KOR PULMONAL
Disusun Oleh:
Tjiang Kelvin Candiago (07120110030)
Pembimbing:
dr. Inez Ariadne S., SpJP
BAB I
PENDAHULUAN
Kor pulmonal adalah terjadinya pembesaran dari jantung kanan (dengan atau
tanpa gagal jantung kiri) sebagai akibat dari penyakit yang mempengaruhi struktur
atau fungsi dari paru-paru atau vaskularisasinya. Kor pulmonal mempunyai insidensi
sekitar 6-7 % dari seluruh kasus penyakit jantung dewasa di Amerika Serikat, dengan
penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) karena bronchitis kronis dan emfisema
menjadi penyebab lebih dari 50% kasus kor pulmonal.
Sebaliknya, kor pulmonal akut biasanya menjadi kelainan sekunder akibat
adanya emboli paru massif. Tromboemboli paru akut adalah penyebab paling sering
dari cor pulmonale akut yang mengancam jiwa pada orang dewasa. Terdapat sekitar
50.000 angka kematian di Amerika Serikat dalam setahun akibat emboli paru dan
sekitar setengahnya terjadi dalam satu jam pertama akibat gagal jantung kanan.
Secara global, insidensi kor pulmonal bervariasi antar tiap negara, tergantung pada
prevalensi merokok, polusi udara, dan factor resiko lain untuk penyakit paru-paru
yang bervariasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Cor pulmonal didefinisikan sebagai perubahan dalam struktur dan fungsi dari
ventrikel kanan yang disebabkan oleh adanya gangguan primer dari system
pernapasan. Hipertensi pulmonal merupakan factor penghubung tersering antara
disfungsi paru-paru dan jantung dalam cor pulmonal. Kelainan pada ventrikel kanan
yang disebabkan oleh adanya kelainan utama pada ventrikel kiri tidak dianggap
sebagai cor pulmonal, tetapi cor pulmonal dapat berkembang dan menjadi penyebab
berbagai proses penyakit pada kardiopulmonal. Meskipun cor pulmonal seringkali
berlangsung kronis dengan progress yang lambat, onset akut cor pulmonal dapat
memburuk dengan komplikasi yang dapat mengancam jiwa.
EPIDEMILOGI
kantong
udara
yang
respiratorius, duktus alveolus, dan alveolar sacs. Fungsi utama dari unit
alveolus adalah pertukaran O2 dan CO2 di antara kapiler pulmoner dan
alveoli.
d. Paru-paru
Kendali pernafasan
Fungsi mekanik pergerakan udara masuk dan keluar dari paru-pau dinamakan
ventilasi. Mekanisme tersebut dilaksanakan oleh sejumlah komponen factor
yang saling berinteraksi. Factor tersebut mengendalikan proses masuknya
udara ke dalam paru-paru agar pertukaran gas dapat berlangsung. Factor yang
dapat mengendalikan pernafasan adalah :
a. Factor local
Kondisi paru itu sendiri dan dinding dada yang mengelilingi paru-paru,
dimana keduanya berperan dalam pompa resiprokatif (timbale balik) yang
disebut hembusan nafas.
Fisiologi pernafasan
Proses respirasi dapat dibagi menjadi tiga proses utama :
a. ventilasi pulmonal adalah proses keluar masuknya udara dan atmosfer dal
alveoli paru-paru
b. difusi adalah proses pertukaran O2 dan Co2 antara alveoli dan darah
c. transfortasi adalah proses beredarnya gas dalam darah dan cairan tubuh
ked an dari sel-sel
Proses fisiologi respirasi dibagi menjadi tiga stadium yaitu :
a. difusi gas-gas antara alveolus dengan kapiler paru-paru dan darah sistemik
dengan sel-sel jaringan.
b. Distribusi darah adalah sirkulasi pulmoner dan penyesuaiannya dengan
distribusi udara dalam alveolus-alveolus.
c. Reaksi kimia dan fisik O2 dan CO2 dengan darah
Proses repirasi eksternal
a. Ventilasi
Udara bergerak masuk dan keluar dari paru-paru dikarenakan adanya
selisih tekanan udara di atmosfer dan alveolus dan didukung oleh kerja
mekanik otot-otot. Selama inspirasi, volume rongga dada bertambah besar
karena diafragma turun dan iga terangkat akibat kontraksi beberapa otot.
Banyak penyakit yang mempengaruhi paru dan hubungan dengan hipoksemia dapat
menyebabkan kor pulmonal disebabkan oleh hal-hal berikut ini.
a. Penyakit paru-paru merata
Terutama emfisema, bronchitis kronis (COPD), dan fibrosis akibat TB
b. Penyakit pembuluh darah paru
Terutama thrombosis dan embolus paru dan fibrosis akibat penyinaran
yang menyebabkan penurunan elastisitas pembuluh darah paru.
c. Hipoventilasi alveolar menahun
Yaitu semua penyakit yang menghalangi pergerakan dada normal, seperti :
1) Penebalan pleura bilateral
2) Kelainan neuromuskuler, misalnya poliomyelitis dan distrofi otot
3) Kifoskoliosis yang mengakibatkan penurunan kapasistas rongga torak
sehingga pergerakan torak berkurang
d. Penyebab penyakit pulmonary heart disease antara lain :
Secara umum kor pulmonal di bagi menjadi dua jenis, yaitu sebagai berikut
a. Kor pulmonal akut
Yaitu dilatasi mendadak dari ventrikel kanan dan dekompensasi.
Etiologi : embolus multiple pada paru-paru atau massif yang secara
mendadak akan menyumbat aliran darah dan ventrikel kanan.
Gejala : biasanya segera di susul oleh kematian, Terjadi dilatasi dari
jantung kanan.
b. Kor pulmonal kronik
Merupakan jenis kor pulmonal yang paling sering terjadi. Dinyatakan
sebagai hipertropi ventrikel kanan akibat penyakit paru atau pembuluh
darah atau adanya kelainan pada torak, yang akan menyebabkan hipertensi
dan hipoksia sehingga terjadi hipertropi ventrikel kanan.
Mekanisme terjadinya hipertensi pulmonale pada cor pulmunale dapat di bagi
menjadi 4 kategori yaitu :
a. Obstuksi
Terjadi karena adanya emboli paru baik akut maupun kronik. Chronic
Thromboembolic Pulmonary Hypertesion (CTEPH) merupakan salah satu
penyebab hipertensi pulmonale yang penting dan terjadi pada 0.1 0.5 %
pasien dengan emboli paru. Pada saat terjadi emboli paru, system
fibrinolisis akan bekerja untuk melarutkan bekuan darah sehingga
hemodinamik paru dapat berjalan dengan baik. Pada sebagian kecil pasien
system fibrinolitik ini tidak berjalan baik sehingga terbentuk emboli yang
terorganisasi
disertai
pembentukkan
rekanalisasi
dan
akhirnya
perubahan
jaringan
interstisium,
penggantian
matriks
hipertensi
pulmonale.
Hipoksia
sejauh
ini
merupakan
jantung.
Secara
histopatologis
di
dapatkan
adanya
hipertrofitunikamedia,
fibrosistunikaintima,
lesi
pleksiform
serta
Beratnya pembesaran ventrikel kanan pada kor pulmonal berbaring lurus dengan
fungsi pembesaran dari peningkatan afterload. Jika resistensi vaskuler paru meningkat
dan relative tetap, seperti pada penyakit vaskuler atau parenkim paru, peningkatan
curah jantung sebagaimana terjadi pada pengerahan tenaga fisik, maka dapat
meningkatkan tekanan arteri pulmonalis secara bermakna. Afterload ventrikel kanan
secara kronik meningkat jika volume paru membesar, seperti pada penyakit COPD,
pemanjangan pembuluh paru, dan kompresi kapiler alveolar.
Pathway
Gangguan paru-paru restriktif, obstruksi, primer
Perubahan fungsional paru
Pengurangan jaringan
vascular paru-pau
Asidosis
Polisitemia
Penurunan oksigenasi
Hipoksemia & hiperkapnea
Sakit kepala, confusion, dan
somnolen
gg. pertukaran gas
hipoksemia
oral dalam pengobatan cor pulmonale adalah adanya tromboemboli yang mendasari
ataupun adanya hipertensi arteri pulmonal primer. Methilxanthin seperti teofilin dapat
digunakan sebagai pengobatan tambahan untuk cor pulmonale kronis dengan penyakit
paru obstruktif kronis (PPOK). Selain efek bronkodilator methilxanthine dapat
meningkatkan kontraktilitas miokard dan menyebabkan efek vasodilatasi ringan pada
paru. Teofilin memiliki efek inotropik lemah, dengan demikian dapat meningkatkan
ejeksi ventrikel kanan dan kiri. Teofilin dosis rendah disarankan untuk mendapatkan
efek antiinflamasi yang membantu untuk mengontrol penyakit paru yang mendasari
seperti penyakit paru obstruktif kronik (PPOK).
Agonis beta selektif memiliki keuntungan tambahan sebagai bronkodilator dan
efek mukosiliar. Epoprostenol, treprostinil, dan iloprost adalah analog prostasiklin dan
memiliki efek vasodilator yang kuat. Epoprostenol dan treprostinil diberikan secara
intravena dan iloprost sebagai inhaler. Bosentan yang merupakan antagonis reseptor
endotelin-A dan endotelin-B diindikasikan untuk hipertensi arteri pulmonalis
termasuk hipertensi pulmonal primer. Dalam uji klinis, bosentan meningkatkan
kapasitas, penurunan laju kerusakan klinis, dan peningkatan hemodinamika. Sildenafil
merupakan inhibitor PDE5 telah dipelajari secara intensif dan telah disetujui untuk
pengobatan hipertensi pulmonal. Sildenafil secara selektif dapat merelaksasikan otot
polos pembuluh darah vascular paru. Warfarin merupakan antikoagulan yang
dianjurkan pada pasien dengan resiko tinggi tromboemboli. Peran menguntungkan
dari penggunaan antikoagulan dalam mengurangi gejala dan angka kematian pada
pasien telah dibuktikan dalam beberapa penelitian.
PROGNOSIS
Tingkat keparahan GBS pada anak-anak tidak berkorelasi dengan hasil jangka panjang.
Pemulihan yang lebih baik pada anak-anak daripada orang dewasa: 85 persen anak-anak
dapat diharapkan untuk memiliki pemulihan yang sangat baik; 50% adalah rawat jalan oleh
enam bulan; 70 persen berjalan dalam waktu satu tahun setelah onset. Sebuah prognosis yang
lebih baik dikaitkan dengan evolusi bertahap dari kelemahan.
Kematian adalah sekitar 3 sampai 4 persen, dan biasanya sekunder kegagalan pernapasan atau
komplikasi jantung. Kematian akibat GBS dikaitkan dengan gangguan otonom dengan
serangan jantung menjadi penyebab paling umum (20-30% kematian).
Periode pemulihan mungkin sesedikit beberapa minggu atau selama beberapa tahun. Sekitar
30 persen dari mereka dengan GBS masih memiliki kelemahan sisa setelah 3 tahun. Sekitar 3
persen mungkin mengalami kekambuhan dari kelemahan otot dan kesemutan sensasi
bertahun-tahun setelah serangan awal.
KOMPLIKASI
PROGNOSIS
Belum ada pemeriksaan prospektif yang dilakukan untuk mengetahui
prognosis pulmonary heart disease kronik. Pengamatan yang dilakukan tahun 1950
menunjukkan bahwa bila terjadi gagal jantung kanan yang menyebabkan
kongestinvena sistemik, harapan hidupnya menjadi kurang dari 4 tahun.
Walaupun demikian, kemampuan dalam penanganan pasien selama episode
akut yang berkaitan dengan infeksi dan gagal napas mangalami banyak kemajuan
dalam 5 tahun terakhir.
Prognosis pulmonary heart disease berkaitan dengan penyakit paru yang
mendasarinya. Pasien yang mengalami pulmonary heart disease akibat obeliterasi
pembuluh darh arteri kecil yang terjadi secara perlahan-lahan akibat penyakit
intrinsiknya (misal emboli), atau akibat
REFERENSI
3. Sovari
AA.
Cor
Pulmonale:
Overview
of
Cor
Pulmonale