Abstrak
Cervical headache adalah nyeri kepala akibat dari kontraksi atau ketegangan dari otot-
otot kepala, leher dan bahu secara terus menerus karena kesalahan posisi sehingga
menimbulkan spasme, iritasi intervertebral discus dan facet C0-C1,C1-C2,C2- C3,
perlengketan pada trigger point. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan
pengaruh intervensi MWD dan TENS dengan MWD, TENS dan Traksi Leher Manual
terhadap pengurangan nyeri kepala pada Cervical Headache. Penelitian dilaksanakan
2004 di RSAL. Dr Mintohardjo Jakarta. Metode penelitian bersifat quasi eksperimental
untuk mengetahui efek suatu perlakuan pada sample penelitian. Disini ada perlakuan dan
ada monitoring dari perubahan yang terjadi akibat perlakuan yang diberikan. Pengolahan
data dan analisa data menggunakan program Statistical Program for Science (SPSS
12.0) dengan uji wilcoxon untuk mengetahui kemaknaan perlakuan. Sedangkan untuk
mengetahui ada perbedaan kemaknaan antara perlakuan yang diberikan pada kelompok
perlakuan I dengan kelompok perlakuan II digunakan uji mann-withney. Penelitian
menyimpulkan bahwa penggunaan gabungan intervensi MWD, TENS dan Traksi Leher
Manual berpengaruh dalam menurunkan intensitas nyeri kepala pada cervical headache.
Adapun hasil uji analisis nilai Verbal Rating Scale kelompok perlakuan II adalah nilai P
value=0,004 (P< , =0,05), yang berartiAda pengaruh pengurangan nyeri kepala pada
cervical headache dengan menggunakan gabungan MWD, TENS dan Traksi Leher
Manual Hasil uji analisis nilai Verbal Rating Scale kelompok I adalah nilai P value=0,004
(P< , =0,05), yang berarti ada pengaruh pengurangan nyeri kepalapada cervical
headache dengan menggunakan intervensi MWD dan TENS saja. Berdasarkan grafik
tampak penurunan nilai VRS kelompok perlakuan II lebih tajam dibandingkan dengan
kelompok I. Dari uji mann-withney didapat nilai P value=0,000 (P< , =0,05), yang berarti
ada perbedaan yang bermakna penurunan nyeri kepala antara kelompok perlakuan I dan
kelompok perlakuan II.
Terapi Umum
Terapi umum yang
dapat diberikan pada
penderita nyeri kepala
Cervical Headache antara
lain istirahat total dan
mengurangi atau
Articulatio atlanto-
Tulang occipitalis, merupa-kan
Sendi cervical gabungan sendi-sendi
merupakan bagian dari antara tulang atlas dan
collumna vertebralis yang occipitale, berdasarkan
terdiri dari 7 buah tulang. bentuknya sama dengan
Sendi ini terbagi menjadi
ellipsoidea. Permukaan
tiga bagian penting yaitu:
sendinya berupa facies
articularis superior atlas
cervical atas, cervical
dan condylus occipitalis.
tengah dan cervical
Kapsul articularisnya ada-
bawah. Vertebra cervicalis
lah longgar sehingga
atas atau atlas pada
memungkinkan gerakan
dasarnya berbeda dengan
kesamping dan ke depan
vertebra lainnya karena
serta belakang. Gerakan
tidak mempunyai corpus
utama sendi ini adalah
vertebra. Corpus vertebra
fleksi-ekstensi sehingga
dimulai dari vertebra
dikenal dengan nama
cervical axis dan
“Yes Joint”.
diteruskan ke belakang
oleh arcus vertebralis. Tiap Gangguan pada sendi ini
menimbulkan keluhan nyeri
arcus vertebralis terdiri
leher yang terprofokasi
atas pedikulus dan lamina
pada gerakan fleksi kepala
posterior. Pada pertemuan
dan ekstensi kepala
kedua bagian tadi terdapat terisolasi.
processus artikularis, yang Articulasio atlanto-axialis,
mem-punyai facies sendi ini disebut juga
artikularis. Arcus
“sendi kepala bawah” yang
vertebralis ver-akhir pada
terdiri dari articu-lasio
processus yang menonjol atlanto axialis mediana
ke belakang dan pada dan articulasio atlanto
vertebra cervical ketiga axialis lateralis. Secara
sampai keenam ujungnya fungsional sendi ini
bercabang. Antara corpus termasuk sendi putar yang
vertebra dan arcus dapat bergerak sebesar 26
vertebralis terdapat pada tiaptiapsisi dari
foramen intervertebralis. posisi tengah. Pada sendi
Processus terbentang ke lateral facies articularisnya
lateral. Pada dataran atas adalah facies articularis
corpus vertebralis ketiga inferior atlas dan facies
sampai ketujuh articularis superior C2
menunjukkan partum- Ketidakrataan facies
buhan ke lateral yang articularis dapat dikurangi
disebut uncinatus. oleh adanya rawan sendi
yang meliputinya dan
lipatan-lipatan meniscoid
Sendi synovial. Lipatan tersebut
berbentuk
Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 7 No. 1, April
Perbedaan Pengaruh Intervensi MWD dan TENS dengan MWD, TENS dan Traksi Leher Manual
Terhadap Pengurangan Nyeri Kepala pada Cervical Headache
Discus intervertebralis
segi tiga pada potongan Tiap discus
sagital. Facies articu-laris intervertebralis terdiri dari
articulasio atlanto axialis lapisan luar anulus
mediana ter-masuk facies fibrosus dan inti lunak-
articualis dens C2 dan licin seperti jeli, nucleus
fovea dentis pada pulposus yang berisi sisa
permukaan arcus anterior notokord. Anulus fibrosus
atlas. Selain itu daerah mengandung lapisan
ligamentum transversum serabut kolagen dan
atlantis terbentang di fibrokartilago tersusun
belakang dens, terdapat konsentris melingkari
juga permukaan sendi lain nucleus pulposus yang
pada dens. berada dalam tegangan.
Articulasiones Discus intervertebralis
zygapophysiales, disebut terletak antara tiap-tiap
juga facet joint. Sendi ini corpus vertebra. Pada
merupakan sendi-sendi potongan sagital tampak
kecil antara processus seperti kerucut. Pada regio
articularisdimana kapsula cervicalis dan lumbalis,
articularis menjadi lebih diskus interver-tebralis
tegang pada arah lebih tinggi di depan dan
kraniokaudal. Arah rendah di belakang.
permukaan sendinya Sebaliknya pada regio
dalam bidang transversal, thorakal discus
sehingga gerakan yang intervertebralisnya di
dihasilkan sangat luas depan lebih rendah
pada daerah leher dapat sedangkan di belakang
dilakukan gerakan fleksi, lebih tinggi. Pada
ekstensi, laterofleksi dan dasarnya, ketebalan
sedikit rotasi. discus intervertebralis ber-
Uncovertebralis joint, tambah dari kranialis ke
sendi-sendi yang ditemui kaudalis. Permukaan
hanya pada daerah leher. discus intervertebralis
Processus uncinatus mula- diliputi oleh rawan hialin
mula berbentuk rata, atau sisa epifisis corpus
kemudian meninggi pada vertebralis, dan secara
masa kanak-kanak. Pada sikondrotis bersatu
usia 5-10 tahun timbul alur dengan vertebra. Selain
pada rawan yang diduga itu, discus intervertebralis
sebagai ciri-ciri sendi, oleh dipertahankan kedu-
karena itu sendi-sendi dukannya oleh ligamentum
“Uncovertebralis” yang longitudinale pos-terior.
semula tidak ada Ligamentum longitudinale
kemudian timbul secara posterior ber-
sekunder. Kira-kira pada
usia antara 9 dan 10 tahun
struktur ini berkembang
membentuk celah ke
dalam discus
intervertebralis.
intervertebralis.
satu dengan discus Ligamentum longitu-dinale
intervertebralis dengan posterior juga berasal dari
permukaan luas, tulang occipital dan
sedangkan ligamentum berjalan ke bawah
longitudinale anterior sepanjang pemukaan
melekat longgar dengan belakang corpus vertebra
discus intervertebralis. dan berakhir di sacrum.
Discus intervertebralis dan Ligamentum ini mempu-
ligamentum longitudinale nyai dua fungsi yaitu,
merupakan satu kesatuan membatasi gerakan
fungsional bersama-sama terutama pada gerak fleksi
disebut symphisis dan ekstensi serta
intervertebralis. Discus melindungi discus
interver-tebralis berfungsi intervertebralis.
sebagai peredam kejut Ligamentum flavum
atau shock absorber. terentang secara
Nucleus pulposus segmental antara arcus
mendistri-busikan tekanan. vertebra. Ligamentum
Bila beban menekan flavum membatasi sebelah
nucleus pulposus dan medial dan sisi dorsal
kemudian bebannya foramina intervertebralis.
ditiadakan bentuknya akan Ligamentum tersebut
kembali seperti semula berwar-na kuning
dalam beberapa waktu. disebabkan oleh deretan
Gerakan pada columna serabut-serabut elastin
verte-bralis discus yang terputus-putus
intervertebralis merupakan sehingga membentuk pita.
unsur elastis bila ditekan Walaupun dalam keadaan
atau diredam secara istirahat, ligamentum ini
unilateral. tetap teregang. Sewaktu
fleksi collumna vertebralis,
Ligamen ligamen-tum ini menjadi
Ligamentum lebih teregang dan
longitudinale anterior di- membantu collumna
mulai dari tulang occipital vertebralis kembali pada
atau tuberculum anterius sikap tegak. Ligamentum
atlas berjalan turun ke nuchea terbentang dari
bawah anterior terhadap crista occipitalis externa
permukaan corpus sampai processus
vertebra sampai ke spinosus vertebra cervical.
sacrum. Ligamentum Pada posisi sagital
tersebut semakin melebar memung-kinkan tempat
ke kaudal dan selalu terikat melekat otot-otot dan terus
erat dengan corpus ke bawah leher sebagai
vertebralis, tetapi tidak ligamentum interspinale
pada discus dan ligamentum
supraspinale. Ligamentum
4 Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 7 No.
1, April 2007
Perbedaan Pengaruh Intervensi MWD dan TENS dengan MWD, TENS dan Traksi Leher Manual
Terhadap Pengurangan Nyeri Kepala pada Cervical Headache
intertransversarium adalah ikat yang pendek menutupi lembaran jaringan fibrous. Setiap
diantara processus transversus. Ligamentum lembaran tersebut yang terdiri dari endo-
interspinale juga merupakan ikat pendek yang myosium, perimyosium dan epimyosium terdiri
membentang antara processus spinosus. Liga- dari jaringan konektif yang berisi selabut
mentum supraspinale mulai dari processus elastis yang sejajar dari ujung ke ujung.
spinosus vertebra cervicalis ketujuh dan terben- Kontraksi otot terjadi karena interaksi
tang sampai sejauh sacrum dan menghubung- antara actin dan myosin, dimana proses yang
kan vertebra dan sacrum. mendasari pemendekan elemen kontraktil
dalam otot adalah pergeseran filamen tipis
Histologi otot pada filamen tebal. Pada saat otot memendek,
Otot rangka merupakan otot lurik yang filamen tipis dari kedua ujung sarcommer yang
melekat pada tulang atau facia melalui tendon. berhadapan akan saling mendekat. Pada pe-
Dimana sebuah otot terdiri atas serabutserabut mendekan otot yang kuat, filamen-filamen
otot yang tebalnya 60 dan panjangnya ber- tersebut saling tumpang tindih. Pada keba-
kisar antara beberapa mm sampai beberapa nyakan otot skeletal terdapat serabut otot
puluh cm. Bentuknya silindris dan kedua yang terbungkus dalam suatu kapsul yang
ujungnya terikat pada tendon atau facia. Setiap dikenal sebagai serabut otot intrafusal. Serabut
serabut otot diselubungi oleh membran cell otot intrafusal berikut intinya yang terdapat
yang disebut sarcolemma. Dibawah sarcolem- dalam kapsul itu dikenal sebagai kerucut otot
ma terdapat membran plasma yang berfungsi atau muscle spindle. Pada satu ujung kerucut
untuk mengirim impuls saraf melalui serabut otot terikat pada otot ekstrafusal dan ujung
otot. T tubulus merupakan perluasan dari lainnya melekat pada aponeurosis. Dengan
sarcolemma ke dalam interior serabut-serabut demikian kerucut otot terletak sejajar dengan
otot. Fungsi tubulus T adalah memperluas ge- serabut-serabut ekstrafusal. Perangsangan ter-
lombang Depolarisasi dari kontraksi otot mela- hadap inti tersebut dilakukan oleh tarikan
lui seluruh myofibril otot. Pada suatu tempat intrafusal pada kedua sisinya. Tarikan itu ter-
sarcolemmanya longgar dan banyak mengan- jadi kalau serabut otot intrafusal berkontraksi
dung sarcoplasma yang dikenal sebagai motor karena inti di pusatnya tidak kontraktil,
end plate yaitu tempat suatu akson moto- Kontraksi otot intrafusal timbul karena impuls
neuron bersinaps dengan serabut otot. Di motorik yang dicetuskan oleh motoneuron
dalam sarcoplasma tertanam secara membujur jenis gama yang dikenal sebagai motoneuron.
60 sampai 1000 serabut-serabut halus yang Pemanjangan otot ekstrafusal ikut meregang-
disebut myofibril. Tiap myofibril disusun oleh kan otot intrafusal. Karena tarikan itu maka
sejumlah filamen-filamen berupa benang-be- muscle spindle digiatkan, Hasilnya ialah bang-
nang yang terdiri dari struktur molekul-molekul kitnya impuls di inti tersebut yang disalurkan
protein otot. Suatu myofibril kecil, di bentuk melalui serabut ganglion spinal ke a
oleh dua penyilangan yang digambarkan motoneuron di kornu anterior medulla spinalis,
menyerupai ikatan yang berwarna terang dan Karena impuls muscle spindle itu a moto-
gelap yang dibentuk oleh adanya myosin dan neuron terstimulasi dan menimbulkan kontrak-
actin. Suatu penyilangan tunggal menunjukkan si otot ekstrafusal, Secara fisiologi fungsi
bagian-bagian yang berbeda, yaitu garis Z, muscle spindle adalah memelihara panjang
band I, band A, dan area H. Yang perlu otot ekstrafusal dalam batas-batas normal.
diketahui adalah bahwa band A yang gelap Sebagian besar otot-otot cervical memiliki
pada penyilangan disebabkan oleh overlapping serabut yang lebih dominan kearah tipe I atau
myosin dan actin (kedua filamen). Area H yang tonik, memiliki ciri merah, anaerobik, kontraksi
berwarna medium berisi hanya filamen tebal landai, endurance. Sering dijumpai patologi
(myosin), dan area Z yang berwarna terang tightness, tendomyosis dan kontraktur. Fungsi
berisi filamen tipis actin. Serabut-serabut otot utama otot-otot cervical adalah untuk
berada dalam suatu bundel. Setiap bundel pada stabilisasi dan menahan kepala.
serabut otot yang disebut fasicullus yang
Level Supraspinal
Di tingkat ini yaitu
pada traktus spino-
thalamikus sangat penting
untuk transmisi baik
rangsang nyeri maupun
menimbulkan iritasi pada
Mekanisme Timbulnya seg-men yang lain.
Nyeri pada Cervical Spasme atau ketegangan
headache akan mengganggu
sirkulasi darah yang
Karena adanya
melalui arteri vertebro
ketegangan/spasme otot-
basiler ke kepala sehingga
otot paracervical akan
terjadi hypoksia dan
mendekatkan ruang discus
menimbulkan nyeri kepala.
intervertebralis sehinga
menim-bulkan iritasi pada
sendi headache C0-C1,C1- Micro Wave Diathermy
C2,C2-C3 dan terjadi iritasi (MWD)
saraf yang akan Micro Wave
menimbulkan nyeri, Diathermy merupakan
spasme, tigh kontraktur, suatu pengobatan
iskemik pada trigger point. menggunakan stressor
Dimana saraf yang keluar fisis berupa energi
menuju ke otot-otot elektromagnetik yang
paracervical men-jadi dihasilkan oleh arus bolak-
terhambat, sehingga balik frekuensi 2450 MHz
menimbulkan nyeri kepala. de-ngan panjang
Berikut ini beberapa hal gelombang 12,25 cm.
yang dapat menimbulkan
cervical headache, spasme Produksi dan
menambah tekanan Penerapan
intradiskal sehingga pada Prinsip produksi
discus dan facet terjadi gelombang mikro pada
iritasi. Tekanan facet pada dasarnya sama dengan
kasus cervical headache arus listrik bolak-balik
akan menim-bulkan nyeri frekuensi tinggi yang lain,
pada tulang subchondral. hanya untuk memperoleh
Spasme menimbulkan frekuensi yang lebih tinggi
iskemik, nyeri spasme lagi diperlukan suatu
menye-babkan inactiv dan tabung khusus yang
akibat lebih lanjut akan disebut magnetron.
menumpuk jaringan ikat Magnetron ini memerlukan
collagen, fibrous sehingga waktu untuk pemanasan,
menimbulkan taut band sehingga output belum
dan nyeri pada daerah diperoleh segera setelah
trigger. Adanya spasme mesin dioperasikan. Untuk
menim-bulkan immobilisasi itu mesin dilengkapi
pada suatu segmen cer- dengan tombol
vical sehingga apabila pemanasan agar mesin
melakukan aktivitas atau tetap dalam posisi dosis
gerakan cervical nol antara pengobatan
satu dengan yang
8 Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 7 No.
1, April 2007
Perbedaan Pengaruh Intervensi MWD dan TENS dengan MWD, TENS dan Traksi Leher Manual
Terhadap Pengurangan Nyeri Kepala pada Cervical Headache
elektro-magnetik yang
berikutnya. Arus dari mesin dipancarkan berbentuk
mengalir ke elek-troda sirkuler dan paling padat di
melalui co-axial cable, daerah tepi. Pada bentuk
yaitu suatu kabel yang segiempat medan
terdiri dari serangkaian elektromagnetik yang
kawat di tengah yang dipan-carkan berbentuk
diselubungi oleh selubung oval dan paling padat di
logam yang dikelilingi daerah tengah. Pada
suatu benda isolator. pasien dengan cervical
Kawat dan selubung logam headache, menggunakan
tadi berjalan sejajar dan emitter yang berben-tuk
membentuk sebagai kabel bulat sedang.
output dan kabel bolak-
balik dari mesin. Efek Fisiologis
Konstruksi kabel sema- Perubahan
cam ini diperlukan untuk temperatur menyebabkan
arus frekuensi yang sangat reaksi lokal jaringan yang
tinggi dan panjangnya dapat meningkatkan
tertentu untuk suatu metabolisme sel-sel lokal
frekuensi tertentu pula. ± 13 % tiap kenaikan
Co-axial cable ini temperatur 1° C, juga
menghantarkan arus listrik dapat meningkatkan
ke sebuah area dimana vasomotion sphincter
gelombang mikro sehingga timbul. Ho-
dipancarkan. Area ini meostatik lokal dan
dipasang suatu reflektor akhirnya terjadi
yang dibungkus dengan vasodilatasi lokal. Reaksi
bahan yang dapat general, mungkin dapat
meneruskan gelom-bang terjadi kenaikan
elektromagnetik. temperatur, tetapi perlu
Konstruksi ini dimaksud- dipertim-bangkan karena
kan untuk mengarahkan penetrasinya dangkal ± 3
gelombang ke jaringan cm dan aplikasinya lokal.
tubuh yang disebut emitter, Consensual efek menye-
director atau apli-cator babkan timbulnya respon
atau sebagai elektrode. panas pada sisi
kontralateral dari segmen
Penerapan pada yang sama. Dengan
Jaringan
Emitter yang sering
juga disebut elek-trode
atau magnetode terdiri dari
serial, reflektor, dan
pembungkus. Emitter ini
ber-macam-macam bentuk
dan ukurannya serta sifat
energi elektromagnetik
yang dipancarkan. Antara
emitter dan kulit di dalam
teknik aplikasi terdapat
jarak berupa udara. Pada
emitter yang berbentuk
bulat sedang maka edan
Dengan peningkatan
penerapan Micro Wave elastisitas jaringan lemak,
Diathermy, penetrasi dan maka dapat mengurangi
perubahan temperatur proses kontraktur jaringan.
lebih terkonsentrasi pada Ini dimaksudkan sebagai
jaringan otot, sebab persiapan sebelum
jaringan otot lebih banyak pemberian latihan. Apabila
mengandung cairan dan elastisitas dan treshold
darah. jaringan saraf semakin
Pada jaringan ikat membaik, maka
dapat meningkatkan conduktivitas jaringan saraf
elastisitas jaringan ikat akan mem-baik pula.
lebih baik seperti jaringan Proses ini melalui efek
collagen kulit, otot, tendon, fisiologis.
ligamen dan kapsul sendi
akibat menurunnya Indikasi
viskositas matriks jaringan Kondisi inflamasi
tanpa menambah panjang subakut dan kronik.
matriks, tetapi terbatas Spasme otot, jaringan
pada jaringan ikat yang colagen. Kelainan tu-lang,
letak kedalamannya ± 3 sendi, otot. Kelainan saraf
cm. perifer (neu-ritis)
Pada jaringan otot
dapat meningkatkan Kontra Indikasi
elastisitas jaringan otot dan Pemakaian Implant
menurunkan tonus melalui pacemaker. Metal di dalam
normalisasi nocicencorik. jaringan dan permukaan
Sedangkan pada jaringan jaringan. Gangguan
saraf dapat meningkatkan sensasi panas.
elastisitas pembungkus Perdarahan. Malig-nant
jaringan saraf, mening- tumor. Trombosis vena.
katkan konduktivitas serta Pasien dengan gangguan
ambang rangsang saraf. kontrol gerakan atau tidak
bisa bekerja sama.
Efek Terapeutik
Meningkatkan Mekanisme
proses perbaikan atau pengurangan nyeri
reparasi jaringan secara cervi-cal headache
fisiologis. Menurunkan nyeri, dengan MWD
normalisasi tonus otot Seperti yang telah
melalui efek sedatif, serta disebutkan sebe-lumnya
perbaikan metabolisme. bahwa salah satu Efek
terapeutik yang
Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 7 No. 1, April
Perbedaan Pengaruh Intervensi MWD dan TENS dengan MWD, TENS dan Traksi Leher Manual
Terhadap Pengurangan Nyeri Kepala pada Cervical Headache
dihasilkan dari MWD dapat diterapkan pada energi listrik ke dalam suatu jaringan pada
cervical headache, karena efek sedatifnya tiap-tiap fase dari pulsa disebut muatan pulsa.
dapat mengurangi nyeri melalui stimulasi Dengan kata lain muatan pulsa ditentukan oleh
sekunder pada saraf afferent. Namun selain itu intensitas arus dan durasi pulsa. Muatan pulsa
efek sekunder dari serabut saraf afferent dapat akan menimbulkan reaksi elektrokimia pada
mempengaruhi ujung serabut saraf pada jaringan di bawah elektroda. Durasi arusnya
spindle otot dan tendon golgi, yang akan sekitar 10 sampai 400 . Sedangkan frekuen-
mempengaruhi inhibisi terhadap motor neuron sinya berkisar antara 2 sampai 200 Hz.
sehingga akan mengurangi spasme (ketega- Voltasinya juga beragam, hanya saja dibatasi
ngan) pada otot. Dengan berkurangnya spasme pada amplitudo yang rendah, dengan nilai
otot tersebut diharapkan otot dapat berfungsi maksimum 50 dan 100 mA. TENS dapat
kembali. Efek lain adalah meningkatkan meta- merangsang pelepasan endorphine–dependent
bolisme sehingga dapat menurunkan nyeri sistem dan serotonin–dependent sistem oleh
akibat iskemia jaringan. tubuh. Pelepasan endorphine dependent sis-
tem dirangsang oleh TENS frekuensi rendah
Transcutaneus Electrical Nerve Stimu- dengan merangsang reseptor sensorik. Impuls
lation rangsang selanjutnya melakukan:
TENS merupakan suatu cara penggu-
naan energi listrik guna merangsang sistem Level Spinal
saraf melalui permukaan kulit dan terbukti Perangsangan substansia grisea perial-
efektif untuk merangsang berbagai tipe nyeri. kuaduktus menghasilkan enkefalin yang selan-
TENS mampu mengaktivasi baik saraf berdia- jutnya akan mengaktifkan nucleus raphe dan
meter besar maupun kecil yang akan me- nucleus retikular magnoseluler. Dari kedua
nyampaikan berbagai informasi sensoris ke nucleus itu dikirimkan impuls penghambat
saraf pusat. Efektifitas TENS dapat diterangkan nyeri ke medulla spinalis melalui jaras kaudal–
lewat teori gerbang kontrol. Pada TENS retikuler. Jaras kaudal–retikuler yang berasal
mempunyai bentuk pulsa monophasic, biphasic dari nucleus raphe adalah serabut sirotinergik,
dan polyphasic. Monophasic mempunyai bentuk sedang yang berasal dari nucleus retikuler
gelombang retranguler, trianguler dan gelom- magnoseluler adalah serabut norepinefnergik.
bang separuh sinus searah. Pada biphasic Di medula spinalis kedua jenis serabut saraf
bentuk pulsa rectanguler biphasic simetris dan tersebut bersinaps dengan serabut enkefali-
sinusoidal biphasic. Sedangkan pada pola nergik yang juga melakukan penghambatan
polyphasic ada rangkaian gelombang sinus dan presinaptik melalui penghambatan pelepasan
bentuk interferensi atau campuran. Pulsa substansi “P” oleh serabut saraf halus tak
monophasic selalu mengakibatkan pengum- bermyelin. Jalur pertama ini disebut juga TENS
pulan muatan listrik pulsa dalam jaringan efferent pathway.
sehingga akan terjadi reaksi elektrokimia dalam
jaringan yang ditandai dangan rasa panas dan Level Supraspinal
nyeri apabila penggunaan intensitas dan durasi Perangsangan hipothalamus menghasil-
terlalu tinggi. kan endorphine yang berkaitan dengan
reseptor opiat di substansia grisea perialkua-
Modifikasi Intensitas duktus, nucleus accumbens, amiglada, hube-
Intensitas sangat berpengaruh di dalam nula, termasuk nucleus arcuatus hipothalami
menentukan besarnya muatan arus listrik da- yang dikenal sebagai meso–zombic loop of
lam pulsa dan puncak arus listrik yang akan analgesic sehingga terjadi central pain relief.
berhubungan langsung dengan penetrasi dalam Perangsangan hipothalamus juga menghasil-
jaringan, semakin tinggi puncak arus listrik kan releasing factor yang akan merangsang
akan semakin dalam penetrasinya selama daya pelepasan endorphine dari hipofisis dan ACTH.
hantar listrik pada jaringan. Intensitas pulsa Endorphine dan hipofisis ini dilepaskan oleh
yang memadai durasi pulsa akan memberikan sirkulasi sistemik dan kembali ke otak serta
10 Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 7 No. 1, April 2007
Perbedaan Pengaruh Intervensi MWD dan TENS dengan MWD, TENS dan Traksi Leher Manual
Terhadap Pengurangan Nyeri Kepala pada Cervical Headache
optimal dalam
medula spinalis setelah hubungannya dengan
menembus blood–brain jaringan penyebab nyeri.
barrier untuk selanjutnya Penempatan elektroda
berikatan dengan reseptor pada leher setinggi C2-C3
opiat disusunan saraf sisi kanan dan kiri dan
pusat ACTH akan pada bahu sisi kanan dan
merangsang pelepasan kiri. Dermatom, dasar
kortisol untuk me-nekan pemikiran dari metode ini
reaksi inflamasi. Jalur ialah daerah kulit tertutup
kedua ini disebut juga akan mempunyai
TENS afferent pathway. persyaratan yang sama
Efek lain TENS adalah dengan struktur/jaringan
meningkatkan aliran darah yang tepat dibawahnya.
kutaneus. Terjadinya Paracervical, dengan
vasodilatasi kutaneus pada menggu-nakan 4 pad yang
area aplikasi dengan diletakkan pada leher sisi
intensitas yang kuat. Hal kanan dan kiri dan pada
ini akan menstimulasi saraf upper trapezius kanan dan
sensoris yang menye- kiri.
babkan aktivasi
vasodilatasi arteriole dan Indikasi TENS
kemu-dian terjadi Kondisi nyeri baik
pelepasan histamin. yang besifat akut
atau
Penempatan Elektroda kronik.
Penempatan
elektroda tidak terbatas Kontraindikasi TENS
pada daerah sekitar nyeri Penderita penyakit
saja. Untuk menen-tukan jantung dengan ter-pasang
letak dan metode pacemakers. Pemakaian
penempatan elektroda pada daerah karotis sinus,
TENS harus memahami otot laring atau pharing,
anatomi, prinsip fisiologi area sensitif pada mata,
dan kondisi yang dan membran mukosa.
bersangkutan. Pe-ngertian
dasar tentang pola nyeri,
sindroma dan berbagai
jaringan yang bisa sebagai
sum-ber nyeri merupakan
suatu hal yang sangat
penting untuk dipahami
dalam kaitannya de-ngan
penempatan elektroda.
Metode penem-patan
elektroda sebagai berikut,
di sekitar lokasi nyeri. Cara
ini paling mudah dan
paling sering digunakan,
sebab metode ini dapat
langsung diterapkan pada
daerah nyeri tanpa
memperhatikan karakter
dan letak yang paling
spasme otot, peningkatan
Pada kondisi kehamilan jarak vertebra yang cukup
dan saat akan mela-hirkan. besar,
Metode Penelitian
Dalam melakukan
penelitian ini bersifat Quasi
eksperimental untuk
mempelajari per-bedaan
pengaruh intervensi MWD
dan TENS dengan MWD,
TENS dan Traksi Leher
Manual dalam mengurangi
intensitas nyeri kepala aki-
bat cervical headache.
Penelitian ini dibagi menjadi
dua kelompok yaitu
kelompok perla-kuan satu
diberi intervensi MWD dan
TENS dan kelompok
dilakukan evaluasi
Setelah dilakukan kembali dengan melihat
pengelompokan sam-pel, hasil pengukuran nyeri
selanjutnya dilakukan hal- dengan menggunakan
hal sebagai berikut : VRS. Penguku-ran ini
a. Kelompok Perlakuan I dilakukan dan dicatat
Pada kelompok hasilnya pada setiap
perlakuan I pasien perlakuan yang
dengan cervical diberikan.
headache, sebelum
diberi perla-kuan, Hasil
dilakukan pengukuran Dalam melakukan
nyeri dengan penelitian, sampel yang
menggunakan VRS. digunakan adalah pasien
Kemudian diberikan Cervical Headache yang
intervensi MWD dan berkunjung ke Instalasi
TENS selama 6 kali Fisioterapi di RSAL. Dr.
dengan frekuensi 1 kali Mintohardjo, Jakarta.
sehari. Selanjutnya Sampel diperoleh melalui
dilakukan evaluasi Asuhan Fisioterapi pada
kembali dengan pasien yang positif
melihat hasil mengalami nyeri kepala
pengukuran nyeri karena ketegangan dari
dengan menggu-nakan otot-otot kepala dan leher
VRS. Pengukuran ini yang telah dikelompokkan
dilakukan dan dicatat menjadi dua yaitu
hasilnya pada setiap kelompok perlakuan I
perlakuan yang diberi intervensi MWD dan
diberikan. TENS dan kelompok
b. Kelompok Perlakuan II perlakuan II diberi
Pada kelompok intervensi MWD, TENS
perlakukan II dengan dan Traksi Leher Manual
sampel pasien cervical dilakukan identifikasi data
headache sebelum menurut jenis kelamin dan
diberi perlakuan, usia.
dilakukan pengukuran Berdasarkan tabel
nyeri dengan MWD dan 1 pada kelompok
TENS Pasien dengan perlakuan I sampel laki-
nyeri kepala laki 3 orang (15%) dan
Pengurangan Nyeri sampel perempuan
menggunakan VRS. berjumlah 7 orang (35%)
Kemudian diberi dengan jumlah seluruhnya
intervensi MWD, TENS 10 orang (50%). Pada
dan Traksi Leher kelompok perlakuan II
Manual selama 6 kali sampel laki-laki 4 orang
dengan frekuensi 1 kali (20%) dan sampel
sehari. Selanjutnya perempuan
Tabel 1
Distribusi sampel menurut jenis
kelamin
Kelompok perlakuan I Kelompok perlakuan II
Jenis kelamin n % n % n
Laki- laki 3 15% 4 20% 7
Perempuan 7 35% 6 30% 13
Jumlah 10 50% 10 50% 20
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Tabel 2
Distribusi sampel menurut usia
Kelompok perlakuan I Kelompok perlakuan II To
Usia (th) n % n % n
20 – 22 4 20% 4 20% 8
23 – 25 2 10% 1 5% 3
26 – 28 1 5% 2 10% 3
29 – 31 1 5% 1 5% 2
32 – 34 1 5% 1 5% 2
35 – 37 1 5% 1 5% 2
Jumlah 10 50% 10 50% 20
Sumber : Hasil Pengolahan Data
berjumlah 1 orang (5%),
Berdasarkan tabel 2 pada dan usia 35 – 37th
kelompok perlakuan I berjumlah 1 orang (5%),
sampel usia 20-22th dengan jumlah seluruh
berjumlah 4 orang (20%), sampel pada kelompok
usia 23-25th berjumlah 2 perlakuan II adalah 10
orang (10%), usia 26-28th orang (50%). Sehingga
berjumlah 1 orang (5%), jumlah seluruh sampel
usia 29 – 31th berjumlah 1 perlakuan I dan kelompok
orang (5%), usia 32-34th perlakuan II adalah 20
berjumlah 1 orang (5%), orang (100%).
dan usia 35 – 37th
berjumlah 1 orang (5%),
dengan jumlah seluruh
sampel pada kelompok
perlakuan I adalah 10
orang (50%). Pada
kelompok perlakuan II
sampel usia 20-22th
berjumlah 4 orang (20%),
usia 23-25th berjumlah 1
orang (5%), usia 26-28th
berjumlah 2 orang (10%),
usia 29-31th berjumlah 1
orang (5%), usia 32-34th
2 4 2
Tabel 3 3 4 3
Nilai pengukuran 4 4 3
VRS pada kelompok 5 4 2
perlakuan I sebelum dan 6 4 3
sesudah intervensi 7 3 2
Kelomp 8 4 2
ok 9 4 3
perlaku 10 4 3
an I Mean 3,80 2,50
Sampel SD 0,42 0,52
Sebelum Sumber : Hasil
intervensi Pengolahan Data
1 3
Berdasarkan tabel
6 maka didapatkan uji
Wilcoxon dengan nilai
Asym sig (2-tailed)
0,004 (P< nilai 0,05)
berarti signifikan, hal ini
menunjukkan kelompok
perlakuan I sesudah
intervensi mengalami
perubahan yang berma-
kna dibandingkan
kelompok perlakuan I
sebe-lum intervensi.
Berarti Ho ditolak atau Ha
diterima. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan yang
bermakna antara sebelum
dan sesudah intervensi
pada kelompok perlakuan
tersebut.
Berdasarkan tabel
7 maka didapatkan uji
Wilcoxon dengan nilai
Asym sig (2-tailed)
0,004 (P< nilai 0,05)
berarti signifikan, hal ini
menunjukkan kelompok
perlakuan II sesudah
intervensi mengalami
perubahan yang ber-
makna dibandingkan
kelompok perlakuan II
sebelum intervensi. Berarti
Ho ditolak atau Ha
diterima. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan yang
bermakna antara sebelum
dan sesudah intervensi
Berdasarkan hasil uji
Berdasarkan tabel statistik diatas, maka pada
8 dengan menggu-nakan akhir penelitian dapat
uji Mann-Whitney didapat disimpulkan:
deskriptif statistik dengan a. Penurunan nyeri
nilai mean untuk nilai kepala dengan
selisih kedua kelompok intervensi MWD dan
perlakuan I dengan nilai TENS. Nilai Wilcoxon
mean sebesar 1,30 dan = Asym sig (2-tailed)
nilai SD sebesar 0,48 dan 0,004, yang berarti
signifikan.
kelompok perlakuan II
dengan nilai mean sebesar b. Penurunan nyeri
3,20 dan nilai SD sebesar kepala dengan
0,63 didapat nilai Asym sig intervensi MWD,
(2-tailed) 0,000 (P<nilai TENS, dan Traksi
Leher Manual. Nilai
0,05) ini berarti sangat
Wilcoxon = Asym sig
signifikan. Hal ini berarti (2-tailed) 0,004, yang
Ho ditolak atau Ha berarti signifikan.
diterima. Berdasarkan hal
c. Penurunan nyeri
tersebut dapat disimpulkan
kepala dengan
bahwa terdapat perbedaan
intervensi MWD dan
nilai penurunan nyeri TENS dengan intervesi
kepala pada kelompok MWD, TENS, dan
perlakuan I yang diberi Traksi Leher Manual.
intervensi MWD dan TENS Nilai
dengan kelompok Mann-Whitney = Asym
perlakuan II yang diberi sig (2-tailed) 0,000,
intervensi MWD, TENS yang berarti sangat
dan Traksi Leher Manual. signifikan.
Tabel 6
Nilai pengukuran VRS sebelum dan sesudah
intervensi pada kelompok perlakuan I
Kelompok perlakuan I
Sampel Sebelum intervensi Sesudah intervensi P
1 3 2
2 4 2
3 4 3
4 4 3
5 4 2
6 4 3
7 3 2
8 4 2
9 4 3
10 4 3
Mean 3,80 2,50
SD 0,42 0,52
Sumber : Hasil Pengolahan Data
Tabel 7
Nilai pengukuran VRS sebelum dan sesudah intervensi pada
kelompok perlakuan II
Kelompok perlakuan II
Sampel Sebelum intervensi Sesudah intervensi Penurunan
1 4 1 3
2 4 1 3
3 4 0 4
4 4 1 3
5 3 1 2
6 3 0 3
7 4 0 4
8 4 0 4
9 4 1 3
10 4 1 3
Tabel 8
Nilai selisih penurunan nyeri kepala antara kelompok perlakuan I dan
kelompok perlakuan II
Nilai selisih penurunan Nilai selisih penurunan
nyeri kepala kelompok nyeri kepala kelompok
perlakuan I perlakuan II
1 3
2 3
1 4
1 3
2 2
1 3
1 4
2 4
1 3
1 3
1,30 3,20
0,48 0,63
Sumber: Hasil Pengolahan Data
yang bermakna antara kedua
Sehingga berdasarkan data kelompok tersebut.
tersebut dike-tahui bahwa terdapat
penurunan nyeri kepala yang
bermakna antara sebelum dan
sesudah intervensi baik pada
kelompok perlakuan I dan pada
kelompok perlakuan II. pada uji beda
antara kelompok perlakuan I dan
kelompok perlakuan II juga terdapat
perbedaan penurunan nyeri kepala
area cervical yang sering terkena
Pembahasan adalah C0-C1,C1-C2,C2-C3. Serangan
Cervical Headache merupakan Cervical Headache nyeri yang
nyeri kepala yang timbul akibat dirasakan terutama daerah depan dan
malpositioning dengan bentuk postur belakang kepala, rasa nyeri tidak
yang buruk sebagai hasil dari beban berdenyut, kepala seperti diikat.
kerja, stress atau kelelahan, dimana Cervical
16 Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 7 No. 1, April 2007
Perbedaan Pengaruh Intervensi MWD dan TENS dengan MWD, TENS dan Traksi Leher Manual
Terhadap Pengurangan Nyeri Kepala pada Cervical Headache
(MWD), dan Transcutaneus
Headache terjadi tanpa Electrical Nerve Stimulasi
memandang usia dan jenis (TENS) dengan Micro
kelamin, meskipun ada Wave Diatermi (MWD),
kecenderungan lebih Transcutaneus Electrical
banyak terjadi pada wanita. Nerve Stimulasi (TENS)
Karena adanya dan Traksi Leher Manual
ketegangan/spasme otot- terhadap penurunan nyeri
otot paracer-vical akan kepala pada Cervical
mendekatkan ruang discus Headache. Dalam
interver-tebralis sehinga penelitian ini sampel dibagi
menimbulkan iritasi discus menjadi dua kelompok yaitu
dan facet pada sendi kelompok perlakuan I di beri
headache C0-C1,C1-C2,C2- intervensi MWD dan TENS,
C3 dan terjadi iritasi saraf dengan kelompok
yang akan menimbulkan perlakuan II diberi intervensi
nyeri, spasme, tigh MWD, TENS dan Traksi
kontraktur, iskemik pada Leher Manual. Hasil yang
trigger point dan spasme didapat dari penelitian ini
atau ketegangan adalah terdapat perbedaan
mengganggu sirkulasi darah penurunan nyeri kepala
yang melalui arteri vertebro antara kelompok perlakuan
basiler ke kepala sehingga I jumlah sampel 10 orang
terjadi hypoksia dan yang diberi intervensi MWD
menimbulkan nyeri kepala. dan TENS dengan
Dimana saraf yang keluar kelompok perlakuan II
menuju ke otot-otot jumlah sampel 10 orang
paracervical menjadi yang diberi intervensi MWD,
terhambat, sehingga TENS dan Traksi Leher
menimbulkan nyeri kepala. Manual. Hasil uji wilcoxon
Nyeri yang timbul akibat dari pada kelompok perlakuan I
cervical headache dengan pemberian
menyebabkan aktivasi intervensi MWD dan TENS
serabut saraf sensoris tipe terjadi penurunan nyeri
A-delta dan tipe C yang ada kepala pada akhir
disekitar ligamentum longi- intervensi. Pada saat awal
tudinal posterior, kemudian intervensi nilai VRS pada
impuls nyeri berjalan keatas kelompok perlakuan I
melalui traktus dengan mean 3,80
spinothalamikus lateral ke (SD=0,42) pada akhir
nukleus posteromedial penelitian terjadi
ventral dan posterolateral
dari thalamus. Dari sini
impuls diteruskan ke girus
postsentral dari korteks
serebri dan terjadi
pelepasan zat “P” yang
menyebabkan timbulnya
nyeri.