SKENARIO 3
APAKAH SAYA AKAN TERKENA KANKER?
KELOMPOK 18
LES YASIN G0012244
M. BEIZAR YUDHISTIRA G0012134
RIZKI FEBRIAWAN G0012190
YUSUF ARIF SALAM G0012240
TRIA MULTI FATMAWATI G0012222
LELY AMEDHIA RATRI G0012114
TIA KANZA NURHAQIQI G0012220
R.rr. ERVINA KUSUMA W G0012168
LATIFA ZULFA S G0012112
RIANITA PALUPI G0012180
OKI SARASWATI UTOMO G0012156
TUTOR:
dr. Arsita Eka P., M.Kes
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2015
BAB I
PENDAHULUAN
SKENARIO 2
APAKAH SAYA AKAN TERKENA KANKER?
Ibu Mira, 40 tahun, datang ke puskesmas untuk melakukan papsmear. Ibu Mira
merasa cemas karena membaca di internet bahwa meminum pil KB dapat menyebabkan
kanker servix, karena saat ini Ibu Mira sudah mengkonsumsi pil KB secararutin sejak 2
tahun yang lalu. Ibu Mira bertanya, berapa persen kemungkinannya untuk mengalami
kanker dan bagaimana untuk menghindarinya. Dokter memberikan penjelasan
berdasarkan artikel yang kebetulan baru saja dibacanya dan telah dilakukan telaah kritis.
Dalam artikel hasil penelitian case control tersebut, disebutkan bahwa odds ratio (OR)
pemakai kontrasepsi oral selama 5-9 tahun dibanding yang tidak pernah meminum pil
kontrasepsi sebesar 2,8 sedangkan untuk konsumsi pil KB dibawah 5 tahun OR 0.73 akan
tetapi secara statistik tidak signifikan. Dokter juga membaca hasil penelitian lain dengan
desian cohort juga menunjukan hasil yang sama bahwa penggunaan pil KB dibawah 5
tahun tidak menunjukan hubungan yang signifikan terhadap kejadian kanker servix, akan
tetapi pemakaian diatas 5 tahun merupakan faktor resiko menderita kanker servix. Dokter
menyarankan ibu Mira untuk skrining secara rutin sebagai pencgahan sekunder kanker
servix yang dilakukan pada fase subklinis dapat dilakukan penangangan dengan cepat
(prompt treatment) apabila terjadi gejala awal penyakit. Dokter menyampaikan bahwa
saat ini ada vaksinasi untuk pencegahan primer infeksi Human Papilloma Virus (HPV)
yang merupakan etiologi utama kanker servix, akan tetapi berdasar hasil penelitian, untuk
usia diatas 30 tahun efektivitas vaksin ini sangat rendah. Ibu Mira menanyakan keamanan
vaksin HPV, karena mempunyai anak perempuan usia 10 tahun dan ingin melindungi
anaknya, serta menanyakan imunisasi apa saja yang harus diberikan untuk anaknya,
maupun untuk dirinya.
BAB II
DISKUSI DAN TINJAUAN PUSTAKA
Seven Jump
Jump I: Klarifikasi Istilah
Dalam skenario ini beberapa istilah yang perlu diklasifikasi adalah sebagai berikut :
PENCEGAHAN SEKUNDER
Tes pap (pap smear) merupakan tes yang dipercaya sebagai
pencegahan sekunder kanker serviks dan tidak mahal. Tes pap yang
pertama dilakukan ketika wanita menjadi aktif secara seksual atau
mencapai usia 18 tahun. Karna tes ini mempunyai risiko false negatif
sebesar 5-6%, Tes pap yang kedua seharusnya dilakukan saattahun
pemeriksaan yang pertama. Penyakit Neoplastik serviksbiasanya
bekembang dari displasia menjadi karsinoma insitu kemudian menjadi
karsinoma invasif. Perkembangan dari awal sampai akhir ini biasanya
membutuhkan waktu 8-30 tahun. Oleh karena itu, dokter dapat
mendeteksi dan menghentikan penyakit ini denganmengikuti jadwal
tes pap yang dianjurkan. Penurunan insiden dan kematian akibat
kanker serviks berkaitan dengan skrining. Diperkirakan sebanyak 40%
kanker serviks invasif dapat dicegah dengan skrining pap interval 3
tahun. Semakin besar jumlah hasil negatif yang didapat, maka akan
semakin kecil risiko berkembangnya tumor serviks invasif.
Tujuan utama tes pap adalah untuk menemukan sel-sel kanker serviks
dalam stadium dini. Secara umum pemeriksaan tes pap adalah untuk
mengetahui sel-sel serviks :
-Normal atau tidak
-Jenis kelainannya radang, prakanker atau kanker
-Derajat kelainan
-Evaluasi sitohormonal
Selain melihat gambaran sel-selnya, pemeriksaan sitologi juga
sekaligus dapat memberikan informasi mengenai orgasme penyebab
peradangan serta memantau hasil terapi.
Tambahan :
Infeksi HPV risiko tinggi merupakan penyebab terjadinya kanker
serviks, sehingga tindakan skrining mengalami pergeseran yang
semula ditujukan untuk pencegahan sekunder bergeser untuk tujuan
pencegahan primer. Mencegah terjadinya infeksi HPV risiko tinggi
merupakan pencegahan primer dan dianggap lebih penting, karena
pencegahan sekunder mempunyai beberapa kelemahan, antara lain:
1. pencegahan sekunder tidak mencegah terjadinya NIS(CIN),
2. terapi lesi prakanker yang baru terdeteksi pada pencegahansekunder
seringkali menimbulkan morbiditasterhadap fungsi fertilitas pasien,
dan
3. pencegahan sekunder akan mengalami hambatan pada sumber daya
manusia dan alat yang kurang.
Pencegahan primer hanya mungkin dilakukan dengan deteksi
terjadinya infeksi HPV risiko tinggi terlebih dahulu. Identifikasi
terjadinya infeksi HPV risiko tinggi dapat dilakukan dengan Hybrid
Capture (HC) atau dengan Polymerase Chain Reaction (PCR). Selain
itu, berbagai macam cara mendeteksi HPV, antara lain dengan Vira
Pap, Vira Type, dan HPV Profile. Dengan metode-metode tersebut
dapat diidentifikasi kelompok HPV risiko rendah (HPV tipe 6, 11, 42,
43 dan 44), dan risiko tinggi (HPV tipe 16, 18, 31, 33 , 35, 39, 45, 51,
52, 56 dan 58).
Pemeriksaan HC dinilai lebih mudah dilakukan dalam program
skrining karena mampu mendeteksi LSIL, ASCUS dan HSIL secara
lebih sensitif dibandingkan dengan pemeriksaan pap smear, walaupun
dengan spesifisitas yang lebih rendah. Sensitivitas HC pada NIS I,
HSIL dan kanker adalah sebesar 51,5%, 89,3% (85,2-96,5%), dan
100%, berturut-turut, dengan spesifisitas 87,8% (81-95%). Secara
keseluruhan sensitivitas HC dibandingkan dengan pemeriksaan pap
smear lebih tinggi 23% (untuk NIS I sebesar 11% dan untuk NIS II-III
sebesar 8%), dan spesifisitas HC lebih rendah 6% dibandingkan
dengan pap smear. Sensitivitas gabungan HC dan pap smear akan
meningkatkan sensitivitas sampai 39%, dan spesifisitas tetap lebih
rendah 7%. Pemeriksaan HC saja hanya mampu mendeteksi infeksi
HPV risiko tinggi tetapi tidak mampu mendeteksi kelainan sel
prakanker sehingga spesifisitas HC lebih rendah jika dibandingkan
dengan pap smear. Temuan pada HC dan pap smear pada beberapa
institusi menjadi dasar penelitian protokol skrining dan tindak lanjut
hasil pemeriksaan. HC yang positif harus diikuti dengan pengawasan
yang ketat, kelainan sitologi harus diikuti dengan terapi, sedangkan
hasil negatif keduanya menjadi dasar pemberian vaksinasi HPV.
A. Rasio Odds
X (+) X (-)
Terpapar A b
Tidak c d
terpapar
Perokok
Tembakau mengandung bahan-bahan karsinogenbaik yang dihisap sebagai
rokok/sigaret atau dikunyah.Asap rokok menghasilkan polycyclic aromatic
hydrocarbon heterocyclic nitrosamines. Pada wanita perokok konsentras ini
kotinpadagetahserviks 56 kali lebihtinggidibandingkan di dalam serum.
Efeklangsungbahan-bahantersebutpadaserviksadalahmenurunkan status
imunlokalsehinggadapatmenjadikokarsinogeninfeksi virus.
Wanita yang merokokkemungkinanmenderitaCaCerviks 2 kali dibandingkan
yang bukanperokokuntukmenderitakankerleherrahim.Selainparu-
parupadaperokokbanyakzatkimia yang mempengaruhi organ-organ tubuh.Zat-
zatberbahaya yang diserapmelaluiparu-parudan di
bawakealirandarahseluruhtubuh.Tembakautelahditemukandalamlendirservikspere
mpuan yang merokok.Para penelitipercayabahwazatinimerusak DNA
selserviksdandapatmemberikankontribusipadaperkembangankankerserviks.Mero
kokjugamembuatsistemkekebalantubuhkurangefektifdalammemerangiinfeksi
HPV.
Usia
UsiaInsidenskankerserviksmeningkatsejakusia 25-34 tahun.
Padamasakehidupanwanitaterjadiperubahanfisiologispadaepitelserviks;
epitelkolumnarakandigantikanolehepitelskuamosa yang
didugaberasaldaricadanganepitelkolumnar. Proses
pergantianepitelkolumnarmenjadiepitelskuamosadisebut proses metaplasia
danterjadiakibatpengaruh pH vagina yang rendah. Aktivitas metaplasia yang
tinggiseringdijumpaipadamasapubertas.Jadi, seorangwanita yang
menjalinhubungansekspadausiaremaja, paling rawanbiladilakukan di bawahusia
16 tahun. Hal iniberkaitandengankematangansel-
selmukosapadaserviks.Padausiamuda, sel-selmukosapadaserviksbelummatang.
Artinya,
masihrentanterhadaprangsangan.Sehinggatidaksiapmenerimarangsangandariluar.
Termasukzat-zatkimia yang dibawasperma.Karenamasihrentan, sel-
selmukosabisaberubahsifatmenjadikanker.Sifatselkankerselaluberubahsetiapsaaty
aitumatidantumbuhlagi.Denganadanyarangsangan,
selbisatumbuhlebihbanyakdarisel yang mati,
sehinggaperubahannyatidakseimbanglagi.Kelebihanseliniakhirnyabisaberubahsifa
tmenjadiselkanker. Lain halnyabilahubunganseksdilakukanpadausia di atas 20
tahun, dimanasel-selmukosatidaklagiterlalurentanterhadapperubahan.
Berganti-gantipasangan
Banyakfaktor yang disebut-
sebutmempengaruhiterjadinyakankerserviks.Padaberbagaipenelitianepidemiologi
menunjukkanbahwagolonganwanita yang
mulaimelakukanhubunganseksualpadausia< 20
tahunataumempunyaipasanganseksual yang berganti-
gantilebihberisikountukmenderitakankerserviks.
Tinjauankepustakaanmengenaietiologikankerleherrahimmenunjukkanbahwafakto
rrisiko lain yang pentingadalahhubunganseksualsuamidenganwanita tuna susila
(WTS) dandarisumberitumembawapenyebabkanker (karsinogen)kepadaisterinya.
Data epidemiologi yang tersusunsampaiakhirabad 20,
menyingkapkemungkinanadanyahubunganantarakankerserviksdenganagen yang
dapatmenimbulkaninfeksi.Karsinogeninibekerja.
9. Proses terjadinyakankerservikssangaterathubungannyadengan proses metaplasia.
Masuknya mutagen ataubahan-bahan yang
dapatmengubahperangaiselsecaragenetikpadasaatfaseaktif metaplasia
dapatmenimbulkansel-sel yang berpotensiganas.Perubahaninibiasanyaterjadi di
SSK ataudaerahtransformasi.Mutagen tersebutberasaldariagen-agen yang
ditularkansecarahubunganseksualdandidugabahwahuman papilloma virus (HPV)
memegangperananpenting.Sel yang
mengalamimutasitersebutdapatberkembangmenjadiseldisplastiksehinggaterjadike
lainanepitel yang disebutdisplasia.Dimulaidaridisplasiaringan, displasiasedang,
displasiaberatdankarsinomain-situ
dankemudianberkembangmenjadikarsinomainvasif.Tingkat
displasiadankarsinomain-situ dikenaljugasebagaitingkatpra-kanker.
PenggunaanPil KB
Penelitianmenunjukkanbahwarisikokankerservikssemakinmeningkatselam
aseorangwanitamenggunakankontrasepsi oral,
tetapirisikonyakembaliturunlagisetelahkontrasepsi oral
dihentikan.Dalampenelitianterbaru, risikokankerserviksadalahdua kali
lipatpadawanita yang mengambilpil KB lebihdari 5 tahun,
namunrisikokembali normal 10 tahunsetelahmerekadihentikan. American
Cancer Society
percayabahwaseorangwanitadandokterharusmendiskusikanapakahmanfaat
menggunakankontrasepsi oral
lebihbesardaripadapotensiresiko.Seorangwanitadenganbeberapamitraseksu
alharusmenggunakankondomuntukmenurunkanresikonyapenyakitmenulars
eksuallainnyatidakpeduliapabentukkontrasepsiiamenggunakan.
Estrogen
merangsangpertumbuhandanperkembanganrahimpadamasapubert
as, menyebabkan endometrium (lapisandalamrahim)
menebalpadaparuhwaktupertamasiklusmenstruasisertamempengar
uhijaringanpayudarasepanjanghiduphaliniterjadidarimasapubertas
sampai menopause.Progesteron yang
diproduksipadaparuhterakhirdarisiklusmenstruasimempersiapkan
endometrium
untukmenerimatelur.Jikatelurtelahdibuahimakasekresiprogesteron
akanmencegahpelepasantelurdariovarium. Untukalasanini,
progesterondisebut "mendukungkehamilan" hormon,
danparailmuwanpercayabahwaiamemilikiefekkontrasepsiberharga.
Progesteronbuatanmanusia yang digunakandalamkontrasepsi oral
disebutprogestogenatau
progestin.Karenapenelitianmedismenunjukkanbahwabeberapajenis
kankerbergantungpadahormonseksalamibagiperkembanganmereka
danpertumbuhan,
parailmuwantelahmenyelidikikemungkinanadanyahubunganantara
penggunaankontrasepsi oral danrisikokanker.Para
penelititelahberfokusbanyakperhatianpadapenggunakontrasepsi
oral selama 40
tahunterakhir.Pengawasaninitelahmenghasilkankekayaan data
tentangpenggunaankontrasepsi oral
danperkembangankankertertentu,
meskipunhasilstudiinitidakselalukonsisten.Risikokanker
endometrium danovariumberkurangdenganpenggunaankontrasepsi
oral, sementararisikokankerpayudaradanleherrahimmeningkat.
Dari
penelitianmenunjukkanbahwapenggunaanjangkapanjangdarikontrasepsi
oral (5
tahunataulebihdikaitkandenganpeningkatanrisikokankerserviks.Sebuahana
lisisolehBadanInternasionaluntukRisetKanker (IARC)
menemukanpeningkatanrisikokankerserviksdenganpenggunaankontrasepsi
oral lama.Para penelitimenganalisis data dari 28 studi yang mencakup
12.531 wanitadengankankerserviks. Data
menunjukkanbahwarisikokankerserviksdapatmenurunkansetelahdigunakan
OC berhenti.21
Dalamlaporanlain IARC, data
daridelapanstudidigabungkanuntukmenilaiefekpenggunaan OC
padarisikokankerservikspadaperempuan HPV-positif. Para
penelitimenemukanpeningkatanempat kali lipatrisiko di antarawanita yang
telahmenggunakankontrasepsi oral selamalebihdari 5
tahun.Risikojugameningkatpadawanita yang
mulaimenggunakankontrasepsi oral sebelumusia 20 danwanita yang
telahmenggunakankontrasepsi oral dalam 5 tahunterakhir.
SosioEkonomi
Skrining abnormalitas
1. Upaya Kuratif
Terapi karsinoma serviks dilakukan bila mana diagnosis
telah dipastikan secara histologik dan sesudah dikerjakan
perencanaan yang matang oleh tim yang sanggup
melakukan rehabilitasi dan pengamatan la njutan (tim
kanker / tim onkologi). Pemilihan pengobatan kanker leher
rahim tergantung pada lokasi dan ukuran tumor, stadium
penyakit, usia, keadaan umum penderita, dan rencana
penderita untuk hamil lagi. Lesi tingkat rendah biasanya
tidak memerlukan pengobatan lebih lanjut, terutama jika
daerah yang abnormal seluruhnya telah diangkat pada
waktu pemeriksaan biopsi. Pengobatan pada lesi prekanker
bisa berupa kriosurgeri (pembekuan), kauterisasi
(pembakaran, juga disebut diatermi), pembedahan laser
untuk menghancurkan sel-sel yang abnormal tanpa melukai
jaringan yang sehat di sekitarnya dan LEEP (loop
electrosurgical excision procedure) atau konisasi.
a. Pembedahan
Pada karsinoma in situ (kanker yang terbatas pada
lapisan serviks paling luar), seluruh kanker sering kali
dapat diangkat dengan bantuan pisau bedah ataupun
melalui LEEP (loop electrosurgical excision procedure)
atau konisasi. Dengan pengobatan tersebut, penderita
masih bisa memiliki anak. Karena kanker bisa kembali
kambuh, dianjurkan untuk menjalani pemeriksaan ulang
dan Pap smear setiap 3 bulan selama 1 tahun pertama
dan selanjutnya setiap 6 bulan. Jika penderita tidak
memiliki rencana untuk hamil lagi, dianjurkan untuk
menjalani histerektomi. Pembedahan merupakan salah
satu terapi yang bersifat kuratif maupun paliatif. Kuratif
adalah tindakan yang langsung menghilangkan
penyebabnya sehingga manifestasi klinik yang
ditimbulkan dapat dihilangkan. Sedangkan tindakan
paliatif adalah tindakan yang berarti memperbaiki
keadaan penderita. Histerektomi adalah suatu tindakan
pembedahan yang bertujuan untuk mengangkat uterus
dan serviks (total) ataupun salah satunya (subtotal).
Biasanya dilakukan pada stadium klinik IA sampai IIA
(klasifikasi FIGO). Umur pasien sebaiknya sebelum
menopause, atau bila keadaan umum baik, dapat juga
pada pasien yang berumur kurang dari 65 tahun. Pasien
juga harus bebas dari penyakit umum (resiko tinggi)
seperti penyakit jantung, ginjal dan hepar.
c. Kemoterapi
Kemoterapi adalah penatalaksanaan kanker dengan
pemberian obat melalui infus, tablet, atau
intramuskuler. Obat kemoterapi digunakan utamanya
untuk membunuh sel kanker dan menghambat
perkembangannya. Tujuan pengobatan kemoterapi
tegantung pada jenis kanker dan fasenya saat didiag
nosis. Beberapa kanker mempunyai penyembuhan yang
dapat diperkirakan atau dapat sembuh dengan
pengobatan kemoterapi. Dalam hal lain, pengobatan
mungkin hanya diberikan untuk mencegah kanker yang
kambuh, ini disebut pengobatan adjuvant. Dalam
beberapa kasus, kemoterapi diberikan untuk mengontrol
penyakit dalam periode waktu yang lama walaupun
tidak mungkin sembuh. Jika kanker menyebar luas dan
dalam fase akhir, kemoterapi digunakan sebagai paliatif
untuk memberikan kualitas hidup yang lebih baik.
Kemoterapi secara kombinasi telah digunakan untuk
penyakit metastase karena terapi dengan agen-agen
dosis tunggal belum memberikan keuntungan yang
memuaskan. Contoh obat yang digunakan pada kasus
kanker serviks antara lain CAP (Cyclophopamide
Adrem ycin Platamin), PVB (Platamin Veble
Bleomycin) dan lain –lain
Metodologi yang benar diperoleh dari penggunaan prinsip, konsep, dan metode
kuantitatif epidemiologi. Pengambilan keputusan klinis yang didukung oleh bukti
ilmiah yang kuat memberikan hasil yang lebih bisa diandalkan (BMJ Evidence
Centre, 2010). Dengan menggunakan bukti-bukti yang terbaik dan relevan dengan
masalah pasien atau sekelompok pasien, dokter dapat memilih tes diagnostik yang
berguna, dapat mendiagnosis penyakit dengan tepat, memilih terapi yang terbaik,
dan memilih metode yang terbaik untuk mencegah penyakit.
Agar jawaban yang benar atas pertanyaan klinis latar depan bisa diperoleh dari
database, maka pertanyaan itu perlu dirumuskan dengan spesifik, dengan struktur
terdiri atas empat komponen, disingkat ―PICO‖:
1. Patient and problem
2. Intervention
3. Comparison
4. Outcome
Case control
Telaah Kritis
Cohort
Kanker serviks
akibat konsumsi pil Edukasi
KB
Primer Vaksinasi
Tabel 2. Prevalensi dan Estimasi Jumlah Penderita Penyakit Kanker Serviks dan
Payudara
pada Perempuan, Kanker Prostat pada Laki-laki (‰) Menurut Provinsi Tahun
2013
Sumber: Diolah berdasarkan Data Riset Kesehatan Dasar 2013, Badan Litbangkes
Kementerian Kesehatan RI dan Data Penduduk Sasaran, Pusdatin Kementerian
Kesehatan RI
5
Gambar 2. Estimasi Jumlah Kasus Baru dan Jumlah Kematian Akibat Kanker
di RS Kanker Dharmais Tahun 2010-2013
Jump VII: Melaporkan, Membahas, dan Menata Kembali Informasi Baru yang
Diperoleh.
DAFTAR PUSTAKA
Andrijono.2007.Vaksin HPV Merupakan Pencegahan Primer Kanker
Serviks.Majalah Kedokteran Indonesia 5:(57) pp 153-158
DEPKES (2013)
http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/infodatin/infodati
n-kanker.pdf- diakses pada 18 September 2015
Szumilas, Magdalena (2010). Explaining Odds Ratios. J Can Acad Child Adolesc
Psychiatry. 19(3): 227–229.
McHugh, Mary L (2009). The odds ratio: calculation, usage, and interpretation.
Biochemia Medica. 19(2):120-6
Hays. WL (1973). Statistics for the Behavioral Sciences, 2nd edition. New York:
Holt. Rinehart and Winston Inc.