KEPERAWATAN
HIV AIDS
PADA ANAK
Kelompok 8
Kelompok
Gastrointerstinal
Kanker
Sarkoma Kaposi
Neurologic
Ensefalopati HIV
Struktur Integrumen
Infeksi HIV dan infeksi oportunistik
Patofisiologi
Virus HIV menyerang sel darah putih (limfosit T4) yang merupakan sumber kekebalan tubuh
untuk menangkal berbagai penyakit infeksi. Dengan memasuki sel T4, virus memaksa limfosit T4 untuk
memperbanyak dirinya sehingga akhirnya menurun, sehingga menyebabnya tubuh mudah terserang infeksi
dari luar. Hal ini menyebabkan kematian pada orang yang terjangkit HIV/AIDS. Selain menyerang limfosit
T4, virus AIDS juga memasuki sel tubuh yang lain, organ yang sering sifatnya toxic ( racun ) terhadap sel,
khususnya sel otak dan susunan saraf pusat dan tepi lainnya yang dapat menyebabkan kematian sel otak
Perjalanan infeksi HIV paling baik dipahami dengan menggunakan kaidah saling
memengaruhi antara HIV dan sistem imun. Ada tiga tahap yang dikenali yang mencerminkan dinamika
interaksi antara virus dan penjamu.
(1) fase akut pada tahap awal : gejala nonspesifik
(2) fase kronis pada tahap menengah : infeksi oportunistik ringan
(3) fase krisis, pada tahap akhir : peningkatan virus serta penyakit klinis
Diagnosa
Yang mungkin muncul
kemoterapi ABV
oktreotid asetat
Obat Infeksi (sandostain)
Sindrom Pelisutan (Adriamisin, Bleomisin, dan
Vinkristin).
trimetroprime-
Penanganan
sulfametokazol Diare Kronik Terapi nutrisi
(TMP- SMZ) Keganasan
Penatalaksanaan
Zidovudin,
Perawatan dari banyak
Dideoksinosin , Obat Inhibitor
macam perawat Terapi Nutrisi
dideoksisitidin dan Protase supportif
Stavudin.
CONCEPTS AND TYPOLOGY
Terapi
JUPITER NEPTUNE VENUS
Antiretrovirus
Despite being red,
Jupiter is a gas giant Neptune is the farthest Venus has a beautiful
Mars is actually a cold
and the biggest planet planet from the Sun name, but it’s very hot
place
01
Askep
HIV AIDS
You could enter a subtitle here if you
need it
Kasus
Anak laki-laki usia 5 tahun, dirawat di RS dengan keluhan
demam tinggi dan diare sudah lebih dari 1 bulan tidak kunjung sembuh .
Rawatan hari pertama di ruang rawat anak. Saat dilakukan pengkajian
pasien tampak kurus dan mulut penuh dengan sariawan. BB : 15 Kg, TB :
110 cm, Hasil pemerikasaan tanda tanda vital diapatkan : TD 90/80 , N:
96x/menit , S: 38,60C, RR : 22x/menit. Pemeriksaan fisik didapatkan:
konjungtiva anaemis, mata merah, mukosa bibir tampak kering, turgor
kulit tidak elastis, Badan teraba panas. Ibu pasien mengatakan anak sering
haus dan nafsu makan berkurang. Didapatkan data orangtua dengan risiko
tinggi terinfeksi HIV. Hasil pemeriksaan darah menunjukkan Hb : 7 g/dL ,
trombosit 384.000/uL, hematocrit 36%, dan leukosit 6700/UI. Saat ini
pasien terpasang infus RL1500/24 jam, Parasetamol Syrup 3 x 10 ml, zinc
syrup 1x10 ml.
Data Fokus
1. Data subjektif
- Ibu pasien mengatakan anaknya deman tinggi lebih dari 1 bulan
- Ibu pasien mengatakan anaknya diare sudah lebih dari 1 bulan
- Ibu pasien mengatakan anaknya sering haus
- Ibu pasien mengatakan anaknya mengalami nafsu makan berkurang
1. Hasil pengkajian di dapatkan data pasien HIV AIDS mengeluh mengalami diare, demam tinggi, nafsu
makan menurun, berat badan berkurang, sariawan di mulut, bibir kering.
2. Masalah keperawatan yang di dapatkan antara lain hipertermi berhubungan dengan pelepasan pyrogen
dari hipotalamus sekunder terhadap reaksi antigen dan antibody, kekurangan volume cairan berhubungan
dengan pemasukan dan pengeluaran sekunder karena diare, perubahan nutrisis kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan diare, kehilangan nafsu makan, kandidiasis oral.
3. Rencana keperawatan yang disusun tergantung kepada masalah keperawatan yang ditemukan masing
masing pasien rencana keperawatan yang dilakukan pada pasien HIV AIDS rencana tindakan pada pasien
HIV AIDS antara lain, menajemen cairan, monitor cairan, menajemen saluran cerna, menajemen diare,
monitor elektrolit, menajemen nutrisi monitor nutrisi , pemberian nutrisi total parenteral, pemberian
analgesik menajemen nyeri, monitor tanda- tanda vital, pantau suhu kulit, pantau berat badan.
Kesimpulan
4. Pada tahap pelaksanaan keperawatan tindakan yang dilakukan pada pasien HIV AIDS antara lain
mencatat Intake dan Output pasien, menilai status hidrasi dan mukosa bibir, denyut nadi, dan tekanan
darah, mengukur TTV, pemberian cairan infus, memeriksa turgor kulit, memonitor kadar albumin,
melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, memberi obat analgesik, mengajarkan teknik non
farmakologi seperti teknik relaksasi, menganjurkan pasien istirahat dan tidur, memonitor buang air besar,
memonitor bising usus, memonitor adanya mual muntah, berikan infus, menentukan status gizi,
mengkaji riwayat alergi, monitor kalori dan asupan makanan, memonitor diet dan asupan kalori,
mengidentifikasi penurunan nafsu makan, menilai hasil laboratorium.
5. Hasil evaluasi yang dilakukan pada pasien terdapat masalah keperawatan yang dapat teratasi dengan
kriteria hasil BAB dan suhu tubuh normal, terdapat penerimaan terhadap keadaan diri.
Sekian
TERIMAKASI
H