Anda di halaman 1dari 24

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

FISIOTERAPI
No. Dokumen : No. Revisi Halaman
RUMAH SAKIT 000/SPO/SDM/RS YARSI/X/2017 0 1-2
YARSI Tanggal : Ditetapkan Oleh Direktur Utama
09 Oktober 2017

SPO
Dr. Mulyadi Muchtiar, MARS
Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah upaya untuk
memberikan jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat
kesehatan pekerja dengan cara pencegahan kecelakaan dan Penyakit
Akibat Kerja (PAK), pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi
kesehatan, pengobatan dan rehabilitasi.
K3RS merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan mutu
pelayanan Rumah Sakit, khususnya dalam hal kesehatan dan
keselamatan bagi SDM Rumah Sakit, pasien, pengunjung/ pengantar
pasien, masyarakat sekitar Rumah Sakit.
Tujuan Terciptanya lingkungan kerja yang aman, sehat dan produktif untuk
SDM Rumah Sakit, aman dan sehat bagi pasien,
pengunjung/pengantar pasien, masyarakat dan lingkungan sekitar
Rumah Sakit sehingga proses pelayanan Rumah Sakit berjalan baik
dan lancar.
Kebijakan

Prosedur / Alur 1. Memakai seragam yang memudahkan saat melakukan gerakan


aktifitas saat exercise atau kegiatan yang memungkinkan
banyak butuh pergerakan di dalam tindakan fisioterapi.
2. Mencuci tangan sebelum pemeriksaan.
3. Menggunakan alat pelindung diri (masker, sarung tangan, dan
sepatu yang tidak licin seperti sepatu sports atau sepatu yang
tidak tinggi ).
4. Tidak menyentuh mulut dan mata pada saat sedang bekerja.
5. Tidak meyalah gunakan alat – alat atau modalitas
6. Mengecek stopkontak dan stabilizer saat menggunakan alat
atau modalitas fisioterapi dan selalu hati – hati dalam
menggunkan stopkontak
7. Selalu mengecek kabel-kabel modalitas atau alat-alat
fisioterapi.
Unit Terkait Petugas Laboratorium

Orang yang Terlibat 1. Irwan Kusnanda, SH Paraf:


dalam Pembuatan SPO (Manager SDM)

2. Dr. Bagus Deni, Sp. Rad Paraf:


(Direktur SDM, Pedidikan & Penelitian)
3. Dr. Andi Erlina, MARS Paraf:
(Direktur Pelayanan Medis)

4. Dr. Mulyadi Muchtiar, MARS Paraf:


(Direktur Utama)
SOP SPRAIN ANKLE
No. Dokumen : No. Revisi Halaman
000/SPO/SDM/RS YARSI/X/2017 0 1-2
RUMAH SAKIT
Tanggal : Ditetapkan Oleh Direktur Utama
YARSI 09 Oktober 2017

SPO
Dr. Mulyadi Muchtiar, MARS
Pengertian Sprain ankle juga dikenal sebagai cidera ankle atau cidera

ligament ankle, pada umumnya sprain ankle ini terjdi karena

robeknya sebagian dari ligament (torn partial ligament) atau

keseluruhan dari ligament (torn ligament) dan Hampir 85%

sprain ankle terjadi pada struktur jaringan bagian lateral ankle

yaitu ligamen lateral complex. (H. Habib Nasution, 2006)

Hasil Anamnesis

Pendrita dapat menceritakan proses cideranya yatu terjatuh

dengan posisi pergelangan kaki terputar ke dalam atau

keluar. Setelah cedera, penderita mengeluh sakit berlebihan

pada aspek anterolateral pada sendi pergelangan kaki.

Perabaan di atas sakit tersebut hanya di bawah malleolus

lateral. Dengan penyebaran terjadi di tempat bengkak yang

berlebihan daerah pergelangan kaki sisi lateral dan anterior,

persamaan tes ditunjukkan adaya ketidakseimbangan, MRI

diindikasikan tidak patah tulang.


Tujuan - Memberikan panduan kepada petugas fisioterapi tentang

prosedur penanganan sprain angkel

- Mencegah malaligment

- Meningkatkan movement coordination

- Meningkatkan stabilisasi ankle

- Meningkatkan kemampuan ankle

Kebijakan

Prosedur / Alur
A. Persiapan alat
1. Wobble board

2. Elastic bandage

3. Taping ( bila di perlukan )

4. Tera band

5. Us

6. Tens

7. Catatan ( form )

B. Persiapan terapis

1. Membersikan tangan sebelum melakukan pemeriksaan dan

tindakan Fisioterapi

C. Persiapan Pasien

1. Mengatur posisi yang nyaman dalam posisi tidur


D. Asesmen fisioterapi
1. Anamnesis
o Ada riwayat trauma (kesleo) kearah inversi
o Nyeri jenis nyeri tajam pada kaki sisi lateral
o Nyeri meningkat pada saat gerak eversi
2. Inspeksi:
o Tampak oedeme dan/atau haemetome pada lateral kaki.
3 . Tes cepat
o Gerak plantar maupun dorsal fleksi nyeri. Gerak inversi
nyeri hebat.
4.Tes gerak aktif
o Gerak inversi nyeri dan gerak eversi tidak terasa nyeri
o Gerak dorso dan plantar flexi
5.Tes gerak pasif
o Gerak pasif inversi nyeri, ROM terbatas denga sringy end
feel
o Gerak lain negatif
6. Tes gerak isometric
o Gerak isometrik eversi nyeri bila tendon M. Peroneus
longus dan brevis cidera
7. Tes khusus
o Palpasi pada lig. Calcaneofibulare dan talofibulare terasa
nyeri, kemungkinan lig.lain seperti
lig.calcaneocuboideum.
o Pada cidera tendon palpasi diatas tendon mm.peroneus
longus dan atau peroneus brevis terasa nyeri
o Joint play movement.pada sendi calcaneofibulare dan
talofibulare nyeri dengan springy end feel.

E. Rencana tindakan:
1. Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana
intervensi dan hasil yang diharapkan
2. Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan
intervensi fisioterapi
3. Perencananaan intervensi secara bertahap

F. Intervensi
1. Pada fase acute diterapkan RICE
2. Bandaging dengan elestic bandage dan /atau tapping
diberikan hingga satu minggu atau lebih
3. US: diberikan pada fase kronik
o Pada ligamenta atau tendon yang terjadi cidera
o Tens : Pada otot sekitar yang terjadi cijera
o Pada otot sekitar yang terjadi cijdera
4. Transverse friction
1. Active stabilization and balance exercise
5. Dosis :
1. Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada
aktualitas rendah dosis intensitas tinggi
2. Waktu intervensi 20-30 menit
3. Pengulangan aktualitas tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah
3kali - 2 kali seminggu

G. Teknik Aplikasi :
1. Balance exc
2. Walking exc

H. Evaluasi
Nyeri sekitar ankle

I. Penutup

1. Terapis menginfokan bahwa terapi telah selesai

2. Terapis member tahu program teraou selanjutnya

3. Terapis memberi edukasi pada pasien seperti kompres es

tidak lebih dari 10 menit dan posisi yang benar untuk

menunjang perbaikan lebih cepat.

Petugas Laboratorium

Orang yang Terlibat 1. Irwan Kusnanda, SH Paraf:


dalam Pembuatan SPO (Manager SDM)

5. Dr. Bagus Deni, Sp. Rad Paraf:


(Direktur SDM, Pedidikan & Penelitian)
6. Dr. Andi Erlina, MARS Paraf:
(Direktur Pelayanan Medis)

7. Dr. Mulyadi Muchtiar, MARS Paraf:


(Direktur Utama)
SOP ACL DAN PCL

No. Dokumen : No. Revisi Halaman


000/SPO/SDM/RS YARSI/X/2017 0 1-2
RUMAH SAKIT
Tanggal : Ditetapkan Oleh Direktur Utama
YARSI 09 Oktober 2017

SPO
Dr. Mulyadi Muchtiar, MARS
Pengertian Sprain ACL injury adalah robek hingga putusnya jaringan ligament
anterior cruciate ligament pada sendi lutut yang menghubungkan
tulang tibia dengan tulang femur.

Sprain PCL injuri adalah robeknya hingga putus jaringan ligament


Posterior Cruciate Ligament pada sendi lutut yang menghubungkan
tulang tibia dengan tulang femur

Hasil Anamnesis

Terjadi ketika tiba-tiba berhenti, memotong atau loncat, terjadi

trauma hiperekstensi dan rotasi dan terdengar suara pop sound

lalu tidak dapat melanjutkan kegitan yang sedang di lakukan

biasanya terjadi pada atlit . Bila saat fase berjalan terasa adanya giving

way

Tahap Prosedur bila sampai adanya oprasi

Tahap 1 : Pra-oprasi

Tahap 2 : Minggu 1 sampai 2 Pasca – oprasi

Tahap 3 : Minggu 2 sampai 6 tendon lutut dan Kontrol lengan atas


Tahap 4 : Minggu 6 sampai 12 Proprioceptio

Tahap 5 : 3 sampai 4 bulan kegitan olahraga-spesifik

Tujuan 1. Memberikan panduan kepada petugas fisioterapi tentang

prosedur penanganan ACL atau PCL

2. Menghilangkan/ mengurangi nyeri dan bengkak

3. pencapaian normal ROM

4. melatih keseimbangan

5. latiahan berjalan

6. berlari dengan seimbang

Kebijakan

Prosedur / Alur
A. Persiapan Alat
 Tens
 Es pack
 Cpm
 Kruk
 Quadricep excercise bench
B. Pelaksanaan Assesment
1. Tens khusus
 Lachman Test

 Anterior drawer test

 Pivot shift test

2. Pemeriksaan penunjang : X-Ray,MRI

C. Pelaksaan Fisioterapi

1. Tahap 2 : minggu 1 sampai 2


 Es pack ( kompres es ) , tens : Menurangi odema dan

nyeri

 CPM : Meningkatkan ROM selain menggunakan CPM

dapat juga menggunakan ROM exsersais pasif aktif

dengan manual 0-900 ( dispemsasi pasien )

 Latihan berjalan dengan Kruk TWB

2. Tahap 3 – minggu 2 sampai 6

 Cryotherapi, tens : mengurangi odema dan nyeri

 CPM : Latihan ROM . ditingkatkan 0-1300 ( dispensasi

pasien ) atau menggukan tehnik pasien di atahkan tiarap

menggantung

 Latiahan pengutan otot dapat menggunakan speda static

 Latihan berjalan FWB

3. Tahap 4 – 6 minggu sampai 12

 Tens : untuk mengurai nyeri dan simulasi otot

 ROM : dapat duduk seperti normal

 Kekutan otot pafa lutut paha dan sekitarnya sudah sampai

85 % latihan kekuatan dan balance di perkuat

menggunkan Quadricep excercise bench

4. Tahap 5-3 sampai 4 bulan

Fisioterapi member latiahan untuk mempersipakan kegitan

normal tampa ada hambatan pada lutut dengan

meningkatkan latihan

5. Tahap 5 3-6 bulan


Edukasi home program bila pasien masih ada keluhan dapat

kembali berkonsultasi

D. Penutup

1. Setiap selesai melakukan tindakan fisioterapi tahap demi

pertahap fisioterapi menjelaskan program yang selanjutnya

2. Menhucapkan salam setiap selesai tindakan

3. Membereskan alat-alat yang di gunakan

4. Mencuci tangan

5. Petugas fisioterapi mengimput pada program Rekam Medis

Unit Terkait Petugas Laboratorium

Orang yang Terlibat 1. Irwan Kusnanda, SH Paraf:


dalam Pembuatan SPO (Manager SDM)

7. Dr. Bagus Deni, Sp. Rad Paraf:


(Direktur SDM, Pedidikan & Penelitian)
8. Dr. Andi Erlina, MARS Paraf:
(Direktur Pelayanan Medis)

9. Dr. Mulyadi Muchtiar, MARS Paraf:


(Direktur Utama)

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA


PSCA FRAKTUR HUMERUS
No. Dokumen : No. Revisi Halaman
000/SPO/SDM/RS YARSI/X/2017 0 1-2
RUMAH SAKIT
Tanggal : Ditetapkan Oleh Direktur Utama
YARSI 09 Oktober 2017

Dr. Mulyadi Muchtiar, MARS


SPO
Pengertian Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada pasca fraktur Humerus

Tujuan 1. Sebagai pedoman petugas fisioterapi dalam pelaksanaan kasus


fraktur
2. Mengurangi odema
3. Mencegah deformitas
4. mencegah atrofi otot
5. menambah atau mempertahankan ROM
Kebijakan

Prosedur / Alur A. Persiapan Alat


1. Tens
2. Alat-alat exsersais
B. Anamesis
1.
Ucapkan salam dan perkenalkan diri
2.
Tanyakan data diri pasien
3.
Tanyakan letak keluhannya
4.
Tanyaka sejak kapan keluhan tersebut dirasakan
5.
Tanyakan penyebab keluhannya
6.
Tanyakan faktor-faktor yang memperberat dan meringankan
keluhan
7. Tanyakan riwayat terapi yang telah didapat serta hasil
terapinya
1. Catat hasil pemeriksaan anamnesis tersebut
C. Penaktalaksaan fisioterapi
Dosis :
- Pengulangan Fisioterapi setiap hari
- Pengulangan gerakan : 8 x 3 pengulangan dengan interval 1
menit
Tehnik aplikasi
D. Assessment fisioterapi
1. Assessment
- Adanya riwayat trauma
- Nyeri area bahu
- Nyeri meningkat pada seluruh gerak bahu
2. Inspeksi
Odema, elastic bandage, draine
3. Tes gerak aktif
Gerak fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi, internal rotasi, dan
eksternal rotasi terbatas, nyeri area bahu dan springy/ firm end feel
4. Tes gerak isometric
Mampu melawan tahanan minimal dan nyeri area shoulder
5. Tes khusus
- VAS/VDS
- LGS
- MMT
6. Pemeriksaan lain
Rongten : diskontinus os humerus
E. Rencana Tindakan
1. Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana
intervensi, dan hasil yang di harapkan
2. Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindakan
intervensi fisioterapi
3. Perencanaan intervensi secara bertahap
F. Intervensi
1. Fase inflamasi : General exercise ( Breathing exercise, aktif
exercise, free aktif exercise )
2. Fase prolifetsasi ( 1 – 3 hari ) : Elevasi, isometric exercise, aktif
exercise, standing dan walking exercise
3. Fase produksi ( >3 hari ) : modalitas tens, pasif gentle, resisted
exercise, Contract relax stretch
4. Fase unifikasi ( > 3 bulan ) : strengthening dan functional
training.
G. Evaluasi
Vital sgn, Nyeri, ROM, MMT, Odema, Dan ADL
H. Penutup

1. Setiap selesai melakukan tindakan fisioterapi tahap demi

pertahap fisioterapi menjelaskan program yang selanjutnya

2. Menhucapkan salam setiap selesai tindakan

3. Membereskan alat-alat yang di gunakan

4. Mencuci tangan

5. Petugas fisioterapi mengimput pada program Rekam Medis

Unit Terkait

Orang yang Terlibat 1. Irwan Kusnanda, SH Paraf:


dalam Pembuatan SPO (Manager SDM)

10. Dr. Bagus Deni, Sp. Rad Paraf:


(Direktur SDM, Pedidikan & Penelitian)
11. Dr. Andi Erlina, MARS Paraf:
(Direktur Pelayanan Medis)

12. Dr. Mulyadi Muchtiar, MARS Paraf:


(Direktur Utama)
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA
FRAKTUR REGIO WRIST
No. Dokumen : No. Revisi Halaman
RUMAH SAKIT
000/SPO/SDM/RS YARSI/X/2017 0 1-2
YARSI Tanggal : Ditetapkan Oleh Direktur Utama
09 Oktober 2017

SPO
Dr. Mulyadi Muchtiar, MARS
Pengertian Proses fisioterapi yang di terapkan pada Fraktur region wrist
Kontra indikasi pada osteoporosis
Tujuan 1. melaksanakan fisioterapi secara akurat, efektif dan efisien
dengan hasil yang optimal
2. Mengurangi odema
3. Mencegah deformitas
4. mencegah atrofi otot
5. menambah atau mempertahankan ROM

Kebijakan

Prosedur / Alur
A. Persipan alat
1. Goneometer
2. Vas pengukur nyeri
3. Alat-alat yang gunakan untuk exsersais

B. Asesmen fisioterapi
1. Anamnesis
o Ada riwayat trauma
o Nyeri pada area wrist
o Nyeri meningkat pada seluruh gerakan wrist
2. Inspeksi:
o Tes gerak aktif : gerak fleksi dan ekstensi
o Tes gerak pasif : Gerak fleksi, ekstensi.
o Tes gerak isometric :Mampu atau tidak mampu melawan
tahanan melawan tahanan minimal dan nyeri pada sendi
di atas dan di bawah wrist.
3. Tes khusus
o VAS/VDS
o LGS
o MMT
o Antropometri
o ADL
4 . Pemeriksaan penunjang
o Rontgen
.
5.Rencana tindakan
o Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan,
rencana intervensi dan hasil yang diharapkan
o Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan
intervensi fisioterapi
o Perencananaan intervensi secara bertahap

C. Intervensi
1. Fase inflamasi: General exercise (Breathing exercise, aktif
exercise, free aktif exercise)
2. Fase proliferasi (hari I – III): elevasi, isometric exercise, aktif
exercise, sitting, standing dan walking exc,
3. Fase produksi (>3 hari): modalitas IR, pasif gentle, resisted
exercise, Contract relax stretch
4. Fase remodeling (>3 minggu): mobilisasi sendi intensif. Fase
unifikasi (>3 bulan): Strengthening dan functional training

D. Evaluasi
VAS / VDS, LGS, MMT, Antropometri,dan ADL

E. Penutup

1. Setiap selesai melakukan tindakan fisioterapi tahap demi

pertahap fisioterapi menjelaskan program yang selanjutnya

2. Menhucapkan salam setiap selesai tindakan

3. Membereskan alat-alat yang di gunakan

4. Mencuci tangan

5. Petugas fisioterapi mengimput pada program Rekam Medis

Unit Terkait Petugas fisioterapi


Orang yang Terlibat 1. Irwan Kusnanda, SH Paraf:
dalam Pembuatan SPO (Manager SDM)

13. Dr. Bagus Deni, Sp. Rad Paraf:


(Direktur SDM, Pedidikan & Penelitian)
14. Dr. Andi Erlina, MARS Paraf:
(Direktur Pelayanan Medis)
15. Dr. Mulyadi Muchtiar, MARS Paraf:
(Direktur Utama)
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA
FRAKTUR REGIO KNEE
No. Dokumen : No. Revisi Halaman
RUMAH SAKIT 000/SPO/SDM/RS YARSI/X/2017 0 1-2
YARSI Tanggal : Ditetapkan Oleh Direktur Utama
09 Oktober 2017

SPO
Dr. Mulyadi Muchtiar, MARS
Pengertian Adalah proses fisioterpi yang diterapkan pada fraktur regio knee
Kontra indikasi : osteoporosis
Tujuan 1. Menjadi pedoman petugas fisioterapi saat melaksanakan
fisioterapi fraktur region knee
2. Mengurangi odema
3. Mencegah deformitas
4. mencegah atrofi otot
5. menambah atau mempertahankan ROM
Kebijakan

Prosedur / Alur A. Persipan Alat


1. CPM
2. IR
3. Alat yang mendukung untuk Exsersais

B. Asesmen fisioterapi

1. Anamnesis
3. Nyeri pada area knee joint
4. Nyeri maningkat pada saat menggerakkan knee

2. Inspeksi:
Bengkak, terpasang drainage, luka terbuka

3. Tes gerak pasif


5. Gerak fleksi-ekstensi (mampu / tidak, bagaimana derajad
nyeri)

4. Tes Gerak Aktif


- Gerak fleksi-ekstensi (mampu / tidak, bagaimana derajad nyeri)

5. Tes gerak isometric


- Gerak fleksi-ekstensi (mampu / tidak mampu melawan tahanan,
bagaimana derajad nyeri)

6. Tes khusus
VAS, MMT, LGS, Antropometri, dan ADL

7. Pemriksaan lain
‘X’ ray regio knee
B. Diagnosis
- Nyeri area wrist/Keterbatasan gerak sendi wrist/Penurunan
kekuatan otot-otot area wrist/Atropi otot wrist/Odema area
wrist/Penurunan kemampuan ADL akibat pasca fraktur regio
knee

C.Rencana tindakan
1. Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana
intervensi dan hasil yang diharapkan
2. Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindakan
intervensi fisioterapi
3. Perencananaan intervensi secara bertahap

E. Intervensi
4. Fase inflamasi: General exercise (Breathing exercise, aktif
exercise, free aktif exercise), Bridging Exercise tungkai sehat.
5. Fase proliferasi (hari I – III): elevasi, isometric exercise, aktif
exercise, sitting, standing dan walking exc,
6. Fase produksi (>3 hari): modalitas IR, pasif gentle, CPM,
resisted exercise, Contract relax stretch
7. Fase remodeling (>3 minggu): mobilisasi sendi intensif.
8. Fase unifikasi (>3 bulan): Strengthening dan functional training.

F. Evaluasi
VAS, MMT, LGS, Antopometri, dan ADL

G. Penutup

1. Setiap selesai melakukan tindakan fisioterapi tahap demi

pertahap fisioterapi menjelaskan program yang selanjutnya

2. Menhucapkan salam setiap selesai tindakan

3. Membereskan alat-alat yang di gunakan

4. Mencuci tangan
5. Petugas fisioterapi mengimput pada program Rekam Medis

Unit Terkait Petugas Laboratorium

Orang yang Terlibat 1. Irwan Kusnanda, SH Paraf:


dalam Pembuatan SPO (Manager SDM)

16. Dr. Bagus Deni, Sp. Rad Paraf:


(Direktur SDM, Pedidikan & Penelitian)
17. Dr. Andi Erlina, MARS Paraf:
(Direktur Pelayanan Medis)

18. Dr. Mulyadi Muchtiar, MARS Paraf:


(Direktur Utama)
Penaktalaksanaan fisioterapi pada kasus
Down Syndrome

RUMAH SAKIT No. Dokumen : No. Revisi Halaman


YARSI 000/SPO/SDM/RS YARSI/X/2017 0 1-2
Tanggal : Ditetapkan Oleh Direktur Utama
09 Oktober 2017

SPO
Dr. Mulyadi Muchtiar, MARS
Pengertian Down syndrome atau trisomy 21 adalah kelainan yang menyebabkan
penderita mengalami keterlambatan dalam pertumbuhannya (lambat
bicara, duduk, dan jalan), kecacatan (bentuk kepala datar, hidung
pesek, dll) dan kelemahan fisik (mudah lelah dan sakit) serta memiliki
IQ yang relative rendah dibandingkan dengan orang normal pada
umumnya (25-70). Kelainan ini diakibatkan kromosom 21 berjumlah 3
(pada orang normal 2)

Hasil Anamnesis
1) Riwayat kelahiran karena ibu hamil di usia tua
2) Tidak mengalami kesulitan dalam aktivitas secara fisik namun
biasanya mengalami gangguan berpikir dan kognisi
3) Cenderung hipersensitif karena mengalami gangguan taktil dan
proprioceptif
4) Memiliki riwayat keluarga Down Syndrome (keturunan)
Tujuan 1. Untuk meningkatkan kemandirian dan kemampuan fungsional
yang memungkinkan
2. Untuk meningkatkan perkembangan si anak, kemampuan
koordinasi, kemampuan kognitif
Kebijakan
Prosedur / Alur A. Assesment
Hasil Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan
Penunjang
1) Hasil Pemeriksaan Fisik :
- Kognitif
- Koordinasi
- Sensorik
- Motorik
- Tonus otot
- LGS
- Fungsi gerak

2) Pemeriksaan Penunjang :
a) Ultrasonography (USG) untuk mengetahui kemungkinan ada
kelainan pada bayi yang akan lahir, biasanya dilakukan saat usia
kandungan memasuki 11-20 minggu.
b) Percutaneus Umbilical Blood Sampling (PUBS) untuk evaluasi
terhadap fetus.
.
B. Penegakan Diagnosis Fisioterapi
1) Activity limitation: Gangguan merangkak, duduk dan berjalan
2) Body structure and function: Hipersensitif dan hipotonus pada
UE dan LE
3) Participation restriction: Aktivitas sehari-hari terganggu
4) Diagnosa berdasarkan ICF: Adanya gangguan merangkak,
duduk, berdiri dan berjalan yang disebabkan hipersensitiv dan
hipotonus pada UE dan LE sehingga mengganggu aktivitas
sehari-hari.
C. Prinsip Terapi
Klien mampu merangkak, duduk, berdiri dan berjalan dengan
pola normal
D. Edukasi
1. Latih duduk ke berdiri
2. Latih merambat dalam posisi berdiri
3. Ajak bermain ke pantai untuk merangsang taktil dan
proprioceptif
E. Evaluasi
Pasien dapat mandiri dan dapat bergerak secara fungsional
F. Sarana dan Prasarana
1) Sarana : a) Ruang Fisioterapi
2) Prasarana : a) Matras, b) Handuk, c) Alat-alat yang akan
dibutuhkan beserta mainan
Unit Terkait

Orang yang Terlibat 1. Irwan Kusnanda, SH Paraf:


dalam Pembuatan SPO (Manager SDM)

19. Dr. Bagus Deni, Sp. Rad Paraf:


(Direktur SDM, Pedidikan & Penelitian)
20. Dr. Andi Erlina, MARS Paraf:
(Direktur Pelayanan Medis)

21. Dr. Mulyadi Muchtiar, MARS Paraf:


(Direktur Utama)
No. Dokumen : No. Revisi Halaman
000/SPO/SDM/RS YARSI/X/2017 0 1-2
RUMAH SAKIT
Tanggal : Ditetapkan Oleh Direktur Utama
YARSI 09 Oktober 2017

SPO
Dr. Mulyadi Muchtiar, MARS
Pengertian

Tujuan .

Kebijakan

Prosedur / Alur

Unit Terkait Petugas Laboratorium

Orang yang Terlibat 1. Irwan Kusnanda, SH Paraf:


dalam Pembuatan SPO (Manager SDM)

22. Dr. Bagus Deni, Sp. Rad Paraf:


(Direktur SDM, Pedidikan & Penelitian)
23. Dr. Andi Erlina, MARS Paraf:
(Direktur Pelayanan Medis)

24. Dr. Mulyadi Muchtiar, MARS Paraf:


(Direktur Utama)
No. Dokumen : No. Revisi Halaman
000/SPO/SDM/RS YARSI/X/2017 0 1-2
RUMAH SAKIT
Tanggal : Ditetapkan Oleh Direktur Utama
YARSI 09 Oktober 2017

SPO
Dr. Mulyadi Muchtiar, MARS
Pengertian

Tujuan .

Kebijakan

Prosedur / Alur

Unit Terkait Petugas Laboratorium

Orang yang Terlibat 1. Irwan Kusnanda, SH Paraf:


dalam Pembuatan SPO (Manager SDM)

25. Dr. Bagus Deni, Sp. Rad Paraf:


(Direktur SDM, Pedidikan & Penelitian)
26. Dr. Andi Erlina, MARS Paraf:
(Direktur Pelayanan Medis)

27. Dr. Mulyadi Muchtiar, MARS Paraf:


(Direktur Utama)

Anda mungkin juga menyukai