KAJIAN PUSTAKA
2.1 Patofisiologi
disebabkan oleh cedera yang berulang. Terjadi karena penguluran yang berlebihan
dan penekanan saat kaki menyangga beban berat badan hingga mengakibatkan
faktor, yaitu umur, jenis kelamin, berat badan (overweight atau obesitas),
degeratif, anatomi kaki seperti flat foot atau pes cavum, aktivitas fisik, aktivitas
keadaan ini pasien akan merasakan nyeri pada tumit terutama saat bangun tidur.
Nyeri dapat merupakan akibat : tekanan mekanis (yang lebih mungkin teijadi
kalau kaki rusak bentuknya), radang sendi atau kekakuan, lesi tulang setempat,
di sepanjang tungkai sampai telapak kaki. Dalam keadaan normal, fascia plantaris
9
10
Akan tetapi, jika tegangan pada serabut-serabut tersebut terlalu besar, maka dapat
melakukan aktivitas, seperti berjalan, berlari, dan berdiri dalam waktu yang lama.
Jika dibiarkan terjadi inflamasi dalam waktu yang lama maka akan menimbulkan
Secara aktual patofisiologi dari plantar fascitis berawal dari stress yang
otot-otot gastroc atau soleus. Lemahan dari otot-otot intrinsik kaki dan yang
utama yaitu m.tibialis posterior pada ankle, penambahan berat badan atau aktivitas
yang berat, kekurangan propriosepsi atau adanya deformitas dari struktur kaki,
seperti: pes cavus dan flat foot. Hal tersebut akan mengakibatkan tarikan pada
fascia, sehingga terjadi kerobekan dan timbul iritasi pada fascia plantarisnya.
11
Kaki sangat berperan dalam menumpuh berat tubuh saat berdiri dengan
pengeluaran energi otot yang minimum. Kaki juga berperan menjadi lever
struktural yang kaku untuk gerakan tubuh kedepan saat berjalan atau berlari.
Regio ankle dan kaki memiliki beberapa sendi dan regio ini sangat penting
dalam melakukan aktivitas seperti : berjalan, berlari, dan menumpu berat badan
saat berdiri. Ankle and foot setidaknya memiliki 28 tulang dan paling sedikit
memiliki 29 sendi.
12
Ankle joint atau talocrural joint termasuk ke dalam sendi sinofial hinge
joint dibentuk oleh malleolus tibia dan malleoulus fibula serta talus. Ketiga tulang
tersebut membentuk tenon dan mortise joint. Ankle joint diperkuat oleh ligament
malleolus medial tibia dengan calcaneus, talus dan navicular yaitu ligament
malleolus lateral dangan bagian upper lateral dari colcaneus serta bagian lateral
dan posterior talus, yang tersiri atas ligament colcaneusfibular, talofibula anterior
posterior)
posterior)
14
tibionavicular)
fungsional, merupakan gabungan dari 2 sendi yaitu sisi medial oleh talonavicular
joint dan sisi lateral oleh calcaneocuboid joint walaupun secara anatomis terpisah.
yang dibentuk oleh ossa tarsalia bagian distal (cuneiforme medial, cuneiforme
joint. MTP joint ibu jari kaki (MTP I) berbeda dengan lainnya karena lebih besar
Interphalangeal joint pada kaki sama dengan pada tangan , yaitu tergolong
hinge joint. Pada ibu jari kaki II – V terdapat proximal interphalangeal joint dan
tulang lainnya
klasifikasi bagian dari tumit yang terasa nyeri yaitu penyakit pada calcaneus
1. Pola kaki datar terjadi gerakan pronasi sehingga terjedi pemegangan fascia
sisi medial.
laseaa plantaris.
seperti; kebiasaan berdiri dalam jangka waktu yang lama dan kebiasaan
Selain faktor di atas juga terdapat faktor berupa bentuk telapak kaki. Kaki
pes cavum memiliki tekanan yang berlebih pada fascia plantaris selama heel strike
ke midstance, sedangkan kaki yang pes planus akan memberikan penekanan pada
fascia selama midstance ke terminal stance dan juga pada saat toe off. (Saidoff,
2002)
Sedangkan bentuk pada kaki flat foot atau pronated flat dapat
plantaris dalam aktifitas saat menumpu berat badan ketika berdiri atau berjalan.
Bentuk kaki flat foot disebabkan otot-otot intrinsik plantaris tidak memadai yang
collaps. Bila hal ini teijadi, maka talus pronasi dan dapat tergeser ke medialis dari
calcaneus, Pada akhirnya dapat merubah bentuk susunan ossa tarsi yang terlibat
2.4 Nyeri
penting karena berhubungan sebagai mekanisme proteksi diri apabila ada jaringan
tubuh yang rusak. Nyeri merupakan gejala umum dari hampir setiap penyakit,
Nyeri dipengaruhi oleh genetik, latar belakang, kultural, umur, dan jenis
kelamin. Selain itu persepi nyeri juga sangat berpengaruh terhadap individu itu
sendiri. Nyeri juga banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor non fisik dan faktor
fisik, bukan hanya itu saja nyeri juga kombinasi dari faktor psikologis, emosional,
nyeri :
yang dialami.
hiperalgesia.
nosiseptif melalui serabut aferen primer nosiseptif dari perifer melewati radik
sistem medula impuls nosiseptif yang disebut gerbang kendali nyeri (gate control
theory of pain). Gerbang kendali nyeri ini berperan sebagai modulator terhadap
semua impuls nosiseptif yang masuk, dengan cara memperbesar atau menghambat
impuls. Serabut fasikulus desendens keluar dari otak berjalan menuju gerbang
kendali nyeri pada setiap segmen medula spinalis. Serabut ini berfungsi membantu
menghambat impuls nosiseptif yang berjalan dari perifer menuju sentral dan
a. Transduksi
bradikinin, substansi P, serotonin, histamine, ion H+, ion K+, dan prostaglandin.
Zat kimia ini terlepas ke dalam cairan ekstraseluler yang melingkupi nosiseptor.
mengandung asam arakhidonat (AA, Aracidonic Acid) dan terjadi aktivasi ujung
(LT) atas pengaruh 5-lipooksigenase, dan dari sel mast dilepaskan histamine.
bradykinin (BK), dan histamine selama terjadinya kerusakan sel dan merupakan
22
stimulus nyeri yang sangat kuat. PGs dan LTs tidak langsung mengaktifkan
saat kerusakan sel akibat panas, dan menyebabkan thermal allodynia melalui
Protein, dimana saat teraktifasi oleh Bradykinin dan Kallidin, reseptor G-Protein
nosiseptor.
Sitokin ini dengan cepat akan berinteraksi dengan saraf perifer melalui mediator.
sel seperti fobroblast dan menyebabkan lepasnya prostaglandin. Platelet atau sel
b. Transmisi
kemudian ditransmisi oleh serabut aferen nosiseptif primer yaitu serabut tipe Aδ
dan C lewat radiks posterior menuju kornu posterior medulla spinalis (PHC,
otot, dan viscera. Stimulus yang dapat direspon adalah stimulus mekanik,
posterior masuk ke medulla spinalis pada berbagai tingkat dan membentuk badan
sel dalam ganglia radiks posterior. Serabut ini akan membelah menjadi dua dan
mengirim banyak cabang kolateral. Serabut aferen primer berakhir pada lamina I,
substansia gelatinosa (lamina II, III), dan lamina V (nucleus proprius). Impuls
c. Modulasi
impuls nyeri yang masuk ke kornu posterior. Modulasi juga dikatakan sebagai
modulasi ini adalah gerbang kembali spinal. Terdiri dari substansia gelatinosa
sebagai penghambat sel transmisi T, serabut aferen dengan diameter besar akan
Cabang serabut desendens dari otak yang menuju ke substansia gelatinosa akan
menambah hambatan transmisi sel T. Apabila impuls melebihi ambang sel T maka
akan melewati system kendali gerbang spinal dan diteruskan ke pusat supraspinal
2(5HT2) dan Gama Amino Butiric Acid (GABA) mengaktivasi opioid, alpha
pada membrane post sinaps. Sedangkan substansi yang meningkatkan nyeri yaitu
d. Persepsi
Adalah proses interaksi yang kompleks dan unik yang dimulai dari proses
Juga merupakan proses integrasi pada pusat kognisi, afeksi dan impuls
Adanya penekanan dan gaya regang yang konstan dan berulang menyebabkan
fascia mengalami iritasi pada tendon periosteal atau kerobekan pada tempat
merangsang serabut saraf afferen bermyelin tipis (serabut saraf A delta dan tipe
C). Impuls tersebut dibawa ke ganglia akar saraf dorsalis dan merangsang
produksi 'T" substance yang memicu terjadinya reaksi radang. Kemudian impuls
tersebut dibawa ke cornu dorsalis medula spinalis dan dikirim ke level SSP yang
lebih tinggi melalui traktus spinothalamicus. Pada level SSP yang lebih tinggi
Fasciitis
Plantar fasciitis adalah nyeri yang ditandai pada bagian calcaneus yang
bagian bawah dari tuberositas calcaneus akibat penguluran yang berlebih dan terus
kaki. Sehingga otot deep posterior tibia akan bekerja lebih berat saat ankle
memasuki fase mid stance ke toe off ketika bejalan dan berlari. Sehingga otot
akan cepat lelah dan beban kontraksi berlebih secara terus menerus.
Rasa nyeri pada medial calcaneus akibat plantar fasciitis saat beraktivitas
mengalami kesulitan saat akan memasuki fase mid stance saat berjalan.
Peningkatan zat iritan akibat nyeri yang timbul juga akan menyebabkan
mengalami penurunan, akibatnya gerakan menjadi tidak efisien dan efektif yang
Latihan calf raises adalah latihan penguatan otot di bagian bawah ankle
kekuatan otot dan mempengaruhi peningkatan tonus otot. Selain itu latihan calf
gerakan pasien setelah pasien mengalami cedera. Dan latihan calf raises dapat
tendon, atau calf muscle sehingga dapat melepas abnormal crosslink, sehingga
2014).
(Sumber : http://duniafitnes.com/training/latihan-apa-untuk-membentuk-
pantat-lebih-indah-seksi.html )
28
Gerakan calf raises terdiri dari gerakan plantar fleksi dan dorso fleksi.
Pada saat melakukan gerakan calf raises, otot-otot ankle yang bekerja adalah
gerakan dorso fleksi ankle pada peregangan maksimal adalah m.Tibialis anterior.
Sedangkan otot yang menstabilisasi pada gerakan plantar fleksi ankle pada saat
(Sumber : http://dunialari.com/achilles-tendinitis/ )
2. Siapkan blok kayu atau gunakan anak tangga sebai tempat untuk
2.7 Mekanisme Pemberian Latihan Calf Raises pada Kasus Plantar Fasciitis
Pada plantar fasciitis inflamasi yang terjadi pada fascia plantaris karena
gerakan-gerakan ankle saat beijalan, melompat, dan berlari. Sehingga otot tidak
akan cepat lelah jika dipakai secara berlebih, dan tidak akan menimbulkan cedera
raises adalah pada saat melakukan gerakan calf raises terjadi co-contractions dan
eccentric pada otot. Pada kontraksi eccentric terjadi aktivitas kontraktil saat
melawan beban selama gerakan dorsal fleksi ankle. Serat-serat otot tibialis
ketegangan ini menahan berat badan, Sehinga selama kontraksi eksentrik kekuatan
otot yang dihasilkan dari otot lebih tinggi bila dibandingkan dengan kontraksi
isometrik dan kontraksi konsentrik. Hal ini terjadi karena ketegangan yang
elastisitas serabut otot. Pada kontraksi eksentrik pembuluh darah dalam keadaan
yang bebas sehingga memungkinkan nutrisi dan suplai oksigen jadi tercukupi
(Ayu, 2014).
31
dibagi menjadi:
antara 0.7 MHz dan 3 MHz. Peralatan yang dipergunakan pada terapi ultasound
adalah generator penghasil frekuensi gelombang yang tinggi, dan transducer yang
terletak pada aplikator. Transducer terbuat dari kristal sintetik seperti barium
titanate atau sirkon timbal titanat yang memiliki potensi piezeloelectric yakni
potensi untuk memproduksi arus listrik bila dilakukan penekanan pada kristal
(Aproval, 2010).
dan disarankan pada cidera jaringan yang dalam, dengan daya serap dengan
gunakan pada lesi superfisial dengan kedalaman jaringan 1-2 cm. Pada saat
gelombang ultrasound masuk kedalam tubuh, maka akan terjadi efek termal dan
32
mekanik dalam tubuh. Pengaruh termal dari ultrasound yaitu memperlambat dan
dan kronis lokal. Pengaruh Efek mekanis dari ultrasound adalah adanya pengaruh
fisiologis pada jaringan berupa degranulasi sel mast, peningkatan kadar kalsium
ultrasound kira-kira selama kurang lebih 3-5 menit, tergantung dari luas area yang
watt per sentimeter persegi (W/cm2). Yang biasanya digunakan dalam praktek
Tulang 7 mm -
Kulit 37 mm 12 mm
Udara 20 mm 3 mm
Jaringan tendon 21 mm 7 mm
82 mm** 27 mm**
Lemak 165 mm 55 mm
** Memanjang
dalam jaringan.
ultrasound underwater.
1. Efek Mekanik
2. Efek Thermal
jaringan, menimbulkan efek thermal atau efek panas. Serabut saraf afiferen yang
distimulasi dengan panas akan memiliki efek sedatif akibat aksi dari rnekanisrne
gate control pada cara yang sama seperti mekanoreseptor. Panas juga bisa
meningkatkan ambang rangsang rasa nyeri dan mengurangi spasme otot yang
b. Relaksasi Otot
cedera. Ini disebabkan oleh efek vibrasi ultrasound yang mempengaruhi serabut
c. Meregenerasi Jaringan
penyusutan luka akibat kurangnya pembentukan scar tissue, dan mengurangi nyeri
d. Mengurangi Nyeri
terhadap saraf sensorik dan menimbulkan efek sedatif terhadap jaringan. Efek
37
iritasi nyeri sehingga menurunkan rasa nyeri. Rangsangan nyeri ringan di bawa ke
a. Diabetes melitus
occular disease
i. infeksi akut
pembuluh darah sehingga terjadi perbaikan sirkulasi darah pada fascia sehingga
zat-zat iritan penyebab nyeri dapat terangkut dan masuk kembali ke dalam aliran
38
darah. Dengan hilangnya zat-zat iritan tersebut maka sensasi nyeri juga akan
berkurang.
Selain itu efek thermal atau efek panas ringan juga akan menimbulkan
stimulasi Affrent AB dan Ay (II dan Ala), sehingga pada posterior horn cell
nyeri.
abnormal crosslink yang terdapat pada fascia dan serabut otot sehingga dapat
maka akan mengurangi iritasi serabut saraf A delta dan tipe C sehingga nyeri akan
(Sunarya, 2014)