Anda di halaman 1dari 5

BENCANA ALAM TSUNAMI

A. Bencana Alam
Bencana alam adalah konsekuensi dari kombinasi aktivitas alami (suatu
peristiwa fisik, seperti letusan gunung, gempa bumi, tanah longsor) dan
aktivitas manusia. Karena ketidakberdayaan manusia, akibat kurang baiknya
manajemen keadaan darurat, sehingga menyebabkan kerugian dalam bidang
keuangan dan struktural, bahkan sampai kematian. Kerugian yang dihasilkan
tergantung pada kemampuan untuk mencegah atau menghindari bencana dan daya
tahan mereka. Pemahaman ini berhubungan dengan pernyataan: "bencana muncul
bila ancaman bahaya bertemu dengan ketidakberdayaan". Dengan demikian, aktivitas
alam yang berbahaya tidak akan menjadi bencana alam di daerah tanpa
ketidakberdayaan manusia, misalnya gempa bumi di wilayah tak berpenghuni.
Konsekuensinya, pemakaian istilah "alam" juga ditentang karena peristiwa tersebut
bukan hanya bahaya atau malapetaka tanpa keterlibatan manusia. Besarnya potensi
kerugian juga tergantung pada bentuk bahayanya sendiri, mulai dari kebakaran, yang
mengancam bangunan individual, sampai peristiwa tubrukan meteor besar yang
berpotensi mengakhiri peradaban umat manusia.
Namun demikian pada daerah yang memiliki tingkat bahaya
tinggi (hazard) serta memiliki kerentanan/kerawanan (vulnerability) yang juga tinggi
tidak akan memberi dampak yang hebat/luas jika manusia yang berada disana
memiliki ketahanan terhadap bencana (disaster resilience). Konsep ketahanan
bencana merupakan valuasi kemampuan sistem dan infrastruktur-infrastruktur untuk
mendeteksi, mencegah & menangani tantangan-tantangan serius yang hadir. Dengan
demikian meskipun daerah tersebut rawan bencana dengan jumlah penduduk yang
besar jika diimbangi dengan ketetahanan terhadap bencana yang cukup.

B. TSUNAMI
Tsunami (bahasa Jepang: 津 波 ; tsu = pelabuhan, nami = gelombang,
secara harafiah berarti "ombak besar di pelabuhan") adalah perpindahan badan air
yang disebabkan oleh perubahan permukaan laut secara vertikal dengan tiba-tiba.
Perubahan permukaan laut tersebut bisa disebabkan oleh gempa bumi yang berpusat
di bawah laut, letusan gunung berapi bawah laut, longsor bawah laut, atau atau
hantaman meteor di laut. Gelombang tsunami dapat merambat ke segala
arah. Tenaga yang dikandung dalam gelombang tsunami adalah tetap terhadap fungsi
ketinggian dan kelajuannya. Di laut dalam, gelombang tsunami dapat merambat
dengan kecepatan 500-1000 km per jam. Setara dengan kecepatan pesawat terbang.
Ketinggian gelombang di laut dalam hanya sekitar 1 meter. Dengan demikian, laju
gelombang tidak terasa oleh kapal yang sedang berada di tengah laut. Ketika
mendekati pantai, kecepatan gelombang tsunami menurun hingga sekitar 30 km per
jam, namun ketinggiannya sudah meningkat hingga mencapai puluhan meter.
Hantaman gelombang Tsunami bisa masuk hingga puluhan kilometer dari bibir
pantai. Kerusakan dan korban jiwa yang terjadi karena Tsunami bisa diakibatkan
karena hantaman air maupun material yang terbawa oleh aliran gelombang tsunami.
Dampak negatif yang diakibatkan tsunami adalah merusak apa saja yang
dilaluinya. Bangunan, tumbuh-tumbuhan, dan mengakibatkan korban jiwa manusia
serta menyebabkan genangan, pencemaran air asin lahan pertanian, tanah, dan air
bersih.
Sejarawan Yunani bernama Thucydides merupakan orang pertama yang
mengaitkan tsunami dengan gempa bawah lain. Namun hingga abad ke-20,
pengetahuan mengenai penyebab tsunami masih sangat minim. Penelitian masih terus
dilakukan untuk memahami penyebab tsunami.
Teks-teks geologi, geografi, dan oseanografi di masa lalu menyebut tsunami
sebagai "gelombang laut seismik".
Beberapa kondisi meteorologis, seperti badai tropis, dapat menyebabkan
gelombang badai yang disebut sebagai meteor tsunami yang ketinggiannya beberapa
meter diatas gelombang laut normal. Ketika badai ini mencapai daratan, bentuknya
bisa menyerupai tsunami, meski sebenarnya bukan tsunami. Gelombangnya bisa
menggenangi daratan. Gelombang badai ini pernah menggenangi Burma (Myanmar)
pada Mei 2008.
Wilayah di sekeliling Samudra Pasifik memiliki Pacific Tsunami Warning
Centre (PTWC) yang mengeluarkan peringatan jika terdapat ancaman tsunami pada
wilayah ini. Wilayah di sekeliling Samudera Hindia sedang membangun Indian
Ocean Tsunami Warning System (IOTWS) yang akan berpusat di Indonesia

C.Tsunami di Ace
Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki laut yang cukup luas. Luas laut
Indonesia mencapai 5,8 juta km2, atau mendekati 70% dari luas keseluruhan negara
Indonesia. Dengan kata lain, sebagian besar wilayah negeri ini adalah lautan.
Pada satu sisi, laut merupakan salah satu sumber kekayaan alam. Dari tempat
itulah, kita bisa mengonsumsi beragam jenis ikan dan mamalia air. Bahkan dalam
beberapa bulan ini, menu-menu istemwa seperti hiu bakar pun sudah mulai bisa kita
nikmati dengan harga relatif murah.
Namun di balik semua keuntungan tersebut, dari laut pula bangsa ini beberapa
kali ditimpa bencana. Salah satunya gempa bumi dahsyat di lepas pantai barat Aceh
Samudra Hindia, 26 Desember 2004.
Gempa pada pukul 7:58:53 WIB ini, menimbulkan tsunami hebat dan
menewaskan lebih dari 150.000 jiwa. Pusat gempa terletak pada bujur 3,298° LU dan
95,779 BT kurang lebih 160 km sebelah barat Aceh sedalam 10 kilometer. Gempa ini
berkekuatan 9,3 menurut skala Richter dan dengan ini merupakan gempa bumi
terdahsyat dalam kurun waktu 40 tahun terakhir ini yang menghantam Asia Tenggara
dan Asia Selatan.
Bagaimana peristiwa ini bisa terjadi. Seperti pernah dikemukakan di bagian
terdahulu, gempa adalah akibat pelepasan energi. Gempa tersebut kemudian
menyebabkan ada bagian dasar laut yang terangkat secara tiba-tiba.
Dalam berbagai simulasi, terangkat atau turunnya dasar laut secara tiba-tiba
ini mengakibatkan munculnya gelombang besar.
Pada peristiwa tsunami, gelombang tersebut memang tak terlalu tinggi di atas
pusat gempa. Namun demikian, gelombang air kemudian bergerak dengan kecepatan
tinggi, setara dengan laju pesawat jet supersonik.
Saat mendekati daratan, laut menjadi kian dangkal. Sesampai di kawasan ini, laju
tsinami memang mulai berkurang. Sebaliknya, gelombang menjadi kian tinggi dan
besar. Ini mirip buldozer raksasa yang menyerbu dari arah laut dengan kecepatan
tinggi.
Di Indonesia, gempa menelan lebih dari 126.000 korban jiwa. Puluhan
gedung hancur oleh gempa utama, terutama di Meulaboh dan Banda Aceh di ujung
Sumatra. Di Banda Aceh, sekitar 50% dari semua bangunan rusak terkena tsunami.
Tetapi, kebanyakan korban disebabkan oleh tsunami yang menghantam pantai
barat Aceh danSumatra Utara.
Foto dari kerusakan sulit diperoleh karena adanya pemberontakan Gerakan
Aceh Merdeka, yang mengakibatkan sedikitnya jumlah reporter, pejabat pemerintah
dan tim penolong di Sumatra Utara. Pejabat pemerintah khawatir akan kurangnya
laporan dari kota-kota di pantai barat Sumatra, termasuk beberapa resort kecil. Kota-
kota ini hanya berjarak 100 km dari episenter dan diperkirakan menerima kerusakan
berat, dan juga Pulau Simeulue dan Pulau Nias.

Untuk mengenang Tsunami Aceh, pada tanggal 26 Desember 2009 Gubernur


Irwandi Yusuf menginstruksikan warga di Provinsi NAD mengibarkan bendera
Merah Putih setengah tiang selama 3 hari mulai Kamis hingga Sabtu. Seruan ini
berlaku bagi semua instansi maupun kantor pemerintahan, pemilik toko, dan fasilitas
umum lainnya.
Secara umum kondisi di Aceh kini semakin baik. Pemerintah daerah yang
baru telah terbentuk, pembangunan infrastruktur juga sudah mencapai 60 hingga 70
persen. Ratusan kepala keluarga memang masih tinggal di penampungan, namun
sebagian besar sudah menempati rumah bantuan yang disediakan

Anda mungkin juga menyukai