Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Diare merupakan buang air besar cair tiga kali atau lebih dalam sehari.
Kondisi ini merupakan tanda dari adanya infeksi dalam saluran cerna yang dapat
disebabkan oleh bakteri, virus, dan parasit yang masuk melalui makanan atau
minuman yang terkontaminasi atau penularan dari orang yang terinfeksi ke orang
lain akibat higine yang buruk.1
Menurut WHO tahun 2013 diare merupakan penyebab kedua kematian
pada anak dibawah lima tahun dengan jumlah 760.000 anak. Pencegahan terhadap
diare dapat dilakukan dengan meminum air yang bersih dan higine serta sanitasi
yang baik. Akibat dari diare ialah malnutrisi pada anak.1
Menurut Kemenkes RI tahun 2015 Penyakit diare merupakan penyakit
endemis di Indonesia dan juga merupakan penyakit potensial KLB yang sering
disertai dengan kematian. Pada tahun 2015 terjadi 18 kali KLB Diare yang
tersebar di 11 provinsi, 18 kabupaten/kota,dengan jumlah penderita 1. 213 orang
dan kematian 30 orang (CFR 2,47%).2
Penyakit diare merupakan salah satu penyakit endemis di Kota Palu, salah
satunya di Kecamatan Palu Selatan yang berada di ibukota Propinsi Sulawesi
Tengah (Kota Palu) dengan jumlah penderita pada tahun 2016 yaitu 63 kasus
(7,37) pada bayi umur < 1 tahun dan meduduki urutan ke 4, sebanyak 219 kasus
(8,83%) pada balita (umur 1-4 tahun) dan menduduki urutan ke 3. Hal ini
menunjukkan bahwa diare merupakan penyakit yang masih sering terjadi di
wilayah kerja Puskesmas Birobuli , keadaan ini dipengaruhi oleh perilaku hidup
bersih dan sehat masyarakat yang masih kurang.3
Pola penyakit rawat jalam < 1 Tahun Puskemas Birobuli
450 Tahun 2016
400
350
300
250
200
150
100
50
0
Penyakit Infeksi Pneumoni Diare Penyakit
lain pd akut lain a Kulit
sal. pd Alergi
pernafasa sal.pernaf
n atas asan atas
Series1 435 235 67 63 55

Gb.IV.2 Pola Penyakit Rawat Jalan Usia 1-4 Tahun Puskesmas Birobuli
Tahun 2016
1200
1000
800
600
400
200
0
Infeksi Peny. lain Diare Pneumoni peny.kulit
akut lain pd a infeksi
pd sal.pernaf
sal.pernaf asan atas
asan atas
Series1 1132 852 219 141 137

2
BAB II
KASUS

I. Identitas Pasien
Nama : An. A.U
Kelamin : Laki-laki
Usia : 3 tahun
Berat Badan : 13 kg
Tinggi badan : 89 cm
Nama orang tua
Ayah : TN. S
Ibu : Ny. I
Alamat : JL. ELANG
Agama : Islam
Tanggal pemeriksaan : 30 Oktober 2017

II. Anamnesis
 Keluhan Utama:
Buang Air Besar (BAB) Cair
 Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang dengan keluhan BAB Cair sejak 12 jam sebelum berkunjung
ke Puskesmas Birobuli. BAB Cair ± 2 kali pada malam hari dan 3 kali
pada pagi hari. BAB berwarna kuning, sedikit berampas, tidak disertai
lendir maupun darah. Perut terasa mules, namun tidak ada mual dan
muntah.
Tiga hari sebelum berkunjung ke Puskesmas Birobuli anak sempat
mengalami panas, sakit kepala, serta malas makan tetapi orang tua pasien
sudah memberikan obat penurun panas seperti bodrex. Kemudian panas
turun, keesokkan harinya pasien mengalami BAB cair.
Sebelumnya di keluarga ada yang menderita hal yang sama seperti pasien
yakni sepupu pasien yang tinggal satu rumah dengan pasien.

3
 Riwayat Sosial dan Lingkungan:
o Pasien tinggal dengan ibu, tante serta dengan kakak sepupunya 2 orang.
o Rumah tinggal pasien terdiri dari satu ruang tamu sekaligus ruang
keluarga dan ruang makan, dua kamar tidur, serta satu dapur, tempat
cuci piring. Luas rumah pasien ± 5x7 meter, jarak rumah pasien dengan
rumah tetangga cukup berdekatan. Sinar matahari dapat masuk ke
dalam rumah pasien. Terdapat cukup jendela yang juga terbuat dari
kayu dan ventilasi pada ruang keluarga sehingga sinar matahari yang
masuk cukup. Lantai rumah terbuat dari semen, dinding rumah pasien
berupa beton. Keadaan rumah pasien tampak kurang rapi, perabot
rumah tangga pasien tidak teratur dengan baik.
o Sumber air minum berasal dari sumurdap, menggunakan ledeng air
minum selalu direbus.
o Kamar mandi yang ada sebanyak 1 unit digunakan banyak keluarga.
Dari pemaparan keluarga pasien kamar mandi digunakan oleh 6
anggota keluarga.
o Untuk mencuci piring dan alat dapur biasanya digunakan air ledeng
(penampungan) tersebut.
o Keluarga pasien mengaku pasien jarang mencuci tangan dengan sabun
setelah BAB, serta jarang mencuci tangan dengan sabun ketika akan
makan serta ketika menyiapkan makanan.
o Keluarga pasien mengaku sering jajan makanan diluar rumah seperti
(somay dan jajanan yang lewat)
o Tidak terdapat tempat sampah di rumah, pasien membuang sampah
dengan menggunakan plastic, dan membuang langsung sampah tersebut
ke tempat sampah dipinggir jalan.
o Pendidikan orangtua pasien: bapak SMA, sedangkan ibu SMP

4
 Riwayat Imunisasi
Menurut ibu pasien, riwayat imunisasi dasar pasien lengkap.
 Riwayat penyakit dahulu:
Pasien belum pernah mengalami hal yang sama sebelumnya
 Riwayat penyakit keluarga dan lingkungan:
Anggota keluarga yang tinggal serumah ada yang memiliki
keluhan seperti pasien.
 Riwayat pengobatan:
Pasien sebelumnya tidak pernah memeriksakan diri ke tempat pelayanan
kesehatan lainnya terkait keluhan yang sedang diderita,, dan tidak
mengkomsumsi obat atau ramuan apapun.
 Riwayat alergi
- Makanan : tidak ada
- Obat : tidak ada

III. Pemeriksaan Fisik


1. Keadaan Umum
Keadaan umum :baik
Kesadaran/ GCS : compos mentis/ E4V5M6
2. Tanda vital
Tekanan darah : Tidak dilakukan pemeriksaan
Nadi : 84 x/menit, regular, isi tegangan cukup
Respirasi : 32x/ menit
Suhu : 36,80C
Pemeriksaan fisik umum
1. Kepala-leher
Kepala : simetris, deformitas (-)
Mata : anemis -/-, ikterus -/-, mata cekung -/-
Wajah : sianosis (-), flushing (-)
Telinga : deformitas (-)
Hidung : deformitas (-)

5
Mulut : sianosis bibir (-), stomatitis (-), mukosa bibir basah
Leher : pembesaran KGB (-), Tekanan vena jugularis normal
2. Toraks-kardiovaskuler
Inspeksi : kelainan bentuk (-), Tarikan sela iga (retraksi subcostal)
(-), simetris
Auskultasi : Jantung: S1 S2 tunggal, teratur, Murmur (-), gallop (-)
Paru : vesikuler +/+, ronki-/-, Wheezing : -/-
3. Abdomen
Inspeksi : distensi (-)
Auskultasi : peristaltik (+) meningkat
Perkusi : timpani
Palpasi : turgor normal, nyeri tekan (+) pada epigastrium, hepar dan
lien tidak teraba.
4. Uro-genital
Tidak dievaluasi
5. Anal-perianal
Tidak dievaluasi
6. Ekstermitas atas-aksilla
Edema (-)/(-), akral hangat (+)/(+), pembesaran KGB aksila (-)/(-)
7. Ekstremitas bawah
Edema (-)/(-), akral hangat (+)/(+)

IV. Pemeriksaan Penunjang


(-)

V. Diagnosis:
Diare Akut tanpa Dehidrasi

6
VI. Penatalaksanaan
1. Medikamentosa
Cotrimoxazole syr 2 x 240 mg (5 ml)
Oralit dalam 200 ml air matang hangat
Tablet zink 20 mg 1x1 tablet selama 10 hari
2. Non Medikamentosa
 Edukasi : Menjaga kebersihan rumah, makanan, mengurangi kebiasaan
makan dan minum di luar rumah yang kebersihannya diragukan dan
membiasakan mencuci tangan dengan sabun sebelum makan dan
menjaga kebersihan kuku dengan rutin menggunting kuku jika sudah
panjang. Kebiasaan tidak mencuci tangan dengan sabun sebelum
makandihindari karena dapat mengkotaminasi makanan dan
mempermudah terjadinya diare.
 Edukasi kepada keluarga atau orang yang kontak dengan pasien
diberikan penjelasan mengenai rute tranmisi, gejala-gejala, dan cuci
tangan yang efektif, terutama sekali setelah BAB dan BAK, dan
sebelum menyiapkan makanan atau makan.
 Edukasi kepada keluarga tentang cara pemberian oralit, dimana untuk
anak berumur 2 tahun atau lebih diberikan 100-200 ml setiap kali BAB.
 Edukasi kepada keluarga agar tetap melanjutkan pemberian makan dan
terus memberi cairan tambahan (seperti sup, air tajin, kuah sayur,)
sampai diare anak berhenti
 Edukasi kepada keluarga untuk membawa anaknya kembali jika
anaknya bertambah parah, atau jika tidak menunjukkan perbaikan untuk
kunjungan ulang pada hari ke-3
.

7
BAB III
PEMBAHASAN

Aspek Klinis
Pada kasus ini, pasien adalah anak laki-laki berumur 3 tahun tahun dengan
keluhan utamanya adalah BAB cair. BAB cair dengan frekuensi 5x/hari, dengan
konsistensi cair, tidak berlendir dan tidak ada darah yang berlangsung sejak 12
jam sebelum berkunjung ke Puskesmas Birobuli. Berdasarkan keadaan tersebut,
pasien di diagnosis awal dengan Diare Akut. Diare didefinisikan sebagai
bertambahnya BAB Cair lebih dari biasanya atau lebih dari tiga kali sehari,
disertai dengan perubahan konsisten tinja menjadi cair dengan atau tanpa darah.
Dikatakan diare akut karena munculnya mendadak dan berlangsung dalam waktu
kurang dari 15 hari.
Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik tidak didapatkan
adanya tanda-tanda dehidrasi pada pasien ini, keadaan umum pasien sedang, mata
cekung tidak ada, mukosa mulut terlihat basah, denyut nadi 84 x/menit, kuat
angkat, isi cukup, pernapasan dalam batas normal, suhu tubuh normal yaitu
36,8ºC, pemeriksaan turgor kulit kembali normal. Dari pemeriksaan abdomen
juga didapatkan peristaltik usus meningkat. Berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik didapatkan diagnosis diare akut tanpa dehidrasi.
Dilakukan penatalaksanaan medikamentosa dan non medikamentasa. Pada
terapi medikamentosa, pasien diberikan cotrimoxazole, oralit dan tablet zink.
Pemberian antibiotik spektrum luas pada pasien ini karena penyebab diare untuk
kategori anak usia 3 tahun pada dasarnya adalah diare akibat bakteri. Diare dapat
menyebabkan banyak kehilangan cairan tubuh sehingga memungkinkan terjadi
dehidrasi, ORT (Oral Rehydration Therapy) merupakan hal yang paling penting
untuk mencegah dan mengobati kekurangan cairan dan elektrolit. Oralit
merupakan ORS di Indonesia, yang berisi NaCl 0,7 g, KCl 0,3 g, trinatrium sitrat
dihidrat 2,9 g serta glukosa anhidrat yang berbentuk serbuk dalam sachet, dimana
setiap sachet untuk 200 ml air. Glukosa menstimulasi secara aktif transport Na
dan air melalui dinding usus sehingga resorbsi air dalam usus halus meningkat 25

8
kali. Penggunaan ORS dengan formula WHO yang dilaksanankan dengan benar,
dapat mengatasi dehidrasi akibat semua jenis diare pada semua kelompok umur.
Sedangkan untuk zink, penggunaanya diberikan untuk menjaga kesehatan usus,
karena pada saat diare terjadi peningkatan kerja usus sehingga dengan pemberian
zink dapat mempertahankan fungsi usus tetap sehat. Pemberian makanan harus
diteruskan selama diare dan ditingkatkan setelah sembuh. Meneruskan pemberian
makanan akan mempercepat kembalinya fungsi usus yang normal termasuk
kemampun menerima dan mengabsorbsi berbagai nutrien.
Pada kasus ini, faktor perilaku dan lingkungan yang paling berperan dalam
penularan diare. Dari anamnesa diketahui bahwa pasien sering tidak mencuci
tangannya dengan sabun sebelum makan, dan sering jajan makanan luar yang
kebersihannya tidak diketahui. Selain itu, perilaku keluarga pasien juga
berpengaruh, dimana kebersihan rumah dan makanan kurang diperhatikan. dan
terlebih dimana kondisi kamar mandi masih digunakan secaar bersama-sama.
Faktor perilaku pada kasus ini berhubungan dengan tingkat pendidikan dan
ekonomi pasien, dimana ibu pasien hanya tamatan SMP, sedangkan bapaknya
seorang lulusan SMA. Kemudian dari segi ekonomi, keluarga pasien termasuk
golongan menengah kebawah.
Pasien mengalami diare juga bisa dipengaruhi oleh faktor musim. Musim
terjadinya penyakit diare ini umumnya terjadi di saat musim penghujan, dimana
lalat mulai banyak tumbuh dan menghinggapi kotoran bergantian dengan
menghinggapi makanan membawa kontaminan dari orang yang sebelumnya
terinfeksi bakteri atau virus. Hal ini memudahkan penularan penyakit dari satu
orang ke orang lainnya.
Untuk itu, selain melakukan penatalaksanaan medikamentosa, keluarga
pasien juga diberi konseling, informasi dan edukasi mengenai cara penularan diare
melalui perilaku mereka yang salah selama ini serta cara mencegahnya muncul
lagi dikemudian hari.

9
Aspek Ilmu Kesehatan Masyarakat
Menurut H. L. Blum, terdapat 4 faktor yang dapat mempengaruhi derajat
kesehatan masyarakat, dimana jika terjadi ketidakseimbangan diantara faktor-
faktor tersebut dapat menyebabkan penyakit, diantaranya faktor genetik
(keturunan), perilaku (gaya hidup) individu atau masyarakat, faktor lingkungan
(sosial ekonomi, fisik, politik) dan faktor pelayanan kesehatan (jenis, cakupan dan
kualitasnya), namun yang paling berperan dalam terjadinya diare adalah faktor
prilaku, lingkungan serta pelayanan kesehatan.

1. Faktor Genetik
Diare merupakan penyakit yang tidak berhubungan dengan masalah genetik.

2. Faktor Lingkungan
 Sosio-ekonomi menengah
Pasien termasuk dalam keluarga dengan sosio-ekonomi yang menengah
kebawah. Keluarga pasien mengaku bahwa kadang untuk kebutuhan sehari-
hari seperti untuk makan sangat sulit didapatkan, sehingga tidak
memperhatikan lagi kualitas makanan yang dikomsumsi apakah baik untuk
kesehatan atau tidak.

3. Perilaku
 Kebiasaan tidak mencuci tangan menggunakan sabun
Kebiasaan mencuci tangan telah dilakukan oleh keluarga pasien namun
kurang efektif, dimana tidak menggunakan sabun, dan masih menunjukkan
metode cuci tangan yang kurang benar. Mencuci tangan pada saat sebelum
makan, sesudah makan, mempersiapkan makanan, sesudah BAK dan BAB,
dan setelah beraktivitas merupakan hal yang sangat penting. Karena dengan
mencuci tangan dengan sabun, dapat menjadi salah satu cara memutus rantai
/ rute penularan penyakit.
 Pengolahan makanan dan minuman yang kurang higienis

10
Sebelum memasak, sayur dicuci dua kali.Sumber air minum diperoleh dari
sumur dap yang dialirkan lewat ledeng, dan direbus sampai mendidih.
Meskipun demikian, kebersihan peralatan minum juga berpengaruh.

 Pengelolaan sampah
Dirumah pasien tidak memiliki tempat sampah tetap, hanya menggunakan
plastik untuk penyimpanan sampah yang kemudian dibuang langsung ke
tempat sampah dipinggir jalan.
 Penggunaan kamar mandi
Kondisi kamar mandi yang masih digunakan secara bersama-sama. Dimana
kondisi sebelumnya di keluarga pasien ada juga mengalami hal yang sama.
Kemungkinan besar untuk tertularnya penyakit ini melalui penggunaan
jamban yang bersamaan.
4. Pelayanan Kesehatan
Puskesmas memiliki poli khusus bayi dan anak untuk memberikan
pelayanan kepada pasien khususnya dalam hal upaya kesehatan perorangan.
Pemberian medikamentosa segera dilakukan di poli bayi dan anak, dengan
adanya konsul interna yang ada di puskesmas, pasien diarahkan ke
konseling pencegahan dan penanggulangan diare untuk memberikan
pengetahuan kepada pasien terkait penyakit diare dan memberikan layanan
pojok oralit kepada pasien. Apabila pasien kemudian datang berulang kali
dengan penyakit yang sama maka tim surveilans akan turun untuk
mengevaluasi lingkunngan tempat tinggal pasien. Dan akan melakukan
promosi kesehatan dan PHBS yang dilkakukan oleh promkes dan kesling
(sanitasi). Jadi secara keseluruhan Pelayanan Kesehatan di Puskesmas
Birobuli terkait penyakit diare sudah cukup baik.

Kuman penyebab penyakit diare, keluar dari tubuh penderita bersama tinja
atau muntahan dan menular dengan perantaraan makanan dan minuman yang
telah terkontaminasi oleh bibit penyakitnya. Pengotoran (kontaminasi) ini dapat
terjadi karena:

11
1. Makanan/ minuman dimasak kurang matang atau sengaja dimakan mentah
misalnya sayur
2. Makanan/alat-alat makan dihinggapi lalat yang memindahkan bibit penyakitnya
(vektor)
3. Tidak mencuci tangan dengan sabun sebelum makan.
4. Makanan/ alat makan disediakan oleh orang yang mengandung bibit
penyakitnya terutama carrier.
Rumah pasien belum memenuhi kriteria rumah sehat dimana rumah
tinggal pasien terdiri dari 1 ruang tamu sekaligus sebagai ruang keluarga dan
ruang makan, 1 dapur. Luas rumah pasien ± 5x7 meter, jarak rumah pasien
dengan rumah tetangga cukup dekat. Sinar matahari yang masuk cukup karena
terdapat jendela dan ventilasi. Lantai rumah terbuat dari semen yang dilapisi
dengan tikar plastic, tapi hanya di ruang tamu saja, pada dapur dan tempat makan
hanya berlantai semen. Dinding rumah berupa beton dan atap rumah terbuat dari
seng. Rumah pasien dihuni oleh 6 orang anggota keluarga, yang sangat tidak
sesuai dengan jumlah penghuninya.
Faktor sosio-ekonomi sangat mempengaruhi perilaku pasien. Tuntutan
untuk mencukupi biaya untuk kebutuhan primer seperti makan, mengharuskan
keluarga pasien ini harus bekerja lebih, sehingga kebersihan rumah dan diri tidak
diperhatikan lagi. Karena keterbatasan tersebut, pasien tidak peduli akan kualitas
hidupnya terutama untuk kesehatan. Adapun hal yang paling bisa diintervensi
adalah mengubah kebiasaan pasien yang kurang memperhatikan kebersihan diri
dan lingkungannya, salah satunya adalah mencuci tangan dengan sabun sebelum
dan setelah melakukan aktivitas terutama makan dan setelah dari kamar mandi,
dan menyediakan tempat sampah sehingga lalat tidak berterbangan didalam rumah
yang dapat menghinggapi makanan. Saran untuk pelayanan kesehatan adalah
dengan melakukan penyuluhan kesehatan tentang pentingnya perilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS) sehingga pengetahuan dan kepedulian masyarakat
mengenai kesehatannya lebih meningkat, yang dapat menjadi salah satu cara
untuk menurunkan data kejadian diare di daerah kerja Puskesmas Birobuli.

12
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan
Munculnya diare pada pasien ini disebabkan oleh perilaku hidup bersih
dan sehat yang kurang dan kondisi lingkungan (sosio ekonomi rendah) serta
tingkat pendidikan keluarga yang rendah.

2. Saran
Koordinasi antara bagian konseling dengan bagian pelayanan kesehatan
agar lebih ditingkatkan terutama dalam melakukan sosialisasi berupa
penyuluhan yang berkaitan dengan sanitasi lingkungan dan perilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS) untuk mencegah diare.

13
DAFTAR PUSTAKA

1. WHO, 2013. Diarrhoeal disease. Diakses dari:


http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs330/en/
2. KEMENKES RI 2016. Diare dalam Profil kesehatan Inonesia Tahun
2015. Pp: 179. Kementrian Kesehatan RI: Jakarta
3. Tim Penyusun, 2016, Profil Kesehatan Puskesmas Birobuli Tahun 2016.
Dinas Kesehatan Kota Palu.
4. Soewondo ES.2002. Seri Penyakit Tropik Infeksi Perkembangan Terkini
Dalam Pengelolaan Beberapa penyakit Tropik Infeksi.Surabaya :
Airlangga University Press.
5. Widoyono.2008. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan
&Pemberantasannya.Jakarta : Erlangga.
6. Notoatmodjo, S., 2003.Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka
Cipta.
7. Khalid, Zein dkk. 2004. Diare Akut Disebabkan Bakteri. Fakultas
Kedokteran Divisi Penyakit Tropik dan Infeksi Bagian Ilmu Penyakit
Dalam Universitas Sumatera Utara

14
DOKUMENTASI

15
LAPORAN KASUS November, 2017

DIARE TANPA DEHIDRASI

Disusun Oleh:

BASO EKOPARMAN
N 111 13 019

PEMBIMBING KLINIK
dr. NURJANA ASLAH
dr. DIAH MUTIARASARI M.PH

KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2017

16

Anda mungkin juga menyukai