Anda di halaman 1dari 34

ASUHAN KEBIDANAN

PADA Ny “S” P40013 POST sc HARI KE 1 DENGAN PEB


DI RUANG BOUGENFIL RSUD GRESIK
TANGGAL 17 – 23 DESEMBER 2007

OLEH :

WAHYU INDAH
(05.03.146)

PENDIDIKAN TENAGA KESEHATAN


AKADEMI KEBIDANAN NAHDLATUL ULAMA TUBAN
Jl. P. Diponegoro No. 17 Tuban

0
2007
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali mulai dari
persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pada hamil.
(Mochtar Rustam, 2002 : 115)
Dalam masa nifas alat-alat genetalia interna maupun eksterna akan
berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan-
perubahan alat genetalia ini dalam keseluruhan disebut involusio. Disamping
involusio ini terjadi perubahan-perubahan penting lain, yaitu hemokonsentrasi
dan timbulnya laktasi yang terakhir ini karena pengaruh laktogenik hormon
hormone dari kelenjar-kelenjar hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar mammae.
(YBS-SP, 2002 : 237)
Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan
masa kritis baik ibu maupun bayinya diperkirakan bahwa 60% kematian ibu
akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi
dalam 24 jam pertama.
Bidan sesuai dengan peranannya sebagai tenaga kesehatan memiliki
kewajiban untuk memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas guna
menyelamatkan ibu dan bayi.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah menggunakan manajemen kebidanan diharapkan
mahasiswa mampu, mengerti, memahami dan menerapkan teori dengan
praktek di lapangan dalam melakukan pelayanan pada post partum yang
optimal, efektif dan efisien.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa dapat mengumpulkan data yang komplit termasuk data
subyektif dan obyektif tentang post partum hari ke-1 dengan PEB
2. Mahasiswa dapat menentukan suatu interprestasi data yang meliputi
diagnosa masalah dan kebutuhan ibu nifas hari ke-1 dengan PEB
3. Mahasiswa dapat mengantisipasi diagnosa dan masalah potensial
pada ibu nifas hari ke-1 dengan PEB

1
4. Mahasiswa dapat melakukan tindakan segera / kolaborasi yang
diperlukan pada ibu nifas hari ke-1 dengan PEB
5. Mahasiswa dapat merencanakan manajemen sesuai dengan diagnosa
pada ibu nifas hari ke-1 dengan PEB
6. Mahasiswa dapat melakukan suatu rencana manajemen ibu nifas hari
ke-1 dengan PEB
7. Mahasiswa dapat mengevaluasi suatu rencana manajemen kebidanan
ibu nifas hari ke-1 dengan PEB

1.3 Ruang Lingkup


Dengan keterbatasan waktu maka penyusun mengambil kasus nifas pada
Ny “S” P40013 post partum hari ke-1 dengan PEB.

1.4 Metode Penulisan


Metode penulisan laporan kebidanan ini menggunakan metode study
kasus dengan pendekatan proses kebidanan yaitu memberikan asuhan kebidanan
pada pasien secara langsung untuk memperoleh gambaran secara nyata
mengenai asuhan kebidanan pada ibu nifas hari ke-21 dengan indikasi PEB.
Adapun data yang diperoleh dari informasi dengan teknik :
1.4.1 Data Primer
1. Observasi
Yaitu menggunakan secara langsung pada pasien untuk memperoleh
data yang benar dan obyektif.
2. Wawancara
Yaitu melakukan tanya jawab pada pasien dan keluarga untuk
mendapatkan data subyektif mengenai kebutuhan dan respon pasien.
3. Pemeriksaan Fisik
Yaitu melakukan pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi,
auskultasi, perkusi.
1.4.2 Data Subyektif
1. Study kepustakaan dan praktek lapangan
Yaitu mencari informasi dari berbagai sumber yang berasal dari
literatur yang dijadikan landasan teori dan memberikan asuhan
kebidanan.
2. Pemeriksaan penunjang
Yaitu pemeriksaan untuk melengkapi dari data primer, meliputi
pemeriksaan laboratorium, USG.
3. Pemeriksaan lain-lain

2
1.5 Pelaksanaan Praktek Lapangan
Pelaksanaan asuhan kebidanan ini dilaksanakan di ruang nifas RSUD
Dr. R. Koesma Tuban pada tanggal 22 Oktober – 04 Nopember 2007..

1.6 Sistematika Penulisan


BAB I : Berisi pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan umum
dan khusus, ruang lingkup, metode penulisan, pelaksanaan dan
sistematika penulisan.
BAB II : Berisi landasan teori nifas hari ke-2 dengan PEB, dan konsep dasar
asuhan kebidanan nifas dengan PEB.
BAB III : Berisi tinjauan kasus individu yang melalui beberapa langkah yaitu
pengkajian, interpretasi data, antisipasi diagnosa, masalah
potensial, tindakan segera, intervensi, implementasi dan evaluasi.
BAB IV : Berisi penutup terdiri dari kesimpulan dan saran
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB 2
LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Masa Nifas


2.1.1 Definisi
Masa nifas atau masa puerperium adalah setelah partus selesai dan
berakhir setelah kira-kira 6 (enam) minggu (Kapita Selekta Kedokteran
Edisi ke-3 : 316)
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari
persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil
lama masa nifas ini yaitu 6-8 minggu (Sinopsis Obstetri Jilid I : 115)
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran placenta dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Buku Acuan
Nasional Pelayanan Maternal dan Neonatal : 123)
2.1.2 Tahap-tahap Masa Nifas
1. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan
berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama Islam, dianggap bersih dan
boleh bekerja setelah 40 hari.
2. Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat
genetalia yang lamanya 6-8 minggu
3. Remote pueperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan
sehat sempurna terutama bila selama hamil / aktu persalinan
mempunyai komplikasi waktu sehat sempurna bisa berminggu-
minggu, bulanan atau tahunan.
2.1.3 Tujuan Asuhan Masa Nifas
 Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologik
 Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah
mengubah atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun
bayinya
 Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,
nutrisi, KB, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan
perawatan bayi sehat
 Memberikan pelayanan KB
2.1.4 Involusio Alat-alat Kandungan

4
a. Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusio) sehingga
akhirnya kembali
Involusio Tinggi fundus uteri Berat uterus
Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram
Uri lahir 2 jari dibawah pusat 750 gram
1 minggu Pertengahan pusat dan simpisis 500 gram
2 minggu Tidak teraba diatas simpisis 350 gram
6 minggu Bertambah kecil 50 gram
8 minggu Sebesar normal 30 gram

b. Bekas implantasi uri : plasenta bedah mengecil karena kontraksi dan


menonjol ke cavum uteri dengan diameter 7,5 cm, sesudah 2 minggu
menjadi 3,5 cm, pada minggu ke-6 menjadi 2,4 cm dan akhirnya
pulih.
c. Luka-luka pada jalan lahir bila tidak disertai infeksi akan sembuh
dalam 6-7 hari
d. Rasa takut yang disebut after pains (mules-mules) disebabkan
kontraksi rahim, biasanya berlangsung 2-4 hari persalinan
e. Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan
vagina dalam masa nifas
- Lochea rubra : berisi darah segar dan sisa-sisa selaput
ketuban, sel-sel desidua verniks
caseosa, lanugo dan meconium,
selama 2 hari setelah persalinan
- Lochea Sanguinoleta : berwarna merah kekuningan, berisi
darah dan lendir, hari ke 3-7 pasca
persalinan.
- Lochea Serosa : berwarna kuning, cairan tidak berdarah
lagi pada hari ke 7-14 pasca persalinan
- Lochea Alba : cairan putih, setelah 2 minggu
- Lochea Purulenta : terjadi infeksi keluar cairan seperti
nanah berbau busuk.
- Lochiostasis : lochea tidak lancar keluarnya
f. Serviks : setelah persalinan, bentuk serviks agar menganga seperti
corong berwarna merah kehitaman, konsistensinya lunak, kadang-
kadang terdapat perlukaan kecil. Setelah bayi lahir, tangan masih

5
bisa masuk rongga rahim setelah 2 jam dapat dilalui 2-3 jari dan
setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari.
g. Ligamen-ligamen : ligamen, fasia dan diafragma pelvis yang
meregang pada waktu persalinan setelah bayi lahir, secara berangsur-
angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus
jatuh ke belakang dan menjadi retroflexi.
2.1.5 Kunjungan Masa Nifas
Kunjungan : I
Waktu : 6-8 jam setelah persalinan
Tujuan : - Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
- Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdaahan :
rujuk bila perdarahan berlanjut
- Memberi konseling pada ibu / salah satu anggota
keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas
karena atonia uteri
- Pemberian ASI awal
- Melakukan hubungan antara ibu dengan bayi
- Menjaga bayi tetap sehat dan cara mencegah
hipotermia, jika petugas kesehatan menolong
persalinan ia harus tinggal dengan ibu dan bayi baru
lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran / sampai
ibu dan bayinya dalam keadaan stabil.
Kunjungan : ke-II
Waktu : 6 hari setelah persalinan
Tujuan : - Memastikan involusi uterus berjalan normal : uterus
berkontraksi fundus dibawah umbilikus, tidak ada
perdarahan abnormal, tidak ada bau.
- Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi /
perdarahan abnormal
- Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak
memperlihatkan tanda-tanda penyulit
- Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan
pada bayi, tali pusat menjaga bayi tetap hangat dan
merawat bayi sehari-hari.
Kunjungan : ke-III
Waktu : 2 minggu setelah persalinan
Tujuan : sama seperti kunjungan ke II

6
Kunjungan : ke-IV
Waktu : 6 minggu setelah persalinan
Tujuan : - Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang
ia atau bayi alami
2.1.6 Perawatan Masa Nifas
a. Mobilisasi
Karena ibu habis bersalin, ibu harus istirahat, tidur terlentang
selama 8 jam pasca persalinan kemudian boleh miring-miring ke
kanan dan ke kiri untuk mencegah terjadinya trombosis dan
tromboemboli. Pada hari ke-2 diperbolehkan pulan. Mobilisasi diatas
mempunyai variasi, bergantung pada komplikasi persalinan, nifas
dan sembuhnya luka-luka.
b. Diet
Makanan harus bermutu, bergizi dan cukup kalori, sebaiknya
makan makanan yang mengandung protein banyak cairan, sayur-
sayuran dan buah-buahan.
c. Miksi
Hendaknya kencing dapat dilakukan sendiri secepatnya.
Kadang-kadang wanita mengalami sulit kencing, karena sfinter
uretra ditekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi muculus
sfinteram selama kehamilan, juga oleh karena adanya edema
kandung kemih yang terjadi selama persalinan.
d. Defekasi
Buang air besar harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan bila
masih sulit buang air dan terjadi obstipasi apalagi berak keras dapat
diberikan obat laksana peroral atau per rectal, jika masih belum bisa
dilakukan klisma.
e. Perawatan Payudara
Perawatan payudara telah dimulai sejak wanita hamil, supaya
putting susu lemas, tidak keras dan kering, sebagai persiapan untuk
menyusui bayinya. Dianjurkan sekali supaya ibu menyusukan
bayinya sesegera mungkin.
f. Laktasi
Untuk menghadapi masa laktasi (menyusukan) sejak dini
kehamilan telah terjadi perubahan-perubahan pada kelenjar mamma,
produksi akan banyak sesudah 2-3 hari pasca persalinan.

7
2.2 Konsep Dasar Sectio Caesarea
2.2.1 Definisi
Sectio caesarea adalah suatu pembedahan untuk melahirkan janin
dengan membuka dinding perut dan dinding uterus (Ilmu Kebidanan
Sarwono, 863)
Sectio caesarea adalah suatu tindakan untuk melahirkan janin
melalui sayatan pada dinding uterus yang masih utuh (Buku Acuan
Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal : 536)
2.2.2 Indikasi dan Komplikasi
 Indikasi
- Disproporsi janin – panggul
- Gawat janin
- Placenta previa
- Riwayat pernah sectio caesarea
- Pre eklamsi / eklamsi / hypertensi
- Kelainan letak
 Komplikasi
- Perdarahan
- Infeksi puerperal
- Luka kandung kencing, embolisme paru-paru
- Kurang ketatnya perut pada dinding uterus, sehingga pada
kehamilan berikutnya bisa terjadi ruptura uteri.
2.2.3 Perawatan Pasca Bedah Sectio Caesarea
1. Nasehat pasca operasi
- Dianjurkan jangan hamil lebih kurang 1 tahun dengan memakai
kontrasepsi.
- Kehamilan berikutnya hendaknya diawasi dengan antenatal yang
baik.
2. Perawatan pasca operasi
a. Tempat perawatan pasca operasi
Setelah tindakan di kamar operasi, penderita dipindahkan ke
kamar yang khusus dan dilengkapi dengan alat pendingin
ruangan untuk beberapa hari.
b. Pemberian cairan
Karena selama 24 jam pertama penderita pusa pasca operasi
maka pemberian cairan perinfus harus cukup banyak dan
mengandung elektrolit yang diperlukan agar jangan terjadi

8
hipertemia, dehidrasi dan komplikasi pada organ-organ tubuh
lainnya.
c. Diet
Beri makan bubur, sering minum air buah dan susu selanjutnya
secara bertahap diperbolehkan makan bubur dan akhirnya makan
biasa.
d. Nyeri
Sejak penderita sadar dalam 24 jam pertama masih dirasakan
nyeri pada daerah operasi, untuk mengurangi nyeri tersebut dapat
diberikan obat-obat anti sakit dan penenang.
e. Mobilisasi
Mobilisasi secara bertahap-tahap sangat berguna untuk
membantu jalannya penyembuhan penderita. Miring ke kiri dan
ke kanan sudah dapat dilakukan selama 5 menit. Mobilisasi
berguna untuk mencegah terjadinya trombosis dan emboli.
f. Kateterisasi
Perawatan pengosongan kandungan kemih pada bedah kebidanan
pervaginam sama saja dengan persalinan biasa, bila tidak ada
luka robekan yang luas pada jalan lahir.
g. Perawatan rutin
- Tekanan darah
- Jumlah nadi per menit
- Frekuensi pernafasan per menit
- Jumlah cairan masuk dan keluar
- Suhu badan
- Dan pemeriksaan lainnya

2.3 Konsep Dasar Pre Eklampsi Berat


2.3.1 Definisi
Pre-eklamsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan
edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera
setelah persalinan. Eklamsia adalah pre eklamsia yang disertai kejang
dan atau koma yang timbul bukan akibat kelainan neurologi.
Superimposed pre eklamsia. Eklamsia adalah timbulnya pre eklamsia
atau eklamsia pada pasien yang menderita hipertensi kronik. (Mansjoer
Arief, 2001 : 270)

9
Pre eklamsia ialah penyakit dengan tanda hipertensi, edema dan
protein usia yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya
terjadi pada triwulan ke 3 kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya,
misalnya pada molahidatidosa. (Prawirohardjo Sarwono, 2002 : 282)
2.3.2 Etiologi
Sampai saat ini belum diketahui dengan pasti
(Mochtar Rustam, 1998 : 198)
2.3.3 Patofisiologi
Pada Pre-eklamsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan
retensi garam dan air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat
arteriola glomerulus. Pada beberapa kasus, lumen arteriola sedemikian
sempitnya sehingga hanya dapat dilalui oleh satu sel darah merah. Jadi,
jika semua arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka tekanan
darah akan naik, sebagai usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan
perifer agar oksigenisasi jangan dapat dicukupi.
Sedangkan kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan oleh
penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan intentisial belum
diketahui sebabnya, mungkin karena retensi air dan garam proteinuria
dapat disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi perubahan pada
glomerulus. (Mochtar Rustam, 1998 : 198)
2.3.4 Klasifikasi Pre-Eklamsia
Dibagi menjadi 2 golongan yaitu :
1) Pre-eklamsia ringan bila disertai keadaan sebagai berikut :
a) Tekanan darah 140/190 mmHg atau lebih yang diukur pada
posisi berbaring terlentang, atau kenaikan diastolik 15 mmHg
atau lebih atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih. Cara
pengukuran sekurang-kurangnya pada 2 kali pemeriksaan dengan
jarak periksa 1 jam, sebaiknya 6 jam.
b) Edema umum, kaki, jari tangan, dan muka; atau kenaikan berat
badan 1 kg atau lebih per minggu
c) Proteinuria kwantitatif 0,3 gr atau lebih per liter, kwalitatif 1+
atau 2+ pada urin kateter.
(Mochtar Rustam, 1998 : 201)
2) Pre-eklamsia berat, bila disertai keadaan sebagai berikut :
a. Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih
b. Proteinuria 5 gr atau lebih per liter
c. Oliguria yaitu jumlah urin kurang dan 500 cc per 24 jam
d. Adanya gangguan serebral, gangguan visus, dan rasa nyeri di
epigastrum

10
e. Terdapat edema paru dan sianosis
f. Trombosit <100.000/mm3
(Mochtar Rustam, 1998 : 201)
2.3.5 Faktor-faktor predisposisi
- Mola hidatidosa
- Diabetes melitus
- Kehamilan ganda
- Hidrops jetalis
- Obesitas
- Umur > 35 tahun
2.3.6 Komplikasi
Tergantung derajat pre eklampsia atau eklampsinya yang termasul
komplikasi antara lain atonia uteri (uterus couvelaire), sindrom HELLP
(hemolysis, elevated, liver enzimes, low platelet count), ablasi retina,
KID (koagulasi intravaskuler diseminata), gagal ginjal, perdarahan otak,
edema paru, gagal jantung, hingga syok dan kematian.
Komplikasi pada janin dengan akut atau kronisnya insufisiensi
uteroplasental, misalnya pertumbuhan janin terhambat dan prematuritas.
2.3.7 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan :
1) Gambaran klinik : pertambahan berat badan berlebihan, edema,
hipertensi, dan timbul proteinuria.
Gejala subyektif : sakit kepala di daerah frontal, nyeri epigastrium :
gangguan visus : penglihatan kabur, skotoma, diplopia, mual dan
muntah. Gangguan serebral lainnya : oyang, refleks meningkat, dan
tidak tenang.
2) Pemeriksaan : tekanan darah tinggi, refleks meningkat, dan
proteinuria pada pemeriksaan laboratorium.
(Mochtar Rustam, 1998 : 201-202)
2.3.8 Penatalaksanaan
a) Pencegahan
 Pemeriksaan antenatal yang teratur dan bermutu serta teliti,
mengenali tanda-tanda sedini mungkin (pre-eklamsia ringan),
lalu diberikan pengobatan yang cukup supaya penyakit tidak
menjadi lebih berat.
 Harus selalu waspada terhadap kemungkinan terjadinya pre-
eklamsia kalau ada faktor-faktor predisposisi.

11
 Berikan penerangan tentang manfaat istirahat dan tidur,
ketenangan serta pentingnya mengatur diit rendah garam, lemak,
serta karbohidrat dan tinggi protein, juga menjaga kenaikan berat
badan yang berlebih.
b) Penanganan
Tujuan utama penanganan adalah :
 Untuk mencegah terjadinya pre-eklamsia dan eklamsia
 Hendaknya janin lahir hidup
 Trauma pada janin seminimal mungkin
 Pre-Eklamsia Ringan (Mochtar Rustam, 1998 : 202)
Pengobatan hanya bersifat simtomatis dan selain rawat inap,
maka penderita dapat dirawat jalan dengan skema periksa ulang
yang lebih sering, misalnya 2 kali seminggu.
Penanganan pada penderita rawat jalan atau rawat inap adalah
dengan istirahat di tempat tidur, diit rendah garam, dan berikan obat-
obatan seperti valium tablet 5 mg dosis 3x/hari atau fenobarbital
tablet 30 mg dengan dosis 3x1 sehari.
Divietika dan obat anti hipertensi tidak dianjurkan, karena obat
ini tidak begitu bermanfaat, bahkan bisa menutupi tanda dan gejala
pre-eklamsia berat. Dengan cara ini biasanya pre-eklamsia ringan
jadi tenang dan hilang, ibu hamil dapat dipulangkan dan diperiksa
ulang lebih sering dari biasa.
Bila gejala masih menetap, penderita tetap rawat inap, monitor
keadaan janin, kadar estriol von, lakukan amnioskopi, dan USG. Bila
keadaan mengizinkan, barulah dilakukan induksi partus pada usia
kehamilan 37 keatas.
 Pre-Eklamsia Berat
 Pre-Eklamsia Berat pada usia kehamilan kurang dari 37 minggu
1) Bila janin belum menunjukkan tanda-tanda maturitas paru-
paru dengan uji kocok dan rasio L/S, maka penanganannya
adalah sebagai berikut :
- Berikan suntikan sulfas magnesikus dengan dosis 8 gr
intramuskuler, kemudian disusul dengan injeksi
tambahan 4 gr IM setiap 4 jam (selama tidak ada
kontraindikasi)
- Jika ada perbaikan jalannya penyakit, pemberian sulfas
magnesikus dapat diteruskan lagi selama 24 jam sampai

12
dicapai kriteria pre eklamsia ringan (kecuali ada kontra
indikasi)
- Selanjutnya ibu dirawat, diperiksa, dan keadaan janin
dimonitor, serta berat badan ditimbang seperti pada pre
eklamsia ringan, sambil mengawasi timbulnya lagi gejala
- Jika dengan terapi diatas tidak ada perbaikan, dilakukan
terminasi kehamilan dengan induksi partus atau tindakan
lain tergantung keadaan.
2) Jika pada pemeriksaan telah dijumpai tanda-tanda
kematangan paru janin, maka penatalaksanaan kasus sama
seperti pada kehamilan diatas 37 minggu
 Pre-Eklamsia Berat pada kehamilan diatas 37 minggu
1) Penderita dirawat inap
- Istirahat mutlak dan ditempatkan dalam kamar
isolasi.
- Berikan diit rendah garam dan tinggi protein
- Berikan suntikan sulfas magnesikus 8 gr intra
muskuler, 4 gr dibokong kanan dan 4 gr dibokong
kiri.
- Suntikan dapat diulang dengan dosis 4 gr setiap 4
jam.
- Syarat pemberian MgSO4 adalah refleks patela
positif, diuresis 100 cc dalam 4 jam terakhir,
respirasi 16 kali per menit, dan harus tersedia anti
dotumnya yaitu kalsium glukonas 10% dalam
ampul 10 cc.
- Infus dekstrosa 5% dan ringer laktat
2) Berikan obat antihipertensi : injeksi kata pres lampul
IM dan selanjutnya dapat diberikan tablet katapres 3
kali ½ tablet atau 2 kali ½ tablet sehari
3) Diuretika tidak diberikan, kecuali bila terdapat edema
umum, edema paru, dan kegagalan jantung kongesti.
Untuk itu dapat disuntikkan 1 ampul intravena lasix.
4) Segera setelah pemberian sulfas magnesikus kedua,
dilakukan induksi partus dengan atau tanpa
amniotomi. Untuk induksi dipakai oksitosin (pitosin
atau sintosinon) 10 satuan dalam infus tetes.

13
5) Kala II harus dipersingkat dengan ekstraksi vakum
dan forseps, jadi ibu dilarang mengedan.
6) Jangan berikan methergin post partum, kecuali bila
terjadi perdarahan yang disebabkan atonia uteri.
7) Pemberian sulfat magnesikus, kalau tidak ada
kontraindikasi, kemudian diteruskan dengan dosis
4 gr setiap 4 jam dalam 24 jam post partum.
8) Bila ada indikasi obstetrik dilakukan SC
 Penanganan PEB yang terbaru
 SM 40% otsuka
25 cc = 10 gram
SM 40% 4 gr IV (adalah larutan hipertonik) = 10 cc
bolus
 Sisa SM 40% 16 gram
15 cc dalam 500 cc RL
20 tts/mnt  1 cc/mnt
Habis dalam 6-8 jam
(Protap Puskesmas Palang tahun 2006)
2.4 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Menurut Varney
Managemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisir pikiran serta tindakan
berdasarkan ilmiah. Penemuan ketrampilan dalam rangkaian tahapan untuk
mengambil keputusan yang berfokus pada klien. (Varney 1997).

2.4.1 7 Langkah Proses Manajemen Varney


1. Melakukan pengkajian dengan mengumpulkan data secara lengkap sesuai
sumber dari kondisi pasien, anamnese, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang untuk mengevaluasi keadaan ibu nifas.
2. Identifikasi dan Diagnosa Masalah Potensial
Data yang telah dikumpulkan diinterprestasikan sehingga dapat
menyimpulkan data yang spesifik.
3. Identifikasi dan Diagnosa Masalah Potensial
Menentukan masalah dan diagnosa yang mungkin terjadi sehingga dapat
diantisipasi dan mungkin dilakukan tindakan preventif.
4. Identifikasi Kebutuhan Segera
Mencerminkan kesinambungan dari penatalaksanaan asuhan kebidanan,
perlunya tindakan segera untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama
dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi pasien.

14
5. Intervensi
Merencanakan asuhan yang menyeluruh yang rasional sesuai dengan
temuan dari langkah sebelumnya.
6. Implementasi
Mengarahkan atau melaksanakan rencana asuhan secara efisien dan
menyeluruh.
7. Evaluasi
Mengevaluasi keefektifan asuhan yang telah diberikan.

2.4.2 Proses Penyusunan Manajemen Kebidanan


1. Pengkajian
Pengumpulan data lengkap yang mencakup :
A. Data Subyektif
1. Biodata
- Umur klien : untuk menentukan prognosa termasuk
resiko tinggi atau tidak.
- Kebangsaan : untuk mengadakan statistik kelahiran
- Pendidikan : untuk menentukan model komunikasi
yang digunakan agar motivasi yang
diberikan efektif sesuai tingkat
pendidikan.
- Pekerjaan : mengetahui taraf hidup sosial ekonomi
- Agama : berhubungan dengan religius dan
kepercayaan
- Perkawinan : untuk membantu menentukan diagnosa
- Alamat : untuk membedakan klien satu dengan
yang lain yang namanya sama dan
untuk menentukan keadaan sosial
budaya sekitar tempat tinggalnya.
2. Keluhan Utama
Untuk mengetahui apa yang dirasakan klien dan menegakkan
diagnosa atau masalah.
3. Riwayat Menstruasi
Untuk mengetahui bagaimana faal kandungan dan
menentukan apakah ada kelainan.
4. Riwayat Obstetri

15
Untuk mengetahui riwayat obstetik yang lalu apakah ada
penyakit yang dapat mempengaruhi kondisi nifasnya saat ini.
5. Riwayat Penyakit Klien dan Keluarga
Untuk mengetahui apakah klien dan keluarganya mempunyai
penyakit menular, menurun dan menahun.
6. Pola Kehidupan Sehari-hari
Untuk mengetahui kebiasaan ibu sehari-hari mengenai
nutrisi, eliminasi, aktifitas, istirahat, personal hygiene dan
perilaku kesehatan.
7. Data Psikososial
Untuk mengetahui bagaimana respon ibu dan keluarga
terhadap kelahiran bayi, mengetahui rencana ibu menyusui
bayinya berapa lama, dan mengetahui bagaimana tingkat
pengetahuan ibu tentang perawatan diri dan bayinya
B. Data Obyektif
 Pemeriksaan umum
Kesadaran
K/U
TTV
BB/TB
 Pemeriksaan kehamilan
1. Inspeksi
Periksa pandang dari ujung kepala sampai ujung kaki.
2. Palpasi
- Payudara, apakah ada benjolan, bendungan ASI dan
lain-lain
- TFU, tinggu fundus uteri setelah persalinan
normalnya 2 jari dibawah pusat.
- Kontraksi uterus
3. Perkusi
Reflek patella
 Pemeriksaan penunjang
A. Pemeriksaan laboratorium
- Darah : golongan darah, HB
- Urine : albumin, reduksi
B. Data kehamilan dan persalinan sekarang
Umur kehamilan :

16
Penyulit :
Periksa kehamilan :
Proses persalinan :
Keadaan bayi : ♀ / ♂, BB, A-S

II. Identifikasi Diagnosa dan Masalah


Diagnosa ditegakkan dari data hasil pengkajian. Diagnosa harus
memenuhi standart nomenklatur diagnosa kebidanan.

III. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial


Langkah ini didapat berdasarkan diagnosa atau masalah yang
teridentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi apabila mungkin
dilakukan tindakan pencegah.

IV. Identifikasi Kebutuhan akan Tindakan Segera / Kolaborasi


Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter
untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama ditangani dengan tim
kesehatan lain yang sesuai dengan kondisi klien.

V. Merencanakan Asuhan yang Menyeluruh / Intervensi


Merencanakan asuhan menyeluruh dengan rasional, meliputi terapi
dan asuhan, pendidikan kesehatan, konseling, kolaborasi dan rujukan bila
diperlukan, serta tindak lanjut.

VI. Pelaksanaan / Implementasi


Melaksanakan rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah
diuraikan pada langkah intervensi.

VII. Evaluasi
Pada langkah ini dievaluasi keefektifan asuhan yang telah diberikan
karena proses manajemen kebidanan ini merupakan suatu kegiatan
berkesinambungan maka diperlukan evaluasi. Bila asuhan yang diberikan
belum efektif, maka perlu mengulang kembali dari awal setiap asuhan
yang belum efektif. Dalam evaluasi dicantumkan data obyektif, data
subyektif, kesimpulan, dan rencana selanjutny

17
BAB III
TINJAUAN KASUS
Pengkajian
Data Subyektif
Tanggal : 18 Desember 2007 Jam : 07.00 WIB
a. Biodata
Nama pasien : Ny. “S” Nama suami : Tn. “L”
Umur : 40 th Umur : 55 th
Suku/kebangsaan : Jawa/Indonesia Suku/kebangsaan : Jawa/Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMP Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Tani
Alamat : Ds.Ngembung No. Reg : 304558
RT 04/RW 02
Cerme Gresik
b. Status perkawinan
- Kawin : 1 kali
- Lama kawin : 20 tahun
- Umur menikah : 20 th
c. Keluhan utama
Ibu mengatakan telah melahirkan anak keempat dengan operasi pada
tanggal 17 Desember 2007 jam 16.00 WIB dengan BB bayi 2800 gr PB :
50 cm dan ibu tidak merasakan pusing lagi.Ibu mengatakan nyeri pada
luka bekas operasi. Ibu mengatakan sudah flatus sebanyak 4x
d. Riwayat menstruasi
- Menarche : 13 th
- Siklus : 28-30 hari
- Lama haid : 5-6 hari
- Banyaknya : 1-2 kotek/hari
- Teratur/tidak : teratur
- Warna : merah segar
- Bau : amis
- HPHT : lupa
- TP : -
e. Riwayat obstetri
Suami Jns Jns
No UK Penol BB/PB H/M Usia Meneteki KB
ke Pers Kel
1 I 9 bln Spt B Bidan 2700 gr/48 ♀ H 19 th 2 th Suntik

18
2 9 bln Abortus
3 9 bln Spt B Bidan 3000 gr/50cm ♂ H 17 th 2 th Suntik
4 9 bln SC Dokter 2800 gr/50cm ♀ H 2 hari - -

f. Riwayat kesehatan pasien


Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit jantung, asma, DM,
ginjal, hepatitis, TBC maupun gemeli.
g. Riwayat kesehatan keluarga
Dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit, hipertensi, jantung,
asma, DM, ginjal, hepatitis, TBC, gemeli.
h. Pola kehidupan sehari-hari
- Pola nutrisi : Ibu makan sehari 3x dengan porsi sedang
dengan menu nasi, sayur, lauk, dan buah-buahan
dan minum air putih.
- Pola eliminasi : Ibu sudah BAB 1x per hari dan BAB 3-4x per
hari.
- Pola istirahat : Selama nifas tidur siang + 1-2 jam, tidur
malam 7-8 jam
- Pola aktivitas : Ibu sering jalan-jalan di dalam ruangan
- Personal hygiene : Ibu belum mandi, hanya di seka pagi dan sore
hari dan sering ganti softex jika sudah basah.
i. Data psikososial
- Respon ibu dan keluarga : Ibu dan keluarga senang dengan kelahiran
bayinya.
- Hubungan pasien dengan suaminya sangat baik serta harmonis
- Rencana mengasuh bayi oleh : ibunya sendiri.
Data Obyektif
a. Tanda-tanda vital
- Kesadaran : composmentis
- Tekanan darah : 150/100 mmHg
- Suhu : 367 0C
- Denyut nadi : 88x/mnt
- Pernafasan : 24x/mnt
b. Pemeriksaan
1. Muka
- Edema : Tidak
- Pucat : Tidak
- Cloasma gravidarum : Tidak ada
2. Mata
- Konjungtiva : Merah muda

19
- Sklera : Putih tidak ada ikterus
3. Hidung
Hidung bersih tidak ada serumen dan tidak ada polip.
4. Mulut
Gigi : Tidak karies
Stomatitis : Tidak ada
Bibir kering : Tidak ada
Lidah pucat : Tidak
5. Telinga
Telinga bersih, pendengaran baik
6. Leher
Pembesaran vena jugularis : Tidak ada
Pembesaran kelenjar getah bening : Tidak ada
Struma : Tidak ada
7. Payudara
- Pengeluaran : -
- Bentuk : Simetris
- Puting susu : Menonjol
- Pembengkakan : Tidak ada
- Nyeri tekan : Tidak
8. Abdomen
- Luka bekas Operasi SC : masih basah,bersih,tidak ada push dan
kemerahan
- TFU : pertengahan pusat dan shimpisis
- Konsistensi uterus : keras
9. Pengeluaran lochea
Warna Merah,±50 cc, perdarahan aktif (-)
10. Perinium
- Bekas jahitan : Tidak ada
- Kebersihan : Bersih
- Oedema : Tidak ada
11. Kandung kemih : kosong
12. Anus
- Hemoroid : Tidak ada
- Varises : Tidak ada
13. Ekstremitas
Atas dan bawah

20
Reflek patella : +/+
Varices : Tidak ada

Data Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Tgl 17 Desember 2007
Hb : 12,4 gr%
LED : 10
Leukosit : 20.600
Albumin : +3

b. Data kehamilan dan persalinan sekarang


Umur kehamilan : 9 bulan
Periksa kehamilan : 8 kali
Penyulit kehamilan : tidak ada
Penyulit persalinan : PEB
Jenis persalinan :SC
Keadaan bayi
Jenis kelamin : perempuan
BB : 2700 gr / 50 cm
A-S : 8-9
Caput (-), cacat (-), anus (+)
-
Interpretasi Data
Dx : P4013 post SC hari ke 1 dengan PEB
Ds : Ibu mengatakan telah melahirkan anak keempat dengan SC dan
sudah tidak merasakan pusing lagi. mengatakan nyeri pada luka bekas
operasi.Ibu mengatakan sudah flatus sebanyak 4x
Do : Tanda-tanda vital
- Kesadaran : composmentis
- Tekanan darah : 150/100 mmHg
- Suhu : 367 0C
- Denyut nadi : 88x/mnt
- Pernafasan : 24x/mnt

Abdomen

21
- Luka bekas Operasi SC : masih basah,bersih,tidak ada push dan
kemerahan
- TFU : pertengahan pusat dan shimpisis
- Konsistensi uterus : keras
Pengeluaran lochea
Warna Merah,±50 cc, perdarahan aktif (-)
Infus terpasang, DC terpasang.

Masalah : Ibu mengatakan nyeri pada luka bekas jahitan operasi jika akan
melakukan aktivitas.
Kebutuhan : 1. Mobilisasi dini
2. HE personal hygiene
3. HE tentang pola nutrisi
4. HE tentang perawatan payudara

Identifikasi Diagnosa Potensial


Tidak ada

Tindakan Segera / Kolaborasi


Kolaborasi dengan dokter
Tx :
Infus RD : D5= 2 : 2 20 tts/mnt / 24 jam
Inj/IV : Neurosanbe 3 x 1 amp
fotaram 3 x 2 amp
Vit C 3 x 2 amp
Cefotaxim 2 x 1 gram
Provenid Suppositoria 2 x 1
Inj IM : MgSO4 sesuai dosis rumatan( Maintenance Doses )= 5 mg
MgSO4 40% IM Bokong Kanan atau Bokong kiri setiap 6 jam
Provenid Suppositoria 2 x 1

Intervensi
Tanggal : 18 Desember 2007
Dx : P40013 post SC hari ke 1 dengan PEB
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan ini dalam 1x 24 jam keadaan
ibu jauh lebih baik.
Kriteria : TTV dalam batas normal ( tekanan darah turun dari sebelumnya )

22
Ibu bisa melakukan aktivitas ringan seperti posisi setengah duduk
dan perawatan diri sendiri.

No Intervensi Rasional
1 Lakukan komunikasi terapeutik dengan - Melakukan pendekatan agar
jalin hubungan baik dengan klien dan klien dan keluarga lebih
keluarga. kooperatif dalam pemberian
asuhan.
- Mengetahui keadaan klien dan
2 Lakukan observasi keadaan klien : mengurangi resiko terjadinya
- TTV tiap 6 jam komplikasi
- Pengeluaran pervaginam
- Involusi (TFU, kontraksi, kandung
kemih, lochea) - Mengetahui keseimbangan
cairan dalam tubuh
3 Observasi take output cairan
- Dapat mengurangi kecemasan
Jelaskan tentang kondisi klien kepada klien
4
dan keluarga

Anjurkan pada Ibu untuk sementara


5 Menunggu sampai sistem
berpuasa sampai Ibu sudah flatus > 5 x
pencernaan kembali berfungsi
6 normal
Kolaborasi dengan dokter untuk rencana
tindak lanjut dan pemberian terapi : - Fungsi dependen
Infus RD : D5= 2 : 2 20 tts/mnt
Inj/IV : Neurosanbe 3 x 1 amp
fotaram 3 x 1 amp
Vit C 3 x 2 amp
Provenid Suppositoria 2 x 1
Inj IM :MgSO4 sesuai dosis rumatan
( Maintenance Doses )= 5 mg MgSO4 40%
IM Bokong Kanan atau Bokong kiri setiap
6 jam
Provenid Suppositoria 2 x 1
-

23
Implementasi
Tanggal : 18 Desember 2007 Jam : 07.00 WIB
Hr/Tgl Jam Pelaksanaan TTD
Melakukan komunikasi terapeutik dengan jalin
hubungan baik dengan klien dan keluarga.

Melakukan observasi keadaan klien :


- TTV tiap 6 jam
- Pengeluaran pervaginam
- Involusi (TFU, kontraksi, kandung kemih, lochea)
- Keadaan luka SC
Observasi take output cairan

Menjelaskan tentang kondisi klien kepada klien dan


keluarga
Menganjurkan pada Ibu untuk sementara berpuasa

Melakukan Kolaborasi dengan dokter untuk rencana


tindak lanjut dan pemberian terapi :
Infus RD : D5= 2 : 2 20 tts/mnt
Inj/IV : Neurosanbe 3 x 1 amp
fotaren 3 x 2 amp
Vit C 3 x 2 amp
Inj IM : MgSO4 sesuai dosis
rumatan ( Maintenance Doses )= 5 mg MgSO4 40%
IM Bokong Kanan atau Bokong kiri setiap 6 jam
Provenid Suppositoria 2 x 1

Evaluasi
 Tanggal : 18 Desember 2007 pkl.11.00 WIB
S : Ibu mengatakan masih nyeri pada daerah sekitar bekas operasi
Ibu mengatakan baru flatus sebanyak 4x
O: Kesadaran : Composmentis

24
TTV:
KU : baik
TD : 130/80 mmHg
S : 360C
N : 84x/menit
RR : 24x/menit
Infus terpasang, DC terpasang
TFU : pertengahan pusat symphisis
- Kontraksi : Baik
- Luka bekas Operasi SC : masih basah,bersih,tidak ada
push dan kemerahan
- Lochea : rubra, jumlah sedang 4 kotex/
hari

A : P40013 Post SC hari pertama


P:Melanjutkan Kolaborasi dengan Dokter dalam pemberian terapi :
Infus RD : D5= 2 : 2 20 tts/mnt
Inj/IV : Neurosanbe 3 x 1 amp
fotaren 3 x 2 amp
Vit C 3 x 2 amp

Memberikan HE tentang :
Segera melakukan mobilisasi miring kanan kiri
Menghitung Flatus jika telah sampai 10 x boleh minum air
putih sedikit demi sedikit ( 1 jam 1 sendok )
Personal hygiene : dengan mengganti pembalut minimal 3x
sehari\dan luka bekas jahitan tidak boleh kena air sebelum
benar-benar kering
Setiap habis BAK dan BAB cebok dari atas ke bawah

CATATAN PERKEMBANGAN

 Tanggal : 19 Desember 2007 pkl.07.00 WIB


S : Ibu mengatakan masih nyeri pada daerah sekitar bekas operasi
Ibu mengatakan baru flatus sebanyak 12x
O: Kesadaran : Composmentis
TTV:

25
KU : baik
TD : 100/80 mmHg
S : 365C
N : 84x/menit
RR : 20x/menit
TFU : pertengahan pusat symphisis
Kontraksi : Baik
- Luka bekas Operasi SC : masih basah,bersih,tidak ada push dan
kemerahan
- Lochea: rubra, 2 kotex / hari

A : P40013 Post SC hari Ke-2


P : Melanjutkan Kolaborasi dengan Dokter dalam pemberian
terapi : Infus RD : D5= 2 : 2 20 tts/mnt
Inj/IV : Neurosanbe 3 x 1 amp
fotaren 3 x 2 amp
Vit C 3 x 2 amp
Rawat Luka SC dengan Tekhnik Aseptik
Memberikan diit berupa: Pagi=Bubur Halus
Siang=Bubur Kasar
Malam=Nasi dan lauk pauk rendah
garam
Memberikan HE tentang :
Segera melakukan mobilisasi duduk-duduk diatas tempat tidur
Personal hygiene : dengan mengganti pembalut minimal 3x
sehari\dan luka bekas jahitan tidak boleh kena air sebelum
benar-benar kering
Setiap habis BAK dan BAB cebok dari atas ke bawah

CATATAN PERKEMBANGAN

 Tanggal : 20 Desember 2007 pkl.07.00 WIB


S : Ibu mengatakan masih nyeri pada daerah sekitar bekas operasi

O: Kesadaran : Composmentis
TTV:
KU : baik
TD : 110/80 mmHg

26
S : 365C
N : 82x/menit
RR : 20x/menit
TFU : 2 jari bawah pusat
- Kontraksi : Baik Luka bekas Operasi SC :
masih basah,bersih,tidak ada push dan
kemerahan
- Lochea: Sanguilenta, 2 kotex/ hari

A : P40013 Post SC hari Ke-3


P : Melanjutkan Kolaborasi dengan Dokter dalam pemberian
terapi : Infus RD : D5= 2 : 2 20 tts/mnt
Inj/IV : Neurosanbe 3 x 1 amp
fotaren 3 x 2 amp
Vit C 3 x 2 amp
Rawat Luka SC denngan tekhnik Aseptik
Memberikan diit berupa: Nasi dan lauk pauk rendah
garam
Memberikan HE tentang :
Segera melakukan mobilisasi turun dari tempat tidur jalan-
jalan
Personal hygiene : dengan mengganti pembalut minimal 3x
sehari\dan luka bekas jahitan tidak boleh kena air sebelum
benar-benar kering
Setiap habis BAK dan BAB cebok dari atas ke bawah
CATATAN PERKEMBANGAN

 Tanggal : 21 Desember 2007 pkl.07.00 WIB


S : Ibu mengatakan masih sedikit nyeri pada daerah sekitar bekas operasi
Ibu mengatakan ingin segera pulang
O: Kesadaran : Composmentis
TTV:
KU : baik
TD : 120/80 mmHg
S : 366C
N : 84x/menit
RR : 20x/menit

27
TFU : 3 jari bawah pusat
Kontraksi : Baik
- Luka bekas Operasi SC : sudah mulai keering,bersih,tidak ada
push dan kemerahan
- Lochea : sanguilenta 1 kotek/ hari

A : P40013 Post SC hari Ke-3


P : Melanjutkan Kolaborasi dengan Dokter dalam pemberian
terapi : Stop Infus
Rawat Luka SC dengan tekhnik Aseptik
Memberikan diit berupa: Nasi dan lauk pauk rendah
garam
Memberikan HE tentang :
Segera melakukan mobilisasi turun dari tempat tidur jalan-
jalan
Personal hygiene : dengan mengganti pembalut minimal 3x
sehari\dan luka bekas jahitan tidak boleh kena air sebelum
benar-benar kering
Setiap habis BAK dan BAB cebok dari atas ke bawah
Anjurkan Ibu untuk melakukan perawatan payudara serta
memberikan ASI Eksklusif bagi bayinya
Jelaskan pada Ibu untuk tidak kuatir hamil lagi karena sudah
dilakukan MOW
Rencana pulang hari ini pkl.10.00 WIB

28
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Setelah melakukan asuhan kebidanan nifas 4 jam post partum dengan
fisiologis penulis menyimpulkan bahwa dalam masa nifas sering terjadi
gangguan rasa nyaman. Kekhawatiran dan mungkin terjadi komplikasi,
misalnya infeksi. Untuk itu perlu diperlukan asuhan komprehensif selama masa
nifas terutama tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan, jumlah cairan yang masuk
dan keluar pada teori yang sekarang, kurangnya 4 jam sekali serta kolaborasi
dengan dokter bila terjadi komplikasi.
Dengan melakukan asuhan kebidanan pasien dapat diebrikan perawatan
sesuai kebutuhan dalam menangani masalah nifas. Pasien secara umum perlu
tindakan produktif, proventif kuratif dan rehabilitatif secara terpadu dan
integrasi untuk menciptakan kemandirian sedini mungkin.

4.2 Saran
4.2.1 Bagi Pendidikan
Diharapkan pendidikan memperbanyak literatur-literatur yang
berhubungan dengan kebidanan sebagai pedoman / pembuatan tugas
yang lebih sempurna.
4.2.2 Bagi Mahasiswa
Hendaknya mahasiswa dapat mengaplikasikan antara ilmu pengetahuan
logika dan ilmu dalam melaksanakan dan menerapkan Askeb dengan
baik dan benar.

29
DAFTAR PUSTAKA

FKUI. 2002. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Aesculapius

FK UNPAD. 1983. Obstetri Fisiologi. Bandung : Eleman

Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid 2. Jakarta : EGC

Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP-SP

Prawirohardjo, Sarwono. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal : YBP-SP

30
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan praktek lapangan ini telah disetujui dan disahkan oleh Pembimbing
Praktek dan Pembimbing Akademik pada tanggal Desember 2007

Mahasiswa

WAHYU INDAH
NIM. 05.03.146

Mengetahui
Kepala Ruangan Pembimbing Praktek

ASNA NURHIDAYATI MASRIATI, Amd.Kep


NIP. 140118037 NIP. 140 176 884

Pembimbing Akademik

DWI RUKMA SANTI, SST

31
NIK. 45115011

KATA PENGANTAR
ii

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayahNya sehingga dapat
menyelesaikan laporan kegiatan praktek (ASKEB) di Ruang Bougenfil RSUD
GRESIK

Tak lupa kami menyampaikan banyak terima kasih kepada :


1. Direktur RSUD GRESIK
2. Bapak Miftahul Munir, SKM, M.Kes selaku Direktur AKBID NU Tuban,
3. Ibu Nur Asnah selaku Kepala Ruangan Ruang Bougenfil RSUD GRESIK
4. Ibu Masriati, Amd.Kep selaku Pembimbing Ruangan Ruang Bougenfil RSUD
GRESIK
5. Ibu Dwi Rukma Santi, SST selaku Dosen Pembimbing Akademik Akademi
Kebidanan Nahdlatul Ulama Tuban
6. Semua pihak yang telah membantu sehingga laporan ini dapat terselesaikan
Saya menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini banyak terdapat kesalahan.
Oleh karena itu saya mengharap kritik dan saran yang membangun dari pembaca
maupun dari para pembimbing untuk perbaikan laporan ini selanjutnya, semoga
laporan ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Tuban, Desember 2007

Penulis

32
DAFTAR ISI

iii
Halaman Judul .......................................................................................................... i
Lembar Pengesahan .................................................................................................. ii
Kata Pengantar .......................................................................................................... iii
Daftar Isi ................................................................................................................... iv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Tujuan ............................................................................................... 1
1.3 Ruang Lingkup .................................................................................. 2
1.4 Metode Penulisan .............................................................................. 2
1.5 Pelaksanaan ....................................................................................... 3
1.6 Sistematika Penulisan ....................................................................... 3
BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Nifas ............................................................................. 4
2.2 Konsep Dasar SC ................................................................................. 7
2.3 Konsep Dasar Pre Eklampsi Berat ....................................................... 12
2.4 Konsep Dasar Manajemen Varney ....................................................... 12
BAB 3 TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian.......................................................................................... 16
3.2 Interpretasi Data ................................................................................ 19
3.3 Identifikasi Diagnosa Potensial ......................................................... 20
3.4 Tindakan Segera ................................................................................ 20
3.5 Intervensi / Rencana .......................................................................... 20
3.6 Implementasi / Rencana..................................................................... 21
3.7 Evaluasi ............................................................................................. 21
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan ....................................................................................... 23
4.2 Saran ................................................................................................. 23
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 24

33
iv

Anda mungkin juga menyukai