FISIOTERAPI
No. Dokumen : No. Revisi Halaman
RUMAH SAKIT 000/SPO/SDM/RS YARSI/X/2017 0 1-2
YARSI Tanggal : Ditetapkan Oleh Direktur Utama
09 Oktober 2017
SPO
Dr. Mulyadi Muchtiar, MARS
Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah upaya untuk
memberikan jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat
kesehatan pekerja dengan cara pencegahan kecelakaan dan Penyakit
Akibat Kerja (PAK), pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi
kesehatan, pengobatan dan rehabilitasi.
K3RS merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan mutu
pelayanan Rumah Sakit, khususnya dalam hal kesehatan dan
keselamatan bagi SDM Rumah Sakit, pasien, pengunjung/ pengantar
pasien, masyarakat sekitar Rumah Sakit.
Tujuan Terciptanya lingkungan kerja yang aman, sehat dan produktif untuk
SDM Rumah Sakit, aman dan sehat bagi pasien,
pengunjung/pengantar pasien, masyarakat dan lingkungan sekitar
Rumah Sakit sehingga proses pelayanan Rumah Sakit berjalan baik
dan lancar.
Kebijakan
SPO
Dr. Mulyadi Muchtiar, MARS
Pengertian Sprain ankle juga dikenal sebagai cidera ankle atau cidera
Hasil Anamnesis
- Mencegah malaligment
Kebijakan
Prosedur / Alur
A. Persiapan alat
1. Wobble board
2. Elastic bandage
4. Tera band
5. Us
6. Tens
7. Catatan ( form )
B. Persiapan terapis
tindakan Fisioterapi
C. Persiapan Pasien
E. Rencana tindakan:
1. Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana
intervensi dan hasil yang diharapkan
2. Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan
intervensi fisioterapi
3. Perencananaan intervensi secara bertahap
F. Intervensi
1. Pada fase acute diterapkan RICE
2. Bandaging dengan elestic bandage dan /atau tapping
diberikan hingga satu minggu atau lebih
3. US: diberikan pada fase kronik
o Pada ligamenta atau tendon yang terjadi cidera
o Tens : Pada otot sekitar yang terjadi cijera
o Pada otot sekitar yang terjadi cijdera
4. Transverse friction
1. Active stabilization and balance exercise
5. Dosis :
1. Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada
aktualitas rendah dosis intensitas tinggi
2. Waktu intervensi 20-30 menit
3. Pengulangan aktualitas tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah
3kali - 2 kali seminggu
G. Teknik Aplikasi :
1. Balance exc
2. Walking exc
H. Evaluasi
Nyeri sekitar ankle
I. Penutup
Petugas Laboratorium
SPO
Dr. Mulyadi Muchtiar, MARS
Pengertian Sprain ACL injury adalah robek hingga putusnya jaringan ligament
anterior cruciate ligament pada sendi lutut yang menghubungkan
tulang tibia dengan tulang femur.
Hasil Anamnesis
biasanya terjadi pada atlit . Bila saat fase berjalan terasa adanya giving
way
Tahap 1 : Pra-oprasi
4. melatih keseimbangan
5. latiahan berjalan
Kebijakan
Prosedur / Alur
A. Persiapan Alat
Tens
Es pack
Cpm
Kruk
Quadricep excercise bench
B. Pelaksanaan Assesment
1. Tens khusus
Lachman Test
C. Pelaksaan Fisioterapi
nyeri
menggantung
meningkatkan latihan
kembali berkonsultasi
D. Penutup
4. Mencuci tangan
4. Mencuci tangan
Unit Terkait
SPO
Dr. Mulyadi Muchtiar, MARS
Pengertian Proses fisioterapi yang di terapkan pada Fraktur region wrist
Kontra indikasi pada osteoporosis
Tujuan 1. melaksanakan fisioterapi secara akurat, efektif dan efisien
dengan hasil yang optimal
2. Mengurangi odema
3. Mencegah deformitas
4. mencegah atrofi otot
5. menambah atau mempertahankan ROM
Kebijakan
Prosedur / Alur
A. Persipan alat
1. Goneometer
2. Vas pengukur nyeri
3. Alat-alat yang gunakan untuk exsersais
B. Asesmen fisioterapi
1. Anamnesis
o Ada riwayat trauma
o Nyeri pada area wrist
o Nyeri meningkat pada seluruh gerakan wrist
2. Inspeksi:
o Tes gerak aktif : gerak fleksi dan ekstensi
o Tes gerak pasif : Gerak fleksi, ekstensi.
o Tes gerak isometric :Mampu atau tidak mampu melawan
tahanan melawan tahanan minimal dan nyeri pada sendi
di atas dan di bawah wrist.
3. Tes khusus
o VAS/VDS
o LGS
o MMT
o Antropometri
o ADL
4 . Pemeriksaan penunjang
o Rontgen
.
5.Rencana tindakan
o Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan,
rencana intervensi dan hasil yang diharapkan
o Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan
intervensi fisioterapi
o Perencananaan intervensi secara bertahap
C. Intervensi
1. Fase inflamasi: General exercise (Breathing exercise, aktif
exercise, free aktif exercise)
2. Fase proliferasi (hari I – III): elevasi, isometric exercise, aktif
exercise, sitting, standing dan walking exc,
3. Fase produksi (>3 hari): modalitas IR, pasif gentle, resisted
exercise, Contract relax stretch
4. Fase remodeling (>3 minggu): mobilisasi sendi intensif. Fase
unifikasi (>3 bulan): Strengthening dan functional training
D. Evaluasi
VAS / VDS, LGS, MMT, Antropometri,dan ADL
E. Penutup
4. Mencuci tangan
SPO
Dr. Mulyadi Muchtiar, MARS
Pengertian Adalah proses fisioterpi yang diterapkan pada fraktur regio knee
Kontra indikasi : osteoporosis
Tujuan 1. Menjadi pedoman petugas fisioterapi saat melaksanakan
fisioterapi fraktur region knee
2. Mengurangi odema
3. Mencegah deformitas
4. mencegah atrofi otot
5. menambah atau mempertahankan ROM
Kebijakan
B. Asesmen fisioterapi
1. Anamnesis
3. Nyeri pada area knee joint
4. Nyeri maningkat pada saat menggerakkan knee
2. Inspeksi:
Bengkak, terpasang drainage, luka terbuka
6. Tes khusus
VAS, MMT, LGS, Antropometri, dan ADL
7. Pemriksaan lain
‘X’ ray regio knee
B. Diagnosis
- Nyeri area wrist/Keterbatasan gerak sendi wrist/Penurunan
kekuatan otot-otot area wrist/Atropi otot wrist/Odema area
wrist/Penurunan kemampuan ADL akibat pasca fraktur regio
knee
C.Rencana tindakan
1. Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana
intervensi dan hasil yang diharapkan
2. Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindakan
intervensi fisioterapi
3. Perencananaan intervensi secara bertahap
E. Intervensi
4. Fase inflamasi: General exercise (Breathing exercise, aktif
exercise, free aktif exercise), Bridging Exercise tungkai sehat.
5. Fase proliferasi (hari I – III): elevasi, isometric exercise, aktif
exercise, sitting, standing dan walking exc,
6. Fase produksi (>3 hari): modalitas IR, pasif gentle, CPM,
resisted exercise, Contract relax stretch
7. Fase remodeling (>3 minggu): mobilisasi sendi intensif.
8. Fase unifikasi (>3 bulan): Strengthening dan functional training.
F. Evaluasi
VAS, MMT, LGS, Antopometri, dan ADL
G. Penutup
4. Mencuci tangan
5. Petugas fisioterapi mengimput pada program Rekam Medis
SPO
Dr. Mulyadi Muchtiar, MARS
Pengertian Down syndrome atau trisomy 21 adalah kelainan yang menyebabkan
penderita mengalami keterlambatan dalam pertumbuhannya (lambat
bicara, duduk, dan jalan), kecacatan (bentuk kepala datar, hidung
pesek, dll) dan kelemahan fisik (mudah lelah dan sakit) serta memiliki
IQ yang relative rendah dibandingkan dengan orang normal pada
umumnya (25-70). Kelainan ini diakibatkan kromosom 21 berjumlah 3
(pada orang normal 2)
Hasil Anamnesis
1) Riwayat kelahiran karena ibu hamil di usia tua
2) Tidak mengalami kesulitan dalam aktivitas secara fisik namun
biasanya mengalami gangguan berpikir dan kognisi
3) Cenderung hipersensitif karena mengalami gangguan taktil dan
proprioceptif
4) Memiliki riwayat keluarga Down Syndrome (keturunan)
Tujuan 1. Untuk meningkatkan kemandirian dan kemampuan fungsional
yang memungkinkan
2. Untuk meningkatkan perkembangan si anak, kemampuan
koordinasi, kemampuan kognitif
Kebijakan
Prosedur / Alur A. Assesment
Hasil Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan
Penunjang
1) Hasil Pemeriksaan Fisik :
- Kognitif
- Koordinasi
- Sensorik
- Motorik
- Tonus otot
- LGS
- Fungsi gerak
2) Pemeriksaan Penunjang :
a) Ultrasonography (USG) untuk mengetahui kemungkinan ada
kelainan pada bayi yang akan lahir, biasanya dilakukan saat usia
kandungan memasuki 11-20 minggu.
b) Percutaneus Umbilical Blood Sampling (PUBS) untuk evaluasi
terhadap fetus.
.
B. Penegakan Diagnosis Fisioterapi
1) Activity limitation: Gangguan merangkak, duduk dan berjalan
2) Body structure and function: Hipersensitif dan hipotonus pada
UE dan LE
3) Participation restriction: Aktivitas sehari-hari terganggu
4) Diagnosa berdasarkan ICF: Adanya gangguan merangkak,
duduk, berdiri dan berjalan yang disebabkan hipersensitiv dan
hipotonus pada UE dan LE sehingga mengganggu aktivitas
sehari-hari.
C. Prinsip Terapi
Klien mampu merangkak, duduk, berdiri dan berjalan dengan
pola normal
D. Edukasi
1. Latih duduk ke berdiri
2. Latih merambat dalam posisi berdiri
3. Ajak bermain ke pantai untuk merangsang taktil dan
proprioceptif
E. Evaluasi
Pasien dapat mandiri dan dapat bergerak secara fungsional
F. Sarana dan Prasarana
1) Sarana : a) Ruang Fisioterapi
2) Prasarana : a) Matras, b) Handuk, c) Alat-alat yang akan
dibutuhkan beserta mainan
Unit Terkait
SPO
Dr. Mulyadi Muchtiar, MARS
Pengertian
Tujuan .
Kebijakan
Prosedur / Alur
SPO
Dr. Mulyadi Muchtiar, MARS
Pengertian
Tujuan .
Kebijakan
Prosedur / Alur