HIV/Aids
Oleh : dr. Ihsanul Rajasa
Moderator:
Prod. DR. dr. Zubairi Djoerban, SpPD KHOM
Identitas
Nama : Tn. LF
No RM : 83 74 03
Tanggal lahir : 07 Februari 1985 (31 thn)
Alamat : Ternate
Pekerjaan : Taspen
Status : Menikah
Pembiayaan : BPJS Tenaga Kerja
Masuk UGD : 28 Agustus 2017
Masuk Ruangan : 29 Agustus 2017
Perawatan : Hari ke-3
Keluhan Utama
(alloanamnesis istri pasien)
3 bulan SMRS
- Dikatakan oleh istri pasien bahwa pasien mulai tidak ingat akan
orang-orang disekitarnya, pekerjaan sehari-harinya dan tidak
tahu alamat rumah sendiri secara tiba-tiba. Pada saat itu tidak
ada keluhan lain seperti riwayat trauma, kelemahan pada tubuh,
kejang, demam, diare, atau keluhan lainnya. Namun istri pasien
merasa suami terlihat lebih kurus (penurunan BB tidak diketahui
pasti)
- Pada saat itu istri membawa pasien ke klinik dokter umum dan
pasien disarankan untuk ke dokter spesialis jiwa. Lalu pasien
dibawa istri ke dokter jiwa dan dikatakan pasien menderita
depresi dan diberikan obat minum. Namun istri merasakan tidak
ada perubahan pada pasien.
Riwayat Penyakit Sekarang
2 Bulan SMRS
1 Bulan SMRS
1 Minggu SMRS
- Istri pasien merasa bahwa kaki bagian kanan pasien sering terlihat jatuh,
tidak kuat disangga dalam waktu lama dan tangan kanan sudah tidak
kuat mengangkat sendok atau gelas, dan secara keseluruhan kekuatan
gerak pasien sangat lemah. Istri pasien juga mendapatkan bahwa
terdapat luka pada punggung pasien.
Di Dunia Di Indonesia
lebih dari 70 juta orang telah Kasus HIV terlapor dari tahun
terinfeksi virus HIV dan sekitar 35 ke tahun
juta orang meninggal dunia karena 45,000
HIV 40,000
35,000
data terakhir tahun 2015 30,000
menunjukkan 36,7 juta masyarakat 25,000
20,000
global hidup dengan infeksi HIV
15,000
10,000
5,000
*Data Who 2016
0
2012 2013 2014 2015 2016
Kasus HIV terlapor dari tahun ke tahun
Pemeriksaan Fisik
Tanda vital (mis. demam tinggi, palpitasi)
Tanda infeksi oportunistik (mis. kandidiasis oral, kejang berulang,
penurunan fungsi kognitif, dll)
Tanda kronisitas (missal diare kronis, anemia)
Status gizi ( BB, HIV wasting syndrome)
TES LABORATORIUM
Rapid Tests Uji tapis: tes antigen p24
pada fase infeksi akut
ELISA (Enzym-Linked PCR (Polymerase Chain
Immunosorbent Assay) Reaction)
Deteksi antibodi terhadap HIV-1 Mendeteksi HIV-RNA diagnosis
dan HIV-2 biasanya RNA HIV-1 infeksi pada bayi yang lahir dari
yang positif. ibu yang terinfeksi HIV.
Maartens G. HIV Infection and AIDS. In: Walker BR, Colledge NR, Ralston SH, Penman ID, editors. Davidsons Principles and Practice of Medicine 22 nd ed. Edinburgh:
Elsevier; 2014. p. 387-410.
Algoritma pemeriksaan Laboratorium infeksi hiv dewasa
Hasil Interpretasi Tindak Lanjut
A1 (-) Non-Reaktif Bila yakin tidak ada faktor
atau risiko dan atau perilaku
A1 A2 A3 (-) berisiko dilakukan LEBIH
DARI tiga bulan
sebelumnya maka pasien
diberi konseling cara
menjaga tetap negatif.
Bila belum yakin ada
tidaknya faktor risiko dan
atau perilaku berisiko
dilakukan DALAM tiga
bulan terakhir maka
dianjurkan untuk TES
ULANG dalam 1 bulan
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, editor. Pedoman Nasional Tatalaksana Klinis
Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral pada Orang Dewasa. Jakarta; 2012.
Pemberian imunisasi dan pengobatan pencegahan kotrimoksasol pada
bayi yang lahir dari ibu dengan HIV positif
Anjuran rutin tes HIV, malaria, sifilis, dan IMS lainnya pada perawatan
antenatal (ANC)
Konseling untuk memulai terapi
Konseling tentang gizi, pencegahan penularan, narkotika, dan konseling
lainnya sesuai keperluan
Menganjurkan tes HIV pada pasien TB, infeksi menular seksual (IMS), dan
kelompok risiko tinggi beserta pasangan seksualnya sesuai dengan
ketentuan yang berlaku
Pendampingan oleh lembaga non kesehatan sesuai dengan kebutuhan
pasien.
Terapi
Tujuan Terapi pada HIV
Mengurangi viral load hingga tidak terdeteksi
selama mungkin
Meningkatkan hitung CD4 menjadi > 200
sel/mm3
Meningkatkan kuantitas dan kualitas hidup tanpa
terjadi toksisitas obat yang tidak dapat diterima
Mengurangi risiko penularan HIV
Mengurangi risiko dan beban perawatan rumah
sakit
Mengurangi angka kematian karena Aids
Rekomendasi dalam memulai terapi ARV
direkomendasikan pada semua pasien yang memiliki HIV +, telah
menunjukkan gejala diagnosis AIDS, atau menunjukkan gejala yang
sangat berat, tanpa melihat jumlah Iimfosit CD4+.
direkomendasikan pada pasien dengan Iimfosit CD4 kurang dari 350
sel/ mm. Pasien asimptomatik dengan Iimfosit CD4+ 200 - 350
sel/mm3 dapat ditawarkan untuk memulai terapi.
Pada pasien asimptomatik dengan Iimfosit CD4+ Iebih dari 350
sel/mm3 dan viral load Iebih dari 100.000 kopi/ml terapi ARV dapat
dimulai, namun dapat pula ditunda.
Terapi ARV tidak dianjurkan dimulai pada pasien dengan Iimfosit CD4+
Iebih dari 350 sel/mm3 dan viral load kurang dari 100.000 kopi/ml.
ARV
REGIMEN ARV LINI PERTAMA
2 NRTI + 1 NNRTI
TDF + 3TC (or FTC) + EFV (or NVP) atau
AZT + 3TC + EFV (or NVP)
Pada wanita hamil atau menyusui:
TDF + 3TC + EFV (or NVP) atau
AZT + 3TC + EFV (or NVP)
Tidak boleh menggunakan EFV pada trimester pertama
Penggunaan d4T pada terapi ARV lini pertama sudah tidak
direkomendasikan
World Health Organization. Consolidated Guidelines on The Use of Antiretroviral Drugs for Treating and Preventing HIV Infection: Recommendations for A Public
Health Approach Second Edition 2016. Geneva; 2016.
Regimen lini kedua
2 NRTI + boosted-PI
TDF (or AZT) + 3TC + LPV
KEGAGALAN TERAPI ARV
Kegagalan Klinis
Munculnya infeksi oportunistik setelah minimal 6 bulan terapi ARV
Kegagalan Imunologis
Gagal mencapai dan mempertahankan hitung CD4 yang adekuat
walaupun telah terjadi penurunan atau penekanan jumlah virus
Kegagalan Virologis
Jika viral load tetap > 5.000 kopi/mL atau viral load menjadi
terdeteksi lagi setelah sebelumnya tidak terdeteksi
Rencana Strategis
Pemerintah
LSM
Zubairi_djoerban@yahoo.com