Anda di halaman 1dari 3

BAB V

KAJIAN SUMBER DAYA, PENGELOLAAN DAN


PEMANFAATAN

5.1 Potensi Sumber Daya dan Cadangan Batubara


Menurut World Energy Council, Indonesia memiliki cadangan batubara
terbukti (proven reserve coal) sebesar 4,3 miliar ton atau sekitar 0,5% dari total
cadangan batubara terbukti yang ada. Produksi batubara Indonesia diperkirakan
akan terus meningkat, hal ini mengingat sumber daya batubara Indonesia yang
masih melimpah. Berdasarkan data dari Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi
Kalimantan Timur Perkembangan produksi batubara misalnya, sejak tahun 2004
terusmeningkat setiap tahunnya dan padatahun 2014 produksi batubara telah
mencapai 234.661.519 ton, atau meningkat 2,73% disbanding tahun 2013. Dan
pada tahun 2015 tercatat produksi batubara mencapai 236.613.732,47 ton.
Berdasarkan penelitian dan perhitungan perusahaan terhadap kuantitas
dan kualitas batubara pada daerah penelitian maka didapat hasil sebagai berikut :
Tabel 4.1
Total Cadangan Batubara Terbukti
Total Mass Total Volume
Seam
(ton) (ton)
a 10688494,5 8.144.196,645
b 6428021,789 4856116,421
c 2270602,374 1728493,863
d 11406658,42 8707685,662
Total cadangan Terbukti 23.436.493
Sumber : CV Independent Coal Consultant

Tabel 4.2
Total Sumberdaya Batubara
Sumberdaya Luas Volume
Tereka 12618664,18 41136845,24
Terunjuk 6102567,554 19894370,23
Terukur 3710343,193 12095718,81
Sumber : CV Independent Coal Consultant
Nilai rata-rata ketebalan seam yang diperoleh ialah 3,26 m.
5.2 Kualitas Batubara
Pengklasifikasian batubara di dasarkan pada derajat dan kualitas dari
batubara tersebut, yaitu :
1. Gambut / Peat
Golongan ini sebenarnya termasuk jenis batubara, tapi merupakan bahan
bakar. Hal ini disebabkan karena masih merupakan fase awal dari proses
pembentukan batubara. Endapan ini masih memperlihatkan sifat awal dari
bahan dasarnya (tumbuh-tumbuhan).
2. Lignite / Brown Coal
Golongan ini sudah memperlihatkan proses selanjutnya berupa struktur
kekar dan gejala pelapisan. Apabila dikeringkan, maka gas dan airnya akan
keluar. Endapan ini bisa dimanfaatkan secara terbatas untuk kepentingan
yang bersifat sederhana, karena panas yang dikeluarkan sangat rendah.
3. Sub-Bituminous / Bitumen Menengah
Golongan ini memperlihatkan ciri-ciri tertentu yaitu warna yang kehitam-
hitaman dan sudah mengandung lilin. Endapan ini dapat digunakan untuk
pemanfaatan pembakaran yang cukup dengan temperatur yang tidak
terlalu tinggi.
4. Bituminous
Golongan ini dicirikan dengan sifat-sifat yang padat, hitam, rapuh (brittle)
dengan membentuk bongkah-bongkah prismatik. Berlapis dan tidak
mengeluarkan gas dan air bila dikeringkan. Endapan ini dapat digunakan
antara lain untuk kepentingan transportasi dan industri.
5. Anthracite
Golongan ini berwarna hitam, keras, kilap tinggi, dan pecahannya
memperlihatkan pecahan chocoidal. Pada proses pembakaran
memperlihatkan warna biru dengan derajat pemanasan yang tinggi.
Digunakan untuk berbagai macam industri besar yang memerlukan
temperatur tinggi.
ASTM (America Society for Testing and Material) membagi batubara
berdasarkan tingkat pembatubaraanya dimana urutan tertinggi adalah Anthracite,
Bituminous dan sub-bituminous, lignite. Semakin tinggi kualitas batubara, maka
kadar fixed carbon akan meningkat sedangkan volatile dan moisture
(kelembaban) akan turun, begitu juga sebaliknya batubara kualitas rendah seperti
lignite dan sub-bituminous akan memiliki fixed carbon yang rendah serta volatile
dan moisture yang tinggi. Artinya semakin tinggi jenis batubara maka energi yang
dihasilkan lebih besar dan bentuknya semakin keras dan berwarna semakin hitam.

Gambar 5.1
Klasifikasi Batubara ASTM & DIN
Berdasarkan klasifikasi ASTM, maka kualitas batubara yang terdapat pada
daerah penelitian adalah batubara jenis bituminous.

5.3 Perhitungan Cadangan


5.4 Pengolahan dan Pemanfaatan

Anda mungkin juga menyukai