Anda di halaman 1dari 2

Widya Ratna Komala

195070200111010

RESUME 2: Konsep, Patofisiologi HIV AIDS, Tanda Gejala dan Pemeriksaan Diagnostik

HIV adalah virus jenis RNA yang menyerang sistem imun untuk melawan infeksi. Setelah
terinfeksi HIV selama 3-12 minggu, tubuh memproduksi antibody virus. HIV + jika hasil tes EIA
menunjukkan adanya antibody HIV. HIV ditularkan melalui cairan tubuh dengan cara HS, transfuse
darah, luka/suntikan yang terinfeksi HIV. Infeksi HIV: pengikatan oleh virus, lalu virus memasuki sel.
Terjadi reverse transcription dan virus terintegrasi ke dalam kromosom DNA inang. Terjadi sintesis
DNA virus dan tranlasi serta prosuksi dari protein virus yang akhirnya virus mengalami pertumbuhan
dalam sel inang dan terjadi maturase sehingga virus bisa menular. Fase HIV/AIDS meliputi:

1. Fase infeksi/serokonversi: Dimulai ketika seseorang terjangkit virus. Nilai viral load tinggi.
Pasien terinfeksi HIV bisa memiliki nilai tes negative sehingga perlu dilakukan tes ulang setelah
3 bulan.
2. Fase asymptomatic: Pasien positif HIV, tidak ada gejala. Sistem kekebalan (CD4) berhasil
mengendalikan virus tapi tidak menghilangkannya. Fase ini dapat berlangsung sampai 10 tahun.
3. Fase simptomatik: Ditandai dengan sistem imun (CD4) yang turun sangat rendah. Viral load
tinggi. Pasien bergejala: penurunan BB, kesulitan menelan, dsb. Fase ini berlangsung dari 1
hingga 3 tahun. Fase ini pasien dapat diberikan obat ARV untuk memperlambat perkembangan
penyakit.
4. Fase AIDS: Ditandai dengan sistem imun lemah (< 200 sel). Viral load tinggi. Pasien mengalami
IO/penyakit berkaitan HIV. Terapi ARV: memperlambat perkembangan HIV dan meningkatkan
kualitas hidup. Kematian terjadi karena tidak dilakukan terapi ARV dan pengobatan IO.

Alur pemeriksaan HIV: KIE (alasan menawarkan pemeriksaan dsb). Minta persetujuan
dilakukan tes HIV dan jaga kerahasiaan. Lakukan konseling pretes (menjelaskan prosedur pengujian,
dsb). Lakukan tes antibody HIV. Lakukan konseling post-tes (jika + HIV) (mendiskusikan kebutuhan
perawatan, dsb). Gejala fisik infant dan anak: nyeri, anoreksia, kehilangan BB, gangguan kognitif,
keterlambatan perkembangan, demam. Infeksi HIV dibagi menjadi 4 stase yaitu:

1. Stase 1 (Asymptomatic): Tidak ada gejala, Limfadenopati generalisata persisten


2. Stase 2 (Mild): Penurunan BB (< 10%), Infeksi saluran pernapasan berulang, herpes zoster,
keilitis sudut, ulkus mulut berulang, erupsi pruritus popular, dermatitis seboroik, infeksi kuku
jamur.
3. Stase 3 (Advanced): Penurunan BB, diare, demam, kandidiasis oral, leukoplakia berbulu, TBC
paru, infeksi bakteri, stomatitis ulseratif akut, nekrotikans, gingivitis atau periodontitis, anemia,
neutropenia, dan/atau trombositopenia
4. Stase 4 (Severe): sindrom wasting HIV, pneumocystis pneumonia, infeksi herpes simpleks atau
visceral, Kandidiasis, TBC ekstra paru, sarkoma Kaposi, Infeksi sitomegalovirus, toksoplasmosis
sistem saraf pusat, ensefalopati HIV, cryptococcosis ekstrapulmoner, infeksi mikobakteri
nontuberkulosis diseminata, leukoensefalopati multifokal progresif, kriptosporidiosis, mikosis
diseminata, septicemia, limfoma, karsinoma serviks invasive, leishmaniasis, nefropati atau
kardiomiopati terkait HIV simtomatik.

Askep (dewasa) dengan HIV AIDS, yaitu lakukan pengkajian riwayat kontak, pemeriksaann
fisik, gejala nonspesifik, neurologis dan IO. Jaga aspek psikososial (stigma). Lakukan pemeriksaan
diagnostic (hitung sel CD4 dan uji ELISA dan uji konfirmasi (Western Blot)). Diagnosis: 1)
Keletihan, 2) Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan, 3) Resiko infeksi, 4) Pola nafas
tidak efektif, 5) Nyeri (akut/kronis), 6) Kerusakan integritas kulit, 7) Defisit pengetahuan, 8) Isolasi
sosial.
Widya Ratna Komala
195070200111010

Sumber:

1. ANAC’s core curriculum for HIV/AIDS nursing / Association of Nurses in AIDS Care ; edited
by Barbara Swanson. — 3rd ed.)
2. Nursing Care of Patients with HIV/AIDS / Family Health Internasional (FHI). 2011

Anda mungkin juga menyukai