pengaturan air dalam menunjang proses produksi pertanian, dari sumber air ke daerah yang memerlukan serta mendistribusikan secara teknis dan sistematis. Adapun manfaat dari suatu sistem irigasi, adalah : 1. Untuk membasahi tanah, yaitu pembasahan tanah pada daerah yang curah hujannya kurang atau tidak menentu. 2. Untuk mengatur pembasahan tanah, agar daerah pertanian dapat diairi sepanjang waktu pada saat dibutuhkan, baik pada musim kemarau maupun musim penghujan. 3. Untuk menyuburkan tanah, dengan mengalirkan air yang mengandung lumpur & zat – zat hara penyubur tanaman pada daerah pertanian tersebut, sehingga tanah menjadi subur. 4. Untuk kolmatase, yaitu meninggikan tanah yang rendah / rawa dengan pengendapan lumpur yang dikandung oleh air irigasi.