Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM PERNAFASAN

Disusun oleh :
Hansen Wibowo (XI-IPA 3/11)

SMA SANTA MARIA SURABAYA


TAHUN AJARAN 2016-2017
BAB I
LANDASAN TEORI

Respirasi adalah suatu proses pertukaran gas oksigen (O2) dari udara oleh organisme
hidup yang digunakan untuk serangkaian metabolisme yang akan menghasilkan karbondioksida
(CO2) yang harus dikeluarkan karena tidak dibutuhkan oleh tubuh. Setiap makhluk hidup
melakukan pernapasan untuk memperoleh oksigen O2 yang digunakan untuk pembakaran zat
makanan di dalam sel-sel tubuh. Alat pernapasan setiap makhluk hidup tidaklah sama, pada
hewan invertebrata memilki alat pernapasan dan mekanisme pernapasan yang berbeda dengan
hewan vertebrata (Waluyo, 2010).
Pernapasan ialah mengambil oksigen dari udara dan mengantarkannya ke jaringan. Oksigen itu
dipakai untuk oksidasi glukosa, sehingga keluar energi dalam ikatan fosfat (ATP). Ada makhluk
yang tak membutuhkan oksigen dari udara sebagai oksidator, disebut bernapas secara anaerobis
(tanpa udara). Sedangkan makhluk yang membutuhkan oksigen sebagai oksidator zat makanan
untuk memnghasilkan energi disebut bernapas secara aerobis (dengan udara). Sesungguhnya
kedua cara bernapas itu bisa terjadi dalam satu individu, seperti terdapat pada hewan tinggi
(mamalia). Jika oksigen kurang atau tak ada, jaringan dapat bernapas secara anaerobis. Reaksi
kimia yang terjadi pada saat makanan itu itu disebut reaksi Embden-Myerhorf Parnas, dan ATP
yang terjadi jauh lebih sedikit dibandingkan dengan yang terjadi kalau bernapas secara aerobis
(Yatim, 1987).

Menurut Guyton et al (2007), organ-organ pernapasan yang dimilki oleh manusia meliputi
semua struktur yang menghubungkan udara dari dan ke paru-paru. Organ tersebut antara lain:
1. Hidung
Hidung terdiri dari lubang hidung, rongga hidung dan ujung rongga hidung. Rongga hidung
banyak memiliki kapiler darah dan selalu lembab dengan adanya lendir yang dihasilkan oleh
mukosa. Di dalam hidung udara disaring dari benda-benda asing yang tidak berupa gas agar
tidak masuk ke paru-paru.
2. Faring
Faring merupakan ruang di belakang rongga hidung yang merupakan jalan masuknya udara dari
rongga hidung. Pada ruang tersebut terdapat kleb(epiglotis) yang berfungsi mengatur pergantian
perjalanan udara pernapasan dan makanan.

3. Laring
Laring/pangkal batang tenggorokan/kotak suara. Laring terdiri atas tulang rawan yaitu jakun,
epiglotis, tulang rawan penutup dan tulang rawan trikoid(cincin stempel) yang letaknya paling
bawah. Pita suara terletak di dinding laring bagian dalam.

4. Trakea
Trakea atau batang tenggorokan merupakan pita yang tersusun atas otot polos dan tulang rawan
yang berbentuk huruf “C” pada jarak yang sangat teratur. Dinding trakea tersusun atas tiga
lapisan jaringan epitel yang dapat menghasilkan lendir yang berguna untuk menangkap dan
mengembalikan benda-benda asing kehulu saluran pernapasan sebelum masuk ke paru-paru
bersama udara pernapasan.

5. Bronkus
Merupakan batang cabang tenggorokan yang jumlahnya sepasang, yang satu menuju ke paru-
paru kiri dan yang satunya menuju ke paru-paru kanan. Dinding bronkus terdiri atas lapisan
jaringan ikat, lapisan jaringan epitel, otot polos dan cincin tulang rawan. Kedudukan bronkus
yang menuju ke kiri lebih mendatar daripada ke kanan. Hal ini merupakan salah satu sebab
mengapa paru-paru kanan lebih mudah terserang penyakit.

6. Bronkiolus
Bronkiolus merupakan cabang dari bronkus, dindingnya lebih tipis. Bronkeolus bercabang-
cabang menjadi bagian yang lebih halus.

7. Alveolus
Saluran akhir dari saluran pernapasan yang berupa gelembung-gelembung udara. Dinding
alveolus sangat tipis setebal selapis sel, lembab dan berdekatan dengan kapiler-kapiler darah.
Adanya alveolus memungkinkan terjadinya luasnya daerah permukaan yang berperan penting
dalam pertukaran gas. Pada bagian alveolus inilah terjadi pertukaran gas-gas O2 dari udara bebas
ke sel-sel darah sedangkan pertukaran CO2 dari sel-sel tubuh ke udara bebas.
8. Paru-paru
Paru-paru terletak dalam rongga dada dibatasi oleh otot dada dan tulang rusuk, pada bagian
bawah dibatasi oleh otot diafragma yang kuat. Paru-paru merupakan himpunan dari bronkeolus,
saccus alveoris dan alveolus. Diantara selaput dan paru-paru terdapat cairan limfa yang berfungsi
untuk melindungi paru-paru pada saat mengembang dan mengempis. Mengembang dan
mengempisnya paru-paru disebabkan karena adanya perubahan tekanan rongga dada. Paru-paru
kanan berlobus tiga dan bronkus kanan bercabang tiga. Paru-paru kiri berlobus dua dan bronkus
kiri bercabang dua serta posisinya mendatar. Paru-paru dibungkus oleh lapisan pleura yang
berfungsi menghindari gesekan saat bernafas (Waluyo, 2010).
Paru berada dalam kantung jaringan pengikat yang tipis, pleura. Selaput yang menyelaputi paru
langsung disebut visceral pleura (pleura dalam), sedangkan yang menyelaputi rongga dada
sebelah ke tulang rusuk disebut parietal pleura (pleura luar). Rongga antara kedua selaput ini
berupa sebuah kantung disebut rongga pleura, berisi cairan tubuh. Rongga dada dipisahkan dari
rongga perut oleh diafragma. Dalam rongga dada terdapat jantung dan paru bersama tenggorok,
rongkongan dan pembuluh darah. Diafragma itu selain mengandung penerusan selaput dalam
rongga tubuh juga mengandung otot lurik. Di bagian tengah terdiri dari jaringan pengikat dan di
pinggiran dan yang melekatkannyake dinding tubuh berotot (Yatim, 1987).
BAB II

TUJUAN PRAKTIKUM

1. Untuk mengetahui adanya gas karbon dioksida (CO2) pada udara yang dibuang dari
dalam paru-paru (ekspirasi).
2. Untuk mengetahui cara kerja indikator kimia PP (Phenolphthalein) dalam membedakan
asam dan basa.
3. Untuk mengetahui faktor apa saja yang berpengaruh pada jumlah gas CO2 yang keluar
dari dalam paru-paru sebagai hasil eskpirasi pada manusia.
BAB III
ALAT DAN BAHAN

3.1 ALAT

1. Gelas Beker
2. Sedotan
3. Pipet
4. Botol aquades

3.2 BAHAN
1. Aquades ( H2O )
2. Indikator Phenolphthalein (PP)
Gelas beker dan pipet

Botol Aquades
BAB IV
CARA KERJA
1. Siapkan alat dan bahan.
2. Tuang aquades ke gelas beker sebanyak 200 ml.
3. Teteskan indikator Phenolphthalein (PP).
4. Teteskan larutan NaOH sebanyak 30 tetes.
5. Siswa A meniup larutan sampai warnanya bening dengan mencatat waktu sampai
larutan berwarna bening dengan menggunakan stopwatch.
6. Teteskan lagi larutan NaOH sebanyak 30 tetes.
7. Siswa A berlari selama 5 menit.
8. Selesai lari langsung tiup larutan tadi sampai bening kembali. Catat waktu yang
diperlukan agar larutan tersebut berwarna bening kembali.
9. Membersihkan semua peralatan yang telah digunakan.
10. Lakukan prosedur yang sama untuk siswa B.
BAB V
DATA HASIL PENGAMATAN

Nama Siswa (jenis Waktu (untuk membuat larutan kembali bening)


kelamin) Sebelum berlari Setelah berlari 5 menit

Gert (laki-laki) 1 menit 21 detik 58 detik

Lauren
2 menit 26 detik 58 detik
(perempuan)

Indikator PP membuat aqudes berwarna merah muda (kondisi sebelum ditiup CO2 ).
Kondisi setelah ditiupkan CO2 ke dalam gelas beker yang berisi aquades dan indikator
PP.
BAB VI
ANALISA

Dalam percobaan ini, aquades (air) yang telah dicampurkan indikator kimia PP sebelum
dimasukan gas CO2 ke dalamnya akan berwarna merah muda. Setelah kita masukan gas CO2,
indicator PP tersebut menunjukkan tanda bahwa gas CO termasuk bersifat oksida asam sehingga
menunujukkan tanda tak berwarna (bening).

Karbon dioksida adalah gas yang tidak berwarna dan tidak berbau. Ketika dihirup pada
konsentrasi yang lebih tinggi dari konsentrasi karbon dioksida di atmosfer, ia akan terasa asam di
mulut dan mengengat di hidung dan tenggorokan.

Efek ini disebabkan oleh pelarutan gas di membran mukosa dan saliva, membentuk
larutan asam karbonat yang lemah. Sensasi ini juga dapat dirasakan ketika seseorang bersendawa
setelah meminum air berkarbonat (misalnya: Coca Cola). Konsentrasi yang lebih besar dari
5.000 ppm tidak baik untuk kesehatan, sedangkan konsentrasi lebih dari 50.000 ppm dapat
membahayakan kehidupan hewan.

Dari percobaan di atas dapat di analisis bahwa faktor gender,usia, dan aktivitas tubuh
mempengaruhi jumlah CO yang dikeluarkan oleh tubuh. Dan apabila kita berlari, maka reaksi
pembakaran, pernafasan, dan tekanan darah akan meningkat sehingga pertukaran oksigen dan
karbondioksia juga berlangsung lebih cepat untuk menggantikan energi yang hilang selama kita
berlari.

Indikator PP 8.0-9.6 dari tak berwarna hingga merah keunguan


BAB VII
KESIMPULAN

Selama kita bernapas, udara yang kita hembuskan menghasilkan gas karbondioksida (CO2).

Indikator PP (Phenolphthalein) akan tak berwarna (bening) apabila yang di uji bersifat oksida
asam seperti CO2 (karbon dioksida) .

Indikator PP digunakan untuk menunjukkan (penanda) apakah suatu larutan bersifat basa atau
tidak.

Faktor gender, usia, dan aktivitas tubuh mempengaruhi jumlah CO2 yang dikeluarkan oleh tubuh.

BAB VIII
DAFTAR PUSTAKA

Karmana,Oman. 2015. Biologi untuk Kelas XI. Grafindo Media Pratama : Bandung.

http://en.wikipedia.org, diakses tanggal 24 Januari 2017.

Pujianto,Sri. 2008. Menjelajah Dunia Biologi 2. Platinum : Solo.

Anda mungkin juga menyukai