Anda di halaman 1dari 18

Tugas PHA

ANALISIS PROGRAM KESEHATAN

Oleh:
Hendri Fauzik, S.Ked 04011181320021
Iqbal Fahmi, S.Ked 04054821719033
M. Imam Mulia, S.Ked 04054821719036
K. Muhammad Tasrif, S.Ked 04084821719202

Pembimbing:
Mariana, SKM., M.Kes

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS DAN


ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
PALEMBANG
2018
Program Kesehatan Sekolah:
Pelatihan Dokter Kecil
ADMINISTRASI
Dokter kecil adalah siswa yang memenuhi kriteria dan telah dilatih untuk ikut melaksanakan
sebagian usaha pemeliharaan dan peningkatan kesehatan terhadap diri sendiri,teman,keluarga
dan lingkungannya.
Tujuan Dokter Kecil:
1. Meningkatkan partisipasi siswa dalam program UKS
2. Agar siswa dapat menjadi penggerak hidup sehat di sekolah,rumah dan
lingkungannnya
3. Agar siswa dapat menolong dirinya sendiri,sesama siswa dan orang lain untuk hidup
sehat
Kegiatan dokter kecil disebutkan dalam Surat Kebijakan Kepala Puskesmas, Permenkes Ri
no, 25 tahun 2016, Modul Pedoman Materi ”Dokter Kecil ”DepKes tahun 2001

PELAKSANAAN
Unit yang terlibat dalam pelaksanaan Dokter Kecil
1. UKS
2. Poliklinik Gigi
3. Kesling
4. Poliklinik Umum
5. Unit Gizi
6. Imunisasi

Langkah-langkah
1. Petugas kesehatan mengucapkan salam dan memperkenalkan diri
2. Petugas memberikan pre test kepada siswa untuk mengetahui sejauh mana
pengetahuan siswa tentang kesehatan sebelum diberikan pelatihan
3. Petugas keshatan menjelaskan tentang materi – materi apa yang ingin di berikan
kepada peserta dokter kecil
Adapun materi – materi pelatihan dokter kecil yaitu :
1. Kesehatan Lingkungan
2. Kebersihan dan keshatan perseorangan
3. Pengetahuan gizi dasar
4. Pemantauan pertumbuhan anak sekolah dengan KMS-AS
5. Kesehatan Gigi dan Mulut
6. Pemcegahan penyakit Menular
7. Imunisasi
8. Kesehatan Mata
9. Pemeriksaan Kesehatan siswa SD dan MI
10. Napza
4. Masing – Masing Tim kesehatan memberikan materi – materi sesuai dengan
kompetensinya masing – masing
Misalnya Kesehatan lingkungan oleh petugas Kesling, Pengetahuan Gizi oleh
petugas Gizi dsb

Petugas memberaikan umpan


balik berupa pertanyaan
Petugas mengucapkan
salam dan Petugas memberikan
memperkenalkan diri post test
memperetugas
mengucapkan salam Melakukan pencatatan

Petugas
memberikan pre- Petugas Pulang
test

Petugas
menjelaskan materi
-mataeri yang akan
diberikan Masing –masing tim
memberikan materi
sesuai
PELAPORAN DAN EVALUASI kompettensinya

Setiap selesai memberikan materi di berikan umpan balik berupa pertanyaan untuk
mengevaluasi kemampuan siswa dalam menyimak materi pelatihan. Petugas kembali
memberikan post test kepada siswa untuk mengetahui kemampuan siswa setelah di
berikan pelatihan. Calon dokter kecil kemudian melakukan pencatatan pada buku
uks setiap kali menerima siswa yang mengalami masalah medis.

ANALISIS SWOT
STRENGTH
1. Acuan pelaksanaan pelatihan Dokter Kecil berdasarkan visi, misi, dan ambisi
Puskesmas
2. Terlaksananya komunikasi yang adekuat antar tenaga kesehatan dan kader dokter
kecil
3. Mempunyai Protap untuk setiap tindakan.
4. Kegiatan pelatihan dokter kecil dilakukan langsung ketempat sasaran dengan
melibatkan Guru, Kepala Sekolah, dan Orang Tua Siswa
5. Adanya kebijakan pemerintah terkait dengan pemberian imunisasi lengkap kepada
setiap siswa
WEAKNESS
1. Jadwal pelatihan dokter kecil di puskesmas tidak ada
2. Jadwal penyuluhan kesehatan terhadap kader tidak terjadwal di Puskesmas
3. Keberhasilan program tergantung kompetensi siswa SD SMP yang diikutsertakan
OPPORTUNITY
1. Adanya kebijakan Puskesmas terhadap profesionalisasi tenaga kesehatan pelatih
Dokter Kecil
2. Adanya mahasiswa Ners keperawatan dan Dokter Muda Pendidikan Dokter untuk
ikut melaksanakan pelatihan.
THREAT
1. Persaingan program antar Puskesmas yang semakin ketat.
2. Adanya tuntutan masyarakat yakni orang tua murid yang semakin tinggi terhadap
peningkatan pelayanan kesehatan di Sekolah
3. Makin tinggi kesadaran masyarakat akan hokum dan kesehatan.

Program Kesehatan Nasional:


POSYANDU
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat
(UKBM) yang dikelola dari, oleh, untuk, dan Bersama masyarakat, guna memberdayakan
masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan
kesehatan dasar.

ADMINISTRASI
Kegiatan Posyandu terdiri dari kegiatan utama dan kegiatan pengembangan/pilihan.
Kegiatan utama, mencakup;
- kesehatan ibu dan anak;
- keluarga berencana;
- imunisasi;
- gizi;
- pencegahan dan penanggulangan diare.
Kegiatan pengembangan/pilihan, masyarakat dapat menambah kegiatan baru disamping
lima kegiatan utama yang telah ditetapkan, dinamakan Posyandu Terintegrasi. Kegiatan
baru tersebut misalnya;
- Bina Keluarga Balita (BKB);
- Tanaman Obat Keluarga (TOGA);
- Bina Keluarga Lansia (BKL);
- Pos Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD);
- berbagai program pembangunan masyarakat desa lainnya.
Semua anggota masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan dasar yang ada di
Posyandu terutama;
- bayi dan anak balita;
- ibu hamil, ibu nifas dan ibu menyusui;
- pasangan usia subur;
- pengasuh anak.

PELAKSANAAN
A. Pengelola Posyandu
Dalam penyelenggaraannya, pengelola Posyandu dipilih dari dan oleh masyarakat pada saat
musyawarah pembentukan Posyandu. Pengurus Posyandu sekurang-kurangnya terdiri dari
ketua, sekretaris, dan bendahara.
Berikut ini beberapa kriteria pengelola Posyandu.
1. Sukarelawan dan tokoh masyarakat setempat.
2.Memiliki semangat pengabdian, berinisiatif tinggi, dan mampu memotivasi masyarakat.
3.Bersedia bekerja secara sukarela Bersama masyarakat.
B. Waktu dan Lokasi Posyandu
Penyelenggaraan Posyandu sekurang-kurangnya satu (1) kali dalam sebulan. Jika diperlukan,
hari buka Posyandu dapat lebih dari satu (1) kali dalam sebulan. Hari dan waktunya sesuai
dengan hasil kesepakatan masyarakat.
Posyandu berlokasi di setiap desa/kelurahan/RT/RW atau dusun, salah satu kios di pasar,
salah satu ruangan perkantoran, atau tempat khusus yang dibangun oleh swadaya masyarakat.
Tempat penyelenggaraan kegiatan Posyandu sebaiknya berada di lokasi yang mudah
dijangkau oleh masyarakat.
C. Saat Hari Buka Posyandu
1. Melakukan pendaftaran, meliputi pendaftaran balita, ibu hamil, ibu nifas, ibu
menyusui, dan sasaran lainnya.
2. Pelayanan kesehatan ibu dan anak. Untuk pelayanan kesehatan anak pada Posyandu,
dilakukan penimbangan, pengukuran tinggi badan, pengukuran lingkar kepala anak,
pemantauan aktifitas anak, pemantauan status imunisasi anak, pemantauan terhadap
tindakan orangtua tentang pola asuh yang dilakukan pada anak, pemantauan tentang
permasalahan anak balita, dan lain sebagainya.
3. Membimbing orangtua melakukan pencatatan terhadap berbagai hasil pengukuran dan
pemantauan kondisi anak balita.
4. Melakukan penyuluhan tentang pola asuh anak balita. Dalam kegiatan ini, kader bisa
memberikan layanan konsultasi, konseling, diskusi kelompok dan demonstrasi dengan
orangtua/keluarga anak balita.
5. Memotivasi orangtua balita agar terus melakukan pola asuh yang baik pada anaknya,
dengan menerapkan prinsip asih-asah-asuh.
6. Menyampaikan penghargaan kepada orangtua yang telah datang ke Posyandu dan
minta mereka untuk kembali pada hari Posyandu berikutnya.
7. Menyampaikan informasi pada orangtua agar menghubungi kader apabila ada
permasalahan terkait dengan anak balitanya.
8. Melakukan pencatatan kegiatan yang telah dilakukan pada hari buka Posyandu.

PELAPORAN
Sesudah Hari Buka Posyandu
1. Melakukan kunjungan rumah pada balita yang tidak hadir pada hari buka Posyandu,
anak yang kurang gizi, atau anak yang mengalami gizi buruk rawat jalan, dan lain-
lain.
2. Memotivasi masyarakat, misalnya untuk memanfaatkan pekarangan dalam rangka
meningkatkan gizi keluarga, menanam tanaman obat keluarga, membuat tempat
bermain anak yang aman dan nyaman. Selain itu, memberikan penyuluhan tentang
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
3. Melakukan pertemuan dengan tokoh masyarakat, pimpinan wilayah untuk
menyampaikan hasil kegiatan Posyandu serta mengusulkan dukungan agar Posyandu
terus berjalan dengan baik.
4. Mempelajari Sistem Informasi Posyandu (SIP). SIP adalah sistem pencatatan data
atau informasi tentang pelayanan yang diselenggarakan di Posyandu. Manfaat SIP
adalah sebagai panduan bagi kader untuk memahami permasalahan yang ada,
sehingga dapat mengembangkan jenis kegiatan yang tepat dan sesuai dengan
kebutuhan sasaran.
Format SIP meliputi;
• catatan ibu hamil, kelahiran, kematian bayi, kematian ibu hamil,
melahirkan, nifas;
• catatan bayi dan balita yang ada di wilayah kerja Posyandu; jenis
kegiatan yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan sasaran.
• catatan pemberian vitamin A, pemberian oralit, pemberian tablet
tambah darah bagi ibu hamil, tanggal dan status pemberian
imunisasi;
• catatan wanita usia subur, pasangan usia subur, jumlah rumah
tangga, jumlah ibu hamil, umur kehamilan, imunisasi ibu hamil,
risiko kehamilan, rencana penolong persalinan, tabulin, ambulan
desa, calon donor darah yang ada di wilayah kerja Posyandu.

EVALUASI
Evaluasi dilakukan dengan cara membandingkan antaracakupan program Posyandu terhadap
target yang telah ditetapkan dengan menggunakan pendekatan sistem. Hasil evaluasi program
tersebut disajikandalam bentuk tekstular dan tabular.

ANALISIS KEKUATAN DAN


KELEMAHAN
A. Strength (Kekuatan)
1. Jaringan kerjasama antar sector sangat baik. (camat, kepala desa dan tokoh
masyarakat serta dukungan orang tua balita).
2. Pelaksana dan petugas kegiatan siap melayani masyarakat kapanpun diperlukan.
3. Informasi tentang pentingnya hidup sehat, imunisasi dan pendidikan telah sampai
pada masyarakat
4. Tersedianya fasilitas tempat, kendaraan dan akses jalan sudah baik.
5. Dukungan dana APBD dalam penyediaan obat dan vaksin lancar.

B. Weakness (Kelemahan)
1. Sasaran posyandu tersebar dalam beberapa pedukuhan dengan akses jalan yang sulit .
2. Faktor pendidikan dasar yang rendah sehingga tidak jarang warga masyarakat yang
tidak mengerti apa pentingnya imunisasi misalnya.
3. Faktor keyakinan dan adat istiadat kuno yang masih dipegang teguh masyarakat
sehingga dapat menghambat program penyuluhan . Misalnya : Banyak anak banyak
rejeki.; Jika anaknya di imunisasi malah jadi sakit (panas) sehingga ibu bayi enggan
ke posyandu untuk mengikuti program imunisasi.
4. Keadaan social ekonomi masyarakat dengan pendapatan rendah membuat program
promosi hidup sehat terhambat.
Program Kesehatan India:
Pulse Polio Immunization

ADMINISTRASI
India merupakan negara dengan endemik polio. Pertahanan pertama terhadap poliomielitis
adalaha imunisasi profilaksis yang dalam ukuran kesehatan masyarakat hanya memainkan
peran yang sangat kecil dalam pencegahan.
The World Health Organization (WHO) menginginkan dunia bebas polio pada tahun 2000.
Pemerintah India menginginkan India bebas polio pada 2002. Bahkan pada tahun 2004, 69
kasus ditemukan sampai dengan Oktober sehingga target eradikasi polio diubah menjadi
tahun 2005. Untuk generasi masa depan yang lebih sehat, sangat pentngbahwa penyakit ini
hilang sepenuhnya.

Situasi sekarang:
Di India, vaksinasi terhadap polio dimulai pada tahun 1978 dengan Expanded Program on
Immunization (EPI) dan cakupan yang tercapai pada tahun 1984 sekitar 40% dari seluruh
anak dengan 3 dosis vaksil polio oral (OPV). Pada tahun 1985 Universal Immunization
Program (UIP) diluncurkan dan diimplementasikan untuk mencakup semua distrik di India
pada tahun 1989-1990. Program ini menghasilkan peningkatan yang signifikan dalam
cakupan yaitu 95% pada tahun 1990-1991 dan terus dipertahankan di atas 90% sejak saat itu.
Angka kasus polio berkurang dari 28.757 pada tahun 1987 menjadi 3.265 pada tahun 1995.
Mengikuti Global Polio Eradication Initiative dari WHO pada tahun 1988, pemerintah India
meluncurkan Pulse Polio Immunization (PPI) Program pada tahun 1995 sebagai tambahan
UIP. Dalam program ini semua anak di bawah 5 tahun diberikan 2 dosis OPV pada December
dan Januari setiap tahun sampai polio tereradikasi.

Strategi dasar untuk eradikasi polio antara lain:


a. Imunisasi setiap anak di bawa 1 tahun dengan paling sedikit 3 dosis OPV
b. Hari Imunisasi Nasional dimana setiap anak di bawah 5 tahun mendapat tambahan 2
dosis OPV pada 2 haru berbeda (4-6 minggu).
c. Surveilan terhadap Acute Flaccid Paralyisis untuk mengidentifikasi transmisi dari
reservoir wild poliovirus.
d. Gerakan imunisasi dari rumah ke rumah sebagai langkah akhir pada transmisi wild
poliovirus yang persisten.

PELAKSANAAN
Strategi pelaksanaan PPI:
1. Imunisasi anak di bawah 3 tahun dengan single dose OPV di stan polio di seluruh
bagian negara pada 2 Hari Imunisasi Nasional
2. Mencakup imunisasi ke anak di bawah 5 tahun
3. Mencari dan imunisasi anak-anak yang tidak terimunisasi dari rumah ke rumah
4. Imunisasi tambahan pada Sub-National Immunization Days
5. Surveilan

Pelaksanaan PPI:
a. Mendirikan posko/stan PPI di seluruh bagian negara
b. Membuat rantai penyaluran vaksin yang berisi Walk-in Cold Rooms & Freezer
Rooms pada tingkat regional, Deep Freezers & Ice-line Refrigator pada tingkat distrik
dan Cold Boxes untuk transportasi vaksin ke posko/stan PPI.
c. Memobilisasi pegawai dan sukarelawan
d. Menyusun OPV
e. Memastikan label Vaccine Vial Monitors (VVMs) pada setiap vial kasin polio
f. IEC activities
g. Mengimunisasi anak-anak dengan OPV pada jadwal National Immunization Days dan
Sub-National Immunization Days.
h. Mengidentifikasi anak-anak yang melewatkan imunisasi.
i. Menyediakan fasilitas tambahan seperti tempat penyimpanan beku.
j. Surveilans

PELAPORAN
Surveilans dilakukan oleh Reporting Units lalu dilaporkan secara berjenjang sesuai dengan
bagan organisasi ke National Polio Surveillance Unit untuk mendapatkan data-data
mengenai:
a. Cakupan
b. Proporsi anak yang tidak tervaksinasi
c. Alasan atas ketidakpatuhan
d. Hasil surveilans
untuk mengukur dampak dari imunisasi terhadap program eradikasi poli dengan temuan:
Gambar Cakupan PPI
EVALUASI
Beberapa studi evaluasi telah dilakukan, antara lain:
a. UNICEF sponsored Institute for Research in Medical Statistics Delhi (IRMS)
Evaluation on the Reach of PPI in 2001
b. MOHFW -WHO-UNICEF-Rotary International Survey of PPI Booths 1995
c. MOHFW -UNICEF Action Research 1999 on PPI Non-acceptors
d. Process Evaluation of PPI in Delhi
e. AIIMS IndiaCLEN Program Evaluation
Surveilans merupakan langkah mayor dalam strategi eradikasi polio yang merupakan jarigan
pendukung inisiasi eradikasi polio. Surveilans (pencarian aktif) meliputi:
a. Identifikasi dari setiap kasus yang mungkin merupakan Acute Flaccid Paralysis
b. Mengumpulkan dan menguji coba sample tinja
c. Imunisasi sebagai outbreak response jika diperlukan
d. Pelaporan
Dari evaluasi yang dilakukan ditemukan:
a. WHO memperkirakan 1934 kasus terdeteksi di tahun 1998 diikuti 1186 di tahun
1999, 265 di tahun 2000, dan 211 di tahun 2001. Akan tetapi terdapat peningkatan di
tahun 2002 yaitu 1556 kasus dan sebagian besar terjadi di Uttar Pradesh
b. Pada 2000, kasus polio hanya dilaporkan pada beberapa bagian dan area bebas polio
mulai muncul di bagian selatan India. Sistem surveilans juga telah meningkat dalam 2
tahun terakhir.
c. Angkat nasional kasus acute flaccid paralysis non polio meningkat dari 0,22/100000
pada tahun 1997 menjadi 1,83/100000 [ada tahun 1999 sesuai standar internasional
untuk surveilans. Angka “adequate stool collection” dari kasus AFP meningkat dari
34% ke 72%.
d. Jaringan pelaporan dan laboratorium polio nasional dibangun untuk mengisolasi
sampel poliovirus dan mengidentifikasi tipe virus yang ditemukan. Akhirnya pada
tahun 1999, dilaporkan lebih dari 90% hasil sampel dilaporkan dalam 28 hari.
Revisi Strategi:
- Strategi pada 1996 and 1997 mencakup seluruh anak-anak di bawah 5 tahun.
- Strategi pada tahun 2000-2001 direvisi menjadi:.
o House-to-house strategy sukses menjadngkat 18% anak-anak yang tidak
terjangkau di bagian dengan resiko tinggi seperti UP, Bihar, Delhi, dan WB.
o India dibagi menjadi 4 zona untuk memodifikasi strategi IPPI.
 High-burden zone antara lain States of Delhi, Bihar, UP and West
Bengal, dimana pada tahun 2000, 2 NIDs (10th December 2000 and
21st January 2001) dan 2 SNIDs (24th September 2000 and 5th
November 2000) diselenggarakan.
 Middle-burden zone antara lain States of Punjab, Haryana, Rajasthan,
Gujarat, MP, Orissa and Assam dimana 2 NIDs and 1 SNIDs
diselenggarakan.
 Low-burden zone yang berisis Other States dimana hanya 2 NIDs
diselenggarakan.
Extensive Mop-up immunization diselenggarakan di low dan middle -
burden zones segera setelah isolasi kasus wild poliovirus. Program house -
to-house diperpanjang menjadi 7 hari di high-burden zone.

ANALISIS KEKUATAN DAN


KELEMAHAN
A. Strength (Kekuatan)
1 Jaringan kerjasama antar sector sangat baik. (camat, kepala desa dan tokoh
masyarakat serta dukungan orang tua balita).
2 Pelaksana dan petugas kegiatan siap melayani masyarakat kapanpun diperlukan.
3 Informasi tentang pentingnya hidup sehat, imunisasi dan pendidikan telah sampai
pada masyarakat
4 Tersedianya fasilitas tempat, kendaraan dan akses jalan sudah baik.
5 Dukungan dana APBD dalam penyediaan obat dan vaksin lancar.
B. Weakness (Kelemahan)
1. Kurangnya dukungan dari para orang tua
2. Masyarakat tidak tahu tanggal dan waktu imunisasi
3. Masyarakat tidak mengerti tentang perlunya dosis tambahan.
4. Anak sedang sakit
5. Masyarakat tidak percaya bahwa vaksin dapat mencegah penyakit
6. Ketakutan akan efek samping vaksinasi.
7. Hambatan tradisional seperti larangan “Tetua”, agama dan sistem “Purdah”

8. Sasaran posko tersebar dalam beberapa pedukuhan dengan akses jalan yang sulit.
9. Faktor pendidikan dasar yang rendah sehingga tidak jarang warga masyarakat yang
tidak mengerti apa pentingnya imunisasi.
10. Faktor keyakinan dan adat istiadat kuno yang masih dipegang teguh masyarakat
sehingga dapat menghambat program penyuluhan . Misalnya : Banyak anak banyak
rejeki.; Jika anaknya di imunisasi malah jadi sakit (panas) sehingga ibu bayi enggan
ke posyandu untuk mengikuti program imunisasi.
11. Keadaan social ekonomi masyarakat dengan pendapatan rendah membuat program
promosi hidup sehat terhambat.

Anda mungkin juga menyukai