Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 mengamanatkan kepada


pemerintah untuk mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional
yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalarn rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa. Sebagai perwujudan dari amanat tersebut, pemerintah
dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) telah membuat dan memberlakukan
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas)
untuk dijadikan acuan, pedoman dan dasar hukum penyelenggaraan pendidikan di
Indonesia.

Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-


Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai
agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman
(UU No.20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 2).

Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan


menengah (UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 17). Sekolah Dasar merupakan salah satu
lembaga pendidikan formal yang memegang peranan penting dan fundamental dalam
keseluruhan sistem pendidikan serta memberikan landasan bagi pembentukan kepribadian
peserta didik. Upaya-upaya perbaikan dan peningkatan mutu pendidikan secara
menyeluruh terus diupayakan pemerintah baik tenaga kependidikan, sarana prasarana,
disamping itu pembahasan kurikulum. Perbaikan kurikulum yaitu kurikulum 2004 menjadi
Kurikulum 2006 atau atau yang disebut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Peningkatan mutu pendidikan diarahkan untuk meningkatkankualitas manusia


Indonesia seutuhnya melalui olah hati, olah pikir, olah rasa dan olahraga agar memiliki
daya saing dalam menghadapi tantangan global. Peningkatan relevansi pendidikan
dimaksud untuk menghasilkan lulusan yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan berbasis
kompetensi sumber daya alam Indonesia. Peningkatan efisiensi manajemen pendidikan
dilakukan melalui penerapan manajemen berbasis sekolah dan pembaharuan pengelolaan
pendidikan secara terencana, terarah dan berkesinambungan.

1
Untuk mewujudkan hal tersebut maka peran serta guru sangatlah penting. Oleh karena
itu salah kemampuan yang harus dimiliki karena sebagai salah satu unsur pendidikan agar
mampu melaksanakan tugas profesionalnya adalah memahami peserta didik belajar dan
bagaimana mengorganisasikan proses pembelajaran yang mampu mengembangkan
kemampuan dan watak peserta didik, serta memahami bagaimana siswa belajar.

Belajar merupakan usaha memperoleh perubahan tingkah laku ini mengandung makna
bahwa ciri utama dari proses belajar adalah perubahan tingkah laku dalam diri individu.
Guru sebagai pendidik harus mampu dan berupaya menciptakan proses belajar mengajar
yang menggugah motivasi belajar siswa, sebagai motivator seorang guru senantiasa
memberikan dorongan dan semangat pada siswa, mengupayakan proses belajar yang
menarik yang merangsang motivasi belajar peserta. didik. Beberapa cara untuk
menumbuhkan motivasi adalah melalui cara mengajar yang bervariasi, memberikan
stimulate dengan cara memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada peserta didik
menggunakan media dan alat bantu yang menarik perhatian peserta didik seperti gambar
foto dan sebagainya. Secara umum peserta didik akan terangsang untuk belajar apabila ia
melihat bahwa situasi pengajaran cenderung memuaskan dirinya sesuai kebutuhannya.
(Ahmad Royani, dkk, 1991: 11 – 12).

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang harus
diajarkan di Sekolah Dasar. Berdasarkan Kurikulum 2006 salah satu kompetensi dasar
yang harus disampaikan kepada siswa di Kelas V adalah tentang mengenal keragaman
kenampakan alam dan pembagian waktu di Indonesia (Depdikbud, 2006). Tujuan dari
pembelajaran IPS di SD adalah sebagai berikut:

a. Membekali anak didik dengan pengetahuan sosial yang berguna dalam kehidupannya
kelak di masyarakat.
b. embekali anak didik dengan pengetahuan mengidentifikasi, menganalisis dan
menyusun alternative pemecahan masalah sosial yang tejadi dalam kehidupan di
masyarakat.
c. Membekali anak didik dengan kemampuan berkomunikasi dengan sesama warga
masyarakat dan berbagai bidang keilmuan serta bidang keahlian.
d. Membekali anak didik dengan kesadaran, sikap mental yang positip dan keterampilan
terhadap pemanfaatan lingkungan hidup yang menjadi bagian dari kehidupan tersebut.

2
e. Membekali anak didik dengan kemampuan mengembangkan pengetahuan dan
keilmuan IPS sesuai dengan perkembaagan kehidupan, masyarakat, ilmu pengetahuan
dan teknologi. (Ischak, dkk, 2003: 1.38).

Kompleksnya bahan kajian yang termasuk dalam lingkup pengetahuan sosial


dimana dalam tiap jenjang, jenis dan tingkatan sekolah memiliki karakteristik serta
kedalaman materi yang sangat beragaman ternyata telah menghantarkan pelajaran ini dari
pelajaran yang konon merupakan pelajaran yang mudah justru menjadi pelajaran yang
menyulitkan. Tetapi untuk memenuhi kebutuhan teresebut diperlukan langkah-langkah
yang tepat yang digunakan dalam proses belajar mengajar IPS. Pada kenyataannya
pembelajaran cenderung membosankan, hal ini disebabkan daya kreativitas guru yang
sangat kurang. Menggunakan metode dan pendekatan yang cenderung monoton
menyebabkan siswa tidak termotivasi dan tidak bergairah ketika dihadapkan dengan
pembelajaran IPS.

Penggunaan media yang sangat minim juga menyebabkan ketidakberhasilan dalam


pembelajaran IPS, sehingga pembelajaran IPS itu tidak menarik bagi siswa. Kecendrungan
guru menggunakan metode ceramah membuat siswa tidak terlihat antusias dalam
pembelajaran IPS. Keadaan ini ditandai dengan munculnya gejala siswa suka berbicara
dengan teman sebangkunya, sebagian lagi mengantuk saat guru menjelaskan, ada juga
yang lebih suka bermain-main.

Dalam pembelajaran IPS siswa merasa kesulitan memahami jenis materi tertentu yang
menyebabkan dalam pembelajaran kurang tercapainya suatu kompetensi dasar yang
seharusnya itu merupakan satu tujuan yang diinginkan oleh setiap pendidik. Bila
pembelajaran ilmu pengetahuan sosial (IPS) hanya didominasi dengan metode ceramah
maka mata pelajaran IPS dapat menjadi mata pelajaran yang membosankan bagi siswa,
karena mereka tidak secara langsung mengetahui dari apa yang didengarnya. Yang
menyebabkan antara siswa dan pendidik tidak terjadi interaksi yang aktif, bertukar
informasi, bicara dan mengemukakan pendapat.

Masih rendahnya motivasi siswa dalam pembelajaran dapat diketahui pada saat
pembelajaran berlangsung dengan melalui pengamatan yang meliputi aktifitas siswa
dalam pembelajaran, interaksi antara guru dan siswa, interaksi antar siswa dan sikap kritis,
ketelitian, keterbukaan serta ketekunan dalam proses pembelajaran. Kenyataan di
lapangan, dari gambaran awal pada siswa dalam proses pembelajaran mata pelajaran IPS

3
mempunyai motivasi yang rendah juga hasil belajar yang rendah pula Realitas empirik
(selama ini di tingkat persekolahan memperlihatkan, dalam proses pembelajaran IPS, guru
kurang optimal baik di dalam memanfaatkan maupun memberdayakan sumber
pembelajaran, karena dalam proses pembelajaran IPS cenderung masih berpusat pada guru
(teacher centered), textbook centered, dan monomedia. Maka tidak dapat dipersalahkan
apabila banyak siswa mengganggap proses pembelajaran IPS sebagai sesuatu yang
membosankan, monoton, kurang menyenangkan, terlalu banyak hafalan, kurang variatif,
dan berbagai keluhan lainnya padahal pendidikan IPS merupakan synthetic science.
Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan proses pembelajaran yang kondusif agar
siswa menggemari pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dan muaranya adalah siswa
menguasai kompetensi di bidang Ilmu Pengetahuan Sosial. Agar pembelajaran variatif dan
tidak monoton atau menjemukan, dipergunakan metode pembelajaran yang bervariasi,
baik teori maupun praktik sehingga sikap menggemari Ilmu Pengetahuan Sosial mudah
tertanam dalam diri siswa. Hal ini dapat terwujud apabila dilakukan usaha pembelajaran
yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM).
Sementara itu, seiring dengan pesatnya perkembangan media informasi dan
komunikasi, baik perangkat keras (hardware) maupun perangkat lunak (software), akan
membawa perubahan bergesernya peranan guru sebagai penyampai pesan/informasi. Ia
tidak bisa lagi berperan sebagai satu-satunya sumber informasi bagi kegiatan pembelajaran
para siswanya. Siswa dapat memperoleh informasi dari berbagai sumber terutama dari media
massa, apakah dari siaran televisi dan radio (media elektronik), surat kabar dan majalah (media
cetak), komputer pribadi, atau bahkan dari internet. Saat ini guru sudah mulai terbiasa
memakai laptop dan LCD sebagai alat bantu pembelajaran namun disayangkan alat ICT
tersebut masih dimanfaatkan secara tradisional, yaitu guru berdiri di depan kelas dan
menggunakan komputer sebagai alat presentasi semata dimana siswa sebagai subyek pemirsa
dan pendengar yang belum mendorong siswa terlibat aktif dalam pembelajaran. Pemanfaatan
internet sebagai sumber pembelajaran IPS mengkondisikan siswa untuk belajar secara mandiri.
Para siswa dapat mengakses secara online dari berbagai perpustakaan, museum, database, dan
mendapatkan sumber primer tentang berbagai peristiwa sejarah, biografi, rekaman, laporan,
data statistik, atau kutipan yang berkaitan dengan IPS.
Atas dasar hal tersebut dipandang perlu adanya suatu pemikiran mengenai bagaimana
memberikan pelajaran IPS sehingga menjadi lebih mudah diterima dan diingat oleh peserta
didik. Karena tidak mustahil bahwa dengan rendahnya nilai rata-rata mata pelajaran IPS
tersebut justru telah terjadi "kesalahan dalam memberikan layanan pembelajaran" atau

4
minimal telah terjadi kesalahan dalam mengemas materi pembelajaran IPS. Karena itulah
penulis mengadakan penelitian tindakan ini guna mencari solusi bagaimana meningkatkan
prestasi belajar IPS di sekolah ini. Berdasarkan hal-hal tersebut, peneliti tertarik untuk
mengkaji permasalahan tersebut, dengan judul: ”Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar
Mata Pelajaran IPS Materi Mengenal Keragaman Kenampakan Alam di Indonesia melalui
Media Internet “Google Eart” dengan Model Pembelajaran Two Stay to Stray pada Siswa
Kelas V SDN 1 Bodelor Kecamatan Plumbon Kabupaten Cirebon”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah peningkatan motivasi siswa kelas V SDN 1 Bodelor dalam


pembelajaran IPS materi mengenal keragaman kenampakan alam dengan
menggunakan media internet “Google Eart”?
2. Bagaimanakah peningkatan aktivitas siswa kelas V SDN 1 Bodelor dengan
menggunakan model pembelajaran Two Stay Two Stray?
3. Bagaimanakah hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS materi mengidentikasi
kenampakan alam di Indonesia dengan menggunakan media internet ”Google Eart”
dengan model pembelajaran Two Stay Two Stray?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian dan penulisan yang ingin dicapai oleh penulis adalah sebagai berikut :
Ingin memperoleh gambaran secara jelas tentang efektifitas penggunaan media internet
“Google Eart” untuk peningkatan motivasi siswa dalam pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
kelas V SDN 1 Bodelor tahun pelajaran 2016/2017 pada materi mengenal keragaman
kenampakan alam di Indonesia ". Sedangkan tujuan khusus dalam penelitian ini ialah :

1. Meningkatkan motivasi belajar siswa kelas V SDN 1 Bodelor pada pelajaran IPS materi
mengenal keragaman kenampakan alamdi Indonesia melalui penggunaan media
Internet “Google Earth” dengan menggunakan model pembelajaran Two Stay Two
Stary.
2. Meningkatkan aktivitas siswa kelas V SDN 1 Bodelor dalam pembelajaran dengan
model pembelajaran “Two Stay Two Stray”.
3. Meningkatkan hasil belajar yang lebih bermakna baik aspek kognitif, afektif dan
psikomotorik siswa siswa kelas V SDN 1 Bodelor pada mata pelajaran IPS materi pada

5
pelajaran IPS materi mengenal keragaman kenampakan alam di Indonesia melalui
pemanfaatan Media internet “Google Earth” dengan menggunakan model pembelajaran
Two Stay Two Stary.

D. Manfaat Penelitian
Dengan diadakannya penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat
sebagai berikut:
1. Bagi siswa
Memberikan suasana pembelajaran yang menarik, menyenangkan dan mendapat
pengalaman langsung, dengan menggunakan metode ini, siswa aktif dalam mendalami
konsep.
2. Bagi guru
Memberikan alternatif-alternatif pendekatan pembelajaran dan menggunakan metode
yang variatif dan inovatif sehingga pembelajaran di kelas tidak monoton, mengetahui
model pembelajaran yang bervariasi untuk memperbaiki dan meningkatkan
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, diperolehnya model pembelajaran IPS yang
tepat untuk materi kenampakan alam di Indonesia serta diperolehnya media
pembelajaran yang cocok untuk pembelajaran IPS materi mengenal keragaman
kenampakan alam di Indonesia.
3. Bagi sekolah
Diharapkan adanya peningkatan mutu sekolah tersebut yang ditandai dengan adanya
peningkatan prestasi belajar pengetahuan sosial kelas V, tumbuhnya motivasi guru
dalam mengembangkan proses pembelajaran yang bermutu serta tumbuhnya iklim
pembelajaran siswa yang Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) di
sekolah.

6
B A B II
KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Prestasi Belajar


Ada beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para para ahli terkait dengan belajar.
Pendapat masing-masing ahli satu sama lain memiliki kekhasan dan corak yang berbeda,
hal ini semata-mata hanya disebabkan karena adanya sudut pandang mereka yang berbeda.
Di bawah ini akan penulis kemukakan pendapat beberapa ahli yang dikutip dari Dewa
Ketut Sukardi antara lain :
 Edward L. Walker: "Belajar adalah perubahan perbuatan sebagai akibat dari
pengalaman".
 T. Raka Joni "Belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman,
kecuali perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh proses menjadi matangnya
seseorang atau perubahan instintif atau yang bersifat temporer.....".
 Cronbach "Learning is show by a change in behavior as result of experience" belajar
itu ditunjukkan oleh adanya perubahan tingkah laku, perbuatan sebagai hasil dari
pengalaman.
 HC. Witherington, Lee J Croonbach dan Bapemsi: "Bahwa perbuatan belajar
mengandung semacam perubahan dalam diri seseorang yang melakukan perbuatan
belajar itu. Perubahan itu dapat dinyatakan sebagai kecakapan, suatu kebiasaan
sikap, suatu pengertian sebagai pengetahuan dan apresiasi”.
Dari beberapa pengertian belajar sebagaimana tersebut maka penulis dapat menarik
kesamaan yang ada dari tiap pengertian belajar yakni sebagai suatu proses perubahan
tingkah laku melalui jalur pendidikan atau latihan. Perubahan itu ditandai dari suatu yang
tidak diketahui, tidak dikenal menjadi diketahui dan dikenal serta dikuasai bahkan dimiliki.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa :
a. Tidak dikatakan telah belajar apabila tidak ada perubahan tingkah laku.
b. Perubahan tersebut didapatkan karena adanya kecakapan baru.
c. Perubahan itu terjadi karena kesengajaan
Sedangkan kata prestasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1998:700) prestasi
diartikan sebagai hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan dan
sebagainya). Dari defmisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa prestasi belajar
pengetahuan sosial adalah kemampuan murid atau siswa dalam menyerap materi pelajaran

7
yang lazimnya ditunjukkan dengan nilai test atau angka nilai yang diberikan oleh guru
setelah mereka mengikuti pembelajaran.
B. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Sebagaimana diketahui dan sering dikemukakan oleh beberapa ahli bahwa banyak hal
yang mempengaruhi prestasi belajar siswa, yang pada dasarnya dapat diklasifikasikan menjadi
dua bagian yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Dalam penelitian ini sengaja tidak dibahas
faktor intern tetapi lebih menekankan pada faktor ekstern yakni yang berasal dari guru itu
sendiri. Adapun faktor ekstern yang berasal dari guru itu antara lain :
1. Penguasaan materi oleh guru
Guru yang menguasai materi pelajaran dengan baik tentu akan dapat menyampaikan
pelajaran dengan baik pula. Sebaliknya bagaimana guru dapat menyampaikan materi
pelajaran dengan baik jika guru itu sendiri kurang bahkan tidak menguasai materi pelajaran.
Oleh karena itulah maka pembuatan rencana pembelajaran dalam hal ini mutlak betapa
penting artinya. Disamping sebagai pengendalian intern juga sekaligus membuat guru untuk
mampu merencanakan pembelajaran dengan baik sehingga dalam pelaksanaannya dapat
mencapai tujuan sebagaimana yang telah ditentukan. Guru yang menguasai materi dengan
baik akan mudah melakukan evaluasi baik dalam proses pembelajaran, setelah pembelajaran
atau bahkan pada saat diluar jam pelajaran. Sebaliknya guru yang tidak mengasai materi
bagaimana dapat melakukan itu semua, tentu sangat mustahil.
2. Penggunaan Metode Mengajar
Disamping penguasaan materi oleh guru, penggunaan metode mengajar yang tepat juga
sangat penting artinya bagi keberlangsungan dan keberhasilan proses pembelajaran. Dengan
metode pembelajaran yang tepat sekaligus yang banyak menuntut keterlibatan siswa secara
akif, maka akan meningkatkan peran serta dan perhatian siswa terhadap materi
pembelajaran.
3. Penggunaan alat pelajaran
Penggunaan alat pelajaran/ alat peraga merupakan hal yang sangat penting dalam proses
pembelajaran. Dengan menggunakan alat peraga pembelajaran akan semakin menarik
sekaligus akan mengurangi verbalisme bagi siswa. Namun demikian hal yang demikian ini
agaknya kini telah banyak dilupakan oleh guru, walaupun sebenarnya mereka mengetahui
peran dan pentingnya alat peraga.

8
C. Mata Pelajaran IPS
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai
dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta,
konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran
IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS,
peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan
bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai. Di masa yang akan datang peserta
didik akan menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu
mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu mata pelajaran IPS dirancang untuk
mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial
masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis.
Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses
pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan
pendekatan tersebut diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas
dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan. Mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta
didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan
lingkungannya
2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri,
memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial
3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan
4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam
masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.
Ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
1. Manusia, Tempat, dan Lingkungan
2. Waktu, Keberlanjutan, dan Perubahan
3. Sistem Sosial dan Budaya
4. Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan.

9
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Seiring dengan tujuan pembelajaran IPS di atas yaitu dalam hal Memiliki kemampuan
dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan
keterampilan dalam kehidupan sosial maka seyogyanya pembelajaran IPS tidak hanya
menekankan pada aspek kognitif tingkat rendah semata yang hanya bersifat hafalan berupa
apa, siapa dan kapan tetapi lebih dari pada itu bagaimana guru mampu membawa siswa untuk
dapat berpikir secara lebih tinggi yaitu siswa dapat menjadikan informasi sebagai sebuah
aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi dengan menngunakan pertanyaan bagaimana,
simpulkanlah, dan lain-lain. Pada kenyataannya banyak siswa cenderung merasa kesulitan
apabila dihadapkan pada pertanyaan yang mengarah pada kemampuan berpikir tingkat tinggi
tersebut. Maka perlu dicari sebuah alternatif pembelajaran yang dapat merangsang siswa untuk
berpikir tingkat tinggi tersebut.

D. Motivasi Belajar
Motivasi dan Belajar, sangat erat kaitannya seperti sisi mata uang logam, sisi pertama
(motivasi) dan sisi lain (belajar) dinyatakan sebagai dua hal yang tidak dapat dipisahkan.
Menurut Burton (1962:44) belajar adalah mengobservasi, mendengar, membaca, meniru,
mencoba berbuat sesuatu dan meniru perintah. Proses belajar terjadi dari pengalaman yang
menunjukkan ada perubahan atau modifikasi dalam pola penyesuaian diri. Perubahan ini

10
merupakan interaksi antara dirinya dengan lingkungan sehingga kebutuhannya dapat terpenuhi
dan individu tersebut dapat dengan mudah menyesuaikan diri.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan
perilaku yang diperoleh sebagai akibat dari latihan dan pengalaman atau adaptasi individu
dengan lingkungan Motivasi berpangkal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai daya
penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi
tercapainya suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern
(kesiapsiagaan). Berdasarkan pengertian motivasi dan belajar di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa motivasi belajar suatu konsep yang menggambarkan tentang kekuatan-kekuatan yang
menggerakkan organisme, atau kekuatan-kekuatan di dalam organisme untuk membangkitkan,
mengarahkan dan mempertahankan perilaku belajar. Tinggi rendahnya motivasi belajar
individu dapat dilihat dari intensitas dan arah serta keajegan kegiatan belajar yang
dilakukannya. Semakin tinggi keseriusan, semakin terarah serta semakin ajeg kegiatan belajar
yang dilakukannya, maka semakin tinggi pula motivasinya untuk belajar. Dari uraian di atas
dapat dilihat bahwa konsep motivasi belajar mempunyai tiga aspek, yaitu :
1. Adanya keinginan atau inisiatif untuk belajar.
Inisiatif ini merupakan energi atau kekuatan dalam diri individu. Energi adalah salah
satu yang mendasar pada motivasi belajar. Aspek energi dari motivasi menunjukkan
kesungguhan atau keseriusan individu dalam berperilaku. Kekuatan yang bersifat
internal dalam diri individu inilah yang berfungsi mendorong individu sehingga
memilih keinginan untuk belajar. Semakin tinggi kekuatannya untuk belajar, semakin
kuat pula keinginannya untuk belajar.
2. Adanya arah dalam belajar yang meliputi keterlibatan dalam mengerjakan tugas sebagai
wujud interaksi antara kekuatan internal individu dengan situasi dari luar.
Individu yang mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar ditandai
dengan keterlibatan dan kesungguhan untuk belajar. Hal ini senada dengan pendapat
Elliot, dkk (1999:27) bahwa fungsi motivasi adalah mempertahankan, mengarahkan
dan mengintegrasikan dengan perilaku tertentu, sehingga akan kelihatan pada tingkat
intensitas perilaku individu yang bersangkutan dalam melaksanakan suatu kegiatan.
3. Adanya konsistensi atau keajegan.
Perilaku timbul karena adanya keyakinan individu terhadap perilaku tersebut,
sehingga individu sulit untuk meninggalkan perilaku yang telah dipilih (Baron, dkk,
1999:51). Pilihan terhadap perilaku belajar akan menjadi ajeg atau bertahan setelah
adanya komitmen atau keyakinan yang kuat terhadap nilai dan arah positip perilaku

11
belajar. Individu yang memiliki komitmen atau keyakinan yang kuat pada dasarnya
sangat sulit dipengaruhi untuk beralih ke perilaku lain yang bertentangan dengan
perilaku yang diyakini.

Berdasarkan tiga aspek motivasi belajar tersebut, maka dalam melaksanakan proses
pembelajaran di kelas, seorang guru perlu memahami dan mengembangkannya agar
siswa memiliki keinginan dan inisiatif dalam belajar, guru mampu memberikan arah
yang jelas bagi siswa apa yang harus atau dapat dipenuhi (kebutuhan siswa) dalam
proses pembelajaran tersebut, dan memberikan arahan atau pemahaman bahwa perilaku
yang konsisten dalam belajar dapat memberikan hasil yang positif. Adapun menurut
Mc. Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai
dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.

Dari pengertian yang dikemukakan oleh Mc. Donald ini mengandung tiga
elemen/ciri pokok dalam motivasi itu, yakni motivasi itu mengawalinya terjadinya
perubahan energi, ditandai dengan adanya feeling, dan dirangsang karena adanya
tujuan. Namun pada intinya bahwa motivasi merupakan kondisi psikologis yang
mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Dalam kegiatan belajar, motivasi
dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang
menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar,
sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai. Dalam kegiatan belajar, motivasi sangat
diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan
mungkin melakukan aktivitas belajar. Motivasi ada dua, yaitu motivasi intrinsik dan
motivasi ektrinsik.

 Motivasi Intrinsik, Jenis motivasi ini timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa
ada paksaan dorongan orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri.
 Motivasi Ekstrinsik, Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar
individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain
sehingga dengan keadaan demikian siswa mau melakukan sesuatu atau belajar.

Bagi siswa yang selalu memperhatikan materi pelajaran yang diberikan, bukanlah
masalah bagi guru. Karena di dalam diri siswa tersebut ada motivasi, yaitu motivasi
intrinsik. Siswa yang demikian biasanya dengan kesadaran sendiri memperhatikan
penjelasan guru. Rasa ingin tahunya lebih banyak terhadap materi pelajaran yang
diberikan. Berbagai gangguan yang ada disekitarnya, kurang dapat mempengaruhinya

12
agar memecahkan perhatiannya. Lain halnya bagi siswa yang tidak ada motivasi di
dalam dirinya, maka motivasi ekstrinsik yang merupakan dorongan dari luar dirinya
mutlak diperlukan. Di sini tugas guru adalah membangkitkan motivasi peserta didik
sehingga ia mau melakukan belajar. Dalam Sardiman (2001:81), disebutkan bahwa
motivasi yang ada pada diri siswa, memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

a. Tekun menghadapi tugas


b. Ulet menghadapi kesulitan
c. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah
d. Lebih senang bekerja mandiri
e. Cepat bosan pada tugas-tugas rutin
f. Dapat mempertahankan pendapatnya
g. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakininya
h. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal

Unsur-unsur yang mempengaruhi motivasi belajar adalah:


a. Cita-cita atau aspirasi siswa

Motivasi belajar tampak pada keinginan anak sejak kecil. Keberhasilan mencapai
keinginan tersebut menumbuhkan kemauan bergiat, bahkan dikemudian hari cita-cita
dalam kehidupan. Dari segi emansipasi kemandirian, keinginan yang terpuaskan dapat
memperbesar kemauan dan semangat belajar. Dari segi pembelajaran, penguatan
dengan hadiah atau juga hukuman akan dapat mengubah keinginan menjadi kemauan,
dan kemudian kemauan menjadi cita-cita.

b. Kemampuan siswa

Keinginan seorang anak perlu dibarengi dengan kemampuan atau kecakapan


mencapainya. Kemampuan akan memperkuat motivasi anak untuk melaksanakan
tugas-tugas perkembangan.

c. Kondisi siswa

Kondisi siswa yang meliputi kondisi jasmani dan rohani sangat mempengaruhi
motivasi belajar. Kondisi lingkungan siswa Lingkungan siswa berupa keadaan alam,
lingkungan tempat tinggal, pergaulan sebaya, kehidupan kemasyarakatan. Dengan
kondisi lingkungan tersebut yang aman, tentram, tertib dan indah maka semangat dan
motivasi belajar mudah diperkuat.

13
d. Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran.

Siswa memiliki perasaan, perhatian, kemauan, ingatan, pikiran yang mengalami


perubahan berkat pengalaman hidup. Pengalaman dengan teman sebayanya
berpengaruh pada motivasi dan perilaku belajar.

e. Upaya guru dalam membelajarkan siswa.

Guru adalah seorang pendidik profesional. Ia bergaul setiap hari dengan puluhan
atau ratusan siswa. Sebagai pendidik, guru dapat memilih dan memilah yang baik.
Partisipasi dan teladan memilih perilaku yang baik tersebut sudah merupakan upaya
membelajarkan dan memotivasi siswa. Ada beberapa strategi yang bisa digunakan oleh
guru untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa, sebagai berikut :

1. Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik

Pada permulaan belajar mengajar seharusnya terlebih dahulu seorang guru


menjelaskan mengenai tujuan pembelajaran yang akan dicapainya kepada siswa. Makin
jelas tujuan maka makin besar pula motivasi dalam belajar.

2. Hadiah

Berikan hadiah untuk siswa yang berprestasi. Hal ini akan memacu semangat
mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi. Di samping itu, siswa yang belum berprestasi
akan termotivasi untuk bisa mengejar siswa yang berprestasi.

3. Saingan/ kompetisi

Guru berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya untuk meningkatkan


prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai
sebelumnya.

4. Pujian

Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan penghargaan atau


pujian. Tentunya pujian yang bersifat membangun.

5. Hukuman

Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses belajar
mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau merubah
diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya.
14
E. Pembelajaran Multimedia interaktif
Pengetahuan dan keterampilan, perubahan sikap dan perilaku dapat terjadi karena
interaksi antara pengalaman baru dengan pengalaman yang pernah dialami sebelumnya.
Menurut Bruner dalam Arsyad (2005) ada tiga tingkatan utama modus belajar, yaitu
pengalaman langsung (enactive), pengalaman piktorial/gambar (iconic), dan pengalaman
abstrak (symbolic). Salah satu gambaran yang paling banyak dijadikan acuan sebagai
landasan teori penggunaan media dalam proses belajar mengajar adalah Dale’s Cone of
Experience (Kerucut Pengalaman Dale) (Dale, 1969).

Pengaruh media dalam pembelajaran dapat dilihat dari jenjang pengalaman belajar
yang akan diterima oleh siswa. Hasil belajar seseorang diperoleh mulai dari pengalaman
langsung (konkret), kenyataan yang ada di lingkungan kehidupan seseorang kemudian
melalui benda tiruan, sampai pada lambang verbal (abstrak).

Secara etimologis multimedia berasal dari kata multi (Bahasa Latin, nouns) yang berarti
banyak, bermacam-macam, dan medium (Bahasa Latin) yang berarti sesuatu yang dipakai
untuk menyampaikan atau membawa sesuatu. Kata medium dalam American Heritage
Electronic Dictionary (1991) juga diartikan sebagai alat untuk mendistribusikan dan
mempresentasikan informasi (Rachmat dan Alphone, 2005/2006).

Beberapa definisi multimedia menurut beberapa ahli (dalam Rachmat dan Alphone,
2005/2006; Wahono, 2007; dan Zeembry, 2008) diantaranya:

1. Kombinasi dari paling sedikit dua media input atau output. Media ini dapat berupa
audio (suara, musik), animasi, video, teks, grafik dan gambar (Turban dan kawan-
kawan, 2002)
2. Alat yang dapat menciptakan presentasi yang dinamis dan interaktif yang
mengkombinasikan teks, grafik, animasi, audio dan video (Robin dan Linda, 2001)
3. Multimedia dalam konteks komputer menurut Hofstetter 2001 adalah: pemanfaatan
komputer untuk membuat dan menggabungkan teks, grafik, audio, video, dengan
menggunakan tool yang memungkinkan pemakai berinteraksi, berkreasi, dan
berkomunikasi.
4. Multimedia sebagai perpaduan antara teks teks, grafik, sound, animasi, dan video
untuk menyampaikan pesan kepada publik (Wahono, 2007)

15
5. Multimedia merupakan kombinasi dari data text, audio, gambar, animasi, video,
dan interaksi (Zeemry, 2008)
6. Multimedia (sebagai kata sifat) adalah media elektronik untuk menyimpan dan
menampilkan data-data multimedia (Zeemry, 2008)

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa multimedia


merupakan perpaduan antara berbagai media (format file) yang berupa teks, gambar
(vektor atau bitmap), grafik, sound, animasi, video, interaksi, dll. yang telah dikemas
menjadi file digital (komputerisasi), digunakan untuk menyampaikan pesan kepada publik.
Pemanfaatan multimedia sangatlah banyak diantaranya untuk: media pembelajaran, game,
film, medis, militer, bisnis, desain, arsitektur, olahraga, hobi, iklan/promosi, dll. (Wahono,
2007).

Pengertian interaktif terkait dengan komunikasi 2 arah atau lebih dari komponen-
komponen komunikasi. Komponen komunikasi dalam multimedia interaktif (berbasis
komputer) adalah hubungan antara manusia (sebagai user/pengguna produk) dan komputer
(software/aplikasi/produk dalam format file tertentu, biasanya dalam bentuk CD). Dengan
demikian produk/CD/aplikasi yang diharapkan memiliki hubungan 2 arah/timbal balik
antara software/aplikasi dengan usernya (Harto, 2008: 3). Interaktifitas dalam multimedia
oleh Zeemry (2008: slide ke-36) diberikan batasan sebagai berikut: (1) pengguna (user)
dilibatkan untuk berinteraksi dengan program aplikasi; (2) aplikasi informasi interaktif
bertujuan agar pengguna bisa mendapatkan hanya informasi yang diinginkan saja tanpa
harus “melahap” semuanya.

Berdasarkan 2 pengertian tersebut (multimedia dan interaktif) maka dapat disimpulkan


bahwa multimedia interaktif adalah suatu tampilan multimedia yang dirancang oleh
desainer agar tampilannya memenuhi fungsi menginformasikan pesan dan memiliki
interaktifitas kepada penggunanya (user).

F. Google Eart
Awalnya dikenal sebagai Earth Viewer, Google Earth dikembangkan oleh Keyhole, Inc.,
sebuah perusahaan yang diambil alih oleh Google pada tahun 2004. Produk ini, kemudian
diganti namanya menjadi Google Earth tahun 2005, dan sekarang tersedia untuk komputer
pribadi yang menjalankan Microsoft Windows 2000, XP, atau Vista, Mac OS X 10.3.9 dan ke
atas, Linux (diluncurkan tanggal 12 Juni 2006) dan FreeBSD. Dengan tambahan untuk
peluncuran sebuah klien berbasis update Keyhole, Google juga menambah pemetaan dari basis

16
datanya ke perangkat lunak pemetaan berbasis web. Peluncuran Google Earth menyebabkan
sebuah peningkatan lebih pada cakupan media mengenai globe virtual antara tahun 2005 dan
2006,menarik perhatian publik mengenai teknologi dan aplikasi geospasial.

Global virtual ini memperlihatkan rumah, warna mobil, dan bahkan bayangan orang dan
rambu jalan. Resolusi yang tersedia tergantung pada tempat yang dituju, tetapi kebanyakan
daerah (kecuali beberapa pulau) dicakup dalam resolusi 15 meter. Las Vegas, Nevada dan
Cambridge, Massachusetts memiliki resolusi tertinggi, pada ketinggian 15 cm (6 inci). Google
Earth membolehkan pengguna mencari alamat (untuk beberapa negara), memasukkan
koordinat, atau menggunakan mouse untuk mencari lokasi.

Google Earth juga memiliki data model elevasi digital (DEM) yang dikumpulkan oleh Misi
Topografi Radar Ulang Alik NASA. Ini bermaksud agar kita dapat melihat Grand Canyon atau
Gunung Everest dalam tiga dimensi, daripada 2D di situs/program peta lainnya. Sejak
November 2006, pemandangan 3D pada pegunungan, termasuk Gunung Everest, telah
digunakan dengan penggunaan data DEM untuk memenuhi gerbang di cakupan SRTM.

Banyak orang yang menggunakan aplikasi ini menambah datanya sendiri dan menjadikan
mereka tersedia melalui sumber yang berbeda, seperti BBS atau blog. Google Earth mampu
menunjukkan semua gambar permukaan Bumi. dan juga merupakan sebuah klien Web Map
Service. Google Earth mendukung pengelolaan data Geospasial tiga dimensi melalui Keyhole
Markup Language (KML).

Google Earth memiliki kemampuan untuk memperlihatkan bangunan dan struktur (seperti
jembatan) 3D, yang meliputi buatan pengguna yang menggunakan SketchUp, sebuah program
pemodelan 3D. Google Earth versi lama (sebelum Versi 4), bangunan 3d terbatas pada
beberapa kota, dan memiliki pemunculan yang buruk tanpa tekstur apapun. Banyak bangunan
dan struktur di seluruh dunia memiliki detil 3D-nya; termasuk (tetapi tidak terbatas kepada) di
negara Amerika Serikat, Britania Raya, Irlandia, India, Jepang, Jerman, Kanada, Pakistan dan
kota Amsterdam dan Alexandria. Bulan Agustus 2007, Hamburg menjadi kota pertama yang
seluruhnya ditampilkan dalam bentuk 3D, termasuk tekstur seperti facade. Pemunculan tiga
dimensi itu tersedia untuk beberapa bangunan dan struktur di seluruh dunia melalui Gudang
3D Google dan situs web lainnya.

17
G. Cara menggunakan Google Eart
Cara menggunakan google earth sangat mudah, disamping icon-icon dalam google earth
yang sangat praktis google earth juga mempunyai recorder yang dapat menyimpan hasil video
dalam bentuk file KMZ & KML.

1. Cara menggunakan Koordinat :

Untuk mencari suatu lokasi yang sulit ditemukan atau sudah di tentukan tetapi dalam bentuk
koordinat misalnya 6°19'36.64"S 106°42'26.05"E ← cara memasukan kode tersebut hanya
memindahkan kode tersebut ke dalam kolom Fly To dimenu sebelah kiri atas, kemudian tekan
enter. Contoh Gambar Hasil:

2. Cara Menggunakan Rulers:


Menu ini digunakan untuk mengukur jarak lokasi 1 ke lokasi ke 2, dengan menentukan
poin di letak lokasi pertama ke lokasi ke dua. Caranya pilih menu Ruler di menu sebelah atas.
Contoh Gambar :

18
Kemudian tentukan lokasi 1 dengan mengklik mouse dari lokasi 1 ke lokasi kedua. Hasil
gambar :

3. Cara menggunakan Google mars, moon atau Google Sky :


Menggunakan menu ini untuk memilih penggantian viewer dari earth ke mars, bulan,
atau penjelajahan angkasa menu tersebut terletak di toolbar sebelah atas.

Dalam menu google Sky kita dapat menjelajah gambar di ruang angkasa, contoh
gambar yang saya ambil dari google Sky:
Galaxy

19
Jupiter

Matahari

4. Menggunakan Lapisan Fitur


Layer di Google Earth menyediakan berbagai titik data lokasi geografis yang dapat
dipilih untuk ditampilkan pada area tampilan Anda. Data ini mencakup tempat tujuan
dan data peta, jalan, dataran, bahkan bangunan. Daftar lengkap layer tersedia pada panel
Layer:

20
Catatan: Pada bidang Tampilan, kita dapat menampilkan semua layer yang tersedia
(Semua Layer), layer penting (Utama) atau hanya yang sedang ditampilkan (Sedang
diaktifkan).
Kita dapat menggunakan fitur data layer di Google Earth untuk:
 Menampilkan dan menyimpan tempat tujuan
 Menampilkan fitur peta seperti perbatasan, jalan, dan dataran
 Menampilkan Bangunan 3D
Tips: Kita dapat menampilkan atau menyembunyikan negara, negara bagian,
maupun provinsi dengan mencentang atau menghapus centang pada Perbatasan di
panel Layer.
H. Model Pembelajaran Two Stay Two Stray
Model pembelajaran Two Stay Two Stray (Dua Tinggal Dua Tamu) merupakan model
pembelajaran yang memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan
informasi dengan kelompok lainnya. Hal ini dilakukan dengan cara saling
mengunjungi/bertamu antar kelompok untuk berbagi informasi. Langkah-langkah
pembelajarannya sebagai berikut :
1. Siswa bekerja sama dalam kelompok yang berjumlah 4 (empat) orang.
2. Setelah selesai, dua orang dari masing-masing menjadi tamu kedua kelompok yang
lain.
3. Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan
informasi ke tamu mereka.
4. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan
mereka dari kelompok lain.
5. Kelompok mencocokkan dan membahas hasil kerja mereka.
6. Kesimpulan.

21
B A B III
PELAKSANAAN PERBAIKAN

A. Setting Penelitian
Penelitian ini adalah tindakan yang dilakukan oleh guru dalam upaya untuk meningkatkan
hasil belajar IPS khususnya pada materi tentang keragaman kenampakan alam di Indonesia
pada siswa kelas V SDN 1 Bodelor tahun pelajaran 2016/2017. Kondisi siswa yang heterogen
baik dari latar belakang sosial, ekonomi serta kemampuan awal menyebabkan tingkat
kecepatan dan ketepatan serta kemampuan dalam pemahaman suatu materi pelajaran terjadi
keragaman, khususnya dalam pelajaran IPS materi mengenal keragaman kenampakan alam di
Indonesia. Oleh karena itu diperlukan suatu media serta model yang tepat untuk tercapainya
tujuan pembelajaran.
B. Subjek Penelitian
Siswa kelas V SDN 1 Bodelor I Kecamatan Plumbon Kabupaten Cirebon tahun pelajaran
2016/2017 terdiri dari 15 anak laki-laki dan 9 anak perempuan.
C. Variabel Penelitian
Pada penelitian ini yang menjadi difokuskan pada peningkatan motivasi siswa dalam
pembelajaran mengenal keragaman kenampakan alam di Indonesia dengan menggunakan
media internet “Google Eart” dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran melalui model
pembelajaran “Two Stay-Two Stray”.
Adapun variabel tersebut berupa :
1. Variabel input yang terkait dengan siswa, guru, bahan pelajaran, sumber belajar,
prosedur evaluasi, lingkungan belajar, dan sebagainya
2. Variabel proses pelaksanaan KBM seperti interaksi belajar-mengajar, keterampilan
bertanya guru, gaya mengajar guru, cara belajar siswa, implementasi berbagai metode
mengajar di kelas, dan sebagainya
3. Varaibel output seperti rasa keingintahuan siswa, kemampuan siswa mengaplikasikan
pengetahuan, motivasi siswa, hasil belajar siswa.
D. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan berbagai metode pengumpulan data
antara lain :
1. Test, metode ini dipergunakan untuk memperoleh gambaran prestasi belajar Ilmu
Pengetahuan Sosial materi keragaman kenampakan alam pada siswa kelas V SDN 1
Bodelor Kecamatan Plumbon Kabupaten Cirebon tahun pelajaran 2016/2017.

22
2. Observasi, metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data tentang motivasi siswa
dalam mengikuti pembelajaran pengetahuan sosial siswa kelas V SDN 1 Bodelor
Kecamatan Plumbon Kabupaten Cirebon materi pokok "Keragaman Kenampakan
Alam".
3. Dokumentasi, metode ini digunakan untuk mengumpulkan data siswa.
E. Indikator Kerja
Tolak ukur keberhasilan tindakan perbaikan ditetapkan secara eksplisit sehingga
memudahkan verifikasi untuk tindak perbaikan, maka perlu disusun suatu instrumen. Adapaun
indikator kerja dalam peneltian ini sebagai berikut :
1. Variabel input yang dijadikan fokus penelitian meliputi guru, bahan pelajaran, sumber
belajar, prosedur evaluasi, lingkungan belajar.
2. Variabel proses pelaksanaan KBM difokus pada pengamatan interaksi belajar-mengajar,
keterampilan bertanya guru, gaya mengajar guru, cara belajar siswa, implementasi
berbagai metode mengajar di kelas.
3. Untuk varibel output yang dijadikan fokus dan target penelitian ialah motivasi siswa yang
meliputi : aktivitas siswa, sikap kritis siswa, kemampuan siswa dalam mengaplikasikan
pengetahuan, ketelitian dan prestasi siswa dalam menguasai materi pelajaran.
Instrumen untuk mengukur keberhasilan tindakan yang terkait dengan Variabel input yang
meliputi guru, bahan pelajaran, sumber belajar, prosedur evaluasi, lingkungan belajar dan
variabel proses pelaksanaan KBM difokus pada pengamatan tentang interaksi belajar-
mengajar, keterampilan bertanya guru, gaya mengajar guru, cara belajar siswa, implementasi
berbagai metode mengajar di kelas sehingga diperlukan kolabarasi dengan teman sejawat untuk
membantu dalam pengamatan penelitian agar data yang digunakan untuk acuan dalam
perbaikan pembelajaran banar-benar valid. Adapun instrumen untuk variabel ini disusun
sebagai berikut :

23
Tabel. 3.1 Instrumen Observasi Guru saat Kegiatan Belajar mengajar
ASPEK YANG KEMUNCULAN KRITIK/SARAN
NO
DIOBSERVASI Ya Tidak
I PERSIAPAN
II PELAKSANAAN
a. Kegiatan awal
1. Motivasi siswa
2. Menyampaikan
tujuan
3. Apersepsi
b. Kegiatan inti
1. Menjelaskan materi
yang akan
disampaikan
2. Memberi
kesempatan siswa
bertanya
3. Mengorganisasi
siswa
4. Mengamati kerja
siswa
5. Membimbing siswa
6. Membahas hasil
kerja siswa
7. Menggunakan
media
c. Kegiatan akhir
1. Melaksanakan
post tes
2. Mengadakan
tindak lanjut
III SUASANA KELAS
1. Siswa aktif
2. Guru aktif
3. Kondusif
Sedangkan instrumen untuk mengukur keberhasilan tindakan yang terkait dengan Variabel
output yang meliputi aktivitas siswa, sikap kritis siswa, kemampuan siswa dalam
mengaplikasikan pengetahuan, ketelitian dan prestasi siswa dalam menguasai materi pelajaran,
karena terkait dengan pengolahan data yang menggunakan data kwalitatif maka instrumen
dibuat dengan menggunakan skor untuk mengukuantitatifkan data sehingga mudah dalam
pengolahan datanya. Adapun aspek yang dinilai dalam instrumen untuk variabel ini meliputi
inisiatif, keterlibatan dalam pembelajaran, komitmen, konsistensi, dan ketekunan. Masing-
masing untuk aspek diber skor dengan rentang 0-20. Adapun instrumen untuk variabel ini
disusun sebagai berikut :

24
Tabel. 3.2 Instrumen Observasi Motivasi Siswa

ASPEK YANG DI NILAI


KETERLIBA NIL
INISI TAN DALAM KOMITM KONSISTE TEKU AI
NO NAMA
ATIF PEMBELAJA EN NSI N AK
RAN HIR
0-20 0-20 0-20 0-20 0-20
1 Dewi Safitri
Jihan Budi
2
Sumanto
Lili Nur
3
Indah
Mochamad
Edi
4
Septiawan

Mochamad
5 Toyib

Ongki Hadi
6 Saputro

Ahmad
Najibul
7
Firdaus

Ahmad
Roman
8
Doni

Ahmad
9 Amanda
Prayogi
Ahmad
10 Faisal
Setyawan
Ahmad
Syaifudin
11 Nurdiansya
h

Alfin Setya
12 Gunawan

Asvianik
13

25
Dyah Ayu
14 Wardani

Dicky
15 Subiantara

Evi
Yunaetining
16
sih

Fita Dwi
Andriani
17

18 Indah Yani
Iqbal
Hikam
19
Rosyid

Joko
20 Prasetyo

Khusnul
21 Khotimah

Mei
22 Kumalasari

Moh.Afif
Zaenur
23
Roziqin

M.Danang
24
Makruf
JUMLAH

RATA - RATA

F. Teknik Analisis Data


1. Data kualitatif dari hasil observasi yang dijaring dengan menggunakan instrumen dan
lembar pengamatan, kemudian dianalisis dengan teknik inferensi guna mengetahui
motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran pengetahuan sosial materi pokok
mengenal keragaman kenampakan alam.

26
2. Data nilai prestasi belajar pengetahuan sosial, dianalisis dengan mencari nilai tertinggi,
nilai terendah, rata-rata dan daya serapnya.
G. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian peneliti menggunakan prosedur Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang
peneliti rencanakan terdiri atas dua siklus, tiap siklus peneliti harapkan ada perubahan yang
ingin peneliti capai. Pada tiap siklus peneliti memberikan soal baik secara lesan maupun tulis.
Selain itu untuk melengkapi data penelitian di akhir siklus II peneliti juga memberikan
instrumen tentang pelaksanaan pembelajaran kepada kolaborator (teman sejawat) yang berisi
tentang tanggapan mereka terhadap pembelajaran yang telah peneliti laksanakan. Adapun
perjalanan siklus penelitian dapat digambarkan bagan sebagai berikut:
Perjalanan Siklus I & II

1. Siklus I
a. Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mengadaan : - Orientasi masalah - Mengidentifikasi masalah -
Perumusan masalah - Menentukan tujuan masalah dan manfaat
Selain itu peneliti menyiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan pokok bahasan
“Mengenal Keragaman Kenampakan Alam di Indonesia” adalah :
1. membuat Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP)
2. menyiapkan buku paket dan penunjang
3. membuat lembar kerja dan instrument penilaian
4. menyiapkan media pembelajaran berupa jaringan internet, computer dan LCD

27
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan pembelajaran IPS dengan pokok bahasan “mengenal keragaman
kenampakan alam di Indonesia”. Adapun langkah-langkah pembelajaannya adalah
sebagai berikut :
1. Guru melakukan apersepsi dan motivasi berupa tanya jawab yang berkaitan dengan
materi
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran
3. Menjelaskan cara-cara menggunakan internet “Google Eart”
4. Guru menjelaskan langkah-langkah kegiatan pembelajaran
5. Melaksanakan Inti pembelajaran selama 40 menit dengan kegiatan:
a. Guru membagi siswa menjadi 6 kelompok yang masing-masing kelompok
terdiri dari 4 anak
b. Guru membagikan lembar kerja
c. Tiap kelompok mengerjakan tugas sesuai dengan lembar kerja yang diterimanya
secara bergiliran dengan media internet ”Google Eart”.
d. Siswa berdiskusi dengan kelompoknya masing-masing untuk menyusun laporan
sesuai dengan tugasnya.
e. Secara bergiliran masing-masing kelompok mempresentasikan hasil tugasnya
dalam diskusi kelas.
f. Kelompok lain mencatat hasil laporan tersebut dan selanjutnya memberi
tanggapan untuk penyempurnaan laporan tersebut.
g. Guru membimbing siswa untuk menyempurnakan hasil laporan tersebut
h. Semua siswa membuat ringkasan dari hasil kerja mereka sesuai dengan tujuan
pembelajaran
i. Guru mengadakan evaluasi
c. Observasi/Evaluasi
Pada tahap ini peneleti mengadakan observasi terhadap tingkah laku (dalam proses
pembelajaran) dan hasil tes, pengamatan tingkah laku dan keaktifan siswa dalam
pembelajaran. Hasil dari observasi ini digunakan acuan untuk menyusun perencanaan
pada siklus II sebagai upaya intuk perbaikan.
d. Refleksi
Hasil observasi selanjutnya dianalisa dan peneliti refleksi kekurangan yang terjadi
pada pembelajaran berdasarkan deskripsi dan rekomendasi kolaborator. Keaktifan siswa
hanya didominasi oleh beberapa anak karena memang media yang disediakan hanya satu

28
komputer. Pada saat presentasi yang tampil tiap kelompok hanya satu sehingga kembali
anak yang aktif dalam kegiatan sebelumnya, akhirnya tampil kembali untuk
memprentasikan hasilnya. Guru terlalu fokus pada kelompok yang mendapat giliran
menggunakan jaringan internet sehingga kelompok yang belum mendapat giliran gaduh
dan bahkan mengganggu kelompok lain. Ketidakpuasan peneliti dari hasil pembelajaran
tersebut dijadikan acuan untuk mengulang kembali siklus pembelajaran. Dari sinilah
peneliti mulai melakukan perencanaan perbaikan pembelajaran pada siklus II.
2. Siklus II
a. Perencanaan
Perencanaan siklus 2 sengaja peneliti lakukan dengan mengacu pada hasil refleksi pada
siklus I dengan harapan untuk meminimalisir kekurangan-kekurangan yang terjadi pada
siklus1. Pada siklus II ini, dalam menggunakan media peneliti memperjelas cara
penggunaan media sehingga siswa lebih memahami. Di samping itu, dilakukan juga
penambahan 1 jaringan internet lagi agar kelompok yang belum mendapat giliran tidak
gaduh. Sebenarnya kalau jaringan mencukupi maka satu kelompok menggunakan 1
jaringan, karena memang kerterbatasan media tersebut maka hanya dapat menyediakan 2
jaringan internet. Peneliti juga memperbaiki skenario pembelajaran. Pada tahap ini peneliti
mengadaan :
1. Membuat Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP)
2. Menyiapkan 2 unit komputer dan jaringan internet
3. Membuat lembar kerja siswa
4. Menyiapkan instrument penilaian
5. Menyiapkan lembar tes kemampuan
6. Menyiapkan lembar penilaian
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan pembelajaran hampir sama dengan siklus satu akan tetapi perbedaannya
adalah model pembelajaran yang digunakan. Model yang digunakan pada siklus II ini
menggunakan Two Stay Two Stray. Hal ini dimaksudkan untuk membangkitkan keaktifan
semua siswa dalam kegiatan pembelajaran sebagai upaya untuk memperbaiki salah satu
kelemahan yang terdapat di siklus I. Adapun langkah pembelajarannya adalah sebagai
berikut :
1. Guru melakukan apersepsi dan motivasi berupa tanya jawab yang berkaitan dengan
materi

29
2. Guru menyampaikan kelemahan-kelemahan yang terjadi pada pelaksanaan
pembelajaran di siklus I terutama yanga terkait dengan siswa
3. Menyampaikan tujuan pembelajaran dan langkah-langkah dalam kegiatan
pembelajaran
4. Menjelaskan kembali cara-cara menggunakan internet “Google Eart”
5. Melaksanakan Inti pembelajaran selama 40 menit dengan kegiatan:
a. Guru membagi siswa menjadi 6 kelompok yang masing-masing kelompok
terdiri dari 4 anak
b. Guru membagikan lembar kerja
c. Tiap kelompok mengerjakan tugas sesuai dengan lembar kerja yang
diterimanya secara bergiliran dengan media internet ”Google Eart”
d. Guru melakukan bimbingan tentang cara-cara pengerjaan lembar kerja dan
penekanan terhadap langkah-langkah kegiatan pembelajaran pada kelompok
yang menunggu giliran. Hal ini dimaksudkan agar tidak mengganggu
kelompok lain
e. Siswa melakukan diskusi kelompok untuk menyusun laporan sesuai dengan
tugasnya
f. Masing-masing kelompok memajang hasil diskusinya
g. Setiap kelompok menugaskan 2 anggotanya untuk berkunjung ke kelompok
lain dan mencatat hasil dari kelompok yang dikunjungi tersebut, sedangkan 2
siswa yang tinggal memberikan penjelasan kepada kelompok yang
mengunjunginya
h. Masing-masing kembali ke kelompoknya dan mengumpulkan data yang
diperoleh dari hasil kunjungannya
i. Semua kelompok diberi kesempatan menggunakan media internet kembali
untuk mengecek kebenaran data yang diperoleh dari hasil kunjungan. (Masing-
masing kelompok hanya diberi kesempatan maksimal selama 4 menit)
j. Masing-masing kelompok diberi kesempatan untuk memberikan tanggapan
dari hasil kerja kelompok lain sebagai upaya perbaikan untuk laporan
k. Guru membimbing siswa untuk menyempurnakan hasil laporan tersebut
l. Semua siswa membuat ringkasan dari hasil kerja mereka sesuai dengan tujuan
pembelajaran
m. Guru mengadakan evaluasi

30
c. Observasi/Evaluasi
Pada tahap ini penelti mengadakan observasi terhadap tingkah laku (dalam proses
pembelajaran) dan hasil tes. Sama dengan penilain pada siklus 1 yaitu pengamatan
tingkah laku dan keaktifan siswa dalam pembelajaran.
d. Refleksi
Hasil refleksi peneliti tuangkan dalam bentuk angket. Hasil reflikeksi menunjukkan
adanya perobahan dankekuatan ynag terjadi pada siklus 2 yaitu kelebihan-kelebihan
yang terjadi dengan adanya media pembelajaran secra konkrit. Hasil refleksi selain
menghasilkan kelebihan peneliti juga menggunakan kekurangan-kekurangan pada
pembelajaran pada pokok bahasan jenis-jenis uang dan crri-ciri fisik, yaitu adanya
tambahan waktu/jam pelajaran hingga molor masuk jam berikutnya. Dengan arti ata
peragaan media pembelajaran membutuhkan waktu yang lebih lagi dan juga .tenaga
lebih untuk mengarahkan anak pada peragaan keinginan anak adalah bermain-main
untuk itu peneliti minta bantuan pada teman sejawat.

31
B A B IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengolahan Data Siklus I


Pada perbaikan pembelajaran siklus pertama ini bagian yang peneliti amati dari siswa
adalah tentang aspek-aspek motivasi belajar siswa. Data kwalitatif yang diperoleh kemudian
dikuantitatifkan untuk mempermudah dalam pengolahan data. Dari data tersebut didapatkan
bahwa rata-rata nilai untuk motivasi siswa adalah dari 24 siswa di kelas V SDN Kesamben
I Kecamatan Plumpang dalam pembelajaran, hanya 8 siswa yang punyai motivasi tinggi
dalam pembelajaran. Berikut ini tabel hasil observasi dalam kegiatan pembelajaran pada
pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus I Tabel : 4.1 Hasil Observasi Motivasi Siswa
dalam Pembelajaran Pada Siklus I

ASPEK YANG DI NILAI


KETERLIBA
TAN
INISI KOMIT KONSIST TEKU NILAI
NO NAMA DALAM
ATIF MEN ENSI N AKHIR
PEMBELAJ
ARAN
0-20 0-20 0-20 0-20 0-20
1 Dewi Safitri 15 16 18 14 18 81
Jihan Budi
2 10 9 8 8 10 45
Sumanto
Lili Nur
3 12 10 13 10 9 54
Indah
Mochamad
Edi
4 11 12 12 10 11 56
Septiawan

Mochamad
5 Toyib 13 14 12 10 9 58

Ongki Hadi
6 Saputro 9 9 10 9 9 46

Ahmad
Najibul
7 19 18 17 19 18 91
Firdaus

Ahmad
8 Roman 14 17 15 10 11 67
Doni

32
Ahmad
9 Amanda 13 13 12 12 11 61
Prayogi
Ahmad
10 Faisal 14 15 12 11 10 62
Setyawan
Ahmad
Syaifudin
11 Nurdiansya 17 16 12 11 10 66
h

Alfin Setya
12 Gunawan 14 11 11 13 11 60

Asvianik
13 14 12 12 12 12 62
Dyah Ayu
14 Wardani 15 14 13 12 13 67

Dicky
15 Subiantara 13 10 9 9 9 50

Evi
Yunaetining
16 18 18 17 18 19 90
sih

Fita Dwi
17 Andriani 17 20 20 19 18 94

18 Indah Yani 16 17 17 16 15 81
Iqbal
Hikam
19 11 10 9 10 10 50
Rosyid

Joko
20 Prasetyo 9 8 9 9 10 45

Khusnul
21 Khotimah 15 14 13 16 15 73

Mei
22 Kumalasari 16 17 17 18 15 83

33
Moh.Afif
Zaenur
23 17 16 15 15 14 77
Roziqin

M.Danang
24 11 12 12 10 13 58
Makruf
JUMLAH 333 328 315 301 300 1577

RATA - RATA 13,88 13,67 13,13 12,54 12,50 65,71


Kriteria penilaian :
Motivasi belajar rendah : 0 – 50
Motivasi belajar sedang : 51 – 70
Motivasi belajar tinggi : 71 - 100
Dari hasil observasi selama pembelajaran berlangsung diperoleh data skor rata-rata
tentang motivasi siswa adalah 65,71 dan dalam kriteria yang telah ditetapkan maka masih
dalam kategori sedang. Dari 24 siswa hanya 8 siswa yang mempunyai motivasi tinggi
(33%), yang mempunyai motivasi sedang 11 anak (46 %) dan 5 anak (21%) mempunyai
motivasi rendah. Hasil belajar siswa yang diperoleh melalui tes tulis dan hasil kerja untuk
pembelajaran IPS pada materi mengenal keragaman kenampakan alam yang dilakukan pada
siklus I adalah sebagai berikut :
Tabel. 4.2
Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Pada Siklus I

JENIS PENILAIAN
NILAI KETUNTASAN
NO NAMA TUGAS TES
AKHIR BELAJAR
(PROYEK) TULIS
1 Dewi Safitri 70 78 74 TUNTAS
Jihan Budi
2 62 54 58 TIDAK TUNTAS
Sumanto
3 Lili Nur Indah 60 52 56 TIDAK TUNTAS
Mochamad Edi
4 Septiawan 60 63 62 TIDAK TUNTAS

Mochamad Toyib
5 67 62 65 TUNTAS
Ongki Hadi
6 Saputro 63 62 63 TIDAK TUNTAS

Ahmad Najibul
7 86 81 80 TUNTAS
Firdaus

34
Ahmad Roman
8 Doni 65 56 61 TIDAK TUNTAS

Ahmad Amanda
9 65 60 63 TIDAK TUNTAS
Prayogi
Ahmad Faisal
10 70 56 63 TIDAK TUNTAS
Setyawan
Ahmad Syaifudin
11 Nurdiansyah 74 71 73 TUNTAS

Alfin Setya
12 Gunawan 75 61 68 TUNTAS

Asvianik
13 85 75 80 TUNTAS
Dyah Ayu Wardani
14 76 65 71 TUNTAS
Dicky Subiantara
15 63 54 59 TIDAK TUNTAS

Evi Yunaetiningsih
16 80 80 80 TUNTAS

Fita Dwi Andriani


17 76 65 71 TUNTAS

18 Indah Yani 64 56 60 TIDAK TUNTAS


Iqbal Hikam
19 Rosyid 65 53 59 TIDAK TUNTAS

Joko Prasetyo
20 63 56 60 TIDAK TUNTAS
Khusnul Khotimah
21 65 57 61 TIDAK TUNTAS
Mei Kumalasari
22 68 62 65 TUNTAS
Moh.Afif Zaenur
23 Roziqin 65 58 62 TIDAK TUNTAS

24 M.Danang Makruf 63 62 63 TIDAK TUNTAS

JUMLAH 1657 1518 1584

RATA - RATA 69,04 63,25 66,00

35
Kesimpulan :
1. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) : 65
2. Jumlah peserta didik yang belum tuntas : 14 anak
3. Jumlah peserta didik yang memenuhi KKM : 10 anak
Dari data yang disajikan di atas diperoleh informasi bahwa rata-rata hasil belajar
yang diperoleh siswa dalam siklus I adalah 66. Sedangkan Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) adalh 65. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa rata-rata
hasil belajar yang diperoleh siswa sudah memenuhi KKM. Namun demikian
jumlah peserta yang belum tuntas belajar masih 14 anak (58%) sedangkan anak
yang sudah tuntas sebanyak 10 anak (42%).
B. Hasil Pengolahan Data Siklus II
Dari hasil observasi selama pembelajaran berlangsung diperoleh data skor rata-rata
tentang motivasi siswa adalah 77,63 dan dalam kriteria yang telah ditetapkan, sudah dalam
kategori tinggi. Dari 24 siswa hanya 5 siswa yang mempunyai motivasi sedang (21%),
mempunyai motivasi tinggi 19 anak (79%) dan tidak ada siswa yang mempunyai motivasi
rendah.
Tabel. 4.3
Hasil Observasi Motivasi Siswa dalam Pembelajaran Pada Siklus II

ASPEK YANG DI NILAI


KETERLIBA
TAN
INISI KOMIT KONSIST TEKU NILAI
NO NAMA DALAM
ATIF MEN ENSI N AKHIR
PEMBELAJ
ARAN
0-20 0-20 0-20 0-20 0-20
1 Dewi Safitri 18 18 18 18 20 92
Jihan Budi
2 11 12 13 14 15 65
Sumanto
Lili Nur
3 14 17 15 14 16 76
Indah
Mochamad
Edi
4 15 14 15 16 15 75
Septiawan

Mochamad
5 Toyib 15 16 15 14 12 72

Ongki Hadi
6 12 12 15 12 12 63
Saputro

36
Ahmad
Najibul
7 20 20 20 19 20 99
Firdaus

Ahmad
Roman
8 16 18 15 12 13 74
Doni

Ahmad
9 Amanda 15 15 14 15 16 75
Prayogi
Ahmad
10 Faisal 16 17 12 14 13 72
Setyawan
Ahmad
Syaifudin
11 Nurdiansya 18 17 13 12 10 70
h

Alfin Setya
12 Gunawan 15 14 14 15 13 71

Asvianik
13 18 16 12 13 13 72
Dyah Ayu
14 Wardani 18 16 12 13 13 72

Dicky
15 Subiantara 15 13 11 11 10 60

Evi
Yunaetining
16 20 20 19 19 20 98
sih

Fita Dwi
17 Andriani 19 20 20 19 20 98

18 Indah Yani 18 18 17 18 17 88
Iqbal
Hikam
19 16 16 15 14 13 74
Rosyid

Joko
20 Prasetyo 11 12 9 9 11 52

37
Khusnul
21 Khotimah 18 17 17 17 19 88

Mei
22 Kumalasari 19 17 18 18 16 88

Moh.Afif
Zaenur
23 18 17 16 16 15 82
Roziqin

M.Danang
24 19 18 17 17 16 87
Makruf
JUMLAH 394 390 362 359 358 1863

RATA - RATA 16,42 16,25 15,08 14,96 14,92 77,63


Pada perbaikan pembelajaran siklus II diperoleh informasi rata-rata hasil belajar siswa
68,21. Jumlah peserta didik yang tuntas dalam pembelajaran sebanyak 17 siswa (71%),
sedangkan yang belum tuntas sebanyak 7 siswa (29%). Data hasil belajar siswa siklus II
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel. 4.4
Hasil Evaluasi Belajar IPS Siswa pada Siklus II

JENIS PENILAIAN
NILAI KETUNTASAN
NO NAMA TUGAS TES
AKHIR BELAJAR
(PROYEK) TULIS
1 Dewi Safitri 76 80 78 TUNTAS
Jihan Budi
2 75 58 67 TUNTAS
Sumanto
3 Lili Nur Indah 70 64 67 TUNTAS
Mochamad Edi
4 Septiawan 70 64 67 TUNTAS

Mochamad Toyib
5 70 62 66 TUNTAS
Ongki Hadi
6 Saputro 70 65 68 TUNTAS

Ahmad Najibul
7 Firdaus 88 85 80 TUNTAS

Ahmad Roman
8 Doni 70 60 65 TUNTAS

38
Ahmad Amanda
9 72 60 66 TUNTAS
Prayogi
Ahmad Faisal
10 70 62 66 TUNTAS
Setyawan
Ahmad Syaifudin
11 Nurdiansyah 74 71 73 TUNTAS

Alfin Setya
12 Gunawan 75 61 68 TUNTAS

Asvianik
13 85 75 80 TUNTAS
Dyah Ayu Wardani
14 76 65 71 TUNTAS
Dicky Subiantara
15 64 53 59 TIDAK TUNTAS

Evi Yunaetiningsih
16 80 80 80 TUNTAS

Fita Dwi Andriani


17 83 84 84 TUNTAS

18 Indah Yani 68 60 64 TIDAK TUNTAS


Iqbal Hikam
19 Rosyid 65 53 59 TIDAK TUNTAS

Joko Prasetyo
20 63 56 60 TIDAK TUNTAS
Khusnul Khotimah
21 65 57 61 TIDAK TUNTAS
Mei Kumalasari
22 68 62 65 TUNTAS
Moh.Afif Zaenur
23 Roziqin 65 60 63 TIDAK TUNTAS

24 M.Danang Makruf 65 63 64 TIDAK TUNTAS

JUMLAH 1727 1560 1637

RATA - RATA 71,96 65,00 68,21


Kesimpulan :
1. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) : 65
2. Jumlah peserta didik yang belum tuntas : 7 anak
3. Jumlah peserta didik yang memenuhi KKM : 17 anak

39
BABV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dalam dua siklus ini
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Rata-rata skor motivasi belajar anak dalam pembelajaran IPS materi
mengenal keragaman kenampakan alam di Indonesia dengan
menggunakan media internet “Google Eart” pada siklus I mencapai
65,71. Meskipun masih dalam kategori sedang tetapi kalau berpedoman
pada KKM untuk indikator pada materi pelajaran yang dibahas yaitu 65
maka sudah memenuhi KKM. Sedangkan pada siklus II diperoleh skor
rata-rata 77,63 dan masuk pada kategori motivasi tinggi. Dengan
demikian perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus II ini
sebagai upaya untuk peningkatan motivasi belajar telah mengalami
peningkatan dan dapat dikatakan berhasil.
2. Aktifitas dan keterlibatan siswa dalam belajar dengan menggunakan
model pembelajaran “Two Stay Two Stray” mengalami peningkatan. Hal
ini terlihat terjadinya peningkatan yang signifikan antara skor rata-rata
motivasi belajar pada siklus I sebesar 65,71 dan 77,63 pada siklus II.
sehingga terjadi peningkatan sebesar 18%. Khususnya pada aspek
keterlibatan siswa dalam pembelajaran pada siklus I rata-rata 13,67
sedangkan pada siklus II 16,25 sehingga terjadi peningkatan sebesar 19%.
Disamping hal tersebut , kesimpulan ini diperoleh dari hasil observasi
yang dilakukan oleh kolaborator, bahwa dalam pembelajaran di siklus II
ini siswa yang membuat gaduh sangat minim sekali. Hal ini disebabkan
karena semua dilibatkan secara aktif dan menyeluruh dalam proses
pembelajaran.
3. Peningkatan hasil belajar belajar siswa pada siklus I maupun siklus II
sudah memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Namun demikian
setelah media internet “Google Eart” dipadukan dengan model
pembelajaran “Two Stay Two Stray” dalam penyajiannya maka hasil
belajar mengalami peningkatan. Hal ini dapat berdasarkan hasil belajar
yang diperoleh siswa pada siklus I, rata-rata hasil belajar yang diperoleh

40
siswa sebesar 66. Sedangkan pada siklus II rata-rata hasil belajar yang
diperoleh siswa 68,21.

B. SARAN
Setelah melakukan penelitian tindakan kelas, peneliti ingin menyampaikan
saran sebagai berikut :
1. Guru sebaiknya lebih intensif dalam memanfaatkan media dalam
pembelajaran, sehingga dalam pembelajaran tidak monoton.
2. Pemilihan media harus tepat sesuai dengan tujuan pembelajaran.
3. Penggunaan media pembelajaran harus disajikan dengan manarik
sehingga ada perubahan pola pikir siswa dalam pembelajaran, oleh karena
itu guru harus dapat membuat skenario pembelajaran yang dapat
memotivasi siswa untuk belajar.
4. Dan pihak sekolah seharusnya lebih melengkapi sarana pembelajaran
untuk menunjang proses pembelajaran.
5. Pemahaman dan penguasaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
bagi seorang guru tidak dapat ditunda lagi, khususnya dalam upaya untuk
mendukung kegiatan pembelajaran dan untuk peningkatan kualitas
pendidikan pada umumnya.
6. Guru harus banyak berbagi (sharing) dalam hal ilmu dan pengetahuan,
dengan mengikuti forum-forum atau bergabung dengan komunitas
khususnya di bidang pendidikan, baik dalam dunia nyata ataupun dunia
maya.

41
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto Suharsimi (1989), Prosedur Penelitian, PT. Bina Aksara, Jakarta.


A Rouf Tayib (1987), Pokok-pokok Strategi Belajar Mengajar, IKIP Surabaya.
Arsyad, Azhar (2005). Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo.
Emzir (2010). Buku Panduan Google Eart. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Iskandar (2012). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Gaung Persada.
Jaedun, Amat (2008). Prinsip-prinsip Penelitian Tindakan. Yogyakarta: Lembaga
Penelitian Universitas Negeri Yogyakarta.
Madya, Suarsih (2007). Ilmu Pengetahuan Sosial Untuk Kelas VII. Bandung:
Alfabeta.
Sukardi (2013). Metode Penelitian Pendidikan Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi
Aksara.
Syamsiah Siti, dkk (2008). Ilmu Pengetahuan Sosial 5. Jakarta: Pustaka Utama.

42

Anda mungkin juga menyukai