Anda di halaman 1dari 17

BAB 1

SEJARAH SINGKAT PERKEMBANGAN STUDI PEMBELAJARAN LESSON


STUDY DI INDONESIA

A. STUDI PEMBELAJARAN LESSON STUDY DI JEPANG


 Kegiatan lesson study atau jugyokenkyu telah dimulai sejak 1890-an atau lebih dari
100 tahun lalu.
 Sudi pembelajaran (lesson study) merupakan sebuah gerakan pendidikan yang
dilakukan para guru dimaksudkan untuk mengimplementasikan “pengajaran berpusat
pada siswa”.
 Studi pembelajaran merupakan salah satu bentuk penerapan konsep komunitas belajar
(learning community). Komunitas belajar adalah sekelompok orang yang menukarkan
nilai atau kepercayaan dan saling belajar dari orang lain untuk meningkatkan
pengetahuannya (online, 12 Juni 2008)
 Implementasi kegiatan study pembelajaran dan komunitas belajar di Jepang telah
diteliti oleh Prof. Kiyomi Akita dai Universitas Tokyo dengan menyebar kuisioner
untuk 10.800 sekolah di Jepang (sepertiga dari SD dan SMP yang ada) dengan
responden kepala sekolah atau wakilnya
 Prof. Akita mengungkapkan keberhasilan studi pembelajaran di lihat dari beberapa
indikator, antara lain:
a. Guru muda dan guru berpengalaman di sekolah saling berkomunikasi
b. Guru harus mampu melihat atau mendengar sesuatu secara konkrit dari anak
c. Guru maupun siswa dapat melihat, mendengarkan, menyimak, dan mengamati
siswa/ teman secara seksama
 Langkah penelitian yang dilakukan Prof. Akita:
a. Mendisain penelitian berdasarkan berbagai pengetahuan pedagogi materi
subyek di antara guru-guru.
b. Menguji coba dan melaksanakan rancangan dalam pembelajaran.
c. Melaksanakan dialog/evaluasi.
d. Semua kegiatan didokumentasikan dalam bentuk abstraksi.
 Hal penting dalam studi pembelajaran:
a. Pembelajaran harus menempatkan siswa sebagai fokus utama
b. Studi pembelajaran dapat mengubah luaran siswa menjadi lebih baik.
c. Kepemimpinan kepala sekolah menentukan keberhasilan studi pembelajaran di
sekolah.
B. PENGENBANGAN STUDY PEMBELAJARAN (LESSON STUDY) DI INDONESIA
MELALUI PROGRAM IMSTEP DAN SISTTEMS
1. Perintisan Studi Pembelajaran (Lesson Study) melalui Program IMSTEP-JICA
 Di Indonesia studi pembelajaran diperkenalkan oleh tenaga ahli Japan International
Cooperation Agency (JICA) da;am rangkaian kegiatan follow-up dari Indonesian
Mathematics and Science Teaching Educatuon Project (IMSTEP). Program ini telah
dilaksanakan mulai Oktober 1998 sampai dengan September 2005.
 Kegiatan ploting pembelajaran MIPA di FMIPA UM dilaksanakan bentuk kolaborasi
antara para dosen FMIPA UM dengan guru-guru MGMP MIPA SMP dan SMA di
Kota Malang dengan tahapan sebagai berikut:
a. Perencanaan (planning), yaitu kegiatan workshop yang diikuti oleh guru-guru
MGMP dan difasilitasi oleh dosen anggota tim MIPA UM.
b. Pelaksanaan (implementing), yaitu berupa kegiatan pembelajaran di kelas
dengan skenario yang telah disusun oleh seorang guru dan diobservasi oleh
dosen pendamping.
c. Diskusi di akhir pembelajaran, yaitu berupa kegiatan diskusi refleksi tentang
hasil implementasi skenario dan perangkat pembelajaran antar semua anggota
MGMP.
 Konsep studi pembelajaran diperkenalkan di kalangan kepala sekolah di daerah
Malang pada tahun 2004 lalu dilanjutkan dengan sosialisasi pada kalangan guru
MGMP MIPA dan diikuti dengan studi pembelajaran di bebrapa sekolah percontohan
tahun 2005-2006.
 Sejak pertengahan 2005, Ketiga universitas (UPI, UM, dan UNY) secara periodik
telah melaksanakan studi pembelajaran bersama MGMP MIPA di daerah masing-
masing.
 Serangkaian kegiatan studi pembelajaran (plan), pelaksanaan (do), sampai refleksi
(see) dilakukan secara kolaboratif sehingga telah menghasilkan dampak sosiologis
yang positif.
2. Implementasi Studi Pembelajaran melalui Program SISTTEMS-JICA
 Direktorat Jenderal PMPTK merancang kerjasama dengan JICA untuk melaksanakan
suatu program pembinaan guru melalui studi pembelajaran dalam bentuk program
SISTTEMS yang dilakasnakan pada bulan Mei 2006 sampai Oktober 2008.
 Tujuan yang ingin dicapai dengan SISTTEMS:
a. Model pelatihan guru mellaui MGMP penerapan studi pembelajaran
disebarluaskan di provinsi sasaran
b. Siswa di kabupaten sasaran menunjukkan pencapaian yang lebih tinggi dalam
mata pelajaran Matematipa dan IPA
 Kegiatan studi pembelajaran dalam Program SISTTEMS di Kabupaten Pasuruan juga
melibatkab Fasilitator MGMP, guru peserta studi pembelajaran, narasumber atau
dosen pendamping, koordinator lokal JICA FMIPA UM, pejabat dinas P dan K,
pengawas, LPMP, Perwakilan dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa
Timur, kepala sekolah wilayah dan kepala sekolah target, tenaga ahli JICA, dan
Direktorat Pembinaan Pendidikan dan Latihan (Dirbindiklat) PMPTK.
 Untuk mengenalkan, melkasnakan, dan mengembangkan studi pembelajaran dalam
Program SISTTEMS maka dilaksanakan berbagai tahapan kegiatan pasca penanda
tangan nota kesepahaman antara berbagai puhak yang terlibat, kegiatan tersebur
antara lain:
a. Pelatihan menejemen sekolah bagi para kepala sekolah
b. Pelatihan fasilitator MGMP
c. Kegiatan studi pembelajaran (Lesson Study) di MGMP dan di sekolah rintisan
(SPBS)
d. Workshop evaluasi kegiatan studi pembelajaran (Lesson study)
e. Forum MGMP untuk diseminasi studi pembelajaran (Lesson study)
f. Pelatihan studi pembelajaran (Lesson study) di Jepang bagi Counterpart (mitra
kerjasama)
g. Melaksanakan baseline dan endline survey
C. SOSIALISASI DAN DISEMINASI STUDI PEMBELAJARAN (LESSON STUDY)
DI INDONESIA
 Studi pembelajaran telah disosialisasikan dan dikembangkan oleh Dirbindiklat dan
PMPTK Depdiknas melalui program bantuan.
 Sosialisasi studi pembelajaran telah dilakukan pada bulan Agustus-Oktober 2007 di
beberapa LPMP ( seperti Mataram-NTB dan Gorontalo), pada bulan Juli-Desember
2007 di Jawa Timur (Madiun, Pasuruan, Kabupaten Lumajang, dan Kota
Probolinggo) dengan pola 50 jam.
 Studi pembelajaran bukan sekedar istilah model pelatihan guru, pengetahuan dan
wawasan, namun studi pembelajaran merupakan suatu budaya guru yang dilakukan
secara konsisten dan berkelanjutan dalam meningkatkan kemampuan diri dan
keprofessionalannya.
BAB 2
APA DAN MENGAPA STUDI PEMBELAJARAN (LESSON STUDY)

A. APA ITU STUDI PEMBELAJARAN


 Menurut Lewis ide yang terkadung dalam lesson study yaitu jika seorang guru ingin
meningkatkan pembelajaran adalah dengan melakukan kolaborasi dengan guru lain
untuk merancang, mengamati dan melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang
dilakukan terhadap pembelajaran yang dilakukan.
 Dalam studi pembelajaran para guru tidak hanya meneliti dengan jalan memberikan
perlakuan kemudian mengamati bagaimana dampaknya terhadap siswa melainkan
ingin mengubah proses pembelajaran menjadi proses pembelajaran yang efektif.
 Studi pembelajaran dapat dibedakan menjadi 3 tahapan utama yaitu tahap
perencanaan, pelaksanaan, dan refleksi. Tahapan ini merupakan satu siklus.
 Dalam kegiatan pembelajaran guru melakukan perencanaan bersama dengan jalan
mengkaji materi dan menentukan RPP, membuat LKS, kemudian menunjuk salah satu
guru menjadi pengajar dan yang lain menjadi pengamat.
B. MENGAPA STUDI PEMBELAJARAN (LESSON STUDY) DAPAT
MENINGKATKAN KUALITAS GURU
 Ada berbagai training yang dibedakan menjadi 3 kategori umum, yakni pre-service
training (untuk calon guru), in-service training (untuk meningkatkan kualitas guru),
on-service training
 Pelaksanaan berbagai pelatihan dalam masa jabatan yang banyak dilakukan oleh
berbagai lembaga di bawah naungan Depdiknas ternyata belum mampu secara optimal
meningkatkan kualitas pendidikan seperti yang diharapkan.
 Kurang berhasilnya pelatihan-pelatihan tersebut diakibatkan karena:
a. Implementasi hasil pelatihan oleh guru dalam kelas masih kurang maksimal.
b. Masih lemahnya sistem monitoring dan evaluasi implementasi hasil pelatihan
oleh guru, baik oleh pengawas, kepala sekolah, atau pihak pejabat di pihak
Dinas Pendidikan yang berwenang.
c. Masih lemahnya motivasi dan minat guru untuk terus mengembangkan diri
dan prestasi.
 Studi pembelajaran dipilih sebagai salah satu alternatif karena:
a. Studi pembelajaran merupakan suatu cara efektif yang dapat meningkatkan
kualitas mengajar guru dan aktivitas belajar siswa
b. Studi pembelajaran yang didesain dengan baik akan menghasilkan guru yang
professional dan inovatif.
C. MANFAAT STUDI PEMBELAJARAN (LESSON STUDY)
 Ada beberapa manfaat study pembelajaran, yaitu:
a. Meningkatkan keprofessionalan guru dan meningkatkan mutu pembelajaran di
kelas (Lewis, 2002)
b. Mengurangi isolasi guru
c. Membuat guru lebih memahami kurikulum, urutan, dan kedalaman materi
d. Kolaborasi antar guru selama menerapkan program studi pembelajaran dapat
meningkatkan suasana saling belajar membelajarkan (Setyorini Astuti dan
Tahak, 2007)
e. Dalam proses pembelajaran siswa menjadi lebih aktif dan kreatif (Setyorini
Astuti dan Tahak, 2007)
f. Setelah mengikuti studi pembelajaran, guru model akan terpacu untuk
berinovasi mengembangkan proses pembelajarannya sendiri dengan
mengadopsi hasil refleksi dengan menyesuaikan dengan situasi dan kondisi di
kelasnya (Aminah, 2007)
g. Penyusunan LKS semakin berkualitas dan kulaitas proses pembelajaran di
kelas semakin baik (Lutfi, 2007)
D. FAKTOR PENDUKUNG DAN KENDALA PELAKSANAAN STUDI
PEMBELAJARAN
1. Faktor Pendukung
a. Menyalurkan berbagai satuan bantuan langsung ke Dinas Pendidikan tingkat
kota/kabupaten dan MGMP.
b. Dinas Pendidikan di kota/kabupaten yang telah mengikuti Forum Diseminasi
Program SISTTEMS tahun 2007-2008 dan mendapatkan block grant antusias
untuk mengembangkan Studi Pembelajaran di daerahnya
c. Adanya pihak sponsor yang bersedia membiayai kegiatan
d. Mendukung keberhasilan guru mengikuti proses sertifikasi
e. Adanya motivasi yang kuat dari guru untuk meningkatkan keprofesionalan diri
2. Kendala dalam Pelaksanaan Studi Pembelajaran
Beberapa kendala yang dihadapi guru dalam pelaksanaan Studi Pembelajaran :
a. Waktu terbatas
b. Jarak yang jauh
c. Takut jadi guru model
d. Memandang remeh
e. Malas
BAB 3
BAGAIMANA MELAKSANAKAN STUDI PEMBELAJARAN (LESSON STUDY)
A. SIAPA YANG MELAKSANAKAN STUDI PEMBELAJARAN?
 Peserta studi pembelajaran boleh terdiri dari para guru sebidang studi, boleh para guru
lintas bidang studi, bahkan yang buka guru sekalipun dapat ikut kegiatan tersebut
sebagai penunjau atau pengamat tambahan.
 Studi pembelajaran dapat pula dihadiri oleh peninjau yang terdiri dari para guru,
orangtua siswa, pejabat dan anggota masyarakat lainnya.
 peserta Studi Pembelajaran adalah para guru yang terlibat secara langsung sejak
perencanaan hingga refleksi.
 peninjau adalah undangan yang hadir pada acara open class dan refleksi.
Di indonesia ada dua macam Studi Pembelajaran yang dipraktekkan, yaitu:
1. Studi Pembelajaran berbasis MGMP yaitu kelompok studi pembelajaran yang
beranggotakan dari satu bidang
2. Studi Pembelajaran SPBS (berbasis sekolah) yaitu kelompok studi pembelajaran yang
beranggotakan dari berbeda bidang studi dalam suatu sekolah

B. BAGAIMANA MELAKSANAKAN STUDI PEMBELAJARAN


Menurut Fernandes dan Yoshida (2004) terdapat 6 langkah dalam proses pelaksanaan suatu
studi pembelajaran yaitu:
1. Merencanakan pembelajran secara kolaboratif
2. Melaksanakan pembelajaran dengan menujuk satu guru sebagai pengajar dan yang lain
sebagai pengamat
3. Melakukan diskusi refleksi mengenai pembelajaran yang diamati
4. Merevisi rencana pembelajaran
5. Melaksanakan pembelajaran di masing-masig kelas berdasar hasil revisi
6. Melakukan sharing tentang hasil pembelajaran masing-masing
Menurut Lewis (2002) terdapat 6 tahapan dalam langkah awal mengimplementasikan Studi
Pembelajaran di sekolah yaitu:
1. Membentuk kelompok studi pembelajaran
2. Memfokuskan studi pembelajaran
3. Merencanakan rencana pembelajaran
4. Melaksanakan pembelajaran dikelas dan mengamatinya
5. Mendiskusikan dan menganalisis pembelajaran
6. Merefleksikan pembelajarn dan merencanakan tahap-tahap selanjutnya
Menurut Richardson (2006) terdapat 7 tahapan yang termasuk dalam Studi Pembelajaran
yaitu:
1. Membentuk sebuah tim Studi Pembelajaran
2. Memfokuskan Studi pembelajaran
3. Merencanakan rencana pembelajaran
4. Persiapan untuk observasi
5. Melaksanakan pengajaran dan observasinya
6. Melaksanakan tanay-jawab/diskusi pembelajaran
7. Melakukan refleksi dan merencanakan tahap selanjutnya
Namun, di Indonesia hanya terdapat 3 tahapan Studi pembelajaran. Hal ini dimaksudkan
agar lebih sederhana. Tahapan tersebut yaitu:
1. Perencanaan
Dalam proses perencanaan sebaiknya guru mengakaji:
a. Kurikulum (KTSP)
b. Menentukan materi pembelajaran yang akan disajikan seperti materi yang sulit bagi
siswa, sulit bagi guru, materi baru dalam kurikulum, memerlukan matode pembelajaran
yang efektif, memerlukan media pembelajaran yang efektif
c. Menyusun indikator dan pengalaman belajar siswa
d. Menentukan metode yang sesuai
e. Skenario pembelajaran
f. Menyusun LKS
g. Menyusun evaluasi

Perlu diingat, metode apapun yang dipilih oleh guru dalam merancang dan
melaksanakan pembelajaran hendaknya mampu membuat siswa belajar secara: aktif,
kreatif, dan kolaboratif.
Hasil kegiatan pada tahap perencanaan adalah:
a. RPP
b. Perangkat pembelajaran lainnya
c. Menyiapkan media pembelajaran
d. Disepakati juga oleh salah seorang anggota yang akan berperan sebagai guru pengajar
2. Pelaksanaan
Hal-hal yang diobeservasi oleh pengamat tentang kegiatan belajar siswa anatar lain
meliputi:
a. Interksi siswa dengan siswa yang lain
b. Interaksi siswa dengan guru sepanjang kegiatan belajar
c. Interaksi siswa dengan media pembelajaran
d. Interaksi siswa dengan sumber belajar
e. Bagaimana gerak adalah siswa yang mencerminkan aktif belajar
3. Refleksi
Hal-hal yang disampaikan guru pada tahap refleksi sebagai berikut:
a. Mengemukakan data tentang kegiatan siswa belajar
b. Mengapa siswa melakukan perilaku belajar seperti itu
c. Bagaimana jalan keluar mengatasi hal itu agar proses pembelajaran berlangsung efektif
dan efisien
d. Pelajaran apa yang dapat dipetik dari kejadian tersebut?
BAB 4
MENGEMBANGKAN STUDI PEMBELAJARAN DI MGMP DAN DI SEKOLAH

A. PENDAHULUAN
 Upaya peningkatan kemampuan guru melalui studi pembelajaran dapat dilakukan
pada tingkat kelompok kerja guru, yakni Kelompok Kerja Guru (KKG) dan
Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) atau di sekolah.
 Studi pembeljatan bukanlah metode atau model pembelajaran, melainkan suatu model
pembinaan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran.
 Berbagai penataran untuk guru banyak dilakukan di lembaga pelatihan atau di
kampus, namun setelah guru kembali ke sekolah jarang guru menrpkan di kelas
karena materi yang disampaikan terlalu teoritis dan tindak diterapkan di kelas nyata.
 Program studi pembelajaran dapat terlaksana apabila dibentuk suatu sistem yang
mengikutsertakan Dinas Pendidikan, kepala sekolah, para pengawas sekolah dan guru
yang secara bersama-sama berupaya meningkatkan keprofessionalan guru.
 Tahapan menbentuk kelompok studi pembelajaran secara ringkas adalah : meminta
ijin kepala sekolah dan Dinas Pendidikan, merekrut anggota, membentuk grup dan
membuat kesepakatan-kesepakatan dengan anggota, perencanaan, pelaksanaan,
refleksi dan tindak lanjut
B. IJIN KEPALA SEKOLAH DAN DINAS PENDIDIKAN
 Guru yang akan memulai melakukan studi pembelajaran hendaknya meminta izin
kepada kepala sekolah.
 Jumlah anggota minimal 3 orang maksimal tidak dibatasi, idealnya 10-15 orang.
 Studi pembelajaran yang dikembangkan di Kabupaten Pasuruan dengan Program
SISTTEMS JICA dilakukan dalam dua bentuk, yakni studi pembelajaran berbasis
KKG/MGMP dan studi pembelajaran berbasis Sekolah (LSBS)
1. Studi Pembelajaran Berbasis MGMP
 Studi pembelajaran dilakukan di MGMP terlebih dahulu untuk mengawali dan
memudahkan karena di MGMP terkumpul guru-guru sebidang studi.
 Karena melibatkan anggota MGMP maka memerlukan ijin dari Dinas Pendidikan dan
juga perlu ijin dari kepala sekolah karena guru tidak mengajar di sekolah untuk
mengikuti studi pembelajaran di MGMP.
 Kegiatan studi pembelajaran juga dapat dilakukan dalam kegiatan kegitan KKG di
tingkat Sekolah Dasar.
2. Studi Pembelajaran Berbasis Sekolah
 Setelah semua unsur sepakat untuk mengembangkan Program SPBS di sekolahnya,
maka kegiatan dimulai dengan lokakarya (workshop) tentang studi pembelajaran.
Lalu dilanjutkan dengan membentuk satgas Studi pembelajaran yang akan merancang
seluruh rangkaian kegiatan SPBS dan jadwal kegiatannya. Kegiatan dilanjutkan
dengan melaksanakan perencanaan pembelajaran per rumpun dan melaksanakan buka
kelas sesuai dengan jadwal yang diatur oleh Satgas, kemudian dilskuksn kegiatan
refleksi
 Guru Bahasa Daerah SMPN 1 Pregen (Rosidah) dalam Workshop Evaluasi III
SISTTEMS (7 Nov 2007) yang dikuatkan oleh Kepala SMPN 1 Prigen (Dra. Tri
Setyo Astutik) bahwa setelah ada kegiatan SPBS maka: para guru selalu siap
membuka kelas kapan saja, persiapan mengajar menjadi lebih matang, kolaborasi
antar guru semakin meningkat, pembelajaran lebih berkualitas, dan guru menjadi
lebih share, fair, care.
C. MEREKRUT ANGGOTA DAN MEMBENTUK GRUP STUDI PEMBELAJARAN.
 Pembentukan kelompok studi pembelajaran diperlukan kesepakatan guru sebidang
studi yang bernaung di MGMP dan diperlukan kesepakatan guru didalam sekolah
dengan motivasi dan koordinasi dengan kepala sekolah.
 Kelompok yang telah terbentuk menentukan waktu dan tempat untuk
melaksanakan kegiatan perencanaan pembelajaran (plan), pelasksanaan
pembelajaran (do), dan diskusi refleksi (see)
 Tempat yang digunakan untuk kegiatan boleh menetap atau bergiliran sesuai
kesepakatan lalu disusun jadwal kapan ada diseminasi dan pelatihan, menyusun
jadwal kegiatan perencanaan, pelaksanaan pembelajaran dan refleksi
D. TAHAP PERENCANAAN (PLAN)
1. Perencanaan Bagi Peserta Pemula
 Kegiatan perencanaan dilakukan dengan berdiskusi bersama
 Langkah-langkah yang perlu diperhatikan adalah:
a. Menunjuk atau memilih salah seorang guru yang berkompeten sebagai
fasilitator
b. Fasilitator dan peserta MGMP memilih topik yang akan dibelajarkan
c. Melakukan kajian akademis terhadap materi ajar yang telah dipilih
d. Mengkaji kurikulum (Standar Isi, Standar Kompetensi-KTSP), mengkaji
silanus, menentukan indikator, dan atau tujuan pembelajaran, kemampuan
siswa, ketersediaan sarana dan media, dan memilih metode yang sesuai.
e. Membuat RPP dan LKS yang berorientasi pada kegiatan belajar siswa aktif,
saling membelajarkan dan menumbuhkan kemampuan berpikir kreatif
f. Menunjuk salah satu salah satu guru yang akan mengajar sesuai RPP dan LKS
yang dibuat.
g. Menyepakati waktu dan tempat
2. Perencanaan Bagi Peserta Mandiri
 Pengkajian kurikulum, menyusun indikator, menentukan metode dan media
pembelajaran dilakukan sendiri oleh peserta secara mandiri dengan disertai konsultasi
dengan guru lain/dosen pendamping
 Ipaya untuk membuat siswa aktif diterapkan penyusunan RPP dan LKS
 Peserta/ guru model menyiapkan media pembelajaran serta berbagai bahan ajar sesuai
dengan tuntutan skenario pembelajaran
E. TAHAPAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI KELAS (DO)
1. Kegiatan Sebelum Pembelajaran
 Langkah-langkah yang dilkukan adalah:
a. Memeriksa ulang apakah RPP dan LKS telah terbagi merata
b. Mengecek ulang apakah denah siswa dengan data siswa yang sesuai dengan
yang sudah ada
c. Memeriksa ulang apakah pengaturan ruang kelas telah sesuai dengan kegiatan
observasi
2. Kegiatan Pembelajaran Selama Pembelajaran
 Hal yang perlu dapat perhatian pengamat adalah:
a. Datang ke kelas sesuai dengan jadwal/ jam pembelajaran
b. Hendaknya mengambil posisi agar mudah melihat gerak gerik dan raut muka
siswa
c. Tidak keluar masuk kelas
d. Tidak berbicara dengan sesama pengamat
e. Tidak meluruskan kesalahan-kesalahan
f. Fokus pengamatan kegiatan belajar siswa
g. Menyediakan format pengamatan dan pena untuk mencatat hasil penelitian
h. Setiap pengmat dapat ,engamati satu kelomok tertentu
i. Pengamat boleh memotret asalkan tidak memakai lampu kilat
j. Pengamat dapat mengamati jalannya pembelajaran di kelas
3. Kegiatan guru model di kelas
 Menyipkan FC RPP, LKS, Denah siswa, dan denah pengawas
 Menyiapkan media dan sumber belajar sesuai skenario.
 Menyiapkan ruangan yang cukup besar
 Menyiapkan kelas secara alami
 Melakukan pembelajaran
 Datang paling lambat 5 menit sebelum pengecekan akhir
 Masuk kelas tepat waktu
 Memulai pembelajaran dengan menjelaskan kepada siswa bahwa akan ada sejumlah
tamu sebagai pengamat
 Menyampaikan tujuan/ indikator pembelajaran
 Memotivasi siswa unuk memulai pembelajaran
 Menerapkan RPP dan LKS dalam proses pembelajaran sesuai dengan yang
direncanakan
 Usahakan proses pembealjaran berorientasi kepada siswa aktif dan kreatif
 Siswa hendaknya dimotivasi agar saling membelajarkan, saling kolaborasi
 Hasil belajar siswa hendaknya tetap secara individual
 Jika ada kelompok diskusi anggota maksimal 4 orang yang dibentuk secara heterogen
 Guru hendaknya menghormati hak setiap siswa belajar
 Guru berdiri di pojok depan mengamati siswa yang sedang belajar
 Guru berkeliling mendatangi kelompok-kelompok dan melakukan tanya jawab
dengan siswa
 Guru dapat membuat pengayaan pada kelompok yang selesai berdiskusi terlebih
dahulu
 Guru model berusaha membuat siswa aktif, kreatif, dan kolaboratif
 Menjelang akhir pelajaran guru mempersilahkan kelompok siswa maju presentasi
 Jika presentasi tidak diperhatikan sebaiknya guru mengganti dengan tanya jawab
 Guru mengakhiri pelajaran tepat pada waktunya
E. TAHAP REFLEKSI (SEE)
1. Bagaimana Kegiatan Refleksi Dilakukan
a. Tunjuk seorang moderator. Persyaratan menjadi moderator:
1. Menguasai konsep studi pembelajaran
2. Menguasai tata cara diskusi refleksi
3. Mampu memimpin diskusi secara demokratis
b. Tunjuk seorang notulis (paling tidak 2 orang). Hal-hal yang perlu dituliskan:
 Data tentang siapa guru model, hari/tanggal berlangsungnya buka kelas,
topik/mata pelajaran yang diajarkan, waktu yang diperlukan, jumlah peserta
yang hadir dan yang tidak hadir, siapa moderator
 Proses dan isi jalannya diskusi
 Kesimpulan refleksi
 Semua yang disampaikan oleh ahli refleksi
 Semua diketik rapi dan dibukukan
c. Moderator memimpin refleksi jika semuanya telah siap dilaksanakan. Moderator
hendaknya:
 Memperkenalkan diri
 Memperkenalkan satu persatu anggota studi pembelajaran
 Membacakan tata tertib diskusi
 Mempersilahkan guru model menyampaikan refleksinya
 Mempersilahkan satu persatu anggota yang hadir menyampaikan refleksinya
 Moderator menyampaikan kesimpulan sementara
 Pada bagian akhir moderator mempersilahkan dosen/ para pakar
menyampaikan refleksi akhir
2. Apa Isi Refleksi
a. Refleksi Oleh Guru Model
Hal-hal yang dikemukakan guru model pada waktu refleksi adalah:
 Ungkapan perasaan setelah buka kelas.
 Kemukakan apakah ada perbedaan anatar RPP/LKS dengan proses
pembelajaran.
 Mengapa guru menyuruh siswa A bukan siswa B, mengapa individu bukan
seluruh kelas
 Mengapa dibentuk kelompok
 Mengapa siswa D harus lebih diperhatikan, dst.
b. Refleksi Oleh Guru Pengamat
 Kemukakan data secara objektif rasional
 Mengapa siswa F berbuat demikian?
 Bagaimana cara mengatasinya?
 Pelajaran apa yang dapat dipetik
c. Refleksi Oleh Dosen pakar
 Lakuakn refleksi seperti guru pengamat.
 Kemukakan bagaimana jalannya pembelajaran.
 Kemukakan bagaimana kegiatan para pengamat dan peserta yang mengikuti
buka kelas.
 Kemukakan bagaimana jalannya refleksi.
 Memberikan pendalaman isi, metode pendekatan, dikaitkan dengan data
temuan selama proses pembelajaran.
 Mengemukakan hal yang berkaitan dengan falsafah pembelajaran, kurikulum
dan tujuan pendidikan.
BAB 7
TEKNIK-TEKNIK PENTING DALAM PELAKSANAAN STUDI PEMBELAJARAN

A. RAMBU-RAMBU MELAKUKAN PENGAMATAN PEMBELAJARAN


Buka kelas (open class) dan refleksi merupakan tahapan yang sangat penting
dalam Studi Pembelajaran, dimana dalam buka kelas dilakukan pengamatan pembelajaran
oleh semua anggota tim yang hadir. Berikut rambu-rambu untuk menjadi pengamat yang
baik.
1. Sebeum Pengamatan Dimulai
a. Pengamat dan undangan datang ±5 menit sebelum pembelajaran dimulai.
b. Kedatangan tamu tidak mengganggu konsentrasi belajar siswa.
c. Menyiapkan buku lembar observasi atau buku catatan dan pena.
d. Menyiapkan denah tempat duduk siswa dan nomor atau nama siswa untuk
mempermudah proses pengamatan..
e. Setel HP dengan mode silent atau getar
f. Tidak membawa makanan dan minuman.
2. Pada Saat Mengamati Pembelajaran
a. Semua peserta segera memasuki kelas dengan tertib pada waktu yang ditentukan.
b. Semua peserta dan undangan tetap berada di dalam kelas dan bersiap mengamati
siswa belajar.
c. Segera menempati posisi sedemikian sehingga dapat memperhatikan perubahan
wajah dan gerak-gerik siswa.
d. Pengamat mengamati satu kelompok dan kelompok lain setelah melakukan 5 kali
pengamatan pada satu kelompok.
e. Tidak membantu guru dalam proses pembelajaran dalam bentuk apapun.
f. Tidak membantu siswa dalam proses pembelajaran.
g. Tidak mengganggu pandangan guru atau siswa selama pembelajaran.
h. Tidak mengganggu konsentrasi siswa dalam belajar.
i. Tidak menyalakan flash kamera, tidak makan, minum dan merokok di dalam
ruangan pembelajaran.
j. Pengamat melakukan pengamatan secara menyeluruh (guru dan siswa) dan
melakukan pengamatan secara penuh dari awal hingga akhir pembelajaran.
k. Pengamat juga perlu memperhatikan teknik pengelolaan kelas yang dibuat oleh
guru, bagaimana guru mengefektifkan pencapaian tujuan pembelajaran,
memanfaatkan media pembelajaran dan bagaimana upaya guru untuk membuat
siswanya menjadi kreatif?
Pada tahapan buka kelas dan refleksi, kehadiran dan keikutsertaan secara aktif dari
semua pihak yang berkepentingan dengan pendidikan (kepala sekolah, wakil, pengawas,
Pemimpin dan Staf Dinas Pendidikan, dosen perguruan tinggi) sangat baik untuk memahami
dan menghayati bagaimana siswa belajar dan permasalahan apa saja yang bersangkutan dengan
proses pembelajaran.

B. EVOLUSI LEMBAR OBSERVASI PEMBELAJARAN DALAM STUDI


PEMBELAJARAN (LESSON STUDY)
Guru yang masih dalam tahap awal belajar buka kelas atau belajar menjadi pengamat
pembelajaran, yang kemudian akan menyampaikan komentar atau refleksi membutuhkan
rambu-rambu untuk membantunya mengetahui apakah siswa dapat belajar secara efektif
dan kreatif sebagaimana skenario yang telah dirancang oleh guru. Rambu-rambu tersebut
dituagkan dalam bentuk lembar observasi. Berikut perkembangan lembar observasi
kegiatan pembelajaran dalam studi pembelajaran.
Lembar observasi I
Kekurangan: aspek yang diamati terlalu umum; sulit digunakan oleh guru di lapangan; catatan hasil
observasi guru kurang terarah.

Lembar observasi II
Kelebihan: aspek yang diamati lebih terperinci.
Kekurangan: aspek dalam lembar observasi ini terlalu membatasi.
Lembar observasi III
Lembar observasi ini bukan evolusi yang terakhir, namun diharapkan dapat dikembangkan sesuai
dengan kebutuhan.

C. RAMBU-RAMBU UMUM DALAM MELAKSANAKAN DISKUSI REFLEKSI


 Ruangan refleksi hendaknya cukup memuat semua peserta atau pengamat (biasanya
di MGMP sebanyak 20-30 orang).
 tempat duduk peserta ditata membentuk huruf U agar antar satu dengan yang lain
dapat saling memperhatikan ketika sedang berdiskusi.
 beberapa rambu-rambu umum yang harus diperhatikan dalam kegiatan refleksi, yaitu:
1. Rambu-rambu Bagi Moderator
a. Moderator hendaknya orang yang mengenal siswa dan mengikuti proses
pembelajaran yang direfleksi seperti kepala sekolah, wakil, atau pengawas.
b. Moderator harus mengatur jalannya diskusi secara efektif dan efisien serta menunjuk
salah satu anggota menjadi notulis untuk merekam hasil diskusi.
c. Pada waktu yang ditetapkan, moderator membuka sidang refleksi.
d. Moderator memperkenalkan peserta dan dirinya sendiri.
e. Moderator membacakan tata tertib.
f. Moderator memulai diskusi refleksi.
g. Mempersilahakan guru pengajar untuk melakukan refleksi diri terlebih dahulu.
h. Mempersilahkan para pengamat menyampaikan komentar berdasarkan data hasil
pengamatannya.
i. Mempersilahkan pengamat lain atau juga moderator sendiri untuk menyampaikan
tanggapan.
j. Setelah semua pengamat menyampaikan komentar, moderator mempersilahkan pakar
untuk melakukan refleksi akhir.
k. Menyampaikan ringkasan hasil diskusi dan menutup acara refleksi.
2. Rambu-rambu Pengamat dalam Menyampaikan Komentar
a. Komentar terfokus pada masalah proses belajar siswa.
b. Memperbanyak pujian positif dan sedikit kritik negatif jika terkait dengan kinerja
guru.
c. Komentar yang disampaikan harus sesuai dengan data pengamatan saat observasi.
d. Gunakan kata “pembelajaran kita” dan nada yang lembut serta pilihan kata yang
halus.
e. Komentar yang disampaikan sebaiknya jauh dari sifat “menggurui” atau menurut
pandangannya sendiri.
f. Jika menyampaikan data tentang siswa belajar, kemukakan MENGAPA hal itu terjadi
(interpretasi) dan bagaimana jalan keluarnya (saran untuk perbaikan pembelajaran
selanjutnya).
g. kemukakan pelajaran apa yang dapat dipetik dari permasalahan tersebut.

D. TEKNIK MODERASI DALAM DISKUSI REFLEKSI


Berdasarkan pengalaman mengembangkan Studi Pembelajaran dalam Program
SISTTEMS di Kab. Pasuruan ditemukan adanya suatu fakta bahwa untuk melaksanakan
suatu kegiatan diskusi refleksi yang kondusif, interaktif dan efektif tidak mudah. Beberapa
peserta didik banyak diam setelah menyampaikan temuan dari pengamatannya. Akibatnya
diskusi menjadi sepi, kurang menarik dan membosankan. Setelah melakukan penelaahan
ternyata kuncinya ada pada moderator. Berikut diuraikan hal-hal penting yang perlu
diperhatikan oleh moderator dalam memimpin diskusi refleksi agar diskusi berlangsung
secara kondusif, interaktif dan efektif.
1. Membuka dan Mengawali Diskusi Refleksi
Moderator haruslah orang yang pandai menghidupkan suasana; moderator harus
mengikuti dan mencermati semua situasi/kejadian pembelajaran yang direfleksikan;
moderator harus pandai menyegarkan suasan; moderator tidak lupa memberikan
komentar awal yang arahnya memberikan sanjungan untuk memberikan dukungan
moral pada guru model; dan mengucapkan terima kasih kepada guru model atas sajian
pembelajaran yang telah dibuat serta diberikan penghargaan berupa tepuk tangan.
2. Refleksi Diri Guru Model
Guru tidak mengungkapkan perasaan yang dirasakannya terhadap hasil skenario
pembelajaran yang telah dirancang; guru model menyampaikan ringkasan alur langkah-
langkah pembelajaran; dan untuk melengkapi refleksi diri, guru model dapat
menyebutkan berapa presntase ketercapaian skenario pembelajaran yang telah dibuat.
3. Membagi Termin dan Melaksanakan Diskusi
a. Agar diskusi lebih terfokus dan terarah, sebaiknya waktu diskusi dibagi menjadi
beberapa termin dengan masing-masing termin mengacu pada permasalahan
tertentu.
b. Setelah termin diskusi dibuka, berikan kesempatan kepada beberapa orang untuk
mengemukakan temuan hasil pengamatan yang menarik untuk diulas dan yang
sesuai dengan tema termin diskusi.
c. Dalam menyampaikan temuan dari hasil observasi, sebaiknya guru tidak membaca
catatan dalam lembar observasi secara kesuluruhan, cukup bagian yang terkait
dengan masalah.
d. Tidak menerima pertanyaan di luar konteks studi pembelajaran, moderator perlu
menangkap hal yang menarik dalam komentar yang telah disampaikan peserta,
moderator harus fokus pada setiap komentar yang disampaikan peserta, moderator
memberikan kesempatan kepada semua peserta diskusi untuk menyampaikan
komentar.
e. Di akhir termin, moderator memberikan ulasan singkat mengenai hal yang telah
didiskusikan dalam termin tersebut.
f. Setelah termin pertama selesai, maka diskusi dilanjutkan pada termin selanjutnya.
g. Moderator memberikan kesempatan kepada guru model untuk menyampaikan
tanggapan dan memberi kesempatan pada nara sumber ( Dosen dan atau guru
Pamong) untuk menyampaikan komentar singkat terkait dengan diskusi.
h. Jika ada masukan yang sangat berarti untuk skenario pembelajaran, maka guru
model disarankan untuk segera merevisi RPP.
4. Mengakhiri Diskusi Refleksi
a. Moderator menyampaikan ringkasan atau penegasan tentang hal-hal penting yang
telah didiskusikan sebelum menutup forum diskusi refleksi.
b. Moderator menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berpartisipasi.

Anda mungkin juga menyukai