Anda di halaman 1dari 120

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU IBU


BEKERJA TENTANG GIZI SEIMBANG TERHADAP STATUS GIZI
ANAK SD YASPORBI III JAKARTA SELATAN

SKRIPSI

AYU NILA SARI


207. 311. 084

FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEDOKTERAN
2011
PENGESAHAN DEKAN

Skripsi diajukan oleh :


Nama : Ayu Nila Sari
NRP : 207.311.084
Program Studi : Sarjana Kedokteran
Judul Skripsi :aHubungan Pengetahuan Dan Perilaku Ibu
Bekerja Tentang Gizi Seimbang Terhadap
Status Gizi Anak SD Yaporbi III Jakarta Selatan

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Penguji dan Pembimbing serta telah


diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran pada Program Studi Sarjana Kedokteran, Fakultas
Kedokteran, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta.

Disetujui,

dr. Buddy HW.Utoyo, MARS dr. Lucy Widasari,Msi dra.Kristina,Mbiomed


Penguji I Pembimbing I Pembimbing II

Mengesahkan,

dr.Buddy HW.Utoyo,MARS
Dekan Fakultas Kedokteran UPN “Veteran” Jakarta

Ditetapkan di : Jakarta
Tanggal ujian : 15 April 2011

ii
PENGESAHAN
KETUA PROGRAM STUDI SARJANA KEDOKTERAN

Skripsi diajukan oleh :


Nama : Ayu Nila Sari
NRP : 207.311.084
Program Studi : Sarjana Kedokteran
Judul Skripsi :aHubungan Pengetahuan Dan Perilaku Ibu
Bekerja Tentang Gizi Seimbang Terhadap
Status Gizi Anak SD Yaporbi III Jakarta Selatan

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Penguji dan Pembimbing serta telah


diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran pada Program Studi Sarjana Kedokteran, Fakultas
Kedokteran, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta.

Disetujui,

Dr.Anisah, Mpdked
Ketua Program Studi Sarjana Kedokteran

Ditetapkan di : Jakarta
Tanggal ujian : 15 April 2011

iii
PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri,


dan semua sumber yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Ayu Nila Sari


NRP : 207.311.084
Tanggal : 15 April 2011
Tanda Tangan :

iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
SKRIPSI UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta,


saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Ayu Nila Sari


NRP : 207.311.084
Fakultas : Kedokteran
Program Studi : Sarjana Kedokteran
Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta Hak Bebas Royalti
Noneksklusif (Non-exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang
berjudul:
“HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU IBU BEKERJA
TENTANG GIZI SEIMBANG TERHADAP STATUS GIZI ANAK SD
YASPORBI III JAKARTA SELATAN”
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti ini
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta berhak menyimpan,
mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan mempublikasikan Skripsi saya selama tetap mencantumkan nama
saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.


Dibuat di : Jakarta
Pada tanggal : 15 April 2011
Yang menyatakan,

(Ayu Nila Sari)

v
PRAKATA

Puji syukur yang tidak terhingga penulis panjatkan atas kehadirat Allah
SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya skripsi dengan judul ” HUBUNGAN
PENGETAHUAN DAN PERILAKU IBU BEKERJA TENTANG GIZI
SEIMBANG TERHADAP STATUS GIZI ANAK SD YASPORBI III JAKARTA
SELATAN ” dapat diselesaikan.
Pada kesempatan ini secara khusus ingin mengucapkan terima kasih dan
penghargaan setinggi-tingginya kepada dr. Lucy Widasari, M.Si dan dra.
Kristina, M.biomed selaku pembimbing yang telah memberikan petunjuk,
pengarahan dan nasehat yang sangat berharga didalam penyusunan sampai dengan
selesainya skripsi ini.
Selanjutnya tidak lupa penulis menyampaikan rasa terima kasih sedalam-
dalamnya kepada :
1. Allah SWT yang telah memberikan kekuatan, ketabahan, kesabaran serta
kesehatan dalam pembuatan skripsi ini.
2. dr. Lucy Widasari,Msi selaku pembimbing I atas bimbingan, arahan, dan
masukan dalam penelitian sampai dengan penyusunan skripsi ini.
3. dra. Kristina, Mbiomed selaku pembimbing II atas bimbingan, arahan
dan masukan dalam penelitian sampai dengan penyusunan skripsi ini.
4. dr. Marlina M.Kes selaku koordinator skripsi dan seluruh tim
Community Research Programme.
5. Ibu Ani Sulistyowati selaku Kepala Sekolah SD Yasporbi III Pasar
Mingu Jakarta Selatan beserta staf atas pemberian izin lokasi penelitian
dan informasi data pendukung.
6. Ibu Emy dan Bapak Kuwato yang telah membantu memberikan
informasi.
7. Mama Yayuk Wiji Rahayu,Spd dan papa DR. Surahman, SH, MH, MM
sebagai orang tua yang saya cintai, untuk kakakku Marisa
Septiyaningrum,SE dan adikku Aditya Surya yang saya banggakan,
sepupu saya Emy Kartikasari, Ibu dan Bapak Bambang beserta keluarga

vi
8. Teman-temanku yaitu Maharani Sahara, Aulia Putri Nurjannah, Rizky
Arfina, Yuli Setyo, Nadia Nastasia, Noveyla Hardhaningtyas, Intan
Oktia Sari, Dea Anyndita, Frisca Ayu, Komang Ayu Silfia, Astrid
Aditya dan Adris Mohammad yang telah memberikan bantuan baik
berupa moril maupun materiil.
9. Antoni Tigor Parluhutan Siahaan yang telah menemani, memberikan
semangat dan dukungan serta doa yang berlimpah selama pembuatan
skripsi ini.
10. Teman-teman sejawat Fakultas Kedokteran UPN ”Veteran” Jakarta
angkatan 2007 dan semua pihak yang terkait yang tidak dapat disebutkan
satu per satu.

Semoga semua pihak yang telah disebutkan diatas mendapat anugrah yang
berlimpah dari Allah SWT atas segala kebaikan yang telah diberikan kepada
penulis.
Penulis menyadari bahwa hasil penelitian yang dituangkan di dalam skripsi
ini masih jauh dari kesempurnaan, namun demikian penulis berharap skripsi ini
dapat memberi manfaat bagi orang lain dalam melaksanakan tugas pembangunan
kesehatan terutama yang berkaitan dengan gizi kesehatan dan ilmu kesehatan
masyarakat.

Jakarta, 15 April 2011

(Ayu Nila Sari)

vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI
Nama : Ayu Nila Sari
Alamat : Jalan Kebagusan II RT011/06 Pasar
Minggu Jakarta Selatan
Telepon : (021) 7812830
Email : ayouwsari@yahoo.com
Agama : Islam
Tempat/ Tgl lahir : Jakarta, 16 Maret 1989

KELUARGA

Orangtua
Ibu : Yayuk Wiji Rahayu, Spd
Ayah : DR. Surahman, SH, MH, MM
Kakak : Marisa Septiyaningrum, SE
Adik : Aditya Surya

PENDIDIKAN FORMAL

2004 - 2007 Sekolah Menengah Atas Negeri 38 Jakarta Selatan


2001 - 2004 Sekolah Menengah Pertama Negeri 41 Jakarta Selatan
1996 - 2001 Sekolah Dasar Negeri 03 Pagi Kebagusan Jakarta Selatan

PENDIDIKAN NON FORMAL

2001 - 2005 Kursus Bahasa Inggris LIA Pasar Minggu Jakarta Selatan

viii
Pengalaman Organisasi/Kejuaraan

● Anggota modern dance SMA Negeri 38 Jakarta Selatan 2004


● Anggota cheerleaders Drum Band (Bahana 41) SMP Negeri 41 Jakarta
Selatan 2002
● Anggota Klub Bulutangkis Jayaraya Ragunan 1999
● Anggota Paduan Suara SD Negeri 03 Jakarta Selatan 1997

ix
DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xiii
DAFTAR BAGAN ................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xvi

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ............................................................................ 3
I.3 Tujuan Penelitian ................................................................................. 4
I.4 Manfaat Penelitian ................................................................................ 4

BAB II LANDASAN TEORI


2.1 Tinjauan Pustaka .................................................................................. 5
2.1.1 Status Gizi Anak Sekolah ................................................................ 5
1). Pengertian ...................................................................................... 5
2). Penilaian Status Gizi .................................................................... 7
A. Secara Langsung ....................................................................... 7
B. Secara Tidak Langsung ............................................................ 19
3). Kebutuhan Gizi Anak Usia Sekolah Dasar .................................. 19
A. Angka Kecukupan Gizi ............................................................. 19
B. Pedoman Umum Gizi Seimbang ............................................... 20
4). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keadaan Gizi ...................... 27
A. Asupan Zat Gizi ....................................................................... 28
B. Keadaan Kesehatan .................................................................... 31
2.1.2 Pengetahuan dan Perilaku ................................................................. 32
1). Pengetahuan .................................................................................. 32
2). Perilaku .......................................................................................... 39
2.1.3 Ibu Bekerja dan Tidak Bekerja .......................................................... 42
2.1.4 Hubungan Ibu Bekerja Dengan Status Gizi Anak ............................ 44

x
2.2. Kerangka Penelitian ............................................................................ 45
2.2.1 Kerangka Teori .......................................................................... 45
2.2.1 Kerangka Konsep ..................................................................... 46
2.2.4. Hipotesis Penelitian ................................................................. 46

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


3.1 Jenis Penelitian ................................................................................... 47
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................. 47
3.3 Populasi Penelitian ............................................................................. 47
3.4 Pengumpulan data ............................................................................... 47
3.5 Sampel ................................................................................................. 49
3.6 Teknik Sampling .................................................................................. 49
3.7 Rancangan Penelitian .......................................................................... 50
3.8 Identifikasi Variabel Penelitian ........................................................... 50
3.9 Definisi Operasional ............................................................................ 51
3.10 Protokol Penelitian (Cara Kerja Penelitian) ....................................... 51
3.11 Pengolahan Data ............................................................................... 52
3.12 Analisa Data ....................................................................................... 53

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................................. 54
4.2 Gambaran Umum Subjek Penelitian ................................................... 54
4.2.1 Analisis Univariat ..................................................................... 54
1). Jenis Kelamin Anak ............................................................. 55
2). Status Gizi Anak .................................................................. 55
3). Pekerjaan Ibu ........................................................................ 56
4). Pengetahuan Ibu ................................................................... 56
5). Perilaku Ibu .......................................................................... 57
4.2.2 Analisis Bivariat ...................................................................... 57
1). Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Status Gizi Anak ........ 58
2). Hubungan Perilaku Ibu dengan Status Gizi Anak ............... 59
4.3 Pembahasan ......................................................................................... 60

xi
4.3.1 Hubungan Pengetahuan Ibu Bekerja dengan Status Gizi Anak 60
4.3.2 Hubungan Perilaku Ibu Bekerja dengan Status Gizi Anak ........ 60

BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan ......................................................................................... 61
5.2. Saran ................................................................................................... 61

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 63


LAMPIRAN ............................................................................................... 67

xii
DAFTAR TABEL
Halaman
TABEL 1 Klasifikasi Status Gizi dengan indeks IMT/U ..................... 6
TABEL 2 Klasifikasi Status Gizi Masyarakat ....................................... 6
TABEL 3 Penilaian Status Gizi dengan indeks BB/U ,TB/U, BB/TB .. 7
TABEL 4 Definisi Operasional Variabel ............................................... 51
TABEL 5 Deskripsi Jenis Kelamin Anak .............................................. 55
TABEL 6 Deskripsi Status Gizi Anak ................................................... 55
TABEL 7 Deskripsi Pekerjaan Ibu ........................................................ 56
TABEL 8 Deskripsi Pengetahuan Ibu ................................................... 56
TABEL 9 Deskripsi Perilaku Ibu ........................................................... 56
TABEL 10 Hubungan Pengetahuan Ibu Bekerja Tentang Gizi Seimbang
Terhadap Status Gizi Anak .................................................. 58
TABEL 11 Hubungan Perilaku Ibu Bekerja Tentang Gizi Seimbang
Terhadap Status Gizi Anak ..................................................... 59

xiii
DAFTAR BAGAN
Halaman
BAGAN 1 Kerangka Teori ................................................................... 46
BAGAN 2 Kerangka Konsep .............................................................. 47

xiv
DAFTAR GAMBAR

Halaman
GAMBAR 1 Pedoman Umum Gizi Seimbang .......................................... 22

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
LAMPIRAN 1 Surat Ijin Penelitian ...................................................... 67
LAMPIRAN 2 Surat Pernyataan Telah Melakukan Penelitian ............. 68
LAMPIRAN 3 Pernyataan Kesedian Mejadi Responden ....................... 69
LAMPIRAN 4 Kuesioner ....................................................................... 70
LAMPIRAN 5 Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Pengetahuan .. 75
LAMPIRAN 6 Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Perilaku ......... 79
LAMPIRAN 7 Uji Normalitas Pengetahuan Ibu ................................... 83
LAMPIRAN 8 Uji Normalitas Perilaku Ibu .......................................... 84
LAMPIRAN 9 Data Responden ............................................................ 85
LAMPIRAN 10 Tabel Frekuensi Jenis Kelamin Anak .......................... 88
LAMPIRAN 11 Tabel Frekuensi Status Gizi Anak ................................. 89
LAMPIRAN 12 Tabel Frekuensi Pekerjaan Ibu ..................................... 90
LAMPIRAN 13 Tabel Frekuensi Pengetahuan Ibu .................................. 91
LAMPIRAN 14 Tabel Frekuensi Perilaku Ibu ........................................ 92
LAMPIRAN 15 Crosstabs Pengetahuan Ibu dengan Status Gizi Anak .. 93
LAMPIRAN 16 Crosstabs Perilaku Ibu dengan Status Gizi Anak ......... 95
LAMPIRAN 17 Tabel Krejcie ................................................................ 97
LAMPIRAN 18 Angka Kecukupan Gizi ................................................... 98
LAMPIRAN 19 Tabel Nilai Koefisien Korelasi ...................................... 99

xvi
ABSTRAK

AYU. Hubungan Pengetahuan, dan Perilaku Ibu Bekerja Tentang Gizi Seimbang
Terhadap Status Gizi Anak SD Yasporbi III Jakarta Selatan. Dibimbing oleh dr.
LUCY WIDASARI, M.Si. dan dra. KRISTINA , M.Biomed.

Anak usia sekolah memiliki pertumbuhan yang cepat dan aktif. Pada masa ini
terjadi proses perkembangan fisiologik dan perkembangan kognitif. Oleh karena
itu, anak sekolah harus mendapatkan masukan gizi yang cukup pada makanan
yang dikonsumsinya. Makanan yang dikonsumsi tersebut dapat berpengaruh
terhadap status gizi anak. Status gizi anak juga dapat dipengaruhi oleh
karakteristik ibu seperti pengetahuan dan perilaku tentang gizi seimbang.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan perilaku ibu
bekerja tentang status gizi seimbang terhadap status gizi anak di SD Yasporbi III
Jakarta Selatan. Penelitian ini bersifat deskriptif analitik, menggunakan desain
penelitian cross sectional, dan menggunakan data primer. Penelitian dilaksanakan
di SD Yasporbi III Jakarta Selatan. Populasi adalah semua ibu dengan status
bekerja yang mempunyai anak yang duduk di bangku kelas 4-6 SD dan
bersekolah di SD Yasporbi III Jakarta Selatan dengan besar sampel 80 responden.
Cara pemilihan sampel dengan Simple Random Sampling. Data yang diperoleh
dianalisis dengan Uji Chi Square dengan kemaknaan (p<0.05).
Hasil Uji Chi Square menunjukan tidak terdapat hubungan pengetahuan gizi ibu
yang bekerja terhadap status gizi anak SD (p=0,69) dan tidak terdapat hubungan
perilaku gizi ibu yang bekerja terhadap status gizi anak SD (p=0,41).

Kata Kunci : Status gizi, pengetahuan, perilaku

Kepustakaan : 36 (1986 - 2011)

xvii
ABSTRACT

AYU. The Relationship of Knowledge and Behavior of The Working Mothers


About Balanced Nutrition towards Nutritional Status Of School Age Children in
Primary School of Yasporbi III, District South Jakarta. Under Direction of dr.
LUCY WIDASARI, M.Si. and dra. Kristin, M.Biomed.

School-age children have rapid growth and active. In this period occured
development process of physiological and cognitive development. Therefore,
school children should receive adequate nutrition inputs in the food it consumes.
Food consumed may affect the nutritional status of children. The nutritional status
of children can also be influenced by maternal characteristics such as knowledge
and behavior about balanced nutrition.
This study aims to determine the relationship of knowledge and behavior
of working mothers on balanced nutrition towards Nutritional Status Of School
Age Children in Primary School of Yasporbi III, District South Jakarta. This
research is a descriptive analytic, using cross sectional study design, and using
primary data. Research conducted at Primary School of Yasporbi III, District
South Jakarta. The population is all women with employment status who have
children attending primary school grade IV-VI and attended primary School of
Yasporbi III, District South Jakarta with a large sample of 80 respondents, the
selection of the sample by simple random sampling The data obtained were
analyzed by chi square test with significance (p <0.005). Chi square test showed
there is no relationship of working mother's knowledge on balanced nutrition
towards nutritional status of age children (p = 0.690), and there is no relationship
of working mother's behavior on balanced nutrition towards nutritional status of
age children (p = 0.410). There is no relationship of knowledge and behavior of
working mothers on balanced nutrition towards Nutritional Status Of School Age
Children.

Keywords : Nutritional status, knowledge, and behavior.


Refference : 36 (1986 – 2011)

xviii
RINGKASAN

AYU. Hubungan Pengetahuan, dan Perilaku Ibu Bekerja Tentang Gizi Seimbang
Terhadap Status Gizi Anak SD Yasporbi III Jakarta Selatan. Dibimbing oleh dr.
LUCY WIDASARI, M.Si. dan dra. KRISTINA, M.Biomed.

Anak usia sekolah (7-12 tahun) memiliki pertumbuhan yang cepat dan aktif.
Pada masa ini terjadi proses perkembangan fisiologik dan perkembangan kognitif,
sehingga masukan gizi yang cukup pada makanan yang dikonsumsinya dapat
mempengaruhi terhadap status gizi anak. Status gizi anak juga dipengaruhi oleh
karakteristik ibu seperti pengetahuan dan perilaku tentang gizi seimbang.
Status Gizi Anak adalah keadaan kesehatan anak yang ditentukan oleh
derajat kebutuhan fisik energi dan zat-zat gizi lain yang diperoleh dari pangan dan
makanan. Dampak fisiknya diukur secara antropometri dan dikategorikan
berdasarkan standar baku WHO-NCHS dengan indeks yaitu Berat Badan menurut
Umur (BB/U), Tinggi Badan menurut Umur (TB/U), Berat Badan menurut Tinggi
Badan (BB/TB) dan Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U).
Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan
asupan protein dan energi. Ketidak seimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan
fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh.
Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur
beberapa parameter, antara lain: umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan
atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul dan tebal lemak di bawah kulit.
Status gizi anak pada dasarnya ditentukan oleh dua hal utama, yaitu
makanan yang dimakan dan keadaan kesehatannya. Kualitas dan kuantitas
makanan seorang anak tergantung pada kandungan zat gizi makanan tersebut, ada
tidaknya pemberian makanan tambahan di keluarga, daya beli keluarga dan
karakteristik ibu tentang makanan dan kesehatan. Keadaan kesehatan anak sangat
dipengaruhi oleh daya beli keluarga, kebiasaan makan orang tua, pengetahuan
tentang pemeliharaan kesehatan serta keadaan fisik dan sosial anak
Pengetahuan seorang ibu dibutuhkan dalam hal perawatan, pemberian dan
penyediaan makanan untuk anaknya, sehingga anak tidak mengalami gangguan
gizi. Ketidaktahuan menyebabkan kesalahan pemilihan dan pengolahan makanan,
meskipun bahan makanan tersedia. Selain itu, kurangnya tentang pengetahuan gizi
akan mempengaruhi penerapan info tersebut dalam pola konsumsinya
Seorang ibu yang bekerja akan tersita waktunya sehingga peran ibu yang
biasa menyiapkan dan memberikan makanan pada anak-anaknya akan digantikan
oleh orang lain. Ibu yang bekerja akan mengurangi waktu untuk pekerjaan rumah
dan juga mengurangi waktu untuk bersama anak agar terjadi peningkatan waktu
untuk pekerjaannya. Saat ibu bekerja anak akan diurus oleh orang lain seperti
pembantu atau anggota keluarga lainnya, yang dapat mempengaruhi asupan dan
juga pola makanan pada anak.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan
perilaku ibu bekerja tentang status gizi seimbang terhadap status gizi anak di SD
Yasporbi III Jakarta Selatan. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian
deskriptif analitik, dengan mengambil populasi ibu bekerja yang memiliki anak
kelas IV-VI dan bersekolah di SD Yasporbi III Jakarta Selatan dengan jumlah 98
orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

xix
simple random sampling yaitu teknik penentuan sampel di mana seluruh elemen
populasi memiliki kesempatan yang sama menjadi elemen sampel yang dipilih.
Sampel yang diteliti berjumlah 80 orang dengan menggunakan tabel krejcie.
Pengambilan data menggunakan kuesioner untuk mengetahui pengetahuan
dan perilaku ibu bekerja tentang gizi seimbang. Data yang sudah terkumpul
selanjutnya diolah dengan menggunakan sistem komputerisasi paket program
statistik yang berguna untuk mengolah dan menganalisis data penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan pada umumnya ibu-ibu yang menjadi
responden memiliki pekerjaan sebagai pegawai swasta (51,3%), berpengetahuan
gizi baik (51,35%) dan berperilaku gizi yang juga baik (60%). Tidak terdapat
hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu bekerja tentang gizi seimbang
terhadap status gizi anak SD Yasporbi III Jakarta Selatan (P=0,690). Tidak
terdapat hubungan yang bermakna antara perilaku ibu bekerja tentang gizi
seimbang dengan status gizi anak SD Yasporbi III Jakarta Selatan (P=0,410).
Saran bagi ibu bekerja yang memiliki anak usia sekolah adalah agar dapat
lebih membagi waktu antara pekerjaan, rumah tangga dan anak. Kondisi ini dapat
lebih mengontrol asupan makanan pada anak serta bagi ibu yang telah memiliki
pengetahuan serta perilaku yang baik untuk mempertahankan dan meningkatkan
kondisi tersebut.

Kata kunci : Pengetahuan, perilaku, status gizi anak

xx
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas menentukan keberhasilan
suatu bangsa. Anak usia sekolah merupakan generasi penerus bangsa yang
menjadi dasar modal pembangunan bangsa. Untuk menciptakan generasi
penerus yang berkualitas, diperlukan keadaan status gizi yang baik. Untuk itu
penting sekali memperhatikan keadaan gizi dan kesehatan anak sekolah dasar.
Anak usia sekolah (7-12 tahun) memiliki pertumbuhan yang cepat dan aktif.
Pada masa ini terjadi proses perkembangan fisiologik dan perkembangan
kognitif (Saidin Sukati, 1991 ; Hariyani, 2011). Dalam kondisi tersebut anak
harus mendapat masukan gizi dalam kualitas dan kuantitas yang cukup pada
makanan yang dikonsumsinya.
Keadaan gizi dan kesehatan pada anak sekolah secara nasional didapatkan
prevalensi anak kurus pada usia sekolah 6-14 tahun sebesar 13,3 % pada anak
laki-laki, sedangkan pada anak perempuan sebesar 10,9 %. Prevalensi berat
badan berlebih sebesar 9,5 % pada anak laki-laki dan 6,4 % pada anak
perempuan. Di Jakarta didapatkan prevalensi anak kurus 14,9 % pada anak laki-
laki sedangkan pada anak perempuan 10,6%. Prevalensi berat badan berlebih 12
% pada anak laki-laki dan 8,4 % pada anak perempuan (Riset Kesehatan Dasar,
2007). Sementara itu status gizi menurut gizi baik pada anak usia sekolah dan
remaja umur 5-17 tahun sebesar 74%, gizi kurang 18 % dan gizi lebih 8%
(Survei Kesehatan Nasional, 2004).
Status gizi dapat dipengaruhi oleh konsumsi makanan. Kondisi status gizi
yang baik dapat tercapai apabila tubuh memperoleh zat-zat gizi dari makanan.
Zat-zat gizi tersebut berguna untuk pertumbuhan fisik, pertumbuhan otak,
kemampuan kerja sehingga dapat mencapai tingkat kesehatan optimal (Depkes
RI, 2003).

1
2

Status gizi pada anak juga dipengaruhi oleh karakteristik ibu seperti
pengetahuan, perilaku dan pekerjaan ibu. Pengetahuan tentang gizi seimbang
merupakan salah satu faktor penting dan harus dimiliki oleh ibu karena dapat
mempengaruhi konsumsi pangan pada anak. Pengetahuan yang dimiliki ibu
akan berpengaruh terhadap jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi
anaknya. Ibu yang mengerti tentang gizi akan dapat memperhitungkan
kebutuhan gizi anaknya agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal
(Herman,1990).
Perilaku ibu dapat mempengaruhi status gizi anak. Perilaku tersebut
terutama berkaitan dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan (Health
Promotion Behaviour) seperti pemberian makanan yang bergizi, kebiasaan
memberi stimulus pada anak saat membimbingnya maupun dalam upaya
pemenuhan gizi dengan cara pemberian makanan yang sesuai dengan gizi yang
seimbang (Sarwono, 2005).
Pekerjaan juga dapat mempengaruhi terhadap status gizi anak terutama
apabila ibu yang bekerja. Ibu-ibu yang bekerja saat ini banyak ditemukan
terutama didaerah perkotaan. Kondisi ini dapat berpengaruh pada pola makan
dan jenis makanan yang dikonsumsi oleh anggota keluarga. Orang tua yang
mempunyai pendapatan per bulan yang tinggi akan mempunyai daya beli yang
tinggi pula, sehingga memiliki peluang yang lebih besar untuk memilih
berbagai jenis makanan (Ida, 2001). Menurut penelitian yang dilakukan oleh
Cindar Bumi (2005) pada ibu yang bekerja, tampak bahwa tidak semua ibu yang
bekerja mempunyai perhatian khusus dalam pemberian makanan kepada anak
balitanya.
Ibu yang bekerja lebih cenderung memiliki anak dengan berat badan
berlebih. Pada tahun 1990 terjadi peningkatan resiko berat badan berlebih
sebesar 48% pada anak dengan ibu yang bekerja secara penuh (Rachmatunnisa,
2009 ; Telegraph, 2010). Anak-anak dengan ibu yang bekerja akan kurang
diberikan perhatian dan cenderung lebih sering menghabiskan waktu di sekolah
dan di tempat les, serta menonton televisi lebih dari dua jam sehari. Mereka
3

juga tidak terkontrol dalam asupan makanan serta mengkonsumsi buah dan
sayuran lebih sedikit. Ketidakluwesan jam kerja orangtua membatasi kapasitas
orangtua untuk mendampingi putra-putri mereka dalam aktivitas fisik dan
penyediaan makanan yang sehat (Rachmatunnisa, 2009). Ibu yang bekerja juga
lebih mungkin memberikan makanan yang mengandung kalori yang tinggi atau
makanan cepat saji. Meningkatnya ketergantungan pada makanan yang diproses
dan disiapkan dengan cepat biasanya karena mereka tidak punya waktu untuk
memasak, ini disebabkan adanya kendala antara waktu untuk keluarga dan
bekerja. Sebuah studi anak pada dua generasi mengatakan bahwa saat ini pada
anak cenderung terjadi peningkatan hampir 50% menjadi obesitas apabila
ibunya bekerja (Telegraph, 2010). Obesitas pada masa anak berisiko tinggi
menjadi obesitas pada masa dewasa, hal ini akan mencetukan berbagai penyakit
seperti penyakit kardiovaskuler, diabetes melitus sampai dengan kematian
(Arisman, 2008 ; Telegraph, 2010).
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka perlu kiranya dilakukan
penelitian mengenai hubungan antara pengetahuan dan perilaku ibu bekerja
tentang gizi seimbang terhadap status gizi anak.

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas, timbul pertanyaan yang
hendak dijawab dengan penelitian ini, yaitu :
1.2.1 Bagaimana pengetahuan ibu bekerja tentang gizi seimbang yang
memiliki anak yang bersekolah di SD Yasporbi III Jakarta Selatan?
1.2.2 Bagaimana perilaku ibu bekerja tentang gizi seimbang yang memiliki
anak yang bersekolah di SD Yasorbi III Jakarta Selatan?
1.2.3 Apakah ada hubungan pengetahuan ibu bekerja tentang gizi seimbang
terhadap status gizi pada anak SD Yasporbi III Jakarta Selatan?
1.2.4 Apakah ada hubungan perilaku ibu bekerja tentang gizi seimbang
terhadap status gizi anak pada anak SD Yasporbi III Jakarta Selatan?
4

1.3 Tujuan penelitian


Sehubungan dengan masalah tersebut di atas, maka penelitian ini bertujuan :
1.3.1 Tujuan umum
Mengetahui pengetahuan dan perilaku ibu bekerja tentang gizi seimbang
terhadap status gizi pada anak SD Yasporbi III Jakarta Selatan.
1.3.2 Tujuan khusus
1). Mengetahui pengetahuan ibu bekerja tentang gizi seimbang terhadap
status gizi pada anak SD Yasporbi III Jakarta Selatan.
2). Mengetahui perilaku ibu bekerja tentang gizi seimbang terhadap
status gizi pada anak SD Yasporbi III Jakarta Selatan.

1.4 Manfaat penelitian


1.4.1 Manfaat Teoritis
Membantu peneliti untuk lebih memahami tentang konsep status gizi dan
antropometri serta faktor-faktor yang berpengaruh salah satunya yaitu
pengetahuan dan perilaku tentang gizi seimbang.

1.4.2 Manfaat Praktis


Diharapkan bagi siswa-siswi beserta ibu untuk dapat lebih meningkatkan
pengetahuan dan perilaku tentang gizi seimbang demi tercapainya kondisi
status gizi siswa-siswi SD Yasporbi III Jakarta Selatan yang optimal.
5

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Status gizi anak sekolah
Pada usia sekolah (7-12 tahun), anak mulai memiliki aktivitas beragam baik
itu aktivitas dirumah maupun di sekolah. Pada usia ini anak dapat terpengaruh
oleh kebiasaan-kebiasaan diluar keluarga, misalnya anak sekolah mulai
memilih atau menentukan makanannya sendiri. Apabila hal tersebut tidak
mendapat perhatian yang serius dari orang tua, maka dapat menyebabkan anak
sering salah dalam memililih makanan yang disukai, yang menyebabkan
malnutrisi pada anak sekolah (Annasari, 1995).
Saat anak menginjak usia sekolah terjadi tumbuh kembang yang sangat
cepat, sehingga kebutuhan gizinya jauh lebih tinggi dibanding kebutuhan gizi
orang dewasa atau orang tua. Gizi tersebut sangat dibutuhkan untuk melakukan
aktivitas fisik maupun mental, seperti belajar, berfikir, dan sebagainya (Depkes
RI, 1996).

1). Pengertian
Menurut Hermana (1993), status gizi merupakan hasil masukan zat gizi dan
pemanfaatannya di dalam tubuh. Untuk mencapai status gizi yang baik
diperlukan pangan yang mengandung cukup zat gizi dan aman untuk
dikonsumsi.
Deswarni Idrus dan Gatot Kunanto (1990), mengungkapkan bahwa ada
beberapa istilah yang berhubungan dengan status gizi, yaitu :
1. Gizi (nutrition) adalah suatu proses organisme menggunakan makanan
yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi,
transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang
tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan
fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi.

5
6

2. Keadaan akibat dari keseimbangan antara konsumsi dan penyerapan zat


gizi dan penggunaan zat-zat gizi tersebut.
3. Status gizi (nutrition status) adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan
dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam
bentuk variabel tertentu (Supariasa, 2001).
Status Gizi Anak adalah keadaan kesehatan anak yang ditentukan oleh
derajat kebutuhan fisik energi dan zat-zat gizi lain yang diperoleh dari pangan
dan makanan yang dampak fisiknya diukur secara antropometri (Suharjo,
1996), dan dikategorikan berdasarkan standar baku WHO-NCHS dengan indeks
BB/U, TB/U dan BB/TB.
Berat badan dan tinggi badan adalah salah satu parameter penting untuk
menentukan status kesehatan manusia, khususnya yang berhubungan dengan
status gizi. Penggunaan Indeks BB/U, TB/U dan BB/TB merupakan indikator
status gizi untuk melihat adanya gangguan fungsi pertumbuhan dan komposisi
tubuh (M.Khumaidi, 1994).
Tabel 1. Status gizi anak
Indikator Batasan Kategori
IMT/U Z-score < -3,0 Sangat Kurus
Z-score ≥ -3,0 s/d <-2,0 Kurus
Z-score ≥ -2,0 s/d < 2,0 Normal
Z-score > 2,0 Gemuk
Sumber : WHO 2007

Tabel 2. Klasifikasi Status Gizi Masyarakat Direktorat Bina Gizi


Masyarakat Depkes RI Tahun 1990
Kategori Cut of point *)
Gizi Lebih > 120% median BB/U baku WHO-NCHS, 1983
Gizi Baik 80%-120% Median BB/U baku WHO-NCHS,
1983
Gizi Sedang 70%-79,9% Median BB/U baku WHO-NCHS,
1983
Gizi Kurang 60%-69,9% Median BB/U baku WHO-NCHS,
1983
Gizi Buruk < 60% Median BB/U baku WHO-NCHS, 1983
*) Laki-laki dan perempuan sama Sumber: Supariasa, 2001
7

Tabel 3. Penilaian Status Gizi Berdasarkan Indeks BB/U, TB/U, BB/TB


Standar Baku Antropometri WHO-NCHS
No. Indeks Batas Status Gizi
Antropometri Pengelompokkan
1. BB/U < -3 SD Gizi buruk
-3 SD s/d < -2 SD Gizi Kurang
-2 SD s/d + 2 SD Gizi Baik
> + 2 SD Gizi Lebih
2. TB/U < -3 SD Sangat Pendek
-3 SD s/d < -2 SD Pendek
-2 SD s/d +2 SD Normal
> + 2 SD Tinggi
3. BB/TB < -3 SD Sangat Kurus
-3 SD s/d < 2 SD Kurus
-2 SD s/d +2 SD Normal
> +2 SD Gemuk
Sumber : Depkes RI 2004

2). Penilaian status gizi


A. Secara langsung
Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat
penilaian yaitu : antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik (Supariasa,
2001).
a. Antropometri
Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari
sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai
macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai
tingkat umur dan tingkat gizi (Supariasa, 2001).
Antropometri secara umum digunakan untuk melihat
ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini
terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti
lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh (Supariasa, 2001).
Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan
mengukur beberapa parameter antara lain: umur, berat badan, tinggi badan,
8

lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul dan tebal
lemak di bawah kulit (Supariasa, 2001)
1. Umur
Faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi. Kesalahan
penentuan umur akan menyebabkan interpretasi status gizi menjadi
salah. Hasil pengukuran tinggi badan dan berat badan yang akurat,
menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur yang
tepat. Menurut Puslitbang Gizi Bogor (1980), batasan umur digunakan
adalah tahun umur penuh (Completed Year) dan untuk anak umur 0-2
tahun digunakan bulan usia penuh (Completed Month) (Supariasa,
2001).

2. Berat Badan
Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan
paling sering digunakan pada bayi baru lahir (neonatus). Berat badan
digunakan untuk mendiagnosa bayi normal atau BBLR. Dikatakan
BBLR apabila berat bayi lahir di bawah 2500 gram atau di bawah 2,5
kg. Pada masa bayi-balita, berat badan dapat dipergunakan untuk
melihat laju pertumbuhan fisik maupun status gizi, kecuali terdapat
kelainan klinis seperti dehidrasi, asites, edema dan adanya tumor. Di
samping itu pula berat badan dapat dipergunakan sebagai dasar
perhitungan dosis obat dan makanan (Supariasa, 2001).
Berat badan merupakan pilihan utama karena berbagai
pertimbangan, antara lain:
a. Parameter yang paling baik, perubahan yang mudah terlihat
dalam waktu singkat berupa perubahan-perubahan konsumsi
makanan dan kesehatan.
b. Memberikan gambaran status gizi sekarang dan kalau
dilakukan secara periodik memberikan gambaran yang baik
tentang pertumbuhan.
9

c. Merupakan ukuran antropometri yang sudah dipakai secara


umum dan luas di Indonesia sehingga tidak merupakan hal
baru yang memerlukan penjelasan secara meluas.
d. Ketelitian pengukuran tidak banyak dipengaruhi oleh
ketrampilan pengukur.
e. KMS (Kartu Menuju Sehat) yang digunakan sebagai alat yang
baik untuk pendidikan dan memonitor kesehatan anak
menggunakan juga berat badan sebagai dasar pengisiannya.
f. Masalah umur merupakan faktor penting untuk penilaian
status gizi, berat badan terhadap tinggi badan sudah
dibuktikan dimana-mana sebagai indeks yang tidak
tergantung pada umur.
g. Alat pengukur dapat diperoleh di daerah pedesaan dengan
ketelitian yang tinggi dengan menggunakan dacin yang juga
sudah dikenal oleh masyarakat (Supariasa, 2001).
Penentuan berat badan dilakukan dengan cara menimbang. Alat
yang digunakan di lapangan sebaiknya memenuhi beberapa
persyaratan:
a). Mudah digunakan dan dibawa dari satu tempat ke tempat
yang lain.
b). Mudah diperoleh dan relatif murah harganya.
c). Ketelitian penimbangan sebaiknya maksimum 0,1 kilogram.
d). Skalanya mudah dibaca.
e). Cukup aman untuk menimbang anak balita (Supariasa,
2001).
10

3. Tinggi Badan
Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan
yang telah lalu dan keadaan sekarang, jika umur tidak diketahui
dengan tepat. Disamping itu tinggi badan merupakan uraian kedua
yang penting, karena dengan menghubungkan berat badan terhadap
tinggi badan (Quac stick), faktor umur dapat dikesampingkan
(Supariasa, 2001).
Pengukuran tinggi badan untuk anak balita yang sudah dapat
berdiri dilakukan dengan alat pengukur tinggi mikrotoa (microtoise)
yang mempunyai ketelitian 0,1 cm. Untuk bayi atau anak yang belum
dapat berdiri, digunakan alat pengukur panjang bayi (Supariasa, 2001).

4. Lingkar Lengan Atas


Lingkar lengan atas (LLA) dewasa ini memang merupakan salah
satu pilihan untuk penentuan status gizi, karena mudah dilakukan dan
tidak memerlukan alat-alat yang sulit diperoleh dengan harga yang
lebih murah (Supariasa, 2001).
Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian, terutama jika
digunakan sebagai pilihan tunggal untuk indeks status gizi yaitu :
1). Baku lingkar lengan atas yang sekarang digunakan belurn
rnendapat pengujian yang rnernadai untuk digunakan di
Indonesia.
2). Kesalahan pengukuran pada LLA (pada berbagai tingkat
ketrampilan pengukur) relatif lebih besar dibandingkan
dengan tinggi badan, rnengingat batas antara baku dengan gizi
kurang, lebih sernpit pada LLA dari pada tinggi badan.
3). Lingkar lengan atas sensitif untuk suatu golongan tertentu
(prasekolah), tetapi kurang sensitif pada golongan lain
terutama orang dewasa. Tidak dernikian halnya dengan berat
badan (Supariasa, 2001).
11

Alat yang digunakan rnerupakan suatu pita pengukur yang


terbuat dari Fiberglass atau jenis kertas tertentu berlapis plastik
(Supariasa, 2001).

5. Lingkar Kepala
Lingkar kepala adalah standar prosedur dalam ilmu kedokteran
anak secara praktis, yang biasanya untuk memeriksa keadaan pathologi
dari besarnya kepala atau peningkatan ukuran kepala (Supariasa,
2001).
Lingkar kepala terutama dihubungkan dengan ukuran otak dan
tulang tengkorak. Ukuran otak meningkat secara cepat selama tahun
pertama, akan tetapi besar lingkar kepala tidak menggambarkan
keadaan kesehatan dan gizi (Supariasa, 2001).
Dalam antropometri gizi, rasio lingkar kepala dan lingkar dada
cukup berarti dan menentukan Kurang Energi Protein (KEP) pada
anak. Lingkar kepala dapat juga digunakan sebagai informasi
tambahan dalam pengukuran umur (Supariasa, 2001)

6. Lingkar Dada
Biasanya dilakukan pada anak yang berumur 2 sarnpai 3 tahun,
karena rasio lingkar kepala dan lingkar dada sama pada umur 6 bulan.
Setelah umur ini, tulang tengkorak tumbuh secara lambat dan
pertumbuhan dada lebih cepat. Umur antara 6 bulan dan 5 tahun, rasio
lingkar kepala dan dada adalah kurang dari satu, hal ini disebabkan
karena kegagalan perkembangan dan pertumbuhan, atau kelemahan
otot dan lemak pada dinding dada. Lingkar dada ini dapat digunakan
sebagai indikator dalarn menentukan KEP pada anak balita (Supariasa,
2001).
12

a). Indeks antropometri


Beberapa indeks antropometri yang sering digunakan yaitu Berat
Badan menurut Umur (BB/U), Tinggi Badan menurut Umur (TB/U), dan
Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB). Perbedaan penggunaan
indeks tersebut akan memberikan gambaran prevalensi status gizi yang
berbeda (Supariasa, 2001).
1. Berat Badan Menurut Umur (BB/U)
Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan
gambaran massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitif terhadap
perubahan-perubahan yang mendadak, misalnya karena terserang
penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan atau menurunnya
jumlah makanan yang dikonsumsi. Berat badan adalah parameter
antropometri yang sangat labil.
Keadaan normal untuk keadaan kesehatan baik,
keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin,
maka berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur.
Sebaliknya dalam keadaan yang abnormal, terdapat 2
kemungkinan perkembangan berat badan, yaitu dapat
berkembang cepat atau lebih lambat dari keadaan normal.
Berdasarkan karakteristik berat badan ini, maka indeks berat
badan menurut umur digunakan sebagai salah satu cara
pengukuran status gizi (Supariasa, 2001).
Mengingat karakteristik berat badan yang labil, maka indeks
BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini
(current nutritional status).
Indeks BB/U mempunyai beberapa kelebihan antara lain:
1). Lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat
umum.
2). Baik untuk mengukur status gizi akut atau kronis.
3). Berat badan dapat berfluktuasi.
13

4). Sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan kecil.


5). Dapat mendeteksi kegemukan (Supariasa, 2001).

Indeks BB/U juga mempunyai beberapa kekurangan, antara lain:


1). Dapat mengakibatkan interpretasi status gizi yang keliru
bila terdapat edema maupun asites.
2). Di daerah pedesaan yang masih terpencil dan tradisional,
umur sering sulit ditaksir secara tepat karena pencatatan
umur yang belum baik.
3). Memerlukan data umur yang lebih akurat, terutama untuk
anak dibawah usia lima tahun.
4). Kesalahan dalam pengukuran sering terjadi misalnya,
pengaruh pakaian atau gerakan anak pada saat
penimbangan.
5). Secara operasional sering mengalami hambatan karena
masalah sosial budaya setempat. Dalam hal ini orang
tua tidak mau menimbang anaknya, karena dianggap
seperti barang dagangan dan sebagainya (Supariasa,
2001).

2. Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)


Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan
keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi
badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur. Pertumbuhan
tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif
terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu yang pendek.
Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan nampak
dalam waktu yang relatif lama.
Indeks ini menggambarkan status gizi masa lalu. Beaton dan
Bengoa (1973) menyatakan bahwa indeks TB/U di samping
14

memberikan gambaran status gizi masa lampau, juga lebih erat


kaitannya dengan status sosial-ekonomi (Supariasa, 2001).
Keuntungan dari indeks TB/U antara lain:
1). Baik untuk menilai status gizi masa lampau.
2). Kurang panjang dapat dibuat sendiri, murah dan mudah
dibawa.
Kelemahan Indeks TB/U adalah:
1). Tinggi badan tidak cepat naik, bahkan tidak mungkin
turun.
2). Pengukuran relatif sulit dilakukan karena anak harus
berdiri tegak, sehingga diperlukan dua orang untuk
melakukannya.
3). Ketepatan umur sulit didapat (Supariasa, 2001).

3. Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB)


Berat badan memiliki hubungan yang linear dengan tinggi
badan. Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan
searah dengan pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan
tertentu. Jelliffe pada tahun 1966 telah memperkenalkan indeks
ini untuk mengidentifikasi status gizi. lndeks BB/TB merupakan
indikator yang baik untuk menilai status gizi saat kini (sekarang).
lndeks BB/TB adalah merupakan indeks yang independen
terhadap umur (Supariasa, 2001).
Adapun keuntungan indeks ini adalah:
1). Tidak memerlukan data umur.
2). Dapat membedakan proporsi badan. (gemuk, normal dan
kurus).
15

Kelemahan indeks ini adalah:


1). Tidak dapat memberikan gambaran, apakah anak tersebut
pendek, cukup tinggi badan atau kelebihan tinggi badan
menurut umurnya, karena faktor umur tidak
dipertimbangkan.
2). Dalam praktek sering mengalami kesulitan dalam
melakukan pengukuran panjang/tinggi badan pada
kelompok balita.
3). Membutuhkan dua macam alat ukur.
4). Pengukuran relatif lebih lama.
5). Membutuhkan dua orang untuk melakukannya.
6). Sering terjadi kesalahan dalam pembacaan hasil
pengukuran, terutama bila dilakukan oleh kelompok non-
profesional (Supariasa, 2001).

4. IMT/U
Pengukuran status gizi anak sekolah dapat dilakukan dengan
indeks antropometri dan menggunakan Indeks Massa Tubuh
(IMT) anak sekolah, dengan rumus : IMT = BB (kg) : TB²(m)

Indeks penentuan status gizi dengan IMT pada anak menurut


umur dan jenis kelamin digunakan untuk usia 2-20 tahun,
sebagai petunjuk dasar dalam menentukan kekurangan berat
badan ataupun kelebihan berat badan. Kelebihan grafik
pertumbuhan IMT berdasarkan umur yaitu dapat, mengetahui
perubahan lemak tubuh menurut usia anak dan juga karena
terdapat perbedaan lemak tubuh pada anak perempuan dan laki-
laki (Depkes RI, 2005 ; CDC ; U.S Department, 2000).
16

Dari berbagai jenis indeks tersebut, untuk


menginterpretasikan dibutuhkan ambang batas, penentuan
ambang batas diperlukan kesepakatan para ahli gizi (Supariasa,
2001). Ambang batas dapat disajikan kedalam 3 cara yaitu
persen terhadap median, persentil, dan standar deviasi unit yaitu :
1. Persen Terhadap Median
Median adalah nilai tengah dari suatu populasi. Dalam
antropometri gizi median sama dengan persentil 50
(Supariasa, 2001).
Rumus persen terhadap median :
nilai individu subjek
% Median = x 100 %
nilai median baku rujukan
2. Persentil
Para pakar merasa kurang puas dengan menggunakan
persen terhadap median, akhirnya memilih cara persentil.
Persentil 50 sama dengan median atau nilai tengah dari
jumlah populasi berada diatasnya dan setengahnya berada
dibawahnya. National Center for Health Statistics
(NCHS) merekomendasikan persentil ke 5 sebagai batas
gizi baik dan kurang, serta persentil 95 sebagai batas gizi
lebih dan gizi baik (Supariasa, 2001).

3. Standar deviasi Unit (SD)


Standar deviasi unit disebut juga Z-skor. WHO
menyarankan menggunakan cara ini untuk meneliti dan
untuk memantau pertumbuhan (Supariasa, 2001). Rumus
perhitungan Z skor adalah
Nilai individu subjek – nilai median rujukan
Z Skor =
nilai simpang baku rujukan
17

Data baku WHO-NCHS indeks BB/U, TB/U dan BB/TB


disajikan dalan dua versi yakni persentil (persentile) dan skor
simpang baku (standard deviation score = z).
Menurut Waterlow et al, gizi anak-anak dinegara-negara yang
populasinya relative baik (well-nourished), sebaiknya digunakan
“persentil”, sedangkan di negara untuk anak-anak yang
populasinya relative kurang (under nourished) sebaiknya
menggunakan skor simpang baku (SSB) sebagai persen terhadap
median baku rujukan (Supariasa, 2001).

b. Klinis
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai
status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan
yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi, yang
terlihat pada jaringan epitel (supervicial epithelial tissues) seperti kulit,
mata, rambut dan mucosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan
permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid (Supariasa, 2001).
Penggunaan metode ini umumnya untuk survey klinis secara cepat
(rapid clinical survey). Survey ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat
tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi.
Disamping itu digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang
dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan gejala
(symptom) atau riwayat penyakit (Supariasa, 2001).

c. Biokimia
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen
yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan
tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain: darah, urine, tinja dan
juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot (Supariasa, 2001).
18

Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan


akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala klinis
yang kurang spesifik, maka penetuan kimia faali dapat lebih banyak
menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik (Supariasa,
2001).

d. Biofisik
Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status
gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat
perubahan struktur dari jaringan. Umumnya dapat digunakan dalam situasi
tertentu seperti kejadian buta senja epidemik (epidemic of night blindness).
Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap (Supariasa, 2001).

B. Secara tidak langsung


Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi tiga yaitu :
survey konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi (Supariasa,
2001).

a. Survei konsumsi makanan


Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara
tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi.
Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran
tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga dan individu.
Survei ini dapat mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangan zat gizi
(Supariasa, 2001).

b. Statistik vital
Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis
data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur,
angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya
19

yang berhubungan dengan gizi. Penggunaannya dipertimbangkan sebagai


bagian dari indikator tidak langsung pengukuran status gizi masyarakat
(Supariasa, 2001).

c. Faktor ekologi
Bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah ekologi
sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis, dan lingkungan
budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan
ekologi seperti iklim, tanah, irigasi dan lain-lain (Supariasa, 2001).
Penggunaan faktor ekologi dipandang sangat penting untuk mengetahui
penyebab malnutrisi di suatu masyarakat sebagai dasar untuk melakukan
program intervensi gizi (Schrimshaw,1964).

3). Kebutuhan gizi anak usia sekolah dasar


Kebutuhan gizi anak sekolah cukup tinggi, seperti kalori tinggi yang
dibutuhkan untuk memenuhi aktivitas yang tinggi. Hal ini dikarenakan anak
sekolah berada dalam masa pertumbuhan yang cepat dan aktif sehingga pada
masa ini anak harus mendapatkan makanan bergizi dalam segi kualitas maupun
kuantitas yang tepat (Muhilal ,1980).
Untuk pertumbuhan tulang diperlukan kalsium, fosfor, dan vitamin D yang
cukup. Vitamin yang lain disesuaikan dengan kebutuhan kalori, seperti vitamin
B dan vitamin C Sementara itu protein berfungsi untuk pembentukan otot dan
pembentukan darah serta komponen-komponennya bersama zat besi (Muhilal,
1993 ; Sunita Almatsier, 2001).

A. Angka kecukupan gizi


Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan (AKG) atau Recommended
Dietary Allowances (RDA) adalah taraf konsumsi zat-zat gizi esensial, yang
berdasarkan pengetahuan ilmiah dinilai cukup untuk memenuhi kebutuhan
hampir semua orang sehat. AKG yang dianjurkan didasarkan pada patokan
20

berat badan untuk masing-masing kelompok umur, gender, aktivitas fisik,


dan kondisi fisiologis tertentu seperti kehamilan dan menyusui (Sunita
Almatsier, 2001).
AKG yang ditetapkan pada Widyakarya Pangan dan Gizi Nasional
(WNPG) tahun 2004 meliputi zat-zat gizi sebagai berikut : energi (kkal),
protein (g), vitamin A (RE), vitamin D (mcg), piridoksin (mg), vitamin
B12 (mcg), vitamin C (mg), kalsium (mg), fosfor (mg), magnesium (mg),
besi (mg), iodium (mcg), seng (mg), selenium (mcg), mangan (mg), dan
fluor (mg) (lampiran 19).

B. Pedoman Umum Gizi seimbang (PUGS)


Sebagai alat memberikan penyuluhan pangan dan gizi kepada
masyarakat luas dalam rangka memasyarakatkan gizi seimbang, pada tahun
1995 Direktorat Gizi Depkes telah mengeluarkan Pedoman Umum Gizi
Seimbang (PUGS). Pedoman ini disusun dalam rangka memenuhi salah
satu rekomendasi Konferensi Gizi International di Roma pada tahun 1992
untuk mencapai dan memelihara kesehatan dan kesejahteraan gizi
(nutritional well-being) semua penduduk yang merupakan prasyarat untuk
pembangunan sumberdaya manusia. PUGS merupakan penjabaran lebih
lanjut dari pedoman 4 sehat 5 sempurna yang memuat pesan-pesan yang
berkaitan dengan pencegahan baik masalah gizi kurang, maupun masalah
gizi lebih yang selama 20 tahun terakhir telah menampakkan diri di
Indonesia (Sunita Almatsier, 2001).

a. Konsep Dasar Gizi seimbang


Dalam PUGS susunan makanan yang dianjurkan adalah yang menjamin
keseimbangan zat-zat gizi. Hal ini dapat dicapai dengan mengkonsumsi
beraneka ragam makanan tiap hari. Tiap makanan dapat saling melengkapi
dalam zat-zat gizi yang dikandungnya.
21

Pengelompokkan bahan makanan disederhanakan, yaitu didasarkan


pada tiga fungsi utama zat-zat gizi, yaitu sebagai : (1) sumber
energi/tenaga; (2) sumber zat pembangun; dan (3) sumber zat pengatur.
Untuk mencapai gizi seimbang hendaknya susunan makanan sehari terdiri
dari campuran ketiga kelompok bahan makanan tersebut. Dari tiap
kelompok dipilih satu atau lebih jenis bahan makanan yang sesuai dengan
ketersediaan bahan makanan tersebut di pasar, keadaan sosial ekonomi,
nilai gizi, dan kebiasaan makanan (Sunita Almatsier, 2001).
Ketiga golongan bahan makanan tersebut digambarkan dalam bentuk
kerucut dengan urutan-urutan menurut banyaknya digunakan dalam
kehidupan sehari-hari. Dasar kerucut menggambarkan sumber
energi/tenaga, yaitu golongan bahan makanan yang paling banyak
dimakan, bagian tengah menggambarkan sumber zat pengatur, sedangkan
bagian atas menggambarkan sumber zat pembangun yang secara relatif
paling sedikit dimakan tiap hari. Bahan makanan yang terdapat di dalam
tiap kelompok bahan makanan adalah sebagai berikut :
(1) Sumber zat energi/tenaga : Padi-padian, tepung-tepungan, umbi-
umbian, sagu, dan pisang yang
dibeberapa bagian di Indonesia juga
dimakan sebagai makanan pokok.
(2) Sumber zat pengatur : Sayuran dan buah-buahan.
(3) Sumber zat pembangun:Ikan, ayam, telur, daging, susu,
kacang-kacangan dan hasil olah-nya,
seperti tempe, tahu, dan oncom .
22

Sumber : http://obesesolution.wordpress.com/2011/03/01/

PUGS memuat tiga belas pesan dasar yang diharapkan dapat digunakan
masyarakat luas sebagai pedoman praktis untuk mengatur makanan sehari-
hari yang seimbang dan aman guna mencapai dan mempertahankan status
gizi dan kesehatan yang optimal (Sunita Almatsier, 2001). Ketiga belas
pesan dasar tersebut adalah sebagai berikut:
1. Makanlah Aneka Ragam Makanan.
Tidak ada satu jenis makanan apapun yang mengandung semua
jenis zat gizi, yang mampu membuat seseorang untuk hidup, tumbuh
kembang dan produktif. Hal ini menyebabkan setiap orang perlu
mengkonsumsi aneka ragam makanan. Makanan yang beraneka
ragam yaitu makanan yang mengandung unsur-unsur zat gizi yang
diperlukan tubuh baik kualitas maupun kuantitasnya. Apabila terjadi
kekurangan atas kelengkapan salah satu zat gizi tertentu pada satu
jenis makanan, akan dilengkapi oleh zat gizi serupa dari makanan
yang lain. Mengkonsumsi makanan yang beraneka ragam akan
menjamin terpenuhinya kecukupan sumber zat tenaga, zat
pembangun dan zat pengatur (Sunita Almatsier, 2001; Hariyani
2011).
23

2. Konsumsi Makanan Untuk Memenuhi Kecukupan Energi.


Konsumsi energi yang melebihi kecukupan dapat mengakibatkan
kenaikan berat badan. Energi yang berlebih disimpan sebagai
cadangan di dalam tubuh berbentuk lemak atau jaringan lain. Apabila
keadaan ini berlanjut akan menyebabkan kegemukan, yang iasanya
disertai berbagai gangguan kesehatan, seperti tekanan darah tinggi,
penyakit jantung, penyakit kencing manis dan yang lainnya (Sunita
Almatsier, 2001 ; Hariyani 2011).
Sebaliknya, apabila konsumsi energi kurang, maka cadangan
energi dalam tubuh yang berada dalam jaringan otot/lemak akan
digunakan untuk menutupi kekurangan tersebut. Apabila hal ini
berlanjut maka dapat menurunkan produktivitas kerja, prestasi belajar
dan kreativitas (Sunita Almatsier, 2001 ; Hariyani 2011).
Konsumsi gula sebaiknya dibatasi sampai 5% dari jumlah
kecukupan energi atau sekitar 3-4 sendok makan setiap hari.
Konsumsi gula yang berlebihan akan menyebabkan konsumsi energi
yang berlebih dan disimpan dalam jaringan tubuh/lemak. Apabila hal
ini berlangsung dapat mengakibatkan kegemukan (Sunita Almatsier,
2001 ; Hariyani 2011).

3. Makanlah Makanan Sumber Karbohidrat, Setengah dari Kebutuhan


Energi.
Karbohidrat memiliki fungsi utama sebagai penyedia energi bagi
tubuh. Oleh karena itu konsumsilah karbohidrat setengah dari
kebutuhan energi yang dibutuhkan oleh tubuh dan sisanya dipenuhi
oleh protein, lemak, vitamin, mineral dan air (Sunita Almatsier, 2001
; Hariyani 2011).
24

4. Batasi Konsumsi Lemak dan Minyak Sampai Seperempat dari


Kebutuhan Energi.
Konsumsi lemak dan minyak dalam makanan sehari-hari
sebaiknya 15-25 % dari kebutuhan energi. Selain berpotensi tinggi
kalori, lemak juga relatif lama berada dalam sistem pencernaan
dibandingkan dengan protein dan karbohidrat, sehingga lemak
menimbulkan rasa kenyang yang lebih lama. Jika seseorang
mengkonsumsi lemak dan minyak secara berlebihan akan
mengurangi konsumsi makanan lain sehingga menyebabkan
kebutuhan zat gizi yang lain tidak terpenuhi. Kebiasaan
mengkonsumsi lemak hewani yang berlebihan dapat menyebabkan
penyempitan pembuluh darah arteri dan penyakit jantung koroner.
Risiko penyakit jantung koroner akan menurun dengan membiasakan
mengkonsumsi ikan karena lemak ikan mengandung asam lemak
omega 3. Asam lemak omega 3 berperan mencegah terjadinya
penyumbatan lemak pada dinding pembuluh darah (Sunita Almatsier,
2001 ; Hariyani 2011).

5. Gunakan Garam Beryodium


Peraturan Keppres No. 69 tahun 1994 mengharuskan semua
garam yang beredar di Indonesia mengandung yodium.
Kebijaksanaan ini berkaitan erat dengan masih tingginya kejadian
gangguan kesehatan akibat kekurangan yodium (GAKY) di
Indonesia. GAKY (Gangguan Akibat Kekurangan Yodium)
merupakan masalah gizi yang serius karena dapat menyebabkan
penyakit gondok dan kretin. Kekurangan unsur yodium dalam
makanan sehari-hari, dapat pula menurunkan tingkat kecerdasan
seseorang (Sunita Almatsier, 2001 ; Hariyani 2011).
25

6. Makanlah Makanan Sumber Zat Besi.


Zat besi adalah salah satu unsur penting dalam proses
pembentukan sel darah merah. Zat besi secara alamiah diperoleh dari
makanan. Sumber utama zat besi adalah bahan pangan hewani dan
kacang-kacangan serta sayuran berwarna hijau tua. Kesulitan utama
untuk memenuhi kebutuhan zat besi adalah rendahnya tingkat
penyerapan zat besi didalam tubuh, terutama sumber zat besi dari
nabati yang hanya diserap 1-2%. Tingkat penyerapan zat besi yang
berasal dari hewani lebih tinggi dibandingkan zat besi yang bersal
dari pangan nabati yaitu mencapai 10-20 % (Sunita Almatsier, 2001 ;
Hariyani 2011).
7. Berikan ASI Saja Kepada Bayi Sampai Umur Empat Bulan.
Pemberian ASI saja tanpa makanan dan minuman lain pada
awalnya diberikan sampai usia empat bulan, namun kemudian
menjadi sampai usia enam bulan seiring dengan berbagai penelitian
yang membuktikan bahwa kebutuhan bayi sampai usia enam bulan
dapat tercukupi hanya dengan ASI. Pemberian ASI harus segera
dilakukan setelah bayi dilahirkan (dalam waktu 30 menit setelah
lahir). Setelah enam bulan kepada bayi diberikan makanan
pendamping dan pemberian ASI tetap diteruskan sampai bayi
berumur dua tahun (Sunita Almatsier, 2001 ; Hariyani 2011).

8. Biasakan Makan Pagi.


Makan pagi dapat memelihara ketahanan fisik, mempertahankan
daya tahan saat bekerja, meningkatkan produktivitas kerja,
meningkatkan konsentrasi dan memudahkan menyerap informasi.
Kebiasaan makan pagi juga membantu seseorang untuk memenuhi
kecukupan gizinya sehari-hari. Jenis hidangan untuk makan pagi
dapat dipilih dan disusun sesuai dengan keadaan. Pemilihan makanan
yang baik bila terdiri dari makanan yang mengandung sumber zat
26

tenaga, sumber zat pembangun dan sumber zat pengatur. Seseorang


yang tidak makan pagi memiliki resiko menderita gangguan
kesehatan berupa menurunnya kadar gula darah dengan tanda-tanda
antara lain : lemah, keluar keringat dingin, kesadaran menurun
bahkan pingsan (Sunita Almatsier, 2001 ; Hariyani 2011).

9. Minumlah Air Bersih, Aman yang Cukup Jumlahnya.


Cairan yang dikonsumsi seseorang, seperti air minum, hendaknya
tidak kurang dari dua liter atau setara dengan delapan gelas setiap
hari. Mengkonsumsi cukup cairan dapat mencegah dehidrasi atau
kekurangan cairan tubuh, dan dapat menurunkan resiko penyakit batu
ginjal. Mengkonsumsi cairan yang tidak terjamin keamanannya dapat
menimbulkan gangguan kesehatan seperti diare dan keracunan
berbagai senyawa kimia yang terdapat pada air (Sunita Almatsier,
2001 ; Hariyani 2011).

10. Lakukan Kegiatan Fisik dan Olahraga Secara Teratur.


Aktivitas fisik dapat meningkatkan kebugaran, mencegah
kelebihan berat badan, meningkatkan fungsi jantung, paru dan otot,
serta memperlambat proses penuaan (Sunita Almatsier, 2001 ;
Hariyani 2011).

11. Hindari Minum-Minuman yang Beralkohol.


Kebiasaan dengan minuman beralkohol dapat mengakibatkan
terhambatnya proses penyerapan zat gizi, hilangnya zat-zat gizi
yang penting, penyakit gangguan hati, serta kerusakan saraf otak
dan jaringan (Sunita Almatsier, 2001 ; Hariyani 2011).
27

12. Makanlah Makanan yang Aman Bagi kesehatan.


Makanan yang dikonsumsi harus aman bagi kesehatan. Makanan
yang aman adalah makanan yang bebas dari kuman dan bahan
kimia berbahaya, serta tidak bertentangan dengan keyakinan
masyarakat. Makanan atau masakan dapat memenuhi syarat-syarat
halal dan aman untuk dikonsumsi, makanan harus diperlakukan
secara baik dan benar. Perlakuan ini pada tahap budidaya disebut
cara budidaya yang baik, pada tahap pengolahan di pabrik disebut
cara produksi yang baik, dan pada tahap pengolahan di rumah
tangga disebut cara penanganan yang baik (Sunita Almatsier, 2001 ;
Hariyani 2011).

13. Bacalah Label Pada Makanan yang Dikemas.


Peraturan perundang-undangan menetapkan bahwa setiap
produk makanan yang dikemas harus mencantumkan keterangan.
Label pada makanan yang dikemas berisi keterangan tentang isi,
jenis dan ukuran bahan-bahan yang digunakan, susunan zat gizi,
tanggal kadaluwarsa dan keterangan penting lain (Sunita Almatsier,
2001 & Hariyani 2011).

4). Faktor-faktor yang mempengaruhi keadaan gizi


Status gizi anak pada dasarnya ditentukan oleh dua hal utama, yaitu
makanan yang dimakan dan keadaan kesehatannya. Kualitas dan kuantitas
makanan seorang anak tergantung pada kandungan zat gizi makanan tersebut,
ada tidaknya pemberian makanan tambahan di keluarga, daya beli keluarga dan
karakteristik ibu tentang makanan dan kesehatan. Keadaan kesehatan anak
sangat dipengaruhi oleh daya beli keluarga, kebiasaan makan orang tua,
pengetahuan tentang pemeliharaan kesehatan serta keadaan fisik dan sosial
anak (Supariasa, 2001). Menurut UNICEF (1998), Faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap status gizi anak dibagi menjadi dua faktor yaotu : faktor
28

langsung dan faktor tidak langsung. Faktor langsung yaitu asupan makanan dan
penyakit infeksi, sedangkan faktor tidak langsung adalah ketersediaan dan pola
konsumsi dalam rumah tangga, perawatan ibu dan anak, pelayanan kesehatan
dan lingkungan, tingkat pendidikan, pengetahuan gizi dan jumlah anggota
keluarga. Faktor yang dapat membuat keadaan gizi anak sekolah buruk yaitu :
a. Anak dalam usia ini sudah dapat memilih dan menentukan makanan apa
yang disukai dan yang tidak disukai, sehingga seringkali anak-anak
memilih makanan yang salah.
b. Kebiasaan jajan. Dalam usia ini biasanya anak gemar jajan. Hal ini
disebabkan karena pengaruh dari teman-temannya atau keluarganya.
c. Anak tiba di rumah dalam keadaan lelah karena bermain di sekolah
sehingga tidak nafsu makan.
(Sjamien Moehji, 2003)

1). Asupan Zat Gizi


Defisiensi zat gizi yang paling berat dan meluas terutama di kalangan
anak-anak ialah akibat kekurangan zat gizi sebagai akibat kekurangan
konsumsi makanan dan hambatan mengabsorbsi zat gizi. Zat energi
digunakan oleh tubuh sebagai sumber tenaga berupa karbohidrat, lemak,
dan protein.
Kekurangan zat gizi pada anak disebabkan karena pemberian makanan
yang tidak sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan badan anak atau adanya
ketidakseimbangan antara konsumsi zat gizi dan kebutuhan gizi dari segi
kuantitatif maupun kualitatif ( Supariasa, 2001).
Faktor-faktor yang mempengaruhi asupan zat gizi yaitu :
a. Pendapatan keluarga
Daya beli keluarga sangat ditentukan oleh tingkat pendapatan
keluarga. Tingkat pendapatan keluarga dalam hal ini turut menentukan
jumlah dan kualitas makanan yang dikonsumsi. Pada keluarga yang
29

berpenghasilan rendah, keterbatasan sumber energi terutama diperoleh


dari padi-padian, umbi dan sayuran (Soehardjo, 1989).
b. Faktor Karakteristik Ibu
Status gizi yang dipengaruhi oleh masukan zat gizi secara tidak
langsung dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya karakteristik
keluarga. Karakteristik keluarga khususnya ibu berhubungan dengan
tumbuh kembang anak. Ibu sebagai orang yang terdekat dengan
lingkungan asuhan anak ikut berperan dalam proses tumbuh kembang
anak melalui zat gizi makanan yang diberikan. Karakteristik ibu ikut
menentukan keadaan gizi anak.

1. Pengetahuan Gizi Ibu


Banyak masalah gizi yang dipengaruhi oleh keterbatasan
pengetahuan gizi. Pengetahuan gizi yang baik akan menyebabkan
seseorang mampu menyusun menu yang baik untuk dikonsumsi.
Semakin banyak pengetahuan gizi seseorang ia akan semakin
memperhitungkan jenis dan jumlah makanan untuk dikonsumsi
(Ahmad Djaeni, 2000). Makanan yang dikonsumsi oleh keluarga
merupakan hasil dari proses pengambilan keputusan oleh ibu
(Robhson,1972). Pengetahuan seorang ibu dibutuhkan dalam hal
perawatan, pemberian dan penyediaan makanan untuk anaknya,
sehingga anak tidak mengalami gangguan gizi. Ketidaktahuan
menyebabkan kesalahan pemilihan dan pengolahan makanan,
meskipun bahan makanan tersedia (Suharjo, 2003). Kurangnya
pengetahuan gizi akan mempengaruhi penerapan pola konsumsinya
(Suhardjo,1989).
30

2. Pendidikan Ibu
Tingkat pendidikan merupakan faktor yang dapat
mempengaruhi kualitas dan kuantitas makanan. Tingkat pendidikan
yang tinggi akan menyebabkan pengetahuan atau informasi
mengenai gizi menjadi lebih baik. BPS Demak (2004),
mengungkapkan rendahnya tingkat pendidikan orang tua
memperlihatkan prevalensi gizi kurang yang tinggi, begitupun
sebaliknya pada masyarakat yang tingkat pendidikannya cukup
tinggi maka prevalensi gizi kurang rendah.
Tingkat pendidikan ibu sangat berpengaruh terhadap penyusunan
pola makan keluarga, mulai dari perencanaan belanja, pemilihan
bahan pangan, maupun dalam pengolahan serta penghidangan
makanan bagi keluarga (Sariningrum,1990). Tingkat pendidikan
akan mempengaruhi konsumsi pangan melalui pemilihan bahan
pangan. Orang yang berpendidikan lebih tinggi cenderung memilih
makanan yang lebih baik dalam kualitas dan kuantitas dibandingkan
mereka yang berpendidikan rendah (Hidayat,1980).
Pengetahuan dan pendidikan ibu yang rendah menjadi faktor
penyebab mendasar terhadap kesehatan keluarga. Pendidikan ibu
yang rendah sangat mempengaruhi tingkat kemampuan individu,
keluarga, dan masyarakat dalam mengelola sumber daya yang ada.
Cara yang dilakukan adalah mendapatkan kecukupan bahan
makanan, pelayanan kesehatan gizi dan sanitasi lingkungan yang
tersedia dimanfaatkan sebaik-baiknya (Depkes, 2000). Berg (1986),
mengatakan bahwa, masalah gizi pada anak timbul karena
ketidaktahuan atau kurangnya informasi tentang gizi yang
memadai.
31

3. Pekerjaan
Seorang ibu yang bekerja akan berkurang waktunya untuk
keluarga. Peran ibu yang biasa menyiapkan dan memberikan
makanan pada anak-anaknya akan digantikan oleh orang lain
(Suhardjo,1989). Ibu yang bekerja akan berkurang waktunya untuk
pekerjaan rumah dan waktu untuk anak. Ibu yang bekerja biasanya
anak akan diurus oleh orang lain seperti pembantu atau anggota
keluarga lainnya,hal ini dapat mempengaruhi asupan dan juga pola
makanan pada anak.

2). Keadaan kesehatan


Keadaan kesehatan berhubungan dengan tingkat kesehatan atau ada
tidaknya penyakit infeksi yang umumnya saluran infeksi pernafasan dan
saluran pencernaan (Supariasa, 2001).
1. Penyakit/ infeksi
Infeksi dapat berhubungan dengan gangguan gizi melalui
beberapa cara yaitu mempengaruhi nafsu makan, dan
menyebabkan kehilangan bahan makanan. Anak yang menderita
diare akan menyebabkan penyerapan zat gizi oleh saluran
pencernaan makanan dapat turun hingga 70%. Penurunan ini
terjadi karena nafsu makan berkurang atau muntah. Terdapat
hubungan yang bolak balik antara keadaan gizi kurang dengan
infeksi. Infeksi dapat menimbulkan berbagai gizi kurang melalui
berbagai mekanisme, misalnya, orang yang gizinya kurang, mudah
terkena serangan penyakit infeksi, begitu pula sebaliknya penyakit
infeksi dapat menimbulkan kurang gizi (Suhardjo, 1989 ;
Alisjahbana 1985).
32

2. Pelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatan merupakan akses atau keterjangkauan
anak dan keluarga terhadap upaya pencegahan penyakit dan
pemeliharaan kesehatan seperti imunisasi, penimbangan anak,
penyuluhan kesehatan. Sarana kesehatan yang baik berupa
posyandu, puskesmas dan rumah sakit. Upaya pelayanan
kesehatan diarahkan kepada peningkatan kesehatan dan status gizi
anak sehingga terhindar dari kematian dini dan mutu fisik yang
rendah (Aritonang, 2003).
Peran pelayanan kesehatan telah lama diadakan untuk
memperbaiki status gizi. Pelayanan kesehatan berpengaruh
terhadap kesehatan dengan adanya penanganan yang cepat
terhadap masalah kesehatan terutama masalah gizi. Pelayanan
yang selalu siap dan dekat dengan masyarakat akan sangat
membantu dalam meningkatkan derajat kesehatan (Aritonang,
2003).

2.1.2 Pengetahuan dan perilaku


1). Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil ‘tahu’, dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
pancaindera manusia, yakni : indera penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa, dan raba. Pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga
(Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan tentang gizi adalah tentang pengetahuan
keragaman bahan makanan dan jenis makanan yang dapat dipakai sebagai
ukuran kualitas gizi (Suhardjo, 1989). Tingkat pendidikan gizi ibu sangat
berpengaruh terhadap kualitas pangan yang dikonsumsi. Purnama (1984),
pengetahuan gizi ibu bermakna dengan sikap positif terhadap perencanaan dan
persiapan makanan. Semakin tinggi pengetahuan ibu, maka semakin positif
sikap ibu terhadap gizi makanan. Pengetahuan gizi ibu merupakan salah satu
33

faktor yang dapat mempengaruhi konsumsi pangan dan status gizi anak usia
sekolah dasar. Pengetahuan yang dimiliki seorang ibu tentang kebutuhan akan
gizi, dapat menentukan jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi oleh
anaknya
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang (overt behaviour). Penelitian Rogers (1974)
mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku
baru), dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni :
a. Awareness (kesadaran), menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu
terhadap stimulus (obyek).
b. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut, yang
mana sikap subjek sudah mulai timbul.
c. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus
tersebut bagi dirinya. Berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
d. Trial, di mana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan
apa yang dikehendaki oleh stimulus.
e. Adoption, di mana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus (Notoatmodjo,
2007).
Penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa perubahan perilaku
tidak selalu melewati tahap-tahap tersebut. Penerimaan perilaku baru atau
adopsi perilaku melalui proses seperti ini yang didasari oleh pengetahuan,
kesadaran dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan bersifat
langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh
pengetahuan dan kesadaran akan tidak berlangsung lama (Notoatmodjo,
2007).
34

A. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan


Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang yaitu :
a). Pendidikan
Pendidikan adalah bimbingan yang diberikan seseorang pada orang lain
terhadap sesuatu hal agar mereka dapat memahami. Semakin tinggi
pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka menerima informasi.
Pada akhirnya, makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya.
Sebaliknya, jika seseorang tingkat pendidikannya rendah, akan
menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan,
informasi dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan (Notoadmodjo, 2007).
b). Pekerjaan
Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh
pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung
(Notoadmodjo, 2007).
c). Umur
Bertambahnya umur seseorang akan menyebabkan perubahan pada aspek
fisik dan psikologis (mental). Pertumbuhan fisik secara garis besar dibagi
atas empat kategori, yaitu (1). perubahan ukuran, (2). perubahan proporsi,
(3). hilangnya ciri - ciri lama dan (4). timbulnya ciri - ciri baru. Perubahan
ini terjadi akibat pematangan fungsi organ (Notoadmodjo, 2007).
d). Minat
Minat adalah suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap
sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu
hal dan pada akhirnya diperoleh dari pengetahuan yang lebih mendalam
(Notoadmodjo, 2007).
e). Pengalaman
Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam
berinteraksi dengan lingkungannya (Notoadmodjo, 2007).
35

f). Kebudayaan
Kebudayaan lingkungan sekitar mempunyai pengaruh besar terhadap
pembentukan sikap. Apabila dalam suatu wilayah mempunyai budaya
untuk menjaga kebersihan lingkungan maka sangat mungkin masyarakat
sekitarnya mempunyai sikap untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan.
Lingkungan sangat berpengaruh dalam pembentukan sikap pribadi atau
sikap seseorang (Saifuddin A, 2002).
g). Informasi
Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat membantu
mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru
(promosi kesehatan sebuah pengantar proses belajar mengajar dalam
pendidikan) (Notoatmodjo, 2007).

B. Tingkat pengetahuan
Pengetahuan yang dicakup menurut Benjamin Bloom (1956), mempunyai enam
tingkat, yaitu :
1). Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)
terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang sudah diterima. Oleh sebab itu, “ tahu “ merupakan
tingkat pengetahuan yang paling rendah. Orang tahu tentang apa yang
dipelajari seperti menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan,
menyatakan, dan sebagainya terhadap objek yang diamatinya
(Notoatmodjo, 2007).
2). Memahami (comprehension)
Memahami adalah sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara benar. Seseorang yang telah paham terhadap objek atau
materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,
36

meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari(Notoatmodjo,


2007).
3). Aplikasi (application)
Aplikasi adalah sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi disini dapat
diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,
prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain
(Notoatmodjo, 2007).
4). Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu
struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
Kemampuan analisa ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja :
dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,
mengelompokan dan sebagainya (Notoatmodjo, 2007).
5). Sintesis (synthesis)
Sintesis adalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang sudah ada. Kemampuan ini
misalnya : dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan,
dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-
rumusan yang telah ada (Notoatmodjo, 2007).
6). Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu
berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan
kriteria-kriteria yang telah ada (Notoatmodjo, 2007).
37

Saat ini taksonomi tersebut telah diperbaharui dan diadaptasi dari karya
Lorin Anderson dan David Krathwohl (2000), yang membagi menjadi 6 tingkat
yakni :
1). Mengingat (remembering)
Mengingat diartikan sebagai mengambil, mengingat atau mengenali
pengetahuan dari memori. Mengingat adalah ketika memori digunakan
untuk menghasilkan definisi, fakta, daftar, membaca atau mengambil
material (Leslie, 2006).
2). Memahami (understanding)
Membangun makna dari berbagai jenis fungsi yang tertulis atau grafis
pesan seperti menginterpretasikan, mencontohkan, mengklasifikasi,
meringkas, menyimpulkan, membandingkan dan menjelaskan (Leslie,
2006).
3). Penerapan (applying)
Melaksanakan atau menggunakan prosedur melalui pelaksana.
Menerapkan hal yang terkait dan mengacu pada situasi dimana bahan
belajar yang digunakan melalui produk seperti model, presentasi,
wawancara atau simulasi (Leslie, 2006).
4). Menganalisis (analyzing)
Memecahkan materi atau konsep kedalam bagiannya dan menentukan
bagaimana bagian tersebut berhubungan satu sama lain. Tindakan mental
yang termasuk kedalam fungsi ini adalah membedakan, pengorganisasian,
menghubungkan serta mampu membedakan antara komponen dan bagian.
Seseorang yang sedang menganalisa dapat menggambarkan fungsi mental
dengan menciptakan spreadsheet, survei, grafik, diagram atau
representasi grafik (Leslie, 2006).
5). Membuat (creating)
Menempatkan elemen bersama-sama untuk membentuk keseluruhan
yang koheren atau fungsional; elemen reorganisasi ke dalam pola baru
atau struktur melalui perencanaan, menghasilkan atau memproduksi.
38

Membuat mengharuskan pengguna untuk menempatkan bagian-bagian


bersama-sama dalam cara yang baru atau mensintesis bagian menjadi
sesuatu yang baru dan berbeda. Proses ini adalah proses yang paling rumit
dalam tingkatan pengetahuan (Leslie, 2006).
6). Mengevaluasi (evaluating)
Membuat penilaian berdasarkan kriteria dan standar melalui
pemeriksaan dan mengkritisi. Kritik, rekomendasi dan laporan adalah
beberapa produk yang dapat dibuat untuk menunjukkan proses evaluasi
(Leslie, 2006).

Pengetahuan ibu dapat diperoleh dari beberapa faktor antara lain, faktor
formal seperti pendidikan yang didapat di sekolah-sekolah dan faktor non
formal seperti ibu aktif dalam kegiatan posyandu, PKK maupun kegiatan
penyuluhan kesehatan masyarakat (Notoatmodjo, 2007).
Pengetahuan gizi ibu didukung oleh latar belakang pendidikannya.
Rendahnya pendidikan ibu menyebabkan berbagai keterbatasan dalam
menangani masalah kesehatan gizi dan kesehatan keluarga termasuk anak usia
sekolah dasar. Ibu yang tidak mempunyai pengetahuan gizi serta keterampilan
dalam mengolah makanan, biasanya akan cenderung mencari makanan yang
siap saji yang menyebabkan anak menjadi obesitas ( Yanti, 2004 ).
Pengetahuan merupakan faktor yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang. Roger (1974) mengungkapkan bahwa, perilaku didasari
oleh pengetahuan (Notoadmojo, 1997). Tingkat pengetahuan gizi seseorang
berpengaruh pada sikap dan perilaku dalam pemilihan makanan dan selanjutnya
akan berpengaruh pada keadaan individu yang bersangkutan (Suhardjo, 1986)
Pengetahuan gizi dikategorikan dalam tiga kelompok, yaitu:
1. Baik dengan skor >80%
2. Sedang dengan skor 60-80%
3. Kurang dengan skor <60%
( Notoadmojo, 2007)
39

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket


yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian
atau responden (Notoadmojo, 1997).

2). Perilaku
Perilaku manusia pada hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari
manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain:
berjalan, berbicara menangis, tertawa, kuliah, menulis, membaca dan
sebagainya. Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik
yang dapat diamati secara langsung maupun yang tidak dapat diamati secara
langsung (Notoadmodjo, 2007).
Perilaku dan gejala perilaku yang tampak pada kegiatan organisme
tersebut dipengaruhi oleh faktor genetik (keturunan) dan lingkungan. Secara
umum faktor genetik dan lingkungan itu merupakan penentu dari perilaku
manusia. Hereditas atau faktor keturunan adalah konsepsi dasar atau modal
untuk perkembangan perilaku mahluk hidup itu untuk selanjutnya,
sedangkan lingkungan adalah kondisi atau lahan untuk perkembangan
perilaku tersebut.

A. Bentuk-bentuk Perilaku.
1). Bentuk pasif adalah respon internal, yaitu terjadi di dalam diri manusia
dan tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang lain, misalnya
berpikir, atau sikap batin dan pengetahuan. Misalnya, imunisasi itu
dapat mencegah suatu penyakit tertentu meskipun ibu tersebut tidak
membawa anaknya ke puskesmas untuk imunisasi. Contoh lain, seorang
yang menganjurkan orang lain untuk mengikuti keluarga berencana
meskipun ia sendiri tidak mengikuti keluarga berencana. Kedua contoh
tersebut telah mempunyai sikap yang positif untuk mendukung keluarga
berencana, meskipun mereka sendiri belum melakukan secara konkret
40

terhadap kedua hal tersebut. Oleh sebab itu perilaku mereka ini masih
terselubung (convert behaviour) (Notoadmodjo, 2007).
2). Bentuk aktif yaitu apabila perilaku itu jelas dapat diobservasi secara
langsung misalnya, ibu sudah membawa anaknya ke Puskesmas atau
fasilitas kesehatan lain untuk imunisasi. Kasus kedua ibu sudah ikut
keluarga berencana dan menjadi akseptor KB. Perilaku ini sudah tampak
dalam bentuk tindakan nyata, maka disebut ‘overt behaviour’
(Notoadmodjo, 2007).
Dapat disimpulkan bahwa pengetahuan merupakan respon seseorang
terhadap stimulus atau rangsangan yang masih bersifat terselubung, dan
disebut ‘covert bahviour’. Sedangkan tindakan nyata seseorang sebagai
respon terhadap stimulus (practice) adalah ‘overt behaviour’

B. Perubahan - perubahan Perilaku


Perilaku kesehatan adalah masalah pembentukan dan perubahan
perilaku. Perubahan perilaku merupakan tujuan dari pendidikan atau
penyuluhan kesehatan sebagai penunjang program-program kesehatan yang
lainnya (Notoadmodjo, 2007). Banyak teori tentang perubahan perilaku ini,
antara lain:
1). Teori Stimulus – Organisme – Respon (S-O-R)
Teori ini mendasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan
perilaku tergantung pada kualitas rangsangan (stimulus) yang
berkomunikasi dengan organisme. Artinya, kualitas dari sumber
komunikasi (sources) misalnya, kredibilitas, kepemimpinan, gaya
berbicara sangat menentukan keberhasilan perubahan perilaku
sesorang, kelompok atau masyarakat (Notoadmodjo, 2007).
2). Teori Festinger (Dissonance Theory)
Teori ini sebenarnya hampir sama dengan konsep ‘imbalance’
(tidakseimbang), hal ini berarti bahwa keadaan ‘cognitive dissonance’
merupakan hal ketidakseimbangan psikologis yang diliputi oleh
41

ketegangan diri yang berusaha untuk mencapai keseimbangan kembali.


Apabila terjadi keseimbangan dalam diri individu, yaitu tidak terjadi
ketegangan diri lagi, dan keadaan ini disebut ‘consonance’
(keseimbangan) (Notoadmodjo, 2007).
3). Teori Fungsi
Teori ini berdasarkan anggapan bahwa perubahan perilaku individu itu
tergantung kepada keutuhan, artinya bahwa stimulus yang dapat
mengakibatkan perubahan perilaku seseorang, stimulus tersebut dapat
dimengerti dalam konteks kebutuhan orang tersebut (Notoadmodjo,
2007). Menurut Katz (1960) perilaku dilatarbelakangi oleh kebutuhan
individu yang bersangkutan. Katz berasumsi bahwa:
• Perilaku itu memiliki fungsi instrumental, artinya dapat berfungsi
dan memberikan pelayanan terhadap kebutuhan.
• Perilaku dapat berfungsi sebagai ‘defence mechanism’ atau sebagai
pertahanan diri dalam menghadapi lingkungannya.
• Perilaku berfungsi sebagai penerima objek dan memberikan arti.
• Perilaku berfungsi sebagai nilai ekspresif dari diri seseorang dalam
menjawab suatu situasi (Notoadmodjo, 2007).
4). Teori Kurt Lewin
Teori ini berpendapat bahwa perilaku manusia itu adalah suatu
keadaan yang seimbang antara kekuatan - kekuatan pendorong (driving
forces) dan kekuatan - kekuatan penahan (restrining forces). Perilaku
itu berubah apabila terjadi ketidakseimbangan antara kedua kekuatan -
kekuatan tersebut di dalam diri seseorang (Notoadmodjo, 2007).
Sehingga ada tiga kemungkinan terjadinya perubahan perilaku pada
diri seseorang, yaitu:
• Kekuatan - kekuatan pendorong meningkat, berupa stimulus-
stimulus yang mendorong untuk terjadinya perubahan - perubahan
perilaku.
42

• Kekuatan - kekuatan penahan menurun, berupa adanya stimulus -


stimulus yang memperlemah kekuatan penahan tersebut.
• Kekuatan pendorong meningkat, kekuatan pendorong menurun
(Notoadmojo, 2010).

Perilaku kesehatan adalah tindakan atau kegiatan yang dilakukan


seseorang untuk memelihara atau meningkatkan kesehatannya, yaitu
tindakan- tindakan untuk mencegah penyakit, memilih makanan bergizi atau
bermanfaat bagi pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Perilaku
kesehatan ini dengan sendirinya merupakan tindakan orang yang
menganggap dirinya sehat (Notoadmojo,1980). Perilaku gizi ibu dapat
dirumuskan sebagai segala bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan
lingkungan, khususnya yang menyangkut dengan kesehatan. Perilaku
tersebut terutama berikatan dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan
(Health Promotion Behaviour) seperti pemberian makanan yang bergizi.
Kebiasaan memberi stimulus pada anak saat membimbingnya maupun dalam
upaya pemenuhan gizi dengan cara pemberian makanan dengan gizi yang
seimbang. Perilaku di sini adalah suatu bentuk implementasi dari tindakan
seorang ibu terhadap peningkatan status gizi anak dalam bentuk
penyelenggaraan pemberian gizi yang baik dan benar (Sarwono, 2005).

2.1.3 Ibu Bekerja dan Tidak Bekerja


Ibu rumah tangga adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
seorang wanita yang sudah menikah dan memiliki tanggung jawab dalam
rumah tangga, yang tidak bekerja di luar rumah (Wikipedia, 2009).
Meningkatnya ibu rumah tangga yang bekerja di luar rumah dilatarbelakangi
oleh adanya kemajuan tekhnologi serta terbukanya kesempatan yang sama
bagi wanita untuk memperoleh pendidikan yang lebih tinggi (Sadli,1998).
Fenomena ini terbukti di Indonesia, berdasarkan sensus penduduk tahun
2004 jumlah angkatan kerja wanita sebanyak 36.871.239 jiwa dan jumlah
43

tersebut makin meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2006 tercatat


sebanyak 38,6 juta dan meningkat menjadi 42,8 juta pada tahun 2008
(partisipasi angkatan kerja, 2010).
Wanita tidak hanya berlaku sebagai produsen, tetapi juga sekaligus
perawat, pemelihara, penjaga, dan pendidik awal sehingga dapat dikatakan
wanita memiliki fungsi reproduktif dan produktif. Fungsi reproduktif pada
wanita selain melahirkan anak juga berkaitan dengan cara mengasuh dan
membesarkan anak, memelihara kesehatan dan kesejahteraan seluruh
anggota keluarga. Kegiatan produktif mencakup kegiatan di luar rumah
untuk tujuan mencari nafkah, mendapatkan penghasilan atau sekedar
produksi rumah tangga untuk mendapatkan makanan (BPS Kabupaten
Demak, 2004)
Permulaan abad ini, sedikit sekali wanita yang bekerja kecuali mereka
yang terdorong oleh kemiskinan (Wiliam J Goode, 2002). Namun saat ini
lebih banyak ibu yang bekerja untuk menambah tingkat kehidupan keluarga.
Faktor penyebab wanita bekerja, yaitu :
1. Orang tua dari wanita tersebut menginginkan anaknya bekerja
2. Bekerja merupakan ajang bersosialisasi
3. Wanita merasa memiliki kebebasan finansial dan tidak tergantung oleh
suami untuk memenuhi kebutuhannya
4. Wanita merasa dihargai bila bekerja
5. Bekerja dapat menambah wawasan
Ibu yang bekerja memiliki waktu jam kerja yang sama dengan pekerja
lainnya. Waktu yang dibutuhkan oleh pekerja yaitu waktu siang dan malam
hari (Siswanto Sastrohadiwiryo, 2003).
1. Waktu kerja siang hari :
a. Tujuh jam satu hari dan 40 jam satu minggu untuk 6 hari kerja
dalam satu minggu.
b. Delapan jam satu hari dan 40 jam satu minggu untuk 5 hari kerja
dalam satu minggu.
44

2. Waktu kerja malam hari :


a. Enam jam satu hari dan 35 jam satu minggu untuk 6 hari kerja
dalam satu minggu.
b. Tujuh jam satu hari dan 35 jam satu minggu untuk 5 hari kerja
dalam satu minggu
(Siswanto Sastrohadiwiryo, 2003)

2.1.4 Hubungan ibu bekerja terhadap status gizi anak


Ibu memiliki peranan yang besar dalam kebutuhan makanan keluarga
khususnya anak.
Anak- anak yang tidak diawasi orang tua cenderung memilih membeli dan
menyiapkan makanannya sendiri dengan kandungan nutrisi yang sedikit.
Klesges et al (1991), mengatakan bahwa anak yang tidak diawasi dan
dimonitori orang tua, biasanya lebih memilih makanan yang tidak sehat,
tinggi kalori dengan kandungan gizi yang sedikit (Stefanie, 2007 ; Anderson
2003). Anak cenderung membeli makananan yang manis dibandingkan
dengan makanan yang sehat. Faktor yang dapat menyebabkan kelebihan
berat badan pada anak apabila ibunya bekerja yaitu; 1). Ibu yang bekerja
mungkin lebih memiliki sedikit waktu untuk memastikan bahwa anak
mereka mengkonsumsi makanan bergizi seimbang, 2). Ibu yang bekerja
lebih rentan untuk menyiapkan makanan cepat saji, 3). Anak dari ibu yang
bekerja dapat menghabiskan waktu dengan kegiatan menetap seperti
menonton televisi atau bermain game dan menyiapkan cemilan dengan
kalori yang tinggi sehabis sepulang dari sekolah (Stefanie, 2007 ; Anderson
2003 ; Cawley dan liu, 2007).
45

2.2 Kerangka Penelitian


2.2.1 Kerangka Teori

STIMULUS

IBU

Pengetahuan Faktor
-Mengingat (Remembering) predisposisi
-Memahami (Understanding) -Pendidikan ibu
-Penerapan (Applying) -Pekerjaan ibu
-Menganalisis (Analyzing) -Pengetahuan
-Membuat (Creating) ibu
-Mengevaluasi (Evaluating) -Keadaan
kesehatan
Kesadaran terhadap -Infeksi
Status gizi anak

Sikap Faktor
Perilaku pemungkin
-Menerima - Awareness
-Merespon -Daya beli
- Interest -Ketersediaan
-Menghargai - Evaluation pangan

Sikap Faktor penguat


Sikap
terhadap gizi -Pemilihan
terhadap gizi
seimbang (-) bahan makanan
seimbang (+)
-Budaya
setempat
Trial -Keaktifan
petugas
Adoption kesehatan untuk
promosi
Memenuhi kebutuhan gizi Tidak memenuhi kebutuhan kesehatan
dengan gizi seimbang gizi dengan gizi seimbang

Keadaan status gizi anak


46

2.2.2 Kerangka Konsep

Variabel bebas

Pengetahuan ibu
bekerja tentang gizi
seimbang Variabel terikat
Status gizi anak SD
Yasporbi III Jakarta
Selatan
Perilaku ibu
bekerja tentang gizi
seimbang

2.2.3 Hipotesis penelitian


a. Ada hubungan antara pengetahuan ibu bekerja tentang gizi seimbang
terhadap status gizi pada anak SD Yasporbi III Jakarta Selatan.
b. Ada hubungan antara perilaku ibu bekerja tentang gizi seimbang terhadap
status gizi pada anak SD Yasporbi III Jakarta Selatan.
47

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik, yaitu
penelitian yang mendeskripsikan, mencatat, menganalisa, dan
menginterpretasikan kondisi-kondisi yang sekarang ini terjadi atau ada dengan
pendekatan cross sectional.

3.2 Lokasi Penelitian


Penelitian ini dilakukan di SD Yasporbi III Jakarta Selatan dengan waktu
penelitian adalah bulan Maret tahun 2011.

3.3 Populasi penelitian


3.3.1 Populasi target
Populasi target adalah populasi yang menjadi sasaran akhir penerapan
hasil penelitian. Populasi target pada penelitian ini adalah ibu bekerja
yang memiliki anak bersekolah di SD Yasporbi III Jakarta Selatan.
3.3.2 Populasi terjangkau
Populasi terjangkau adalah bagian dari populasi target yang dapat
dijangkau oleh peneliti yang dibatasi ruang dan waktu. Populasi
terjangkau pada penelitian ini adalah ibu bekerja yang memiliki anak
kelas IV-VI dan bersekolah di SD Yasporbi III Jakarta Selatan dengan
jumlah 98 orang.

3.4 Pengumpulan data


3.4.1 Data primer
1). Data identitas responden dan orang tua responden
Penelitian ini menggunakan data primer yaitu dengan menggunakan
kuesioner terhadap orang tua siswa. Kuesioner yang diberikan berisikan

47
48

tentang karakterististik siswa dan orang tua (jenis kelamin siswa, tanggal
lahir siswa dan pekerjaan ibu), serta berisikan tentang pengetahuan dan
perilaku gizi ibu.
2). Data antropometri status gizi yang meliputi berat badan dan tinggi badan.
3.4.2 Instrumen
Instrumen adalah alat yang digunakan dalam penelitian untuk memperoleh data.
Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah :
1). Kuesioner yang diisi oleh orang tua (ibu) siswa untuk mengetahui
karakteristik siswa dan orang tua sampel serta mengukur pengetahuan dan
perilaku gizi ibu.
2). Alat yang digunakan untuk pengukuran status gizi, yaitu :
a. Timbangan injak dengan kapasitas 120 kg untuk mengukur berat
badan siswa.
Cara pengukuran berat badan siswa:
- Meletakkan timbangan injak di lantai.
- Peneliti memastikan jarum berada di titik nol.
- Meminta siswa untuk melepaskan sepatu dan alas kaki.
- Meminta siswa untuk berdiri dan berada di atas timbangan injak.
- Peneliti melihat angka yang ditunjuk oleh timbangan injak.
- Peneliti mencatat hasil yang didapat.
b. Microtoa dengan ketelitian sampai 0,1 cm untuk mengukur tinggi
badan siswa.
Cara pengukuran tinggi badan siswa:
- Mengantung microtoa dengan ketinggian dua meter dari lantai.
- Meminta siswa yang diukur melepaskan sepatunya
- Meminta siswa berdiri dengan posisi kepala tegak lurus pada dinding
dan tumit menempel pada dinding.
- Peneliti mencatat hasil yang didapat.
49

3.5 Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang akan diteliti. Sampel pada
penelitian ini ditentukan dengan menggunakan Tabel Krejcie (lampiran17).
Berdasarkan tabel Krejcie, maka diperoleh besar sampel minimal sebanyak 80
responden.
1. Kriteria Inklusi
Adapun kriteria inklusi pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Siswa-siswi kelas 4-6 SD Yasporbi III Jakarta Selatan.
b. Memiliki ibu yang bekerja
2. Kriteria Eksklusi
Adapun kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Responden yang tidak bersedia menjadi responden.
b. Responden tidak masuk sekolah.

3.6 Teknik Sampling


Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
simple random sampling yaitu teknik penentuan sampel di mana seluruh
elemen populasi memiliki kesempatan yang sama menjadi elemen sampel yang
dipilih. Pengambilan sampel ini dengan cara acak tanpa memperhatikan strata
yang ada dalam anggota populasi. Cara ini dilakukan bila anggota populasi
dianggap homogen, sebagai contoh bila populasinya homogen kemudian
sampel diambil secara acak, maka akan didapatkan sampel yang representatif.
a. Cara pengambilan sampel
1. Semua ibu bekerja yang memiliki anak kelas IV-VI dicatat namanya
dan dibuat daftar populasi lalu diberi nomor urut.
2. Pengambilan sampel dengan cara diundi sampai terpenuhi jumlah
sampel yang ditentukan.
50

3.7 Rancangan Penelitian


Rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional yang mempelajari
dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara
pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (poin
time opproach). Artinya setiap subyek penelitian diobservasi sekali saja dan
pengukuran dilakukan terhadap status karakter variable subyek pada saat
pemeriksaan.

3.8 Identifikasi Variabel Penelitian


Variabel Independen: 1. Pengetahuan ibu bekerja tentang gizi seimbang
2. Perilaku gizi bekerja tentang gizi seimbang
Variabel Dependen: Status gizi pada anak SD Yasporbi III Jakarta Selatan.
51

3.9 Definisi Operasional Variabel


No Variabel Definisi Alat ukur Skala Hasil ukur
ukur
1 Pengetahuan Pengetahuan gizi Kuesioner Ordinal 1. Kurang
ibu bekerja ibu yang bekerja 2. Sedang
tentang gizi tentang zat pokok 3. Baik
seimbang yang diperlukan
dalam
pertumbuhan dan
kesehatan tubuh
anak.
2 Perilaku ibu Aktivitas gizi ibu Kuesioner Ordinal 1. Kurang
bekerja yang bekerja yang 2. Sedang
tentang gizi berhubungan 3. Baik
seimbang dengan status gizi
anak
3 Status gizi Keadaan Timbangan Ordinal 1. Kurus sekali
kesehatan anak injak, alat jika Z-score
yang ditentukan ukur tinggi < -3,0
oleh derajat badan. 2. Kurus jika
kebutuhan fisik
Z-score ≥-
energi dan zat-zat
gizi lain yang
3,0 s/d <-2,0
diperoleh dari 3. Normal jika
pangan dan Z-score ≥-
makanan yang 2,0 s/d ≤ 2,0
dampak fisiknya 4. Gemuk jika
diukur secara Z-score >
antropometri 2,0

3.10 Protokol Penelitian


• Pra - penelitian
Mengajukan surat izin atau permohonan kepada Kepala sekolah SD Yasporbi
III Jakarta Selatan, untuk meminta izin mencari data dari siswa-siswi SD
Yasporbi III Jakarta Selatan.

• Saat penelitian
Untuk menjaga kualitas dari data yang diambil, maka peneliti secara langsung
memimpin penelitian sejak tahap awal (persiapan) sampai dengan tahap
analisa data dengan rangkaian kegiatan :
52

a. Peneliti memberi penjelasan tentang latar belakang, tujuan, manfaat,


pelaksanaan, kerahasiaan data yang dikumpulkan dan pengertian dari
setiap responden pada tiap-tiap pertanyaan yang diajukan.
b. Peneliti mengajukan beberapa pertanyaan dengan memperhatikan bahwa
pertanyaan yang diberikan tidak mengarahkan sampel untuk memilih
salah satu jawaban.
c. Sampel diminta menjawab pertanyaan dengan sebenar-benarnya agar data
yang di terima valid.

3.11 Pengolahan Data


Data yang sudah terkumpul selanjutnya diolah dengan menggunakan sistem
komputerisasi. Agar analisis menghasilkan informasi yang benar, ada empat
tahapan dalam mengolah data, yaitu :
1). Editing
Pada tahap ini dilakukan pengecekan isi daftar wawancara apakah daftar
wawancara sudah diisi dengan lengkap, jawaban dari responden jelas, dan
antara jawaban dengan pertanyaan relevan.
2). Coding
Kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk bilangan
/ angka. Kegunaan coding adalah mempermudah pada saat analisis data
dan juga pada saat entry data.
3). Processing
Yaitu memindahkan isi data atau memproses isi data dengan
memasukkan data atau entry data kuesioner kedalam komputer dengan
menggunakan program statistik komputer.
4). Cleaning
Pada tahap ini dilakukan pengecekan kembali data yang sudah di entry
apakah ada kesalahan atau tidak.
53

3.12 Analisa data


3.12.1 Analisis univariat
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel. Pada umumnya dalam analisis ini hanya
menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel
(Notoatmojo, 2010).
3.12.2 Analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara masing – masing
variable bebas dengan variable terikat disertai uji kemaknaan statistik
(p<0,05) dengan uji Chi Square (Kai Kuadrat) dengan tingkat kepercayaan
95%. Uji Chi- Square menggunakan data kategori (ordinal dan ordinal).
Keputusan Uji Chi Square, Ho ditolak apabila p < α (0.05), artinya ada
hubungan bermakna antara variable dependen dengan variabel independent.
Ho gagal ditolak / diterima apabila p > α (0.05), artinya tidak ada hubungan
bermakna antara variabel dependen dengan variabel independent.
3.12.3 Validitas kuesioner
Validitas merupakan ketepatan atau kecermatan pengukuran. Suatu kuesioner
dikatakan valid apabila pertanyaan pada suatu kuesioner mampu
mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut.

3.12.4 Reliabilitas kuesioner


Reliabilitas artinya kestabilan pengukuran, alat dikatakan reliabel jika
digunakan berulang-ulang nilai tetap sama. Sedangkan pertanyaan dikatakan
reliabel jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan konsisten atau stabil dari
waktu ke waktu.
54

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian


4.1.1 Profil Sekolah
Nama Sekolah : SD Yasporbi III
Alamat : Jalan AUP kompleks perumahan Bank Indonesia Pasar Minggu
Kecamatan : Pasar minggu
Kabupaten/kotamadya : Jakarta Selatan
Propinsi : DKI Jakarta
Kode pos : 12520
Status : Terakreditasi A
Web site : www.Yasporbi.org
NSS : 104.016.204.094

4.1.2 Visi dan Misi SD Yasporbi III Jakarta Selatan


Visi : 1. Dalam mutu, budaya melalui pembaharuan berdasarkan iman dan
taqwa.
Misi: 1.Menumbuhkan semangat keunggulan secara intensif kepada seluruh
warga sekolah.
2.Melaksanakan pembelajaran melalui bimbingan secara efektif
sehingga siswa berkembang secara optimal sesuai dengan potensi
yang dimiliki.

4.2 Gambaran umum subjek penelitian


4.2.1 Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk melihat gambaran frekuensi dari
variabel yang diteliti yaitu karakteristik responden (jenis kelamin anak,
pekerjaan ibu, pengetahuan gizi ibu dan perilaku gizi ibu) dan status gizi anak.

54
55

1). Jenis kelamin anak

Tabel 4. Deskripsi Jenis kelamin anak

Jenis kelamin Jumlah Persentase

Laki-laki 31 38,75

Perempuan 49 61,25

Jumlah 80 100

Berdasarkan tabel 4 diatas diperoleh sebanyak 31 orang laki-laki (38,75%)


dan 49 orang perempuan (61,25%). Sebagian besar sampel siswa-siswi yang
diteliti berjenis kelamin perempuan.

2. Status gizi anak

Tabel 5. Deskripsi status gizi anak

Status gizi anak Jumlah Persentase

Gemuk 37 46,25

Normal 43 53,75

Jumlah 80 100

Berdasarkan tabel 5 diatas diperoleh sebanyak 37 memiliki status gizi


gemuk (46,25%) dan 43 orang memiliki status normal (53,75%). Sebagian
besar sampel yang diteliti memiliki status gizi normal.
56

3. Pekerjaan ibu

Tabel 6. Deskripsi Pekerjaan ibu

Pekerjaan ibu Jumlah Persentase

Pegawai negeri 20 25

Pegawai swasta 41 51,3

Wiraswasta 19 23,7

Jumlah 80 100

Berdasarkan tabel 6 diatas diperoleh sebanyak 20 orang bekerja sebagai


pegawai negeri (25%), 41 orang bekerja sebagai pegawai swasta (51,3%) dan
19 orang bekerja sebagai wiraswasta (23,7%). Sebagian besar sampel yang
diteliti bekerja sebagai pegawai swasta.

4. Pengetahuan ibu

Tabel 7. Deskripsi Pengetahuan gizi ibu

Pengetahuan ibu Jumlah Persentase

Baik 43 53,75

Kurang 37 46,25

Jumlah 80 100

Berdasarkan tabel 7 diatas diperoleh sebanyak 43 orang memiliki


pengetahuan yang baik (53,75%) dan 36 orang memiliki pengetahuan yang
kurang (46,25%). Sebagian besar sampel yang diteliti memiliki pengetahuan
yang baik.
57

5. Perilaku ibu

Tabel 8. Deskripsi Perilaku gizi ibu

Perilaku ibu Jumlah Persentase

Baik 48 60

Kurang 32 40

Jumlah 80 100

Berdasarkan tabel 8 diatas diperoleh sebanyak 48 orang memiliki perilaku


yang baik (60%) dan 32 orang memiliki perilaku yang kurang (40%). Sebagian
besar sampel yang diteliti memiliki perilaku yang baik.

4.2.2 Analisis Bivariat


Sebelum dilakukan analisis bivariat, dilakukan beberapa pengelompokkan
untuk memudahkan analisis. Pengetahuan gizi dikelompokkan terlebih dahulu,
menjadi 2 kelompok; 1). Kelompok kurang; 2). Kelompok baik. Status gizi
IMT/U juga dikelompokkan menjadi; 1). Status gizi normal; 2). Gemuk. Uji
Bivariat dalam penelitian ini menggunakan Uji Chi square, dimana uji tersebut
digunakan untuk mengetahui adakah hubungan antara pengetahuan dan perilaku
ibu bekerja tentang gizi seimbang terhadap status gizi anak SD Yasporbi III
Jakarta Selatan.
58

1). Hubungan pengetahuan ibu bekerja tentang gizi seimbang terhadap status
gizi anak SD Yasporbi III Jakarta Selatan.

Tabel 9 Hubungan pengetahuan ibu bekerja tentang gizi seimbang


terhadap status gizi anak SD Yasporbi III Jakarta Selatan

Pengetahuan ibu Status Gizi Anak Total P


bekerja tentang Normal Gemuk Value
gizi seimbang N % N % N %
Kurang 19 51,4 18 41,6 37 100 0,690
Baik 24 55,8 42 44,2 43 100
Jumlah 43 53,8 37 46,3 80 100

Berdasarkan tabel 9 diatas, menunjukkan hasil hubungan antara


pengetahuan ibu bekerja tentang gizi seimbang terhadap status gizi anak SD
Yasporbi III Jakarta Selatan. Hasil yang diperoleh memperlihatkan bahwa ada
sebanyak 19 (51,4%) ibu yang berpengetahuan kurang dengan status gizi anak
normal dan sebanyak 18 (41,6%) ibu yang berpengetahuan kurang dengan
status gizi anak gemuk. Diantara ibu yang berpengetahuan baik ada 24 (55,8%)
yang memiliki anak dengan status gizi normal dan sebanyak 37 (46,3%) ibu
yang berpengetahuan baik memiliki anak dengan status gizi gemuk.
Hasil uji statistik diperoleh nilai p= 0,690 maka dapat disimpulkan tolak Ho
yang artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu
bekerja tentang gizi seimbang terhadap status gizi anak SD Yasporbi III Jakarta
Selatan.
59

2). Hubungan antara perilaku ibu bekerja tentang gizi seimbang terhadap
status gizi anak SD Yasporbi III Jakarta Selatan

Tabel 10. Hubungan Perilaku ibu bekerja tentang gizi seimbang terhadap
status gizi anak SD Yasporbi III Jakarta Selatan
Perilaku ibu Status Gizi Anak Total P
bekerja tentang Normal Gemuk Value
gizi seimbang N % N % N %
Kurang 19 59,4 13 40,6 32 100 0,410
Baik 24 50 24 50 48 100
Jumlah 43 53,8 34 46,2 80 100

Tabel 10 menunjukkan hasil hubungan antara perilaku gizi ibu yang bekerja
terhadap status gizi anak SD Yasporbi III Jakarta Selatan tahun 2011 diperoleh
bahwa ada sebanyak 19 (59,4%) ibu yang memiliki perilaku kurang dengan
status gizi anak normal dan sebanyak 13 (40,6) ibu yang memiliki perilaku
kurang dengan status gizi anak yang gemuk. Sedangkan ibu yang memiliki
perilaku baik terdapat 24 (50%) yang memiliki anak dengan status gizi normal
dan 24 (50%) ibu yang memiliki status gizi anak gemuk.
Hasil uji statistik diperoleh nilai p= 0,410 maka dapat disimpulkan terima Ho
yang artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku ibu bekerja
tentang gizi seimbang terhadap status gizi anak SD Yasporbi III Jakarta Selatan.
60

4.3 Pembahasan
4.3.1 Hubungan Pengetahuan Ibu Bekerja dengan Status Gizi Anak
Berdasarkan hasil uji statistik chi square dengan nilai p = 0,690,
membuktikan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara
pengetahuan ibu bekerja tentang gizi seimbang terhadap status gizi anak SD
Yasporbi III Jakarta Selatan. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Fira Anggraini (2003), yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan
yang bermakna antara pengetahuan ibu tentang gizi dan kesehatan dengan
status gizi anak. Pengetahuan yang baik belum tentu diikuti oleh perilaku yang
baik pula, hal ini sesuai dengan pernyataan notoadmojo yang mengatakan
bahwa pengetahuan masyarakat saat ini sudah tinggi tentang kesehatan namun
praktik tentang kesehatan / perilaku hidup sehat masih rendah (Notoatmodjo,
2007)

4.3.2 Hubungan Perilaku Ibu Bekerja dengan Status Gizi Anak


Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p= 0,410 maka dapat
disimpulkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku ibu
bekerja tentang gizi seimbang terhadap status gizi anak SD Yasporbi III Jakarta
Selatan. Hasil ini berbeda dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Alam
Bakti pada tahun 2008 yang mengatakan bahwa terdapat hubungan antara
perilaku gizi ibu dengan status gizi anak sekolah dasar di Yogyakarta. Hal ini
mungkin terjadi karena perbedaan jam kerja pada masing-masing ibu, mungkin
ada yang memiliki jam kerja yang lebih pendek sehingga memiliki waktu luang
yang cukup untuk mengawasi dan memastikan anaknya mengkonsumsi
makanan yang bergizi seimbang dibandingkan dengan ibu yang memiliki jam
kerja yang lebih panjang. Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan
oleh stefanie (2007) bahwa terdapat perbedaan perilaku yang signifikan pada
anak yang ibunya bekerja secara penuh. Penelitian Patriacia Anderson (2003)
juga mengungkapkan bahwa ibu yang bekerja dengan penambahan jam setiap
minggunya lebih mungkin memiliki anak dengan berat badan yang berlebih.
61

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini antara lain :
1. Sebagian besar anak yang menjadi responden memiliki jenis kelamin
perempuan (61,25%), status gizi normal (53,75%) dan tidak ditemukan
anak dalam kondisi status gizi kurus maupun sangat kurus.
2. Pada umumnya ibu-ibu yang menjadi responden memiliki pekerjaan
sebagai pegawai swasta (51,3%), berpengetahuan gizi baik (53,75%) dan
berperilaku gizi yang juga baik (60%).
3. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu bekerja
tentang gizi seimbang terhadap status gizi anak SD Yasporbi III Jakarta
Selatan (P=0,690).
4. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara perilaku ibu bekerja
tentang gizi seimbang dengan status gizi anak SD Yasporbi III Jakarta
Selatan (P=0,410).

5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan, antara lain:
5.2.1 Bagi siswa siswi
Perlu diberikan pengetahuan mengenai gizi seimbang mengingat
banyaknya siswa-siswi yang masuk kedalam kategori gemuk.

5.2.2 Bagi ibu


a. Perlu diberikan masukan agar dapat membagi waktu antara
pekerjaan, rumah tangga dan anak, sehingga dapat lebih mengontrol
asupan makanan pada anak.

61
62

b. Mengingat bahaya serta dampak berat badan berlebih bagi kesehatan,


perlu dilakukan penyuluhan mengenai upaya untuk mengurangi berat
badan bagi anak yang telah masuk kedalam kategori gemuk.
c. Perlu diberikan informasi mengenai upaya pencegahan berat badan
berlebih pada ibu yang memiliki anak dalam kondisi normal agar
anak tidak masuk dalam kategori gemuk.
5. Bagi ibu yang telah memiliki pengetahuan serta perilaku yang baik
agar mempertahankan dan meningkatkan kondisi tersebut dan bagi
ibu yang memiliki pengetahuan baik namun perilaku gizinya kurang
agar mengubah perilakunya ke tingkat yang lebih baik.

5.2.2 Bagi Sekolah


Perlu diadakan penambahan kegiatan aktivitas fisik berupa olahraga bagi
anak sekolah agar terjadi pengurangan berat badan terutama bagi anak
yang telah masuk ke dalam kategori gemuk dan mengurangi resiko
kegemukan bagi anak yang berada dalam kategori normal.

5.2.3 Bagi Peneliti lain


Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi
peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian yang belum tercakup
dalam penelitian ini sehingga penelitian dapat berkembang lebih baik lagi
dan dapat berguna bagi anak, ibu, dan masyarakat lainnya.
63

DAFTAR PUSTAKA

Achmad Djaeni. 2000. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi. Jakarta: Dian
Rakyat

Almatsier Sunita. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama

Anderson Patricia M, Butcher Kristin F, Levine Phillip B. 2003. Maternal


Employment and Overweight Children. Jurnal Ekonomi Kesehatan 22. (2003)
477-504

Anggraini, Fira. 2003. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi


Siswa SD di Kec.Pancoran Jakarta Selatan Tahun 2003. Skripsi.

Anna, Alisjahbana. 1985. Aspek Kesehatan dan Gizi Anak Balita. Yayasan
Obor Indonesia

Annasari, M, dkk. 1995.Gizi dalam masa pertumbuhan dan perkembangan


manusia. PAM Gizi. Malasng

Apriadji. 1986. Gizi Keluarga. Jakarta. PT Penebar Swadaya

Arisman. 2008. Obesitas, Diabetes Mellitus & Dislipidemia. Jakarta: Buku


Kedokteran EGC

BPS Kabupaten Demak. 2004 Statistik Gender dan Analisis Kabupaten Demak.
Demak : BPS Kabupaten Demak

Berg A. 1989. Peranan Gizi Dalam Pembangunan Nasional. Jakarta : CV


Rajawali
64

Cawley J dkk. 2007. Maternal employment and childhood obesity: a search for
mechanisms in time use data. NBER Working Paper #13600.

CDC. 2007. Available from:


http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://www.cdc.
gov/healthyweight/assessing/bmi/

Dahlan M. Sopiyudin. 2006. Besar Sampel Dalam Penelitian Kedokteran dan


Kesehatan. Jakarta: PT. ARKANS

Dahlan M. Sopiyudin. 2008. Langkah-langkah Membuat Proposal Penelitian


Bidang Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: CV. Sagung Seto

Dahlan M. Sopiyudin. 2009. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta:


Penerbit Salemba Medika

Depkes RI, 2005. Pedoman Perbaikan Gizi Anak Sekolah Dasar dan Madrasah
Ibtidaiyah. Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat. Jakarta

Hariyani Sulistyoningsih. 2011. Gizi untuk Kesehatan Ibu dan Anak.


Yogyakarta: Graha Ilmu.

Ida dkk. 2001. Konsumsi Fast Food Sebagai Faktor Resiko Obesitas Pada
Anak SD. [Cited : 20 Januari 2011]. Available from :
http://www.tempo.co.id/medikal/online/

Judarwanto Widodo. 2010. Anak Lebih Sehat Jika Ibunya Tak Bekrja. [Update :
24 Januari 2010, Cited : 24 Januari 2011]. Available from
http://koranindonesiasehat.wordpress.com//2010/01/24/anak-lebih-sehat-jika-
ibunya-tak-bekerja/.
65

Notoadmodjo Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta:


Rineka Cipta

Notoadmodjo Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT.


RINEKA CIPTA

Partisipasi Angkatan Kerja. 2010. [Cited : 24 Januari 2010]


http://docs.google.com/viewer?cache:www.menegpp.go.id/aplikasidata/index

Priyo Sutanto. 2007. Analisis Data Kesehatan. Fakultas Kesehatan Masyarakat


Universitas Indonesia.

Rachmatunnisa. 2009. Anak Lebih Sehat Jika Ibunya Tak Bekerja. [Update : 29
September 2009 Jam 15.20 WIB , Cited : 11 Desember 2010 Jam 19:34]. Available
from : http://techno.okezone.com/read/2009/09/29/56/260850/56/anak-lebih-
sehat-jika-ibunya-tak-bekerja

Riset Kesehatan Dasar 2010. Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian


Kesehatan RI

Sarwono Waspadja, 2005. Sosiologi Kesehatan. Gajah Mada University Press.


Yogyakarta

Sharma Madhu. 2009. Basic Pediatric Nutrition. New Delhi: Jaypee Brothers
Medical

Siswanto Sastrohadiwiryo. 2003. Manajemen Tenaga Kerja Indonesia. Jakarta:


Bumi Aksara

Sjahmien Moehji. 2002. Ilmu Gizi I Pengetahuan Dasar Ilmu Gizi. Jakarta:
Papas Sinar Sinanti
66

Stephanie. 2007. Maternal employment and Overweight Children: Does Timing


mater?. Working paper No. 07/180. 2007

Suharjo. 1996. Gizi dan Pangan, Kanisius Yogyakarta

Supariasa. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta : Kedokteran EGC

Telegraph. 2010. Children of working mothers ‘more likely to be overweight.


[Update : 26 Mei 2010 7:30 AM BST, Cited : 13 Oktober 2010]. Available
from : http//www.telegraph.co.uk/health/children-shealth//7767858/children-of-
working-mothers-more-likely-to-be-overweight.html

U.S Department of Health and Human Services. 2000. CDC’s Guidelines for
School Health Programs Center for Disease Control and Prevention. Available
from: http://www.cdc.gov/needphp/dnpa/bmi/bmi-for-age.htm

William J Goode. 2002. Sosiologi Keluarga. Jakarta: Bumi Aksara

Wilson Leslie Owen. 2006. A New Version of The Cognitive Taxonomy.


Available from:
http://www.uwsp.edu/education/lwilson/curric/newtaxonomy.htm
67

Lampiran 1
Surat ijin penelitian
68

Lampiran 2
Surat pernyataan telah melakukan penelitian
69

Lampiran 3

PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN


MENGENAI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU GIZI IBU
YANG BEKERJA TERHADAP STATUS GIZI PADA ANAK SD YASPORBI
III PASAR MINGGU JAKARTA SELATAN

Saya yang bertandatangan dibawah ini :


Nama :
Alamat :

Bersedia berpartisipasi menjadi subjek penelitian Skripsi dengan judul


“Hubungan Pengetahuan dan Perilaku Gizi Ibu Yang Bekerja Terhadap Status Gizi
Pada Anak SD Yasporbi III Pasar Minggu Jakarta Selatan” yang akan dilakukan oleh
Ayu Nila Sari NRP 207.311.084 dari Program Sarjana Kedokteran Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta (UPNVJ).
Demikian pernyataan ini saya buat sebenar – benarnya untuk dapat
dipergunakan sebagaimana mestinya.

Jakarta, Maret 2011

Peneliti Responden

(Ayu Nila Sari)


(__________________)
70

Lampiran 4
KUISIONER
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU GIZI IBU TERHADAP
STATUS GIZI PADA ANAK SD YASPORBI III PASAR MINGGU JAKARTA
SELATAN

No: ………….

A. IDENTITAS RESPONDEN

- Identitas anak
1. Nama :
2. Jenis Kelamin :
3. Kelas :
4. Tanggal lahir : Tanggal : ... Bulan : ... Tahun : ...
**)
5. Berat Badan : kg
**)
6. Tinggi Badan : cm
**)
7. Status gizi :

- Identitas ibu
1. Nama Ibu :
2. Pekerjaan *) : 1. Pegawai Negeri
2. Pegawai Swasta
3. Wiraswasta

*)
Lingkari salah satu jawaban
**)
diisi oleh peneliti
71

Kuisioner Pengetahuan Gizi ibu


Petunjuk: Berilah tanda silang (X) pada jawaban pertanyaan dibawah ini yang
paling benar.

1. Jenis bahan makanan apakah yang dapat berfungsi sebagai sumber zat energi?
a. Kentang, talas, ubi.
b. Jagung, labu air, roti.
c. Keju, singkong, mi basah.

2. Jenis makanan apakah yang mengandung sumber protein?


a. Tempe, ikan, dan daging.
b. Beras, singkong, dan jagung.
c. bayam, wortel, dan kangkung.

3. Bahan makanan manakah yang berfungsi untuk pertumbuhan atau penambahan


otot?
a. Teri kering,kacang merah, oncom.
b. kraker, keju, agar-agar.
c. mie, ubi, dagung sapi

4. Mengapa kita harus mengkonsumsi lemak dan minyak?


a. Karena minyak berfungsi untuk membantu penyerapan vitamin A,D,E, dan K
b. Karena minyak berfungsi untuk membantu penyerapan zat besi.
c. Karena minyak berfungsi untuk membantu penyerapan protein.

5. Jenis makanan apa saja yang mengandung zat besi dalam jumlah tinggi?
a. Daging, pisang, bayam.
b. Jeruk, apel, sawi.
c. Alpukat, timun, kentang.
72

6. Jenis bahan makanan yang termasuk ke dalam sayur-sayuran?


a. Jagung,wortel, terong.
b. Kol, tomat, ketimun.
c. Kacang panjang, sawi, buncis.

7. Apakah manfaat dari makan pagi bagi anak?


a. Dapat meningkatkan konsentrasi belajar.
b. Dapat menyebabkan anak malas karena kekenyangan
c. Dapat menjadi juara kelas.

8. Makanan seperti apakah yang aman untuk dikonsumsi?


a. Makanan yang tidak berjamur, wanginya berubah dan tidak kadaluarsa.
b. Makanan yang tidak berjamur, wanginya tidak berubah dan dikemas dalam
kaleng.
c. Makanan yang tidak berjamur, tidak berubah warna, dan tidak kadaluarsa.

9. Minyak seperti apakah yang baik untuk mengolah bahan makanan?


a. Minyak goreng dengan harga mahal dan sudah lama disimpan.
b. Minyak jagung yang tanggal kadaluarsanya masih lama dan tidak dipakai
berulang kali.
c. Minyak ikan yang telah dipakai berulang kali.
73

Kuisioner Perilaku Gizi ibu


Petunjuk: Berilah tanda silang (X) pada jawaban pertanyaan dibawah ini yang
paling benar.

1. Apakah ibu selalu membiasakan anak ibu untuk sarapan pagi?


a. Selalu
b. Sering.
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah

2. Apakah anak ibu selalu mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung


karbohidrat setiap kali makan?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah

3. Apakah anak ibu selalu mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung


protein setiap kali makan?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah

4. Apakah anak ibu selalu mengkonsumsi sayuran setiap kali makan?


a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
74

5. Apakah ibu selalu memastikan agar anak ibu makan sebanyak 3 kali sehari
dengan gizi yang cukup?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah

6. Apakah ibu membelikan anak makanan cepat saji atau junkfood?


a. Ya
b. Tidak

7. Apakah pada saat anak tidak mau makan, ibu sering membelikan makanan
cepat saji atau junkfood?
a. Ya
b. Tidak

8. Apakah ibu selalu mengontrol makanan jajanan pada anak?


a. Ya
b. Tidak

9. Apakah ibu sering menyimpan makanan dalam jangka waktu yang lama di
dalam kulkas?
a. Ya
b. Tidak

10. Apakah ibu sering membeli makanan yang sudah jadi untuk disajikan kepada
keluarga terutama anak ibu?
a. Ya
b. Tidak
Terima kasih atas kesediaan Ibu mengisi kuisioner ini.
75

Lampiran 5
Validitas kuesioner tentang pengetahuan ibu

Scale: ALL VARIABLES


Case Processing Summary

N %
Cases Valid 30 100.0
a
Excluded 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.791 13

Item Statistics

Mean Std. Deviation N


P1 .93 .254 30
P2 .93 .254 30
P3 .93 .254 30
P4 .83 .379 30
P5 .93 .254 30
P6 .90 .305 30
P7 .93 .254 30
P8 .93 .254 30
P9 .90 .305 30
P10 .80 .407 30
P11 .87 .346 30
P12 .97 .183 30
P13 .90 .305 30
76

Item-Total Statistics
Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted
P1 10.83 3.454 .707 .755
P2 10.83 3.454 .707 .755
P3 10.83 3.523 .628 .762
P4 10.93 3.720 .220 .802
P5 10.83 3.523 .628 .762
P6 10.87 4.120 -.022 .817
P7 10.83 3.523 .628 .762
P8 10.83 3.523 .628 .762
P9 10.87 3.568 .455 .775
P10 10.97 3.482 .354 .789
P11 10.90 3.472 .460 .774
P12 10.80 3.545 .883 .754
P13 10.87 4.257 -.131 .826

Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
11.77 4.185 2.046 13
77

Reliabilitas tentang kuesioner pengetahuan ibu


Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %
Cases Valid 30 100.0
a
Excluded 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.881 9

Item Statistics

Mean Std. Deviation N


P1 .93 .254 30
P2 .93 .254 30
P3 .93 .254 30
P5 .93 .254 30
P7 .93 .254 30
P8 .93 .254 30
P9 .90 .305 30
P11 .87 .346 30
P12 .97 .183 30
78

Item-Total Statistics
Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted
P1 7.40 2.317 .696 .863
P2 7.40 2.317 .696 .863
P3 7.40 2.317 .696 .863
P5 7.40 2.317 .696 .863
P7 7.40 2.317 .696 .863
P8 7.40 2.317 .696 .863
P9 7.43 2.392 .460 .885
P11 7.47 2.395 .378 .898
P12 7.37 2.378 .902 .855

Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
8.33 2.920 1.709 9
79

Lampiran 6
Validitas perilaku ibu
Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %
Cases Valid 30 100.0
a
Excluded 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.795 13

Item Statistics

Mean Std. Deviation N


Pr1 2.73 .640 30
Pr2 2.53 .730 30
Pr3 2.57 .679 30
Pr4 2.10 .923 30
Pr5 2.83 .379 30
Pr6 .23 .430 30
Pr7 .73 .450 30
Pr8 .90 .305 30
Pr9 .97 .183 30
Pr10 .83 .379 30
Pr11 .90 .305 30
Pr12 .90 .305 30
Pr13 .97 .183 30
80

Item-Total Statistics
Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted
Pr1 16.47 9.430 .627 .759
Pr2 16.67 9.195 .581 .766
Pr3 16.63 9.068 .679 .752
Pr4 17.10 8.231 .608 .770
Pr5 16.37 10.999 .462 .780
Pr6 18.97 11.826 .099 .806
Pr7 18.47 10.326 .614 .766
Pr8 18.30 11.321 .433 .784
Pr9 18.23 11.702 .455 .789
Pr10 18.37 12.033 .048 .807
Pr11 18.30 11.183 .504 .780
Pr12 18.30 11.252 .468 .782
Pr13 18.23 12.047 .176 .797

Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
19.20 12.303 3.508 13
81

Reliabilitas perilaku ibu


Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %
Cases Valid 30 100.0
a
Excluded 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.823 10

Item Statistics

Mean Std. Deviation N


Pr1 2.73 .640 30
Pr2 2.53 .730 30
Pr3 2.57 .679 30
Pr4 2.10 .923 30
Pr5 2.83 .379 30
Pr7 .73 .450 30
Pr8 .90 .305 30
Pr9 .97 .183 30
Pr11 .90 .305 30
Pr12 .90 .305 30
82

Item-Total Statistics
Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted
Pr1 14.43 8.392 .660 .789
Pr2 14.63 8.171 .609 .797
Pr3 14.60 8.041 .713 .782
Pr4 15.07 7.375 .603 .810
Pr5 14.33 10.023 .450 .814
Pr7 16.43 9.426 .586 .801
Pr8 16.27 10.340 .415 .818
Pr9 16.20 10.717 .415 .823
Pr11 16.27 10.133 .525 .812
Pr12 16.27 10.271 .451 .816

Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
17.17 11.247 3.354 10
83

Lampiran 7
Uji Normalitas Pengetahuan ibu
Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Nilai_pengetahuan 80 100.0% 0 .0% 80 100.0%

Descriptives

Statistic Std. Error


Nilai_pengetahuan Mean 83.1944 1.47905

95% Confidence Interval for Lower Bound 80.2505


Mean
Upper Bound 86.1384

5% Trimmed Mean 84.1049

Median 88.8889

Variance 175.008

Std. Deviation 13.22905

Minimum 22.22

Maximum 100.00

Range 77.78

Interquartile Range 11.11

Skewness -1.354 .269


Kurtosis 4.454 .532

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Nilai_pengetahuan .204 80 .000 .855 80 .000
a. Lilliefors Significance Correction
84

Lampiran 8
Uji Normalitas Perilaku Ibu

Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
nilai_perilaku 80 100.0% 0 .0% 80 100.0%

Descriptives

Statistic Std. Error


nilai_perilaku Mean 83.6875 1.51141

95% Confidence Interval for Lower Bound 80.6791


Mean
Upper Bound 86.6959

5% Trimmed Mean 84.6528

Median 85.0000

Variance 182.749

Std. Deviation 13.51848

Minimum 40.00

Maximum 100.00

Range 60.00

Interquartile Range 20.00

Skewness -.971 .269


Kurtosis .754 .532

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
nilai_perilaku .139 80 .001 .913 80 .000
a. Lilliefors Significance Correction
85

Lampiran 9
Data responden
Nama Jenis status Nama Pengetahuan Perilaku
anak kelamin gizi ibu ibu ibu
n.e perempuan normal lu baik baik
s.m laki-laki normal am baik kurang
a.a perempuan gemuk w.a baik baik
La perempuan gemuk i.r baik kurang
ta perempuan gemuk i.s baik baik
K.i perempuan normal n.h kurang baik
k perempuan normal w.w baik kurang
n perempuan gemuk t.u baik baik
au laki-laki normal d baik baik
ar laki-laki gemuk m baik baik
n.d perempuan normal he baik baik
m.c perempuan gemuk d.l baik kurang
an perempuan normal w baik kurang
r.r laki-laki gemuk s.r baik baik
d.a perempuan normal i baik baik
k.d laki-laki normal s.k baik kurang
b.t laki-laki gemuk d.s kurang kurang
niken perempuan normal d.a baik baik
m.a.d laki-laki normal g.k baik kurang
c.f perempuan gemuk w.l baik kurang
a.f laki-laki normal a baik kurang
a.r laki-laki gemuk a.s baik kurang
n perempuan gemuk q baik kurang
m.r laki-laki gemuk y baik baik
ra laki-laki normal n.h kurang baik
su laki-laki gemuk t.s baik baik
f.a laki-laki gemuk tr baik kurang
v.d laki-laki normal s baik baik
v perempuan normal w.w kurang kurang
ha laki-laki gemuk d.b kurang kurang
sa laki-laki gemuk n.n kurang baik
f.a laki-laki gemuk s.t kurang baik
b.r laki-laki normal c.s kurang baik
an laki-laki normal s.n baik baik
a.s laki-laki normal s kurang kurang
m.r laki-laki gemuk n baik baik
86

n perempuan normal s.f baik baik


f.a perempuan gemuk n.d kurang baik
a perempuan normal yu kurang baik
p.a laki-laki normal s.m baik kurang
d perempuan gemuk d.s kurang kurang
f.i perempuan gemuk n baik baik
af perempuan gemuk lu kurang kurang
s.f perempuan normal e.b baik baik
a.i laki-laki gemuk t kurang kurang
re laki-laki gemuk y kurang baik
z.a laki-laki normal i.s baik baik
d.n laki-laki gemuk sh baik kurang
ku.d laki-laki normal ni kurang baik
y.r perempuan gemuk a.z kurang baik
k.a perempuan normal oc baik baik
va laki-laki gemuk he kurang baik
a.s perempuan normal i kurang kurang
sa perempuan gemuk d.a kurang baik
s.a perempuan normal n.a kurang kurang
c.p perempuan normal ni baik baik
k.an perempuan normal u.s kurang kurang
ra perempuan gemuk mu kurang baik
t.r laki-laki gemuk a.m baik kurang
sur laki-laki gemuk n.s baik baik
m.c perempuan gemuk e.i kurang baik
e.a perempuan normal b.d kurang baik
a.a perempuan normal c.a kurang kurang
f.r perempuan gemuk m kurang baik
z.a laki-laki normal d.k kurang baik
r.s laki-laki gemuk i.d kurang baik
y.a laki-laki normal n.k kurang baik
r.e perempuan normal d.s kurang baik
z.y perempuan gemuk c.s kurang baik
s.a perempuan normal i.i kurang baik
a.s perempuan normal d.i kurang baik
r.m laki-laki normal s.h kurang kurang
a.i laki-laki normal e.f kurang kurang
d.c perempuan normal y kurang kurang
d.m perempuan normal fa kurang baik
n.m perempuan normal as kurang kurang
ta perempuan normal f.u kurang kurang
87

s.a perempuan normal e.s kurang kurang


m.f laki-laki gemuk e.h kurang baik
al.s laki-laki gemuk r.m kurang baik
88

Lampiran 10
Tabel frekuensi jenis kelamin anak

Statistics

jenis_kelaminanak

N Valid 80

Missing 0

Mean 1.61

Median 1.61a

Std. Deviation .490

Minimum 1

Maximum 2

a. Calculated from grouped data.

jenis_kelaminanak

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid laki-laki 31 38.8 38.8 38.8

perempuan 49 61.3 61.3 100.0

Total 80 100.0 100.0


89

Lampiran 11
Tabel frekuensi status gizi anak

Statistics

Gizianak
N Valid 80
Missing 0

gizianak
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Normal 43 53.8 53.8 53.8
Gemuk 37 46.3 46.3 100.0
Total 80 100.0 100.0
90

Lampiran 12
Tabel frekuensi jenis pekerjaan ibu

Statistics
pekerjaan_ibu
N Valid 80
Missing 0

pekerjaan_ibu
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid pegawai negeri 20 25.0 25.0 25.0
pegawai swasta 41 51.3 51.3 76.3
wiraswasta 19 23.8 23.8 100.0
Total 80 100.0 100.0
91

Lampiran 13
Tabel frekuensi pengetahuan ibu

Statistics
pengetahuan_ibu2
N Valid 80
Missing 0

pengetahuan_ibu2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang 37 46.3 46.3 46.3
Baik 43 53.8 53.8 100.0
Total 80 100.0 100.0
92

Lampiran 14
Tabel frekuensi perilaku gizi ibu

Statistics
perilaku_ibu
N Valid 80
Missing 0

perilaku_ibu
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang 32 40.0 40.0 40.0
Baik 48 60.0 60.0 100.0
Total 80 100.0 100.0
93

Lampiran 15
Crosstabs Pengetahuan gizi ibu terhadap status gizi anak

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
pengetahuan_ibu2 * gizianak 80 100.0% 0 .0% 80 100.0%

pengetahuan_ibu2 * gizianak Crosstabulation

gizianak
Normal gemuk Total
pengetahuan_ibu2 kurang Count 19 18 37
Expected Count 19.9 17.1 37.0
% within pengetahuan_ibu2 51.4% 48.6% 100.0%
baik Count 24 19 43
Expected Count 23.1 19.9 43.0
% within pengetahuan_ibu2 55.8% 44.2% 100.0%
Total Count 43 37 80
Expected Count 43.0 37.0 80.0
% within pengetahuan_ibu2 53.8% 46.3% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square .159a 1 .690
b
Continuity Correction .030 1 .862
Likelihood Ratio .159 1 .690
Fisher's Exact Test .822 .431
Linear-by-Linear Association .157 1 .692
N of Valid Cases 80
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 17,11.
b. Computed only for a 2x2 table
94

Risk Estimate

95% Confidence Interval


Value Lower Upper
Odds Ratio for .836 .346 2.019
pengetahuan_ibu2 (kurang /
baik)
For cohort gizianak = normal .920 .610 1.388
For cohort gizianak = gemuk 1.101 .687 1.764
N of Valid Cases 80
95

Lampiran 16
Crosstabs Perilaku gizi ibu terhadap status gizi anak

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
perilaku_ibu * gizianak 80 100.0% 0 .0% 80 100.0%

perilaku_ibu * gizianak Crosstabulation

gizianak
Normal gemuk Total
perilaku_ibu kurang Count 19 13 32
Expected Count 17.2 14.8 32.0
% within perilaku_ibu 59.4% 40.6% 100.0%
baik Count 24 24 48
Expected Count 25.8 22.2 48.0
% within perilaku_ibu 50.0% 50.0% 100.0%
Total Count 43 37 80
Expected Count 43.0 37.0 80.0
% within perilaku_ibu 53.8% 46.3% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square .679a 1 .410
b
Continuity Correction .354 1 .552
Likelihood Ratio .681 1 .409
Fisher's Exact Test .495 .276
Linear-by-Linear Association .670 1 .413
N of Valid Cases 80
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14,80.
b. Computed only for a 2x2 table
96

Risk Estimate

95% Confidence Interval


Value Lower Upper
Odds Ratio for perilaku_ibu 1.462 .592 3.610
(kurang / baik)
For cohort gizianak = normal 1.188 .794 1.776
For cohort gizianak = gemuk .813 .490 1.347
N of Valid Cases 80
97

Lampiran 17
Tabel krejcie

Populasi (N) Sampel (n) Populasi Sampel (n) Populasi Sampel (n)
(N) (N)
10 10 220 140 1200 291
15 14 230 144 1300 297
20 19 240 148 1400 302
25 24 250 152 1500 306
30 28 260 155 1600 310
35 32 270 159 1700 313
40 36 280 162 1800 317
45 40 290 165 1900 320
50 44 300 169 2000 322
55 48 320 175 2200 327
60 52 340 181 2400 331
65 56 360 186 2600 335
70 59 380 191 2800 338
75 63 400 196 3000 341
80 66 420 201 3500 346
85 70 440 205 4000 351
90 73 460 210 4500 354
95 76 480 214 5000 357
100 80 500 217 6000 361
110 86 550 226 7000 364
120 92 600 234 8000 367
130 97 650 242 9000 368
140 103 700 248 10000 370
150 108 750 254 15000 375
160 113 800 260 20000 377
170 118 850 265 30000 379
180 123 900 269 40000 380
190 127 950 274 50000 381
200 132 1000 278 75000 382
210 136 1100 285 1000000 384
98

Lampiran 18
Angka kecukupan gizi
99

Lampiran 19
Tabel Nilai Koefisen Korelasi
100

Anda mungkin juga menyukai