Anda di halaman 1dari 12

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Banjir atau terjadinya genangan di suatu kawasan pemukiman atau
perkotaan masih banyak terjadi di berbagai kota di Indonesia. Genangan tidak
hanya dialami oleh kawasan perkotaan yang terletak di dataran rendah saja,
bahkan dialami kawasan yang terletak di dataran tinggi. Banjir atau genangan di
suatu kawasan terjadi apabila sistem yang berfungsi untuk menampung genangan
itu tidak mampu menampung debit yang mengalir, hal ini akibat dari tiga
kemungkinan yang terjadi yaitu : kapasitas sistem yang menurun, debit aliran air
yang meningkat, atau kombinasi dari kedua-duanya. Pengertian sistem disini
adalah sistem jaringan drainase di suatu kawasan. Sedangkan sistem drainase
secara umum dapat didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang
berfungsi untuk mengurangi dan /atau membuang kelebihan air (banjir) dari suatu
kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal, jadi sistem
drainase adalah rekayasa infrastruktur disuatu kawasan untuk menanggulangi
adanya genangan banjir (Suripin, 2004).
Pasar merupakan suatu kawasan penting dalam suatu daerah untuk
tempaTterjadinya transaksi jual beli ataupun perdagangan dan dapat
menunjang perekonomian daerah tersebut. Dalam kajian ini akan diangkat
permasalahan genangan atau banjir yang terjadi di Kawasan Pasar Gelugur
Kota Rantauprapat. Para pedangang dan pembeli di Kawasan pasar Gelugur
mengeluhkan genangan yang terjadi pada saat hujan. Karena genangan di
kawasan Pasar Gelugur sangat mengganggu aktivitas jual beli atau
perdagangan yang berlangsung setiap hari. Dari hasil pantauan dan
indentifikasi, terlihat bahwa genangan yang terjadi disebabkan oleh kapasitas
saluran drainase yang ada tidak mampu menampung dan mengalirkan
genangan yang diakibatkan oleh air hujan, disamping itu banyaknya sampah
yang terlihat menumpuk pada saluran drainase, serta ada saluran tertutup pada
pasar yang sama sekali tidak berfungsi.
1.2. Rumusan masalah
Secara umum perumusan masalah pada tugas akhir ini dapat
dinyatakan sebagai berikut:
1. Bagaimana pengertian dan tujuan drainase?
2. Bagaimana komponen kriteria drainase?
3. Bagaimana system drainase?

I.3. Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui pengertian dan tujuan drainase?
2. Mengetahui komponen kriteria drainase?
3. Mengetahui system drainase?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian drainase


Drainase merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai
sistem guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan kompenen penting
dalam perencanaan kota(perencanaan infrastruktur khususnya). Drainase juga
dapat diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya
dengan salinitas, dimana drainase merupakan salah satu cara pembuangan
kelebihan air yang tidak di inginkan pada suatu daerah, serta cara-cara
penaggulangan akibat yang ditimbulkan oleh kelebihan air tersebut. Dari sudut
pandang yang lain, drainase adalah salah satu unsur dari perasana umum yang
dibutuhkan masyarakat kota dalam rangka menuju kehidupan kota yang aman,
nyaman, bersih, dan sehat.
Drainase yang berasal dari kata to drain yang berarti mengeringkan atau
mengalirkan air drainase, merupakan suatu sistem pembuangan air bersih dan air
limbah dari daerah pemukiman, industri, pertanian, badan jalan dan permukaan
perkerasan lainnya, serta berupa penyaluran kelebihan air pada umumnya, baik
berupa air hujan, air limbah maupun air kotor lainnya yang keluar dari kawasan
yang bersangkutan baik di atas maupun di bawah permukaan tanah ke badan air
atau ke bangunan resapan buatan. Pemahaman secara umum mengenai drainase
perkotaan adalah suatu ilmu dari drainase yang mengkhususkan pengkajian pada
kawasan perkotaan, yaitu merupakan suatu sistem pengeringan dan pengaliran air
dari wilayah perkotaan yang meliputi pemukiman, kawasan industri dan
perdagangan, sekolah, rumah sakit, lapangan olahraga, lapangan parkir, instalasi
militer, instalasi listrik dan telekomunikasi, pelabuhan udara, pelabuhan laut, serta
tempat-tempat lainnya yang merupakan bagian dari sarana kota yang berfungsi
mengendalikan kelebihan air permukaan, sehingga menimbulkan dampak negatif
dan dapat memberikan manfaat bagi kegiatan kehidupan manusia.
Selain itu semakin kompleksnya kegiatan manusia dapat menghasilkan
limbah berupa air buangan yang dapat mengganggu kelangsungan hidupnya, dan
dengan adanya keinginan untuk meningkatkan kenyamanan dan kesejahteraan
hidup maka manusia mulai berusaha untuk mengatur lingkungannya dengan cara
melindungi daerah pemukimannya dari air berlebih dan air buangan. Didalam
daerah yang belum berkembang/pedesaan, drainase terjadi secara alamiah sebagai
bagian dari siklus hidrologi. Drainase alami ini berlangsung tidak secara statis
melainkan terus berubah secara konstan menurut keadaan fisik lingkungan sekitar.
Seiring dengan berkembangnya kawasan perkotaan yang ditandai dengan banyak
didirikannya bangunan-bangunan yang dapat menunjang kehidupan dan
kenyamanan masyarakat kota, maka sejalan dengan itu diperlukan pula suatu
sistem pengeringan dan pengaliran air yang baik untuk menjaga kenyamanan
masyarakat kota. Sehingga drainase perkotaan harus saling padu dengan sampah,
sanitasi dan pengendalian banjir perkotaan.
Drainase perkotaan bertujuan untuk mengalirkan air lebih dari suatu
kawasan yang berasal dari air hujan maupun air buangan, agar tidak terjadi
genangan yang berlebihan pada suatu kawasan tertentu. Karena suatu kota terbagi-
bagi menjadi beberapa kawasan, maka drainase di masing-masing kawasan
merupakan komponen yang saling terkait dalam suatu jaringan drainase perkotaan
dan membentuk satu sistem drainase perkotaan. Dengan adanya suatu sistem
drainase di perkotaan maka akan diperoleh banyak manfaat pada kawasan
perkotaan yang bersangkutan, yaitu akan semakin meningkatnya kesehatan,
kenyamanan dan keasrian daerah pemukiman khususnya dan daerah perkotaan
pada umumnya, dan dengan tidak adanya genangan air, banjir dan pembuangan
limbah yang tidak teratur, maka kualitas hidup penduduk di wilayah bersangkutan
akan menjadi lebih baik sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan dan
ketentraman seluruh masyarakat.
Tujuan drainase antara lain :
 Untuk mengurangi kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehigga
lahan dapat difungsikan secara optimal.
 Sebagai pengendali air kepermukaan dengan tindakan untuk memperbaiki
daerah becek, genangan air/banjir.
 Menurunkan permukaan air tanah pada tingkat yang ideal.
 Mengendalikan erosi tanah, kerusakan jalan dan bangunan yang ada.
 Mengendalikan air hujan yang berlebihan sehinga tidak terjadi bencana
banjir.

2.2 Komponen kriteria drainase


1. Saluran Air Tertutup
a. Drainase Bawah Tanah Tertutup, yaitu saluran yang menerima air
limpasan dari daerah yang diperkeras maupun yang tidak diperkeras
dan membawanya ke sebuah pipa keluar di sisi tapak (saluran
permukaan atau sungai), ke sistem drainase kota.
b. Drainase Bawah Tanah Tertutup dengan tempat penampungan pada
tapak, dimana drainase ini mampu menampung air limpasan dengan
volume dan kecepatan yang meningkat tanpa menyebabkan erosi dan
kerusakan pada tapak.
2. Saluran Air Terbuka
Merupakan saluran yang mengalirkan air dengan suatu permukaan bebas.
Pada saluran air terbuka ini jika ada sampah yang menyumbat dapat dengan
mudah untuk dibersihkan, namun bau yang ditimbulkan dapat mengurangi
kenyamanan. Menurut asalnya, saluran dibedakan menjadi :
a. Saluran Alam ,meliputi selokan kecil, kali, sungai kecil dan sungai
besar sampai saluran terbuka alamiah.
b. Saluran Buatan ,seperti saluran pelayaran, irigasi, parit pembuangan,
dan lain-lain. Saluran terbuka buatan mempunyai istilah yang berbeda-
beda antara lain :
 Saluran (canal) : biasanya panjang dan merupakan selokan landai
yang dibuat di tanah, dapat dilapisi pasangan batu/tidak atau
beton, semen, kayu maupu aspal.
 Talang (flume) : merupakan selokan dari kayu, logam,
beton/pasangan batu, biasanya disangga/terletak di atas
permukaan tanah, untuk mengalirkan air berdasarkan perbedaan
tinggi tekan.
 Got miring (chute) : selokan yang curam.
 Terjunan (drop) : seperti got miring dimana perubahan tinggi air
terjadi dalam jangka pendek.
 Gorong-gorong (culvert) : saluran tertutup (pendek) yang
mengalirkan air melewati jalan raya, jalan kereta api, atau
timbunan lainnya.
 Terowongan Air Terbuka (open-flow tunnel) : selokan tertutup
yang cukup panjang, dipakai untuk mengalirkan air menembus
bukit/gundukan tanah.
Berikut adalah bentuk penampang saluran terbuka primer dan Sekunder :
a. Bentuk Trapesium
Bentuk trapesium adalah bentuk penampang saluran yang terbentuk s
ecaa alami dimana kemiringan talud mengikuti kemiringan dari jenis tanah asli.
Jenis perkuatan yang digunakan :
 saluran trapesium dengan perkuataan talud dengan pasangan batu belah
 saluran trapesium dengan perkuatan plat beton dan balok beton
 saluran trapesium dengan turap kayu
b. Bentuk Segi Empat
Bentuk penampang saluran segi empat adalah bentuk yang dibuat,
dengan syarat perkuatan talud.
Jenis perkuatan yang digunakan :
 Saluran segi empat dengan perkuatan talud dari pasangan batu pecah
 Saluran segi empat dengan perkuatan talud dari beton bertulang
 Saluran segi empat dengan perkuatan talud site pile beton bertulang
 Saluran segi empat dengan perkuatan talud dari tiang pancang
c. Saluran Tersier adalah saluran yang menerima aliran air dari rumah
tangga dan mengalirkannya ke saluran sekunder. Selain itu juga
merupakan saluran kiri kanan jalan yang biasanya dapat distandarisasi
dengan ukuran tertentu tergantung dari daerah pengaliran saluran/jalan.
d. Bangunan Persilangan (Gorong-gorong)
Bangunan persilangan pada saluran drainase perkotaan terdiri dari :
 Gorong-gorong adalah saluran yang memotong jalan atau media lain
 Siphon adalah saluran yang memotong saluran lainnya atau sungai
e. Pintu Air
Pintu air merupakan bangunan pelengkap dari saluran atau bangunan
persilangan,kolam retensi dan bangunan bagi. Umumnya pada drainase perko
taan pintu air dipasang pada inlet siphon, inlet dan outlet
waduk (kolam retensi) dan di ujung saluran yang berhubungan dengan badan
air.
Jenis pintu air yang banyak digunakan adalah :

 Pintu air sorong


Pintu sorong biasanya menggunakan tenaga manusia untuk membua dan
menutup pintu terbuat dari kayu dan direncanakan sedemikian rupa sehingga
tekanan air diteruskan ke sponeng, dimana maing-masing balok kayu mampu
menahan beban dan meneruskannya ke sponeng. Umumnyapintu sorongm
emperoleh kekedapannya dari pelat perungguyang dipasang pada pintu.
Pelat-pelat ini juga dipasang untuk mengurangi gesekan. Jika pintu sorong
harus dibuat dari perunggu, sekat dasarnya bisa dibuat dari kayu atau karet.
 Pintu air otomatis
Adalah pintu air yang dapat menutup sendiri karena menggunakan rantai berat
atau kabel baja tegangan tinggi.
Pemilihan pintu air menggunakan tenaga manusia atau mesin tergantung
pada ukuran berat pintu, tersedianya tenaga istrik, dan pertimbangan ekonomis
Pintu air juga dilengkapi oleh saringan sampah yang dipasang pada bagian :
 Hulu (up stream) pintu air sorong
 Di ujung saluran primer dimana muka air sungai atau badan air lebih ti
nggi dari muka air di saluran pada waktu sungai banjir.
f. Waduk/Kolam Retensi
Waduk/situ/kolam retensi didalam kota cukup besar manfaatnya bila
dipelihara dengan baik, yaitu:
1. dapat mengurangi besarnya debit aliran (run off) di saluran
2. dapat menjadi tempat rekreasi masyarakat jika di
sekitarnya ditata menjadi taman.
Jenis waduk di berbagai kota terdapat berbagai ukuran baik luas ma
upun kedalamannya. Bila dilihat dari luasnya maka:
 yang ukurannya luas sekali sampai ratusan hektar diberi nama waduk
 yang ukurannya lebih kecil dinamakan setu
 yang lebih kecil dari setu dinamakan kolam retensi
g. Pompa
Untuk mengeringkan air hujan dari suatu derah yang luas

Standar dan Sistem Penyediaan Drainase Kota


Sistem penyediaan jaringan drainase terdiri dari empat macam, yaitu :
1. Sistem Drainase Utama
Sistem drainase perkotaan yang melayani kepentingan sebagian besar
warga masyarakat kota
Sistem Drainase Lokal Sistem drainase perkotaan yang melayani
kepentingan sebagian kecil warga masyarakat kota
2. Sistem Drainase Terpisah
Sistem drainase yang mempunyai jaringan saluran pembuangan terpisah
untuk air permukaan atau air limpasan.
3. Sistem Gabungan
Sistem drainase yang mempunyai jaringan saluran pembuangan yang
sama, baik untuk air genangan atau air limpasan yang telah diolah.

2.3 Sistem drainase


1. Sistem Drainase Mayor
Sistem drainase mayor yaitu sistem saluran/badan air yang menampung
dan mengalirkan air dari suatu daerah tangkapan air hujan (Catchment Area).
Pada umumnya sistem drainase mayor ini disebut juga sebagai sistem saluran
pembuangan utama (major system) atau drainase primer. Sistem jaringan ini
menampung aliran yang berskala besar dan luas seperti saluran drainase primer,
kanal-kanal atau sungai-sungai. Perencanaan drainase makro ini umumnya dipakai
dengan periode ulang antara 5 sampai 10 tahun dan pengukuran topografi yang
detail mutlak diperlukan dalam perencanaan sistem drainase ini.
2. Sistem Drainase Mikro
Sistem drainase mikro yaitu sistem saluran dan bangunan pelengkap
drainase yang menampung dan mengalirkan air dari daerah tangkapan hujan.
Secara keseluruhan yang termasuk dalam sistem drainase mikro adalah saluran di
sepanjang sisi jalan, saluran/selokan air hujan di sekitar bangunan, gorong-
gorong, saluran drainasekota dan lain sebagainya dimana debit air yang dapat
ditampungnya tidak terlalu besar. Pada umumnya drainase mikro ini direncanakan
untuk hujan dengan masa ulang 2, 5 atau 10 tahun tergantung pada tata guna lahan
yang ada. Sistem drainase untuk lingkungan permukiman lebih cenderung sebagai
sistem drainase mikro.
Pola jaringan drainase terdiri dari enam macam, antara lain:
1. Siku
Digunakan pada daerah yang mempunyai topografi sedikit lebih tinggi
daripada sungai. Sungai sebagai saluran pembuangan akhir berada di tengah
kota.
2. Paralel
Saluran utama terletak sejajar dengan saluran cabang. Apabila terjadi
perkembangan kota, saluran-saluran akan dapat menyesuaikan diri.
3. Gridiron
Digunakan untuk daerah dengan sungai yang terletak di pinggir kota,
sehingga saluran-saluran cabang dikumpulkan dahulu pada saluran
pengumpul.
4. Alamiah
Sama seperti pola siku, hanya beban sungai pada pola alamiah lebih besar.
5. Radial
Digunakan untuk daerah berbukit, sehingga pola saluan memencar ke segala
arah.
6. Jaring-jaring
Mepunyai saluran-saluran pembuangan yang mengikuti arah jalan raya dan
cocok untuk daerah dengan topografi datar.
Pola jaring-jaring terbagi lagi menjadi 4 jenis :
1. Pola perpendicular
Adalah pola jaringan penyaluran air buangan yang dapat digunakan untuk
sistem terpisah dan tercampur sehingga banyak diperlukan banyak bangunan
pengolahan.
2. Pola interceptor dan pola zone
Adalah pola jaringan yang digunkan untuk sistem tercampur.
3. Pola fan
Adalah pola jaringan dengan dua sambungan saluran / cabang yang dapat
lebih dari dua saluran menjadi satu menuju ke sautu banguan pengolahan.
Biasanya digunakan untuk sistem terpisah.
4. Pola radial
Adalah pola jaringan yang pengalirannya menuju ke segala arah dimulai dari
tengah kota sehingga ada kemungkinan diperlukan banyak bangunan
pengolahan.

2.4 Sistem irigasi


Irigasi adalah semua atau segala kegiatan yang mempunyai hubungan
dengan usaha untuk mendapatkan air guna keperluan pertanian. Usaha yang
dilakukan tersebut dapat meliputi : perencanaan, pembuatan, pengelolaan, serta
pemeliharaan sarana untuk mengambil air dari sumber air dan membagi air
tersebut secara teratur dan apabila terjadi kelebihan air dengan membuangnya
melalui saluran drainasi. Secara garis besar, tujuan irigasi dapat digolongkan
menjadi 2 (dua) golongan, yaitu : Tujuan Langsung, yaitu irigasi mempunyai
tujuan untuk membasahi tanah berkaitan dengan kapasitas kandungan air dan
udara dalam tanah sehingga dapat dicapai suatu kondisi yang sesuai dengan
kebutuhan untuk pertumbuhan tanaman yang ada di tanah tersebut. Tujuan Tidak
Langsung, yaitu irigasi mempunyai tujuan yang meliputi : mengatur suhu dari
tanah, mencuci tanah yang mengandung racun, mengangkut bahan pupuk dengan
melalui aliran air yang ada, menaikkan muka air tanah, meningkatkan elevasi
suatu daerah dengan cara mengalirkan air dan mengendapkan lumpur yang
terbawa air, dan lain sebagainya.
Irigasi didefinisikan sebagai suatu cara pemberian air, baik secara alamiah
ataupun buatan kepada tanah dengan tujuan untuk memberi kelembapan yang
berguna bagi pertumbuhan tanaman. Secara alamiah air disuplai kepada tanaman
melalui air hujan. Seara alamiah lainnya, adalah melalui genangan air akibat
banjir dari sungai, yang akan menggenangi suatu daerah selama musim hujan,
sehingga tanah yang ada dapat siap ditanami pada musim kemarau.secara buatan
: Ketika penggunaan air ini mengikutkan pekerjaan rekayasa teknik dalam skala
yang cukup besar, maka hal tersebut disebut irigasi buatan ( Artificial Irrigation ).
Irigasi buatan secara umum dapat dibagi dalam 2 ( dua ) bagian : Irigasi Pompa (
Lift Irrigation ), dimana air diangkat dari sumber air yang rendah ke tempat yang
lebih tinggi, baik secara mekanis maupun manual. Irigasi Aliran ( Flow Irrigation
), dimana air dialirkan ke lahan pertanian secara gravitasi dari sumber
pengambilan air.
Sesuai dengan definisi irigasinya, maka tujuan irigasi pada suatu daerah
adalah upaya rekayasa teknis untuk penyediaaan dan pengaturan air dalam
menunjang proses produksi pertanian, dari sumber air ke daerah yang memerlukan
serta mendistribusikan secara teknis dan sistematis.
Adapun manfaat dari suatu sistem irigasi, adalah :
1. Untuk membasahi tanah, yaitu pembasahan tanah pada daerah yang curah
hujannya kurang atau tidak menentu.
2. Untuk mengatur pembasahan tanah, agar daerah pertanian dapat diairi
sepanjang waktu pada saat dibutuhkan, baik pada musim kemarau maupun
musim penghujan.
3. Untuk menyuburkan tanah, dengan mengalirkan air yang mengandung
lumpur & zat – zat hara penyubur tanaman pada daerah pertanian tersebut,
sehingga tanah menjadi subur.
4. Untuk kolmatase, yaitu meninggikan tanah yang rendah / rawa dengan
pengendapan lumpur yang dikandung oleh air irigasi.

Anda mungkin juga menyukai