Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Lingkungan merupakan tempat dimana seorang anak tumbuh dan berkembang, sehingga
lingkungan banyak berperan dalam membentuk kepribadian dan karakter seseorang. Bagi
kebanyakan anak, lingkungan keluarga merupakan lingkungan yang mempengaruhi
perkembangan anak setelah itu sekolah dan kemudian masyarakat. Keluarga dipandang
sebagai lingkungan pertama yang dibangun oleh orangtua dan orang-orang terdekat. Setiap
keluarga selalu berbeda dengan keluarga lainnya, dalam hal ini yang berbeda misalnya cara
pendidikan di keluarga. Ada beberapa yang karakteristik pendidikannya dengan kedisplinan
yang tinggi dan ada yang melakukan pendekatan-pendekatan tertentu untuk dpat membentuk
anak yang berdedikasi dalam kehidupannya.

Pengaruh keluarga amat besar dalam pembentukan pondasi kepribadian anak. Keluarga
yang gagal membentuk kepribadian anak biasanya adalah keluarga yang penuh dengan
konflik atau disorganisasi keluarga. Tugas berat para orang tua adalah meyakinkan fungsi
keluarga mereka benar-benar aman dan nyaman bagi anak-anak mereka. Rumah adalah surga
bagi anak, dimana mereka dapat menjadi cerdas, sholeh, dan tentu saja tercukupi lahir dan
bathinnya.

Berbagai permasalahan dalam pembelajaran tidak jauh dengan perkembangan peserta


didik dalam memahami pembelajaran. Pembelajaran merupakan proses pendidik dan peserta
didik dalam melakukan proses belajar untuk dapat menciptakan suatu pemahaman antar
peserta didik. Dari banyak kasus yang terjadi dalam peserta didik adalah sulit untuk
memahami amteri yang diajarkan oleh pendidiknya, seperti masalah eksternal dan masalah
internal pada peserta didik. Masalah yang sering terjadi dan memiliki pengaruh besar
terhadap kondisi jiwa peserta didik adalah adanya perasaan terasingkan dalam lingkungan
keluarganya. Sehingga pesrta didik tersebut merasa tidak memiliki perhatian terhadap orang
tuanya. Peristiwa ini menimbulkan masalah sosial yang terjadi dalam pesrta didik. Masalah
sosial merupakan gejala sosial yang terkandung dalam suatu lingkungan dengan tidak
kesesuaian antar kaidah kehidupan yang berlaku. Akhirnya, peserta didik dapat memiliki sifat
yang emosional yang sulit dikontrol dalam lingkungan eksternalnya. Banyak peserta didik
seperti ini mengalami kondisi jiwa yang tidak semestinya pada pemikiran anak-anak

1
seumurannya. Kejadian tersebut dapat mengganggu pola berfikir aktif bagi peserta didik
dalam memaknai suatu kehidupan terutama di dunia akademis.

Peserta didik harus memiliki motivasi yang tinggi dalam menjalankan kehidupannya agar
apa yang diinginkan dapat tercapai oleh peserta didik tersebut. Banyak beberapa peserta didik
yang sering memiliki perilaku yang memancing perhatian teman dan gurunya di dalam
sekolah, kebanyakan dari mereka akan bertindak tidak sesuai aturan-aturan di dalam sekolah.
Namun, peserta didik yang melakukan tindakan seperti itu merupakan spontanitas
perwujudannya yang kurang dedikasi dalam keluarganya.

Pendidikan keluarga adalah salah satu bentuk pendidikan di luar sekolah yang besar
pengaruhnya terhadap keberhasilan siswa dalam belajar. Dan pendidikan keluarga yang
maksimal, memiliki kecenderungan untuk meningkatkan minat siswa dalam belajar, yang
pada akhirnya akan mempengaruhi pula terhadap belajar siswa. Sedangkan lemahnya
pendidikan keluarga memiliki kecenderungan untuk melemahkan minat siswa dalam belajar
dan akan melemahkan pula terhadap prestasi belajar siswa.

Orang tua merupakan perangkat terpenting dalam membentuk anak yang memiliki sikap
yang baik. Dengan adanya pendidikan internal yang ditanamkan oleh orang tua di dalam
keluarga akan menghasilkan anak yang dekat dengan keluarga dan menganggap keluarga
adalah solusi terbaik untuk menghadapi suatu masalah. Orang tua harus sering melakukan
dialog dengan anak agar menciptakan suatu kedekatan.

Komunikasi orang tua dengan anak memegang peranan penting dalam membina hubungan
keduanya, hal ini dapat dilihat dengan nyata, misalnya: membimbing, membantu
mengarahkan, menyayangi, menasehati, mengecam, mengomando, mendikte, dan lain
sebagainya.

Orang tua yang kurang bisa berkomunikasi dengan anaknya akan menimbulkan
kerenggangan atau konflik hubungan, sebaliknya orang tua yang dapat menerima anaknya
sebagaimana adanya, maka si anak cenderung dapat tumbuh, berkembang, membuat
perubahan-perubahan yang membangun, belajar memecahkan masalah-masalah, dan secara
psikologis semakin sehat, semakin produktif, kreatif dan mampu mengaktualisasikan potensi
sepenuhnya.

2
Sesuai dengan judul artikel penulis, dalam pembahasan berikutnya penulis akan
memusatkan diri pada pembahasan tentang perhatian keluarga sebagai sumber keberhasilan
peserta didik dalam lingkungan belajar.

Pendidikan sangat penting di dalam suatu bangsa, karena dengan pendidikan akan
mencetak generasi-generasi yang dapat memajukan perkembangan bangsa. Namun,
permasalahan yang terjadi di Indonesia adalah peserta didik yang belum bisa berdaya saing
dengan perkembangan zaman yang ada karena karakteristik generasi bangsa Indonesia
cenderung masih tertinggal dengan bangsa lain. Hambatan tersebut disebabkan karena
kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang lemah. Jika hal demikian sudah terjadi, kita
sebagai generasi penerus bangsa harus dapat belajar dari pengalaman sebelumnya dan
sekarang.

3
BAB II

PERHATIAN KELUARGA SEBAGAI SUMBER POTENSI KEBERHASILAN


PESERTA DIDIK DI DALAM LINGKUNGAN BELAJAR

A. Definisi dan Peran Keluarga dalam Pendidikan


a) Definisi Keluarga
Terdapat tiga sumber mengenai pandangan dalam defini keluarga, diantaranya:
1. Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan
adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan
meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap
anggota keluarga (Duvall dan Logan, 1986).
2. Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga
karena adanya hubungan darah, perkawinan, atau adopsi. Mereka saling
berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran masing-masing dan
menciptakan serta mempertahankan suatu budaya (Bailon dan Maglaya,1978).
3. Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di
bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Departemen Kesehatan
RI, 1988).1
Dari beberapa pandangan menurut lembaga dan ilmuwan tentang keluarga kami dapat
menyimpulkan bahwa keluarga adalah sekelompok yang di dalamnya terdapat individu
yang membentuk suatu kesatuan yang memiliki hubungan darah dan dapat saling
ketergantungan satu dengan yang lainnya untuk mendapatkan suatu kebersamaan yang
menciptakan suatu keuntungan dalam kelompok (keluarga) tersebut. Di dalam keluarga
terdapat kepala keluarga dan anggota keluarga, seperti Ayah, Ibu dan Anak.
Keluarga pada dasarnya adalah kesatuan individu yang dapat saling mendukung satu
dengan yang lainnya untuk dapat mencapai suatu tujuan yang diharapkan dari individu
atau kelompok yang berada dala satu keluarga tersebut, karena sejatinya di dalam
keluarga terdapat ikatan batin yang kuat dan memiliki rasa satu sepenanggungan untuk
dapat mensejahterhakan dirinya dan anggota keluarganya.

1
Diana Gebiet, pengertian-pendidikan-menurut-para-ahli-2005, (Diakses di Http://sarjanaku.com pada 08
Desember 2017 Pukul 19:34 Wib).

4
b) Peran Keluarga dalam Pendidikan
Pendidikan di dalam keluarga merupakan pendidikan kodrati. Apalagi setelah anak
lahir, pengenalan diantara orang tua dan anak-anaknya yang diliputi rasa cinta kasih,
ketentraman dan kedamaian. Anak-anak akan berkembang kearah kedewasaan dengan
wajar di dalam lingkungan keluarga segala sikap dan tingkah laku kedua orang tuanya
sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak, karena ayah dan ibu merupakan
pendidik dalam kehidupan yang nyata dan pertama sehingga sikap dan tingkah laku
orang tua akan diamati oleh anak baik disengaja maupun tidak disengaja sebagai
pengalaman bagi anak yang akan mempengaruhi pendidikan selanjutnya.
Seperti yang sudah dijelaskan di atas tentang definisi keluarga bahwasannya keluarga
adalah suatu kelompok yang di dalamnya akan terjadi ketergantungan. Jadi, orang tua
adalah sebagai tolak ukur di dalam keluarga untuk dapat menentukan anak-anaknya
menjadi individu yang baik atau sebaliknya tergantung kepada orang tua tersebut.
Lingkungan memiliki peran penting dalam mewujudkan kepribadian anak, khususnya
lingkungan keluarga. Peran lingkungan keluarga dalam mewujudkan kepribadian
seseorang, baik lingkungan pra kelahiran maupun pasca kelahiran adalah masalah yang
tidak bisa dipungkiri khususnya lingkungan keluarga. Lingkungan keluarga adalah
sebuah basis awal kehidupan bagi setiap manusia. Pentingnya pengaruh keluarga dalam
pendidikan anak dalam beberapa masalah seperti budaya, norma, emosional dan
sebagainya. Keluarga menyiapkan sarana pertumbuhan dan pembentukan kepribadian
anak sejak dini. Dengan kata lain kepribadian anak tergantung pada pemikiran dan
perlakuan keluarga dan lingkungan.2
Anggota keluarga termasuk anak mendapatkan pelajaran berbagai hal yang ada dalam
keluarga, tanpa disadari bahwa apa yang terjadi dalam keluarga memberikan pengaruh
sangat besar bagi kehidupan mereka, Ayah dan ibu sebagai orang dewasa dalam keluarga
berperan sangat penting dalam membuat sistem dalam keluarga, ia membuat aturan
disiplin, menerapkan nilai-nilai baik positif ataupun negatif kepada anak, sehingga akan
membentuk perilaku anak sebagai anggota keluarga.
Jadi, sudah jelas bahwa keluarga memiliki arti dalam perkembangan suatu anak dalam
menghadapi kehidupan sosial. Terutama dalam pendidikan, ayah atau ibu ingin melihat
anaknya berkembang menjadi individu yang baik dan dapat berdaya saing dengan anak-
anak seusianya. Maka dengan itu, perannya sebagai orang tua sangat berpengaruh kepada

2
Slaneto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: 1998: PT. Bina Aksara), hlm. 63.

5
anak-anaknya untuk dapat menjadi suatu motivasi bagi anak tersebut dalam mengahadapi
kegiatan yang dihadapinya di sekolah ataupun di lingkungan masyarakat.
Menurut penulis, ada beberapa spesifikasi untuk dapat memahami pembaca dalam
memaknai peran penting keluarga dalam pendidikan diantaranya :
1. Keluarga harus memberikan rasa aman terhadap anak agar anak tersebut merasa
terlindungi dalam melakukan segala aktivitasnya.
2. Keluarga harus mendukung segala keputusan yang diambil oleh seoarang anak
dalam melakukan kegiatannya untuk meningkatkan rasa percaya dirinya kearah
positif.
3. Keluarga harus memberikan suatu motivasi yang tajam kepada anak agar memiliki
jiwa kompetisi yang tinggi.
4. Keluarga harus memiliki dedikasi yang tinggi pada kepercayaan (agama) agar
anak memiliki sifat sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku.
5. Keluarga harus menjaga komunikasi dengan baik dengan anak agar seorang anak
tidak merasa sendiri dalam melakukan kegiatannya dan menciptakan
keharmonisan di dalam suatu keluarga.
Dari beberapa peran yang dipaparkan oleh penulis adalah sebagian kecil dari peran
keluarga dalam pendidikan. Peran merupakan suatu hubungan yang terdapat di dalam
suatu individu atau lingkungannya untuk mempengaruhinya. Seperti penjelasan di atas
sudah dapat memperkenalkan untuk keluarga sebagai peran utama untuk anak-anaknya
dalam mengahadapi dunia pendidikan atau masyarakat.
Dari peran keluarga dalam pendidikan mengingatkan kepada penulis keluarga adalah
sebagai sumber dari rasa semangat untuk mencapai keberhasilan dalam belajar. Ada
kasus yang menceritakan seorang anak yang sulit mendapatkan perhatian kepada
keluarga, dia bernama Iswanto yang sekaligus merupakan teman sekolah menengah atas.
Dia memiliki keluarga yang sulit memberikan perhatiannya karena ayah dan ibunya
sudah lama berpisah. Iswanto diasuh oleh neneknya hingga besar, saya pernah bertanya
kepada Iswanto tentang bagaimana dia bisa sekolah dan bagaimana dia berkomunikasi
dengan ibu atau ayahnya. Dia selama ini berkomunikasi dengan ibu dan ayahnya sangat
jarang karena memang mereka sudah menjadi peran yang berbeda, mereka menikah lagi
dan memiliki anak dari pasangan yang baru. Dari cerita tersebut Iswanto sangat minim
akan perhatian dari keluarganya. Hal yang dapat menarik saya bertanya kepada teman
saya karena di dalam kelas dia memiliki watak yang humoris dan seketika berubah ketika
ditanya mengenai keluarganya. Iswanto di dalam kegiatan belajar cenderung tidak fokus

6
dalam menerima mata pelajaran, sering mengantuk dan tidak ada motivasi yang kuat
dalam melaksanakan kegiatan belajar. Diapun akhirmya mengakui bahwa dia kurang
perhatian dari keluarganya dan tidak ada semangat yang lebih dalam belajar karena
menurutnya dia sekolah hanya mencari teman sebanyak-banyaknya dan mendapatkan
hiburan di dalam sekolah. Ibu dan ayahnya tidak pernah bertanya tentang
perkembangannya di sekolah, hal ini menyebabkan Iswanto sulit untuk berkembang
dalam hal kegiatan belajar di sekolah. Bahkan dirinya pernah tidak naik kelas saat
sekolah dasar dan orang tuanya mengetahuinya dan acuh terhadap kejadian yang
menimpa dirinya di sekolah. Hal tersebut membuat dirinya terpukul dan menjadi pribadi
yang cuek terhadap dirinya sendiri dalam kegiatan belajar. Pergaulan yang didapat dari
lingkungannyapun cenderung negatif yang menambah Iswanto menjadi individu yang
memiliki sifat emosional saat itu. Namun, sifat emosional yang dimilikinya tidak
dicerminkan di dalam sekolah, karena menurutnya di sekolah dia mendapatkan teman-
teman yang menyenangkan. Sifat emosionalnya terlihat jika sudah berada di rumah.
Tutur Iswanto yang berhasil penulis dengarkan.
Pada dasarnya prestasi belajar yang diraih siswa merupakan hasil suatu proses dalam
suatu sistem yang saling berhubungan, sehingga faktor-faktor yang mempengaruhi
prestasi belajarpun dapat terjadi saling berhubungan antara faktor yang satu dengan
faktor yang lain. Dan minat memiliki daya prediksi yang tinggi terhadap perilaku
seseorang. Sehingga seseorang yang mempunyai minat untuk belajar tinggi atau keras,
maka dalam dirinya akan muncul dorongan psikologis yang sangat kuat untuk
mempersiapkan diri untuk belajar.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa, bila pengaruh perhatian orang tua
dilaksanakan di rumah secara efektif dan adanya minat belajar yang tinggi pada siswa,
maka akan diperoleh hasil dan prestasi belajar juga tinggi. Begitu pula sebaliknya apabila
pengaruh perhatian orang tua tidak dilaksanakan secara efektif, baik di rumah dan
rendahnya minat belajar, maka hasil dan prestasi belajar siswapun juga rendah.
Pada dasarnya peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antar pribadi,
sifat, kegiatan yang berhubungan dengan pribadi dalam posisi dan situasi tertentu.
Peranan pribadi dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dan keluarga,
kelompok dan masyarakat. Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah
sebagai berikut:
1. Ayah sebagai suami dari istri dan ayah bagi anak-anak, berperan sebagai pencari
nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga,

7
sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari
lingkunganya.
2. Ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk
mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik bagi anak-anaknya,
pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosial serta sebagai
anggota masyarakat di lingkungannya, disamping itu juga ibu perperan sebagai
pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.
3. Anak-anak melaksanakan peranan sebagai masyarakat sekaligus anak sesuai
dengan tingkat perkembangannya (anak tertua atau paling muda) baik fisik,
mental, sosial, dan spiritual.
B. Pengaruh Keluarga Terhadap Keberhasilan Belajar
Pendidikan dalam keluarga merupakan dasar pada pendidikan disekolah. Beriyamin S.
Bloom (1976) menyatakan bahwa lingkungan keluarga dan faktor-faktor luar sekolah
yang telah secara luas berpengaruh terhadap siswa. Siswa-siswa hidup di kelas pada
suatu sekolah relatif singkat, sebagian besar waktunya dipergunakan siswa untuk
bertempat tinggal di rumah. Keluarga telah mengajarkan anak berbahasa, kemampuan
untuk belajar dari orang dewasa dan beberapa kualitas dan kebutuhan berprestasi,
kebiasaan bekerja dan perhatian terhadap tugas yang merupakan dasar terhadap
pekerjaan di sekolah. Dari uraian ini dapat diketahui lebih lanjut bahwa kecakapan-
kecakapan dan kebiasaan di rumah merupakan dasar bagi belajar anak di sekolah.
Suasana keluarga yang bahagia akan mempengaruhi masa depan anak baik di sekolah
maupun di masyarakat, dalam lingkungan pekerjaan maupun dalam lingkung keluarga
kelak. Jadi, suasana dalam kelaurga dapat mempengaruhi kehidupan di sekolah.
Menurut Erikson yang dikutip oleh Sikun Pribadi (1981) bahwa pendidikan dalam
keluarga yang berpengaruh terhadap kehidupan anak di masa datang ditentukan oleh (1)
rasa aman, (2) rasa otonomi, (3) rasa inisiatif. Rasa aman ini merupakan periode
perkembangan pertama dalam perkembangan anak. Perasaan aman ini perlu diciptakan,
sehingga anak merasakan hidupnya aman dalam kehidupan keluarga.3
Rasa aman yang tertanam ini akan menimbulkan dari dalam diri anak suatu
kepercayaan pada diri sendini. Anak yang gagal mengembangkan rasa percaya diri ini
akan menimbulkan suatu kegelisahan hidup, ia merasa tidak disayangi, dan tidak mampu
menyayangi.

3
Robert Gague, Prinsip-prinsip Pendidikan Untuk Pengajaran di Sekolah, (Surabaya: 2000: Usaha
Nasional), hlm. 44-45.

8
Fase perkembangan yang kedua adalah rasa otonomi yang terjadi pada waktu anak
berumur 2 sampai 3 tahun. Orang tua harus membimbing anak dengan bijaksana agar
anak dapat mengembangkan kesadaran, bahwa ia adalah pribadi yang berharga, yang
dapat berdiri sendiri dan dengan caranya sendiri ia dapat memecahkan persoalan yang ia
hadapi. Kegagalan pembentukan rasa otonomi, suatu sikap percaya pada diri sendiri dan
dapat berdiri sendiri akan menyebabkan anak selalu tergantung hidupnya pada orang
lain. Setelah ia memasuki bangku sekolah ia selalu harus dikawal oleh orang tuanya. Ia
selalu tidak percaya diri sendiri untuk menghadapi persoalan yang dihadapi di sekolah.
Pada dasarnya, rasa otonom adalah rasa dimana anak dapat memiliki sikap mandiri yang
mampu mengontrol dirinya dalam segala bentuk. Orang tua harus mendidiknya dengan
bijaksana agar anak tersebut memiliki jiwa yang otonom yang tinggi. Dengan adanya
rasa otonom membantu orang tua agar anak tersebut ketika di dalam sekolah dan
masyarakat dapat mengontrol dirinya berbuat baik dan dapat menguntungkan dirinya
sendiri.
Pada fase perkembangan ketiga disebut perkembangan rasa inisiatip yaitu pada umur
4 sampai 6 tahun. Anak harus dibiasakan untuk mengatasi hambatan-hambatan dalam
lingkungan keluarga. Sebab dengan dibiasakan menangani masalah hidupnya maka anak
akan mengembangkan inisiastipnya dan daya kreatifnya dalam rangka menghadapi
tantangan hidupnya. Jika orang tua selalu membantu dan bahkan melarang anaknya
untuk mengerjakan sesuatu hal maka inisiatif dan daya kreasi anak akan lemah dan akan
mempengaruhi hidup anak dalam belajar di sekolah. Artinya, orang tua harus
membiarkan anaknya untuk dapat memahami kondisi dan mampu menyelesaikan
permasalahannya. Dengan hal ini, anak akan memiliki jiwa yang tidak mudah menyerah
dalam mengahadapi suatu masalah yang ada dan dapat meyelesaikan masalahnya sendiri
tanpa melibatkan orang lain.
Biasanya anak yang memiliki rasa inisiatip orang tuanya memberikan suatu
kebebasan terhadap anaknya untuk dapat memilih suatu kebaikan yang akan dijalaninya,
orang tua lebih sering mengawasi dan memberikan nasihat untuk dapat berhasil dalam
kegiatan belajar ataupun kegiatan lainnya.
Beberapa pengaruh keluarga dalam keberhasilan belajar menurut penulis yang di
dukung dalam referensi yang ada, diantaranya:
1. Pengaruh fasilitas hidup dalam keluarga dan rumah tangga terhadap
perkembangan kognitif :

9
Keluarga lapisan bawah, lapisan menengah dan lapisan atas memiliki fasilitas
yang berbeda-beda. Keluarga lapisan bawah fasilitas yang kurang lengkap bila
dibanding keluarga lapisan menengah dan lapisan atas. Kelengkapan fasilitas
mempunyai dampak yang positif terbadap pengembangan kognitif anak yang belajar
di sekolah. Dengan adanya perlengkapan belajar yang lengkap dari orang tua untuk
anaknya akan membantu anak dapat mudah mengerjakan segala kegiatan belajar yang
dibutuhkannya.
2. Pengaruh besamya keluarga terhadap kemamuan intelektual :
Dari hasil-hasil penelitian dilaporkan bahwa besarnya keluarga berkorelasi
negatif terhadap kemampuan intelektual Dari hasil penelitian diketahui bahwa makin
besar jumlah keluarga makin rendah kemampuan intelektual anak. Sebaliknya makin
kecil jumlah keluarga kemampuan intelektual makin tinggi. Jika ditambah variabel
lapisan keluarga, maka jumlah keluarga yang besar pada lapisan bawah kemampuan
intelaktual akan lebih rendah lagi di banding pada keluarga besar pada lapisan
menengah Oleh karena makin banyak jumlah anak maka kemampuan intelektual
makin rendah apalagi jika ditambah dengan lapisan keluarga rendah (miskin).
Maksudnya adalah jika dalam keluarga memiliki jumlah yang banyak maka akan
mengganggu perkembangan dalam keberhasilan belajar anak karena fokus dari orang
tua biasanya terbagi dan bahkan sibuk dengan kegiatannya sendiri. Ditambah jika
lapisan keluarga yang seperti ini tergolong kelas bawah yang menambah anak akan
sulit belajar karena minim perhatian yang diperuntukkan dalam menunjang kegiatan
belajarnya.
3. Hubungan perlakuan orang tua dengan kemampuan kognitif :
Dari hasil penelitian Rollins dan Thomas yang dilaporkan oleh Lewin dan
Havighurst (1982) menyatakan bahwa (1) makin besar dukungan orang tua makin
tinggi tingkat perkembangan kognitif anak, (2) makin kuat pemaksaan yang diberikan
oleh orang tua maka makin rendah perkembangan kognitif anak, (3) makin besar
dukungan orang tua, makin tinggi kemampuan sosial dan kemampuan instrumental
anak, (4) makin kuat tingkat pemaksaan yang diberikan orang tua terhadap anak-
anaknya maka makin rendah kemampuan sosialnya, (5) bagi anak perempuan
besarnya dukungan dan frekuensi usaha pengawasan orang tua berkorelasi negatif
terhadaap pencapaian prestasi akademik, (6) bagi anak laki.laki besarnya dukungan
orang tua dan kuatnya pengawasan orang tua berkorelasi positif terhadap pencapaian
prestasi belajar.

10
Jadi, penulis dapat menyimpulkan bahwa prestasi belajar anak dipengaruhi oleh
hubungan akrab antara ibu dan anak. Dalam hubungan yang akrab itu ibu sering
mengajak berbincang-bincang anaknya, ibu memberikan hiburan terhadap anaknya,
memberi pujian, pertolongan dan keterangan-keterangan ibu juga mengajar berbagai
hal seperti bekerja sama dengan anak lain serta mengembangkan kegiatan anak.
Apabila perlakuan tersebut di atas disertai suasana hubungan dan kasih sayang
ternyata lebih meningkatkan kemampuan intelektual dari pada penerapan disiplin
yang kaku, pengawasan yang ketat, membujuk, memberi perintah, dan larangan atau
ancaman dan hukuman.
Pengaruh hubungan akrab antara ayah dan anak juga mempengaruhi kemampuan
intelektual anak. Pergaulan yang akrab antara orang tua ayah dan anak akan
mengurangi rasa takut terhadap pengaulan antara anak dengan orang-orang di luar
keluarga. Pengaruh hubungan akrab anak laki-laki dan ayahnya terhadap prestasi
belajar lebih tinggi dari pada pengaruh hubungan akrab antara ayah dan anak putri
terhadap prestasi belajar.
Sangat jelas bahwa keluarga merupakan salah satu sumber keberhasilan peserta
didik dalam belajar karena dengan adanya perhatian dari keluarga yang sangat baik
mendorong peserta didik memiliki motivasi masa depan yang kuat dan rasa percaya
diri dalam melakukan kegiatannya.
C. Perhatian Keluarga Sebagai Sumber Keberhasilan Belajar
Perhatian menurut Suryabrata (2004) adalah pemusatan tenaga psikis tertuju pada
obyek tertentu. Sedangkan pendapat lain dari Walgito mengemukakan bahwa perhatian
merupakan pemusatan atau konsentrasi yang ditujukan kepada sesuatu atau obyek
(1990).
Dari beberapa pengertian tersebut, maka Penulis dapat menyimpulkan bahwa
perhatian adalah fikiran yang diarahkan kepada suatu atau obyek tertentu yang dilakukan
secara sadar yang memberikan rangsangan kepada individu, sehingga ia hanya terfokus
pada obyek yang merangsang tersebut.
Perhatian juga diberikan orang tua agar anaknya mendapatkan prestasi disekolahnya
dan kelak dapat tercapai cita-cita anaknya selain itu anaknya agar mampu menjadi
pribadi yang mandiri.
Bimbingan dan perhatian dari orang tua sangat diperlukan oleh anaknya dalam proses
pencapaian prestasi belajarnya, Jadi dengan kata lain, perhatian orang tua merupakan
faktor utama dalam membimbing, mengarahkan, dan mendidik anaknya dikalangan

11
keluarga sehingga anaknya menjadi generasi penerus yang lebih baik. Perhatian dan
teladan orang tua akan dicontoh anak-anaknya dalam pembentukan karakter anaknya.
Orang tua sebagai pengasuh dan bertanggung jawab penuh kepada anaknya baik di
lingkungan keluarga maupun di lingkungan sekolah.
Keluarga merupakan salah satu lembaga yang memiliki peran penting dalam
kehidupan anak selain sekolah dan masyarakat. Keluarga tersebut mempunyai fungsi
sebagai tempat pendidikan non formal.
Keluarga juga sebagai sentral pendidikan dalam segala aspek, baik agama, pendidikan
umum, sekaligus sebagai tempat untuk beribadah yang serempak untuk mengembangkan
anak-anak agar lebih berpotensi dalam segala hal. Jika keluarga sudah dapat berfungsi
sebagaimana mestinya, maka tidak heran hubungan dengan anak menjadi baik dan hal ini
merupakan salah satu jalan utuk anak memperoleh prestasi. Namun, bila dalam keluarga
terdapat masalahmasalah yang menjadikan hilangnya kepercayaan satu sama lain, hilang
rasa saling menghormati, hilang rasa saling cinta, maka itu dapat dikatakan sebagai
keluarga yang tidak harmonis yang dapat menimbulkan dampak negatif pada anak.
Oleh sebab itu, suasana keluarga yang harmonis harus selalu diciptakan dalam
kehidupan sehari-hari. Apabila keluarga itu harmonis, sudah barang tentu kehidupan
dalam keluarga itu akan selaras, serasi, dan seimbang, sehingga akan memberikan rasa
nyaman terhadap anggota keluarga khususnya anak-anaknya.
Keluarga yang mampu memberikan rasa aman dalam kehidupan sehari-hari memiliki
peranan penting dalam keberhasilan seorang anak dalam belajar. Rasa aman itu akan
membuat seorang anak terdorong untuk belajar secara aktif, karena rasa aman merupakan
salah satu pendorong dari luar yang menambah motivasi untuk belajar
Semua orang tua sudah tentu agar anak-anaknya mendapatkan prestasi dan pandai
baik di sekolah maupun di luar sekolah, semua itu tidak lepas dari perhatian dan
tanggung jawab orang tua dalam membimbing, mengarahkan dan memotivasi anaknya.
Pendidikan dikalangan keluarga merupakan pendidikan yang dialami anak sejak ia
dilahirkan dan biasanya dilakukan oleh orang tua.
Jadi, perhatian orang tua merupakan penentu sukses tidaknya anaknya dalam
pencapaian prestasi di sekolah atau pun di luar sekolah . Sudah saatnya orang tua untuk
menyadari akan kewajibannya dalam mendidik anak-anaknya agar kelak bisa menjadi
generasi penerus.
Pada masa sekarang ini, pengaruh keluarga mulai melemah karena terjadi perubahan
sosial, politik, dan budaya. Keadaan ini memiliki andil yang besar terhadap terbebasnya

12
anak dari kekuasaan orang tua. Keluarga telah kehilangan fungsinya dalam pendidikan.
Tidak seperti fungsi keluarga pada masa lalu yang merupakan kesatuan produktif
sekaligus konsumtif. Ketika kebijakan ekonomi pada zaman modern sekarang ini
mendasarkan pada aturan pembagian kerja yang terspesialisasi secara lebih ketat, maka
sebagian tanggung jawab keluarga beralih kepada orang-orang yang menggeluti profesi
tertentu.
Uraian tersebut cukup menjelaskan apa arti keluarga yang sesungguhnya. Keluarga
bukan hanya wadah untuk tempat berkumpulnya ayah, ibu, dan anak. Lebih dari itu,
keluarga merupakan wahana awal pembentukan moral serta penempaan karakter
manusia. Berhasil atau tidaknya seorang anak dalam menjalani hidup bergantung pada
berhasil atau tidaknya peran keluarga dalam menanamkan ajaran moral kehidupan.
Keluarga lebih dari sekedar pelestarian tradisi, kelurga bukan hanya menyangkut
hubungan orang tua dengan anak, keluarga merupakan wadah mencurahkan segala
inspirasi. Keluarga menjadi tempat pencurahan segala keluh kesah. Keluarga merupakan
suatu jalinan cinta kasih yang tidak akan pernah terputus.
Dari paragraf sebelumnya bahwa keluarga dapat menciptakan suatu jalinan cinta kasih
yang tidak akan pernah putus karena di dalam keluarga dapat merasakan kesamaan serta
sepenanggungan untuk mendapatkan suatu harapan yang hendak dicapai.
Tujuan pendidikan keluarga adalah memelihara, melindungi anak sehingga dapat
tumbuh dan berkembang dengan baik. Keluarga merupakan kesatuan hidup bersama
yang utama dikenal oleh anak sehingga disebut lingkungan pendidikan utama.
Memperhatikan tujuan tersebut maka pendidikan keluarga dapat dipandang sebagai
persiapan ke arah kehidupan anak dalam masyarakatnya. Adapun isi pendidikan dalam
keluarga biasanya, meliputi nilai agama, nilai budaya, nilai moral dan keterampilan.
Dari hal tersebut biasanya orang tua akan memasukkan nilai moral yang sesuai
dengan agama untuk memberikan nasihat ataupun memberikan suatu pelajaran hidup
dalam memberikan perhatian kepada anaknya demi mencapai keberhasilan dalam
memahami bahan ajar yang disampaikan oleh pendidik di sekolahnya.
Seorang anak akan merasa termotivasi jika hasil jerih payah dan prestasinya dihargai
orang tua, sehingga keharmonisan hubungan keduanya memiliki peranan penting dalam
perkembangan anak tersebut dalam peningkatan prestasi belajar. Akan tetapi terkadang
kita jumpai orang tua yang memaksakan kehendaknya agar anak dapat memenuhi
keinginan orang tuanya itu. Hal ini akan menimbulkan rasa keterpaksaan pada diri anak
baik dalam bidang prestasi, tugas maupun kewajibannya. Rasa keterpaksaan itu akan

13
mengakibatkan timbulnya rasa malas dan mematikan rasa kesadaran diri dalam
melakukan sesuatu contohnya seperti belajar. Banyak kita dapati seorang anak takut
gagal dalam berprestasi, sebab dampak yang akan didapati dari kegagalannya berupa
hukuman maupun siksaan dari orang tuannya. Bagi sebagian anak yang tidak
mendapatkan perhatian dari orang tuannya, berprestasi adalah sesuatu hal yang tidak
penting baginya sebab segala tindakan yang ia lakukan tidak pernah dihiraukan oleh
orang tuanya, sehingga berprestasi ataupun tidak merupakan suatu hal yang lumrah dan
biasa saja.
Syamsu Yusuf mengatakan, keluarga yang perhatian terhadap perkembangan anaknya
ditandai oleh karakteristik:
1. Saling memperhatikan dan mencintai
2. Bersikap terbuka
3. Orang tua mau mendengarkan anak, menerima perasaannya dan menghargai
pendapatnya
4. Saling bercerita masalah atau mengutarakan pendapat diantara anggota keluarga
5. Mampu berjuang mengatasi suatu masalah dengan saling membantu
6. Saling menyesuaikan diri dan mengakomodasi
7. Orang tua melindungi/mengayomi anak
8. Komunikasi antara anggota keluarga berlangsung dengan baik
9. Keluarga memenuhi kebutuhan psikososial anak dan mewariskan nilai-nilai
budaya
10. Mampu beradaptasi dengan perubahan yang terjadi.
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, dalam keluarga terjadi proses interaksi
antara anak dan orang tua selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Proses pengasuhan
tersebut seperti mendidik, membimbing dan mendisiplinkan serta melindungi anak untuk
mencapai kematangan sesuai yang diharapkan. Penggunaan pola asuh tertentu
memberikan dampak dalam mewarnai setiap perkembangan terhadap bentuk-bentuk
pilaku tertentu pada anak, seperti prilaku agresif yang sering terjadi.
Keharmonisan dan rasa demokrasi tidak selalu seperti yang kita harapkan, hingga saat
sekarang ini masih banyak orang tua yang menerapkan kekerasan dalam mendidik
anaknya. Mereka beranggapan pendidikan yang keras akan dapat mewujudkan keinginan
dan harapannya, seperti prestasi, budi pekerti dan lain-lain. Namun sebaliknya kenyataan
yang kita jumpai justru bertolak belakang dengan harapan-harapan yang diinginkan.
Anak yang dididik keras akan timbul rasa tertekan dan takut, ada juga anak yang diberi

14
kebebasan sehingga anak tersebut malas dan enggan untuk mencapai prestasi yang lebih
baik, sebab tidak adanya perhatian dan tanggapan dari orang tuannya atas apa yang yang
diraihnya.
Jadi, perhatian orang tua memiliki hubungan yang positif dalam pembentukan
karakter dan prestasi belajar anak. Dengan perhatian orang tua terhadap anak-anaknya
akan memberikan banyak motivasi belajar dan pembentukan karakter anak yang lebih
baik, baik di lingkungan rumah, sekolah, maupun di lingkungan masyarakat. Sehingga
dapat dikatakan secara keseluruhan ada pengaruh positif antara perhatian orang tua
terhadap prestasi belajar siswa.
D. Bentuk Perhatian Orang Tua terhadap Belajar Anak
a) Pemberian Bimbingan Belajar
Bimbingan Menurut Qonita Alya (2011:82) adalah petunjuk cara mengerjakan
sesuatu, tuntunan, pimpinan. Bantuan yang diberikan orang tua kepada anaknya untuk
memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. Memberikan bimbingan kepada anak
merupakan kewajiban orang tua.
Bimbingan belajar terhadap anak berarti pemberian bantuan kepada anak dalam
membuat pilihan-pilihan secara bijaksana dan dalam penyesuaian diri terhadap tuntutan-
tuntutan hidup, agar anak lebih terarah dalam belajarnya dan bertanggung jawab dalam
menilai kemampuannya sendiri dan menggunakan pengetahuan mereka secara efektif
bagi dirinya, serta memiliki potensi yang berkembang secara optimal meliputi semua
aspek pribadinya sebagai individu yang potensial.4
Setiap keluarga memiliki caranya tersendiri dalam mendidik dan membimbing
anaknya dan berbeda dengan keluarga yang lain. Sebagian ahli menyebutkan bahwa
faktor keluarga mempunyai pengaruh yang besar dalam pembentukan kepribadian anak.
Keluarga yang gagal membentuk kepribadian anak biasanya adalah keluarga yang penuh
konflik dan tidak bahagia. Pada dasarnya nasib anak-anaknya sebagian besar terletak
ditangan orang tuanya.
Jadi, bimbingan belajar adalah suatu bentuk kegiatan dalam proses belajar yang
dilakukan oleh seseorang yang telah memiliki kemampuan lebih dalam banyak hal untuk
diberikan kepada orang lain yang mana bertujuan agar orang lain dapat menemukan
pengetahuan baru yang belum dimilikinya serta dapat diterapkan dalam kehidupannya.

4
Budiyono, PengaruhPendidikan Keluarga terhadap Anak, (Salatiga: 2012: IAIN Salatiga Perss), hlm. 42-44.

15
Didalam belajar anak membutuhkan bimbingan dan bantuan dari orang tua, anak tidak
mungkin tumbuh dengan sendirinya dengan kelebihan dan kekurangannya, terlebih
bimbingan dalam hal belajar. Dalam upaya memberikan bimbingan kepada anaknya
yang sedang belajar dapat dilakukannya dengan saling berdiskusi mengenai persoalan
yang dialami oleh anaknya baik dirumah ataupun dimana anak membutuhkannya.
Keuntungan yang dapat diambil dengan adanya diskusi diantaranya adalah melatih
menyampaikan gagasan dengan baik, terciptanya hubungan yang harmonis antar anggota
keluarga, orang tua lebih memahami perkembangan anaknya, cita-citanya, gaya
hidupnya, serta dapat membantu anak dalam pencapaian prestasi belajarnya.
b) Memberikan Nasehat
Bentuk lain dari perhatian orang tua adalah memberikan nasihat kepada anak.
Menasihati anak berarti memberi saran-saran untuk memecahkan suatu masalah,
berdasarkan pengetahuan, pengalaman dan pikiran sehat. Nasihat dan petuah memiliki
pengaruh yang cukup besar dalam membuka mata anakanak terhadap kesadaran akan
hakikat sesuatu serta mendorong mereka untuk melakukan sesuatu perbuatan yang baik.
Nasihat dapat diberikan orang tua kepada anaknya adalah agar anaknya rajin belajar,
kerjakan tugas-tugas sekolah dan masih banyak lagi.
c) Memberikan Motivasi dan Penghargaan
Meskipun anak-anak memiliki kecerdasan intelektual yang tinggi, jika tidak diikuti
dengan motivasi yang tinggi untuk mencapai prestasi belajar yang optimal sesuai dengan
kecerdasan intelektualnya, maka prestasi belajarnya akan kurang memuaskan. Oleh
karena itu agar tercapai prestasi yang maksimal, maka orang tua perlu memotivasi dan
memberikan penghargaan kepada anaknya agar tercapai cita-citanya.
Orang tua adalah pendidik anak di rumah, maka hendaklah mampu memberikan
motivasi dan dorongan kepada anak serta sebisa mungkin memberikan semacam hadiah
untuk menambah prestasi dan minat belajarnya. Namun jika prestasi belajar anaknya
tersebut kurang baik maka tanggung jawab orang tua adalah lebih memberikan motivasi
kepada anaknya agar lebih giat belajar. Prestasi anak jelek biasanya akan menimbulkan
anak akan berputus asa. Agar tidak terjadi hal yang demikian, sebagai orang tua harus
melakukan tindakan untuk dapat meminimalisirkan rasa penyesalan yang mendalam,
diantaranya adalah : mengarahkan cara belajarnya, mengatur waktu belajarnya, jangan
menuntut anak untuk melakukan hal-hal yang diluar kemampuannya, selain itu sebagai
orang tua jangan membanding anaknya dengan anak yang lain. Karena anak yang sering
dibanding-bandingkan akan hilang kepercayaan dirinya. Orang tua harus menerima

16
segala kekurangan dan kelebihan yang dimiliki anaknya. Disamping itu orang tua juga
perlu memberikan penghargaan dan pujian kepada anaknya atas keberhasilan belajar
yang telah diraihnya. Karena dengan penghargaan dan pujian serta perhatian orang tua
akan menumbuhkan rasa banggga dan percaya diri dan berbuat yang lebih baik lagi pada
diri anak.
d) Memenuhi Kebutuhan Anaknya
Proses pengajaran di sekolah anak dipersiapkan untuk mampu melaksanakan tugas
dan keawajiban yang baru, khususnya dipersiapkan untuk tugas-tugas hidup yang lebih
berat pada usia dewasa. Untuk itu peran orang tua sangat diperlukan dalam pencapaian
proses belajar anaknya, yaitu memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan anaknya
baik alat dan sarana yang diperlukan untuk menunjang kegiatan belajar anak. Kebutuhan
tersebut bisa berupa ruang belajar anak, seragam sekolah, buku-buku, alat-alat belajar,
dan lain-lain. Pemenuhan kebutuhan belajar ini sangat penting bagi anak, karena akan
dapat mempermudah baginya untuk belajar dengan baik.
Kebutuhan belajar seperti buku, karena buku termasuk unsur yang sangat penting
dalam peningkatan prestasi belajar. Buku merupakan salah satu sumber belajar,
disamping sumber belajar yang lain. Dengan dicukupinya buku, maka akan
memperlancar dan mempermudah preoses belajar mengajar baik di sekolah maupun di
luar sekolah. Dengan demikian sudah sepatutnya orang tua senantiasa memperhatikan
dan memenuhi kebutuhan belajar dalam upaya peningkatan prestasi belajar anaknya.
e) Pengawasan Terhadap Anak
Pengawasan orang tua terhadap anaknya biasanya lebih diutamakan dalam masalah
belajar. Dengan cara ini orang tua akan mengetahui kesulitan apa yang dialami anak,
kemunduran atau kemajuan belajar anak, apa saja yang dibutuhkan anak sehubungan
dengan aktifitas belajarnya, dan lain-lain. Dengan demikian orang tua dapat membenahi
segala sesuatunya hingga akhirnya anak dapat meraih hasil belajar yang maksimal.
Pengawasan orang tua bukanlah berarti pengekangan terhadap kebebasan anak untuk
berkreasi tetapi lebih ditekankan pada pengawasan kewajiban anak yang bebas dan
bertanggung jawab. Ketika anak sudah mulai menunjukkan tanda-tanda penyimpangan,
maka orang tua yang bertindak sebagai pengawas harus segera mengingatkan anak akan
tanggung jawab yang dipikulnya terutama pada akibat-akibat yang mungkin timbul
sebagai efek dari kelalaiannya. Kelalaiannya di sini contohnya adalah ketika anak malas
belajar, maka tugas orang tua untuk mengingatkan anak akan kewajiban belajarnya dan
memberi pengertian kepada anak akan akibat jika tidak belajar. Dengan demikian anak

17
akan terpacu untuk belajar sehingga prestasi belajarnya akan meningkat. Orang tua
mengontrol atau mengawasi semua kegiatan atau aktifitas yang dilakukan oleh anaknya
baik secara langsung maupun tidak langsung. Apalagi di jaman globlisasi seperti
sekarang ini, anak lebih mudah untuk mengakses atau memperoleh keinganan dengan
mudah dan cepat. Kadang-kadang mereka tidak mampu untuk menyaring antara halhal
yang baik dan buruk, sehingga dengan era globalisasi seperti sekarang ini anak-anak
sangat mudah untuk terpengaruh dengan sesuatu yang bersifat negatif. Jika anak-anak
sampai mendapatkan informasi yang bersifat negatif dan senatiasa anak terpengaruh,
maka akan berakibat fatal pada pendidikan mereka.
Peran orang tua sangat diperlukan dalam pengawasan terhadap anaknya dalam
masalah belajar, serta dengan cara ini orang tua akan lebih mengetahui perkembangan
belajar anak, apa saja yang dibutuhkan sehubungan dengan aktifitas belajarnya sehingga
pada akhirnya anak akan memperoleh hasil belajar yang diinginkannya.
E. Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Belajar merupakan proses yang berkesinambungan yang terjadi sepanjang perjalanan
hidup manusia. Mulai dari lahir hingga lansia. Menurut Hakim (2000), dalam belajar ada
faktor-fatktor yang dapat mempengaruhinya.5 Dan penulis setuju dengan pendapat Hakim
bahwa faktor yang mempengaruhi dalam belajar anak adalah keluarga dan diri anak tersebut
dalam menyikapi hal yang ada antara lain:
1. Faktor Internal
 Faktor Jasmani
Berupa kesehatan jasmani dan kesiapan fisik individu untuk belajar. Hal ini diluar
faktor kecacatan yang dimiliki seseorang. Ketika seseorang belajar namun kondisi
fisiknya sedang sakit maka dia tidak akan mendapatkan hasil yang maksimal seperti
saat fisiknya sehat. Jadi dalam proses belajar dibutuhkan dengan istirahat yang
cukup dan mengkonsumsi makanan yang bergizi sehingga kesehatan akan tetap
terjaga. Seperti yang biasa kita alami ketika kita merasa kurang istirahat dan kurang
asupan nutrisi yang baik akan menjadikan tubuh kita lemas, letih dan lesu yang
menyebabkan anak tersebut kurang memiliki semangat dalam belajar.
 Faktor Psikis
Yang termasuk pada faktor psikis ini adalah intelegensi. Intelegensi dijadikan
modal awal untuk keberhasilan sebuah pembelajaran. Selain itu ada modal

5
Kusdwiratri Setionao, Psikologi Keluarga, (Yogyakarta: 2012: Gudang Penerbit), hlm. 89.

18
konsentrasi. Faktor konsentrasi menentukan sejauh mana seseorang dapat mencerna
apa yang diajarkan. Keberhasilan proses belajar juga ditentukan oleh faktor
kepribadian. Orang yang memiliki kecemasan yang tinggi akan menghambat
keberhasilan belajar oleh kecemasannya itu sendiri. Namun, kecemasan pada level
tertentu dapat memberikan pendorong atau pemicu agar dia lebih maju. Gaya belajar
anak atau kekuatan yang dimiliki anak dalam belajar apakah itu audiotoris, visual,
ataupun kinetis yang sudah kami ketahui dalam mata kuliah Psikologi Belajar IPS
yang diampu oleh Ibu Dr. H. Tati Nurhayati, M. A yang dapat mempengaruhi dalam
penerapan metode belajar apa yang cocok digunakan oleh anak. Dengan hal
demikian, anak-anak akan larut dalam proses kegiatan belajar karena konsep atau
metode belajar yang sesuai dengan gaya mereka masing-masing dan dapat dijadikan
sebagai bahan hiburan bagi siswa dalam memahami materi ajar yang disampaikan
oleh pendidik (guru).
2. Faktor Eksternal
 Lingkungan keluarga
Penelitian membuktikan bahwa anak yang orang tuanya terlibat dalam kegiatan
sekolah memiliki kehadiran dan sikap yang baik dilingkungan sekolahnya. Keikutsertaan
orangtua dalam kegiatan sekolah anak merupakan dukungan yang diberikan orangtua.
Pola asuh sangat mempengaruhi keberhasilan anak dalam belajar. Hal demikian memang
betul bahwa kehadiran keluarga membuat anak menjadi pribadi yang senang dengan
kompetisi. Penulis sendiri mengalami hal seperti ini, keluarga yang sering menyakan
perihal perkembangan belajarnya menyebabkan penulis memiliki rasa antusias terhadap
memahami materi ajar. Karena orang tua penulis kebetulan sebagai guru yang cukup
memahami ranah akademis. Namun, jika ada anak yang beranggapan bahwa jika seorang
anak terlalu diperhatikan oleh orang tuanya adalah anak manja dan tidak bisa bergaul
lebih luas dengan teman yang lainnya itu salah. Jika ada pernyataan seperti ini kembali
lagi kepada orang tua yang mendidiknya, jika cara mendidik penuh perhatian yang tulus
dan biajaksana serta lingkungannya yang mendukung maka seorang anak akan tumbuh
dan berkembang menjadi anak yang memiliki karakter yang berintegritas kepada dirinya
dan keluarganya.
 Lingkungan sekolah
Orang tua memilih sekolah mana yang akan dijadikan tempat bagi anaknya untuk
menuntut ilmu. Sekolah sebagai institusi formal dimana anak akan menghabiskan

19
waktunya disekolah. Sekolah sebagai peranan penting dalam prestasi belajar anak. Hal-
hal yang mempengaruhi dalam lingkungan sekolah adalah guru, lokasi sekolah, kualitas
lulusan, fasilitas yang disediakan dan tata tertib sekolah. Dari pemilihan sekolah orang
tua harus memperhatikan kebutuhan anaknya dengan baik-baik, seorang anak jika
mendapatkan lingkungan yang baik maka akan dapat menjadi golongn yang baik. Di
dalam sekolah sangat rentan dengan pergaulan-pergaulan yang salah yang dapat
mengubah tingkah laku seorang anak di dalam keluarga. Maka dari itu oran tua harus
memperhatikan dan memberikan pilihan yang tepat bagi anak dalam memili pendidikan
yang baik untuk dirinya dan keluarganya. Lingkungan sekolah yang baik akan
berdampak kepada siswa menjadi baik.
 Lingkungan masyarakat
Didalam lingkungan masyarakat anak akan tumbuh dan berkembang. Hubungan
interaksi dengan lingkungannya seperti masyarakat, kebudayaan secara tidak langsung
mempengaruhi norma, kebiasaan, adat, pandangan dan perilaku yang pada akhirnya juga
mempengaruhi kebiasaan belajar yang dimiliki. Di dalam masyarakat anak akan
berhubungan dengan beberapa orang yang memiliki latar belakang yang berbeda. Tugas
dari orang tua harus selalu mengawasi perkembangan anak ketika berada di luar seperti
mengingatkan dan memberikan nasihat agar tidak bergaul dengan teman yang salah.
Orang tua juga harus membuat anaknya nyaman ketika bermain tanpa harus diawasi 24
jam, orang tua cukup mengontrol dengan bijak perkembangan anak ketika bermain dan
dampak yang terdapat di dalam lingkungan masyarakat. Orang tua harus menciptakan
rasa nyaman dan aman kepada anak agar anak merasa bahwa di dalam keluarganya
merupakan suatu pelindung bagi dirinya jia ada masalah yang menimpanya. Dengan hl
demikian, perkembangan sosial anak akan meningkat dan dapat belajar secara lebih luas
dari pengalam hidupnya ketika berada di lingkungan masyarakat.

20
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Keluarga merupakan kelompok kecil yang berada di dalam masyarakat yang terdiri
dari Ayah, Ibu dan Anak yang memiliki rasa kasih sayang, sepenanggungan serta sedarah
dengan menciptakan suatu harapan yang baik. Keluarga adalah sebagai tolak ukur bagi
anak untuk dapat berhasil dalam dunia pendidikan, seorang anak akan lebih sering
bertemu di dalam keluarga dan menjadikan keluarga sebagai wadahnya dalam menunjang
masa depannya.
Dalam mensukseskan pendidikan, keluarga berperan dalam memberikan
pendampingan dan memberikan pilihan kepada anaknya untuk masalah pendidikan yang
tepat sesuai dengan karakteristik dari anak. Di samping itu, penciptaan suasana yang
nyaman dan aman dari keluarga kepada anaknya akan memberikan motivasi keluarga
kepada anak dalam menempuh pendidikannya.
Dengan demikian perhatian keluarga sangat diperlukan dalam membentuk anak yang
memiliki perkembangan ilmu pengetahuan yang baik di sekolahnya. Karena dengan
perhatian kepada seorang anak akan merasa dirinya sebagai orang yang memiliki rasa
aman dan kasih sayang yang penuh tanggung jawab untuk dapat membahagiakan
keluarganya melalui keberhasilan prestasi dalam belajar.
Banyak kasus kegagalan siswa dalam belajar karena kurang adanya minat dan motivasi
dari dalam dirinya dan ditambah dengan tidak adanya dorongan dari keluarganya untuk
dapat mencapai keberhasilan dalam belajar.
B. Saran
Keluarga seharusnya memiliki rasa saling membantu antar anggota keluarga karena
dengan hal tersebut secara tidak langsung akan menciptakan suasana kekeluargaan yang
saling mengasihi dan membantu satu dengan yang lainnya. Dalam keadaan keluarga
menengah atas ataupun bawah, suatu keluarga harus dapat menciptakan keharmonisan
agar dalam struktur keluarga akan tercipta rasa saling memiliki. Terutama sebagai orang
tua harus melakukan perhatian yang lebih kepada anak-anaknya agar perkembangan anak
menjadi baik dan sesuai dengan yang diharapkan.

21
DAFTAR PUSTAKA

Buiyono. 2012. PengaruhPendidikan Keluarga terhadap Anak. Salatiga: IAIN Salatiga


Perss.
Gague, Robert. 2000. Prinsip-prinsip Pendidikan Untuk Pengajaran di Sekolah.
Surabaya: Usaha Nasional.
Gabiet, Diana. 2005. pengertian-pendidikan-menurut-para-ahli-2005. (Diakses di
Http://sarjanaku.com pada 08 Desember 2017 Pukul 19:34 Wib).
Setiono, Kusdwiratri. 2012. Psikologi Keluarga. Yogyakarta: Gudang Penerbit.
Slaneto. 1998. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Bina
Aksara.

22

Anda mungkin juga menyukai