Anda di halaman 1dari 7

PENDAHULUAN

Frekuensi mola umumnya pada wanita di Asia lebih tinggi (1 atas 120
kehamilan) daripada wanita di negara-negara Barat (1 atas 2000 kehamilan).
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Mola hidatidosa ialah kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri stroma
villus korialis langka vaskularisasi dan edematus.
B. Etiologi
C. Patofisiologi
Setelah ovum dibuahi, terjadi pembagian dari sel tersebut, dan tidak
lama kemudian terbentuk blastokista yang mempunyai lumen dan dinding luar;
dinding ini terdiri atas sel-sel ektoderm, yang kemudian menjadi trofoblas.
Trofoblas memegang peranan penting dalam proses implantasi blastokista
berhubung dengan kemampuannya menghancurkan jaringan endometrium.
Setelah zigot memasuki endometrium (yang kini berubah menjadi desidua),
trofoblas dan khususnya sitotrofoblast tumbuh terus. Sitotrofoblast yang
bersifat invasif dapat membuka pembuluh darah, dan lewat jalan darah dapat
dibawa ke paru-paru. Pada kurang lebih 50% wanita yang melahirkan dapat
ditemukan sel-sel trofoblast dalam paru-paru; sel-sel tidak tumbuh terus tetapi
mati, berhubung dengan kemampuan imunologik wanita yang bersangkutan.
Sedang pada kehamilan biasa embrio bertumbuh terus menjadi janin dan
kemudian dapat dilahirkan sebagai bayi, maka pada sejumlah wanita
kehamilan menjadi abnormal, yakni menjadi mola hidatidosa. Mola
hidatidosa tergolong penyakit trofoblast yang tidak ganas, tetapi penyakit ini
dapat menjadi ganas (mola distruens atau penyakit trofoblast ganas jenis
villosum) dan sangat ganas koriokarsinoma atau penyakit trofoblast ganas
jenis nonvillosum)

D. Manifestasi Klinis
Berdasarkan anamnesis, dikatakan bahwa uterus pada mola hidatidosa
tumbuh lebih cepat dari kehamilan biasa; pada uterus yang besar ini tidak
terdapat tanda-tanda adanya janin di dalamnya, seperti balottemen pada
palpasi, gerak janin pada auskultasi, adanya kerangka janin pada pemeriksaan
Roentgen dan adanya denyut jantung pada ultrasonografi. Perdarahan
merupakan gejala sering ditemukan.
Pada pemeriksaan HCG pada mola jauh lebih tinggi daripada kehamilan
biasa. Ultrasonografi memberi gambaran yang khas mola hidatidosa.
E. Diagnosis
F. Penatalaksanaan
G. Prognosis
Pengamatan lanjut pada wanita dengan molahidatidosa yang uterusnya
dikosongkan, sangat penting berhubung dengan kemungkinan timbulnya
tumor ganas (dalam ±20%). Anjuran untuk pada semua penderita pascamola
dilakukan kemoterapi untuk mencegah timbulnya keganasan, belum dapat
diterima oleh semua pihak.
Pada pengamatan lanjut, selain memeriksa terhadap kemungkinan
timbulnya metastasis, sangat penting untuk memeriksa kadar hormon
koriogonadotropin (hCG) secara berulang.
Pada kasus-kasus yang tidak menjadi ganas, kadar hCG lekas turun
menjadi negatif, dan tetap tinggal negatif. Pada awal masa pascamola dapat
dilakukan tes hamil biasa, akan tetapi setelah tes hamil biasa menjadi negatif,
perlu dilakukan pemeriksaan radio immuno-assay hCG dalam serum.
Pemeriksaan yang peka ini dapat menemukan hormon dalam kuantitas rendah.
Pemeriksaan kadar hCG dilakukan setiap minggu sampai kadar menjadi
negatif selama 3 minggu, dan selanjutnya tiap bulan selama 6 bulan. Sampai
kadar hCG menjadi negatif, pemeriksaan Roentgen paru-paru dilakukan tiap
bulan. Selama dilakukan pemeriksaan kadar hCG, penderita diberitahukan
supaya tidak hamil. Pemberian pil kontrasepsi berguna dalam 2-hal: 1)
mencegah kehamilan baru, dan 2) menekan pembentukan LH oleh hipofisis
yang dapat mempengaruhi pemeriksaan kadar hCG. Apabila tingkat kadar
hCG tidak turun dalam 3 minggu berturut-turut atau malah naik, dapat diberi
kemoterapi, kecuali jika penderita tidak menghendaki bahwa uterus
dipertahankan; dalam hal ini dilakukan histerektomi.
Kemoterapi dapat dilakukan dengan pemberian Methotrexate atau
Dactinomycin, atau kadang-kadang dengan kombinasi 2 obat tersebut.
Biasanya cukup hanya memberi satu seri dari obat yang bersangkutan.
Pengamatan lanjutan terus dilakukan, sampai kadar hCG menjadi negatif
selama 6 bulan.
LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien
Nama : Ny. M
Umur : 41 Tahun
Pekerjaan : URT
Alamat : Jl. Sungai Malonda
Tanggal Pemeriksaan : 28 Agustus 2015

B. Anamnesis
C. Pemeriksaan Fisik
D. Pemeriksaan Penunjang
E. Diagnosis
F. Penatalaksanaan
FOLLOW UP
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai