Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN

KEPERAWATAN
HIV AIDS
PADA ANAK
Kelompok 8
Kelompok

01 Annisa Firdausi 03 Khalisa Salsabila

02 Ghina Chalista 04 Mutmainna Yudha


Pengertian
Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV)
adalah infeksi virus yang secara progresif menghancurkan sel-sel
darah putih infeksi oleh HIV biasanya berakibat pada kerusakan
sistem kekebalan tubuh secara progresif, menyebabkan terjadinya
infeksi oportunistik dan kanker tertentu

Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS)


adalah suatu kumpulan kondisi klinis tertentu yang merupakan
hasil akhir dari infeksi oleh HIV. AIDS disebabkan oleh Human
Immunodeficiency Virus (HIV).
Penularan
HIV tidak menular melalui peralatan makan, pakaian, handuk, sapu tangan, hidup serumah dengan penderita
HIV/AIDS, gigitan nyamuk, dan hubungan sosial yang lain.

Berhubungan Seksual Ibu pada bayi Darah


Menggunakan produk darah
Ditularkan oleh ibu kepada
Behubungan dengan penderita yang sudah terkontaminasi
bayi
HIV

Pemakaian alat Alat Tajam Jarum suntik


Penggunaan alat yang tidak Penggunaan alat tajam tanpa Penggunaan jarum suntik
steril di sterilisasi bersama

Nursalam dan Kurniawati (2011)


Respon tubuh
Respiratory
Pneumonia Pneumocytis carini

Gastrointerstinal

Kanker
Sarkoma Kaposi

Neurologic
Ensefalopati HIV

Struktur Integrumen
Infeksi HIV dan infeksi oportunistik
Patofisiologi
Virus HIV menyerang sel darah putih (limfosit T4) yang merupakan sumber kekebalan tubuh
untuk menangkal berbagai penyakit infeksi. Dengan memasuki sel T4, virus memaksa limfosit T4 untuk
memperbanyak dirinya sehingga akhirnya menurun, sehingga menyebabnya tubuh mudah terserang infeksi
dari luar. Hal ini menyebabkan kematian pada orang yang terjangkit HIV/AIDS. Selain menyerang limfosit
T4, virus AIDS juga memasuki sel tubuh yang lain, organ yang sering sifatnya toxic ( racun ) terhadap sel,
khususnya sel otak dan susunan saraf pusat dan tepi lainnya yang dapat menyebabkan kematian sel otak

Perjalanan infeksi HIV paling baik dipahami dengan menggunakan kaidah saling
memengaruhi antara HIV dan sistem imun. Ada tiga tahap yang dikenali yang mencerminkan dinamika
interaksi antara virus dan penjamu.
(1) fase akut pada tahap awal : gejala nonspesifik
(2) fase kronis pada tahap menengah : infeksi oportunistik ringan
(3) fase krisis, pada tahap akhir : peningkatan virus serta penyakit klinis
Diagnosa
Yang mungkin muncul

- Ketidak seimbangan cairan elektrolit berhubungan dengan diare


- Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan diare, muntah
- Kelelahan berhubungan dengan proses penyakit

- Diare berhubungan dengan infeksi


- Resiko infeksi berhubungan dengan, imunosupresi, malnutrisi, kerusakan integritas
kulit
- Nyeri kronis dan akut berhubungan dengan agen cedera biologis

- Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penyakit paru obstruksi


kronis
- Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan kerusakan neorologis, ansietas, nyeri,
keletihan
Penatalaksanaan

kemoterapi ABV
oktreotid asetat
Obat Infeksi (sandostain)
Sindrom Pelisutan (Adriamisin, Bleomisin, dan
Vinkristin).

trimetroprime-
Penanganan
sulfametokazol Diare Kronik Terapi nutrisi
(TMP- SMZ) Keganasan
Penatalaksanaan

Terapi Obat yang menghambat Penderita memerlukan nutrisi


kerja enzim protase Perawat Pendukung yang sehat dan seimbang
Antiretrovirus

Zidovudin,
Perawatan dari banyak
Dideoksinosin , Obat Inhibitor
macam perawat Terapi Nutrisi
dideoksisitidin dan Protase supportif
Stavudin.
CONCEPTS AND TYPOLOGY

Terapi
JUPITER NEPTUNE VENUS
Antiretrovirus
Despite being red,
Jupiter is a gas giant Neptune is the farthest Venus has a beautiful
Mars is actually a cold
and the biggest planet planet from the Sun name, but it’s very hot
place
01
Askep
HIV AIDS
You could enter a subtitle here if you
need it
Kasus
Anak laki-laki usia 5 tahun, dirawat di RS dengan keluhan
demam tinggi dan diare sudah lebih dari 1 bulan tidak kunjung sembuh .
Rawatan hari pertama di ruang rawat anak. Saat dilakukan pengkajian
pasien tampak kurus dan mulut penuh dengan sariawan. BB : 15 Kg, TB :
110 cm, Hasil pemerikasaan tanda tanda vital diapatkan : TD 90/80 , N:
96x/menit , S: 38,60C, RR : 22x/menit. Pemeriksaan fisik didapatkan:
konjungtiva anaemis, mata merah, mukosa bibir tampak kering, turgor
kulit tidak elastis, Badan teraba panas. Ibu pasien mengatakan anak sering
haus dan nafsu makan berkurang. Didapatkan data orangtua dengan risiko
tinggi terinfeksi HIV. Hasil pemeriksaan darah menunjukkan Hb : 7 g/dL ,
trombosit 384.000/uL, hematocrit 36%, dan leukosit 6700/UI. Saat ini
pasien terpasang infus RL1500/24 jam, Parasetamol Syrup 3 x 10 ml, zinc
syrup 1x10 ml.
Data Fokus
1. Data subjektif
- Ibu pasien mengatakan anaknya deman tinggi lebih dari 1 bulan
- Ibu pasien mengatakan anaknya diare sudah lebih dari 1 bulan
- Ibu pasien mengatakan anaknya sering haus
- Ibu pasien mengatakan anaknya mengalami nafsu makan berkurang

2. Data objektif Pemeriksaan Fisik


Hasil TTV - BB : 15 Kg
- TD : 90/80 mmHg - TB : 110 cm
-N : 96x/menit - Konjungtiva anaemis
-S : 38,60C - Mata merah
- RR : 22x/menit - Mukosa bibir tampak kering
Hasil Pemeriksaan Darah - Turgor kulit tidak elastis
- Hb : 7 g/dL
- Badan teraba panas
- Trombosit : 384.000/uL Data tambahan :
- Hematocrit : 36%, - Klien tampak kurus
- Leukosit : 6700/UI - Mulut klien tampak penuh sariawan
Analisa Data
Analisa Data
Analisa Data
Diagnosa Medis

Perubahan nutrisis kurang dari


Hipertermi berhubungan Kekurangan volume cairan kebutuhan tubuh berhubungan
dengan infeksi oportunistik berhubungan dengan diare. dengan diare, kehilangan nafsu
makan, kandidiasis oral.
Rencana Keperawatan
Rencana Keperawatan
Rencana Keperawatan
Pembahasan
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah kumpulan gejala penyakit akibat
menurunnya sistem kekebalan tubuh oleh virus yang disebut HIV. Dalam bahasa Indonesia AIDS disebut
sindrom cacat kekebalan tubuh. Menurut Weber AIDS diartikan sebagai infeksi virus yang dapat
menyebabkan kerusakan parah dan tidak bisa diobati pada sistem imunitas, sehingga mudah terjadi infeksi
oportunistik.
Penyakit HIV AIDS merupakan penyakit infeksi yang dapat ditularkan ke orang lain melalaui
cairan tubuh penderita yang terjadi melalui proses hubungan seksual, tranfusi darah, penggunaan jarum
suntik yang terkontaminasi secara bergantian, dan penularan dari ibu ke anak dalam kandungan melalui
plasenta dan kegiatan menyusui.
Kasus HIV-AIDS berkembang sangat cepat di seluruh dunia, terlihat dari besamya jumlah
orang yang telah terinfeksi oleh virus tersebut. Diperkirakan sekitar 40 juta orang telah terinfeksi dan lebih
dari 20 juta orang meninggal. Di seluruh dunia, setiap hari diperkirakan sekitar 2000 anak di bawah 15
tahun tertular virus HIV dan telah menewaskan 1400 anak di bawah usia 15 tahun, serta menginfeksi lebih
dari 6000 orang usia produktif.
Pembahasan
Kasus HIV-AIDS pada mulanya diketemukan pada kelompok homoseksual, sekarang ini telah
menyebar ke semua orang tanpa kecuali berpotensi untuk terinfeksi virus HIV. Resiko penularan
nampaknya sudah terjadi tidak hanya pada populasi berperilaku risiko tinggi. Data yang ada menunjukkan
bahwa HIV-AIDS telah menginfeksi ibu rumah tangga, bahkan pada anak-anak atau bayi yang dikandung
atau tertular dari ibu pengidap HIV.
Penularan HIV ke Bayi dan Anak, bisa dari ibu ke anak, penularan melalui darah, penularan
melalui hubungan seksual (pelecehan seksual pada anak). Penularan dari ibu ke anak terjadi karena wanita
yang menderita HIV/AIDS sebagian besar (85%) berusia subur (15-44 tahun), sehingga terdapat risiko
penularan infeksi yang bisa terjadi saat kehamilan (in uteri). Berdasarkan laporan CDC Amerika,
prevalensi penularan HIV dari ibu ke bayi adalah 0,01% sampai 0,7%. Bila ibu baru terinfeksi HIV dan
belum ada gejala AIDS, kemungkinan bayi terinfeksi sebanyak 20% SAMPAI 35%, sedangkan jika sudah
ada gejala pada ibu kemungkinan mencapai 50%.penularan juga terjadi selama proses persalinan melalui
transfusi fetomaternal atau kontak antara kulit atau membran mucosa bayi dengan darah atau sekresi
maternal saat melahirkan . semakin lama proses kelahiran, semakin besar pula risiko penularan, sehingga
lama persalinanbisa dicegah dengan operasi sectio caecaria. Transmisi lain juga terjadi selama periode
postpartum melalui ASI, risiko bayi tertular melaui ASI dari ibu yang positif sekitar 10%.
Kesimpulan

1. Hasil pengkajian di dapatkan data pasien HIV AIDS mengeluh mengalami diare, demam tinggi, nafsu
makan menurun, berat badan berkurang, sariawan di mulut, bibir kering.

2. Masalah keperawatan yang di dapatkan antara lain hipertermi berhubungan dengan pelepasan pyrogen
dari hipotalamus sekunder terhadap reaksi antigen dan antibody, kekurangan volume cairan berhubungan
dengan pemasukan dan pengeluaran sekunder karena diare, perubahan nutrisis kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan diare, kehilangan nafsu makan, kandidiasis oral.

3. Rencana keperawatan yang disusun tergantung kepada masalah keperawatan yang ditemukan masing
masing pasien rencana keperawatan yang dilakukan pada pasien HIV AIDS rencana tindakan pada pasien
HIV AIDS antara lain, menajemen cairan, monitor cairan, menajemen saluran cerna, menajemen diare,
monitor elektrolit, menajemen nutrisi monitor nutrisi , pemberian nutrisi total parenteral, pemberian
analgesik menajemen nyeri, monitor tanda- tanda vital, pantau suhu kulit, pantau berat badan.
Kesimpulan

4. Pada tahap pelaksanaan keperawatan tindakan yang dilakukan pada pasien HIV AIDS antara lain
mencatat Intake dan Output pasien, menilai status hidrasi dan mukosa bibir, denyut nadi, dan tekanan
darah, mengukur TTV, pemberian cairan infus, memeriksa turgor kulit, memonitor kadar albumin,
melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, memberi obat analgesik, mengajarkan teknik non
farmakologi seperti teknik relaksasi, menganjurkan pasien istirahat dan tidur, memonitor buang air besar,
memonitor bising usus, memonitor adanya mual muntah, berikan infus, menentukan status gizi,
mengkaji riwayat alergi, monitor kalori dan asupan makanan, memonitor diet dan asupan kalori,
mengidentifikasi penurunan nafsu makan, menilai hasil laboratorium.

5. Hasil evaluasi yang dilakukan pada pasien terdapat masalah keperawatan yang dapat teratasi dengan
kriteria hasil BAB dan suhu tubuh normal, terdapat penerimaan terhadap keadaan diri.
Sekian
TERIMAKASI
H

Anda mungkin juga menyukai