Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN KASUS AGUSTUS 2022

URETERITIS GONORE

Disusun oleh :
dr.Ria Miranda

Pembimbing :

dr.Suharia Hafid

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA

UPTD PUSKESMAS NOSARARA PALU

2022
BAB I

LAPORAN KASUS

A. Identitas pasien

Nama : Tn. SH
Jenis kelamin : laki-laki
Usia : 27 tahun
Agama : islam
Pekerjaan : swasta
Status perkawinan : kawin
Tanggal pemeriksaan : 2-8-2022

B. Anamnesis
Keluhan Utama :
keluhan keluar cairan berwarna putih dari kemaluan.
Riwayat keluhan utama :
Pasien laki-laki datang ke poli mtbs pkm nosarara dengan keluhan
keluar cairan berwarna putih dan berbau dari kemaluan dialami sejak 1
minggu yang lalu, keluhan disertai rasa nyeri saat buang air kecil, cairan
berwarna putih kental, keluar tidak bercampur dengan urin, gatal pada
kemaluan (-), luka pada kemaluan (-), nyeri perut bagian bawah (-). Pasien
juga sempat mengalami demam beberapa hari yang lalu, tapi turun setelah
minum obat penurun demam, flu (-), batuk (-). Pasien juga mengatakan
nafsu makan menurun dan berat badan turun. Keluhan baru pertama kali
pasien alami, keluhan dialami setelah pasien pulang dari perjalanan selama
1 minggu, dan pasien mengatakan sempat melakukan hubungan seksual
dengan PSK tanpa menggunakan kondom satu kali sebelum pulang ke
palu.
Riwayat penyakit dahulu : Riwayat Hipertensi (-), Riwayat Diabetes
Mellitus (-), riwayat Infeksi Menular Seksual (-)

Riwayat penyakit keluarga : Tidak ada anggota keluarga dengan keluhan


yang sama

Riwayat pengobatan :Pasien belum melakukan pengobatan untuk


keluhannya

Riwayat sosial ekonomi dan kebiasaan : Pasien berkerja sebagai supir


angkutan umum antar provinsi, pasien sudah berkerja selama 5
tahun,pasien memiliki kebiasaan merokok sejak masih SMA, kebiasaan
minum alkohol disangkal, menggunakan narkoba disangkal.

C. Pemeriksaan Fisik
1. Tanda Vital

Kesadaran : Compos mentis


Keadaan umum : Baik
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 92 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 37.00 C
2. Status Generalis
Dalam batas normal
3. Status Dermatologis
Regio penis : tampak adanya duh tubuh mukopurulen, daerah
sekitar Orificium Urethra Externa (OUE) tampak edem dan eritem.
D. Pemeriksaan penunjang
Anti HIV : nonreaktif
DR : normal
E. Diagnosis
Ureteritis Gonore
F. Diagnosis banding : Uretritis non Gonore, Infeksi Saluran Kemih (ISK)
G. Saran pemeriksaan penunjang : Pemeriksaan Gram dari duh kemaluan
pasien
H. Tatalaksana
Cefixim 200 mg 1x2 tab per oral selama 5 hari
Azitromisin 500 mg 1x2 tab per oral hari ke-6
I. Edukasi
 Anjurkan abstinensia sampai terbukti sembuh secara klinis dan
laboratoris, dan bila tidak dapat menahan diri supaya memakai
kondom
 Kontrol pada hari ke-7
 Konseling infeksi menular seksual (IMS):
 Mengobati sendiri cukup berbahaya
 IMS umumnya ditularkan melalui hubungan seksual
 IMS adalah ko-faktor atau faktor risiko dalam penularan
HIV
 IMS harus diobati secara paripurna dan tuntas
 Pasangan seksual perlu diperiksa dan diobati
 Kondom dapat melindungi diri dari infeksi IMS dan HIV
 Tidak dikenal adanya pencegahan primer terhadap IMS
dengan obat
 Komplikasi IMS dapat membahayakan pasien
J. Prognosis
Quo ad Vitam : Bonam
Quo ad Functionam : Bonam
Quo ad Sanactionam : Bonam
BAB II

PEMBAHASAN

Pasien laki-laki usia 27 tahun datang ke poli MTBS PKM Nosarara


dengan keluhan keluar cairan putih kental dari kemaluannya sejak 1 minggu yang
lalu. Cairan putih kental yang keluar dari kemaluan atau secara medis disebut
sebagai duh tubuh uretra merupakan gejala khas pada infeksi menular seksual
pada pria terutama yang disebabkan oleh kuman N.gonorrhoeae. Kuman yang
menempel pada permukaan mukosa epitel kolumnar, kuman akan melekat ke
membran plasma kemudian menginvasi ke dalam sel dan merusak mukosa
sehingga memunculkan respon inflamasi dan eksudat. Keluhan lain yang
dikatakan pasien adalah nyeri saat buang air kecil yang merupakan akibat dari
respon inflamasi dan kerusakan jaringan di mukosa sekitar OUE.

Riwayat hubungan seksual penting ditanyakan pada kasus IMS. Pasien


mengaku sebelum keluhan dimulai pernah melakukan hubungan seksual dengan
lawan jenis yang bukan merupakan istri pasien sehingga hal ini menjadi informasi
yang sangat berguna dalam penegakan diagnosis IMS.
Kuman patogen penyebab utama duh tubuh uretra adalah Neisseria
gonorrhoeae (N.gonorrhoeae) dan Chlamydia trachomatis (C.trachomatis). Oleh
karena itu, pengobatan pasien dengan duh tubuh uretra secara sindrom harus
dilakukan serentak terhadap kedua jenis kuman penyebab tersebut. Bila ada
fasilitas laboratorium yang memadai, kedua kuman penyebab tersebut dapat
dibedakan, dan selanjutnya pengobatan secara lebih spesifik dapat dilakukan.
Etiologi uretritis non-gonokokus terutama disebabkan oleh C.trachomatis,
sehingga dalam pengobatannya ditujukan untuk klamidiosis.
Pengobatan yang diberikan pada pasien adalah obat cefixime dengan dosis
400 mg/hari selama 5 hari dan azitromisin dengan dosis 1000 mg/hari pada hari
ke-6. Pemberian cefixime sesuai dengan pedoman yg ada baik dari Kemenkes
maupun dari WHO dan CDC. Pertimbangan diberikannya cefixime selama 5 hari
mengingat kemungkinan kekambuhan dari penyakit gonore sehingga untuk
menjamin tingkat kemanjuran, para dokter tidak diperbolehkan untuk
menggunakan obat dengan dosis lebih rendah dari yang dianjurkan.
Edukasi yang diberikan pada pasien terutama untuk efektivitas terapi dan
memutus mata rantai penularan IMS. Pasien yang sudah berkeluarga berpotensi
menularkan gonore kepada pasangannya sehingga penting untuk meyakinkan
pasien agar untuk sementara tidak berhubungan seksual dengan istrinya sampai
pengobatan selesai dan pasien dinyatakan sembuh. Namun, apabila memang
hubungan seksual tidak dapat dihindari maka penggunaan kondom merupakan
kewajiban bagi pasien ini.
Prognosis pada pasien umumnya bonam bila minum obat sesuai dengan
yang telah ditentukan oleh dokter. Prognosis dapat menjadi buruk bila telah terjadi
komplikasi dan risiko penularan IMS lain seperti HIV.
DAFTAR PUSTAKA

1. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Nasional


Penanganan Imfeksi Menular Seksual 2015. Jakarta: Kemenkes RI. 2015.
2. WHO. WHO guidelines for the treatment of Neisseria gonorrhoeae.
Geneva: WHO. 2016.
3. CDC. Sexually transmitted diseases treatment guidelines 2015. CDC
MMWR. 2015;64(3):1-137.
4. PERDOSKI. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Spesialis Kulit dan
Kelamin di Indonesia. Jakarta: PERDOSKI. 2017.

Anda mungkin juga menyukai