Anda di halaman 1dari 50

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sebagian besar negara-negara dunia yang telah maju menerima usia kronologis 65

tahun definisikan sebagai lansia, tapi seperti berbagai konsep dunia barat, hal ini tidak

beradaptasi dengan baik dengan situasi di Afrika. PBB setuju batas ambang adalah lebih dari

60 tahun untuk merujuk pada populasi lansia.1 Lansia dibagi kedalam tiga pengelompokan

sesuai dengan umur yaitu: young old (65 – 74), middle old (75 – 84) dan oldest old (85

keatas).2Indonesia termasuk negara berstruktur tua, berdasarkan hasil Susenas tahun 2014,

jumlah Lansia di Indonesia mencapai 20,24 juta orang atau sekitar 8,03% dari seluruh

penduduk Indonesia.3Proporsi penduduk lansia di Indonesia pada tahun 2012 sebesar 7,59%.

Dengan jumlah lansia perempuan (10.046.073 jiwa atau 54%) lebih banyak dari pada lansia

laki – laki (8.538.832 jiwa atau 46%). Pada tahun 2000 – 2005 Usia Harapan Hidup di

Indonesia mencapai usia 68,1% tahun, sedikit lebih tinggi dari UHH rata – rata dunia.4

Teori biologi modern pada penuaan manusia masuk dalam dua kategori utama:

programmed dan damage atau error theories. Teori programmed memiliki 3 sub-kategori: 1)

Programmed Longevity, 2) Endocrine Theory, dan 3) Immunological Theory. Damage teori

atau error theory meliputi: 1) Wear and tear theory, 2) Rate of living theory, 3) Cross-linking

theory, 4) Free radicals theory,dan 5) Somatic DNA damage theory.5

Penuaan umumnya didefinisikan sebagai akumulasi dari berbagai perubahan yang

merusak serta terjadi dalam sel dan jaringan dengan bertambahnya umur yang bertanggung

jawab untuk peningkatan risiko penyakit dan kematian.6Penuaan melibatkan risiko yang lebih

besar untuk berbagai penyakit seperti kanker, jantung dan gangguan neurodegenerative dan

1
kematian dini.7 Lansia mengalami perubahan pada metabolisme energi karena lansia

mengalami ganguaan nafsu makan dan menjadi mudah kenyang, hal ini dikarenakan lansia

sudah mengalami penurunan sesitifitas insulin dan gangguan indera pengecap dan pembau.8

lansia juga cenderung untuk menjadi lemah dan kehilangan sebagian dari masa ototnya. 9 Ini

juga menyebabkan lansia menngalami penurunan fisik seperti dalam gaya berjalan dan

keseimbangan tubuh.10 Selain itu lansia juga mengalami gangguan tidur,11 dan penurunan dari

fungsi – fungsi hormone pada tubuh.12, 13


Pada lansia penurunan aktifitas juga dapat

mempengaruhi kualitas hidup mereka.14

Penurunan kesehatan yang terjadi pada lansia seiring bertambahnya usia diperberat

oleh timbulnya berbagai penyakit. Kesehatan fisik pada lansia bisa menurun dengan adanya

beberapa penyakit seperti: diabetes,15, 16, 17 hipertensi,18 stroke,19, 20, 21,22 osteoarthritis,23 luka

bakar,24 status gigi dan mulut,25 gangguan pendengaran,26 obesitas,27 takut akan jatuh,28

riwayat jatuh.29, 30
Kesehatan psikis pada lansia juga dapat diperburuk dengan adanya:

diabetes,31, 32
hipertensi,33 stroke,34, 35
gagal jantung,36, 37
osteoarthritis,38 hepatitis,39 TB,40

ISPA,41, 42
luka bakar,43 asma,44 pendengaran,45 obesitas,46, 47
takut akan jatuh.48 Kualitas

hidup pada lansia juga dapat menurun dengan adanya beberapa penyakit sepert: diabetes,49

hipertensi,50 stroke,51, 52
gagal jantung,53 kanker,54 osteoarthritis,55 hepatitis,56 TB,57 luka

bakar,58 asma,59 dental status,60 pendengaran,61 obesitas.62

Sebanyak 37,11 persen penduduk pra lansia (45-59 tahun) pernah mengalami keluhan

kesehatan dalam sebulan terakhir, sementara lansia muda (60-69 tahun) sebesar 48,39 persen,

lansia madya (70-79 tahun) sebesar 57,65 persen, dan lansia tua (80-89 tahun) sebesar 64,01

persen yang mengeluhkan kondisi kesehatannya.angka kesakitan (morbidity rates) lansia

yaitu terganggunya kegiatan sehari-hari sebagai akibat dari keluhan kesehatan yang

dideritanya. Angka kesakitan lansia tahun 2014 sebesar 25,05 persen, berarti bahwa sekitar

satu dari empat lansia pernah mengalami sakit dalam satu bulan terakhir.63

2
Hipertensi pada lansia yang berumur 65 – 74 tahun tedapat sebanyak 57,6%

sedangkan pada lansia dengan umur 75+ terdapat sebanyak 63,8%.4Prevalensi gejala

ketidakstabilan postural lebih tinggi lansia dengan hipertensi. Pengobatan hipertensi

mengakibatkan perubahan yang cepat dalam tekanan darah dan mengacaukan mekanisme

untuk mengendalikan keseimbangan tubuh.18 Hipertensi mempengaruhi domain spesifik

dalam defisit kognitif.33Beberapa studi telah meneliti dampak dari perawatan farmakologis

dan non-farmakologis hipertensi pada kualitas hidup di kalangan lansia.50

Arthritis pada lansia yang berumur 65 – 74 tahun terdapat sebanyak 51,9%, dan pada

lansia dengan umur 75+ terdapat sebanyak 54,8%.4 Osteoarthritis terutama dari pinggul dan

lutut mempengaruhi kualitas hidup individu secara fisik tetapi juga emosi dan sosial.

Osteoarthritis juga membuat lansia menjadi kesulitan mengikuti kegiatan – kegiatan sosial

dan hadir di tempat kerja.55 Kecemasan dan ketakutan juga mempengaruhi kondisi fisik pada

pasien dengan OA lutut.38 Lansia yang telah menjalani TKR menunjukan memiliki kontrol

postural statis yang lebih rendah, baik dari segi presisi dan sway path.23

Stroke pada lansia yang berumur 65 – 74 tahun terdapat sebanyak 46,1%, dan pada

lansia dengan umur 75+ terdapat sebanyak 67,0%. Lansia yang mengalami stroke memiliki

gejala seperti kehilangan sensori, perubahan tonus otot, ataksia, dan kurangnya kepekaan

pemahaman ruang sehingga menggangu keseimbangan.19, 20, 21, 22Pada 3 tahun pertama post
34
stroke lansia akan mengalami fluktuasi tingkat depresi. Stroke juga muncul sebagai faktor

resiko kuat terjadinya demensia dan ganguan kognitif.35Selain itu lansia dengan sroke juga

mengalami penurunan dalam efektifitas diri.51Kecacatan ringan yang tidak pulih sempurna

setelah stroke mempengaruhi semua dimensi kualitas hidup meskipun pasien mencapai

kebebasan penuh di ADL. 52

3
Diabetes Melitus (DM) pada lansia yang berumur 65 – 74 tahun terdapat sebanyak

4,8%, dan pada lansia dengan umur 75+ terdapat sebanyak 3,5%.4Diabetes secara independen

terkait dengan peningkatan risiko disfungsi kognitif31 Beberapa studi telah menunjukkan

bahwa kinerja kognitif yang buruk dihubungkan dengan diabetes mellitus.32Lansia dengan

diabetes juga mengalami penrunan kontrol postural.15, 16Dalam kesehatan fisik diabetes tak

hanya mempengaruhi motorik dan kontrol postural namun juga karakteristik dari pola jalan

lansia dan gangguan keseimbangan.17Diabetes menyebabkan morbiditas yang tinggi,

kecacatan, sulit untuk diobati, dan kurang dirasakan sehingga menyebabkan kualitas hidup

pada lansia dengan diabetes cenderung rendah.49

Kanker pada lansia yang berumur 65 – 74 tahun terdapat sebanyak 3,9%, dan pada

lansia dengan umur 75+ terdapat sebanyak 5,0%.4 Individu dengan kanker cenderung

memiliki kualitas hidup yang signifikan lebih buruk. Selain itu dalam kesehatan terkait

kualitas hidup, kesehatan fisik dan psikis lansia dengan kanker juga dinilai paling buruk.54

Gagal jantung pada lansia yang berumur 65 – 74 tahun terdapat sebanyak 0,9%, dan

pada lansia dengan umur 75+ terdapat sebanyak 1,1%.4Hasil penellitian menunjukkan bahwa

gagal jantung dikaitkan dengan pola gangguan kognitif menyeluruh yang mencakup terutama

memori, perhatian, fleksibilitas psikis dan defisit kognitif global. Prevalensi depresi pada

pasien lansia di rumah sakit dengan kegagalan jantung diperkirakan sekitar 36%

dibandingkan dengan 25% pada pasien tanpa penyakit jantung.36Pasien dengan gagal jantung

juga mengalami depresi klinis yang signifikan.37Gagal jantung kongestif berdampak negatif

dari kemampuan untuk menyelesaikan tugas sehari - hari karena memiiliki efek pada

perasaan dan harga diri mereka, yang pada akhirnya mempengaruhi kualitas hidup mereka.53

ISPA pada lansia yang berumur 65 tahun keatas terdapat sebanyak 1,96%.91ISPA

memiliki dampak pada suasana hati, pengolahan emosi, serta kognisi.41 Depresi telah

4
menunjukan pengaruh terhadap respon inflamasi setelah vaksinasi virus influenza pada

lansia. Lansia dengan ISPA selama jangka waktu langsung terhubung dengan tingkat gejala

depresi. Kausalitas ini tampaknya menjadi dua arah, ISPA juga berkontribusi untuk skor

depresi.42

Tuberkuosis (TB) pada lansia yang berumur 65 tahun keatas terdapat sebanyak

6,2%.91Individu dengan tuberkulosis memiliki tingkat kecemasan dan depresi yang signifikan

lebih tinggi dibandingkan dengan populasi umum.40 TB secara substansial berdampak pada

kesehatan terkait kualitas hidup. Pasien denga TB juga dilaporkan mengalami defisit dalam

kesehatan fisik dan psikis mereka.57

Hepatitis pada lansia yang berumur 65 tahun keatas terdapat sebanyak 2,5%.91

Penyakit hati kronis (hepatitis) memiliki dampak besar pada kualitas hidup dan dapat

menyebabkan lansia kesulitan yang signifikan.Pasien yang menyadari terdiagnosa penyakit

tersebut memiliki kualitas hidup yang lebih buruk dibandingkan dengan pasien yang tidak

menyadarinya.56 Pasien dengan hepatitis memiliki depresi dan kecemasan yang tinggi

dibandingkan penyakit lainnya, salah satunya kanker.39

Dalam melihat kondisi kesehatan lansia secara keseluruhan dieperlukan penilaian

secara yang dapat mencakup seluruh aspek kesehatan fisik, psikis, dan kualitas hidup pada

lansia. Dari kondisi yang telah di jelaskan di atas, dibutuhkan penilaian secara komprehensif

dengan mengelompokan penilaian ke dalam 5 kelompok menjadi A (Activity Daily Living), B

(Balance), C (cognitive), D (Test Lab Darah), E (Emosi). Dalam menilai kelompok A

(Activity Daily Living) memakai KATZ,98IADL.99Dalam menilai kelompok B (Balance)

memakai BERG Balance Test,100 Timed Up and Go,101 Functional Reach Test,102Six Minute

Walk Test.103Dalam menilai kelompok C (cognitive) memakai MMSE,104 MoCA-Ina,105

STAI,106 mini-COG,107 Beck Depression Scale,108 Mood Assestment Scale. Dalam menilai

5
kelompok D (Test Lab Darah) memakai test SGOT, SGPT, gula darah, kolesterol HDL, LDL,

lemak total, trigliserida, darah tepi. Dalam menilai kelompok E (Emosi) memakai Hamillton

Depression Scale,109Geriatric Depression Scale.110

Dalam kesehatan fisik lansia terjadi perubahan keseimbangan,64 denyut nadi,65

tekanan darah,66 pernapasan,67 stabilitas,68 kadar lemak tubuh,69 fungsi ginjal,70 fungsi hati,

kadar gula.71 Kesehatan psikis pada lansia seperti depresi,72 anxiety,73 dan kognitif74 juga

mengalami perubahan. Perubahan pada fisik dan psikis tersebut juga mempengaruhi kualitas

hidup dari lansia.75

Kesehatan lansia juga dipengaruhi oleh berbagai faktor – faktor sosial, karaktersitik

individu, dan gaya hidup. Kualitas hidup lansia dipengaruhi oleh pendapatan,76 pendidikan,76

status perkawinan,76 gaya hidup,76, 87


sosial ekonomi,87 lingkungan,88 aktifitas fisik,90

nutrisi,95 tembakau.97 Kesehatan psikis pada lansia dipengaruhi oleh pendatann,78,79 status

perkawinan,80, 81, 85 kemiskinan,83 pendidikan,85 kegiatan sosial,86 aktifitas fisik,89 tembakau96.

Kesehatan fisik pada lansia juga dipengaruhi oleh pekerjaan,77 dukungan sosial,77 waktu

luang,77,84 sosial ekonomi,82 rekreasi,84 nutrisi.92, 93, 94

Pendidikan juga mempromosikan kualitas hidup yang lebih baik karena menyediakan

perkembangan intelektual dan adaptasi sosial.76 Penelitian menemukan dengan rendahnya

pendidikan cenderung memiliki masalah kognitif dibanding dengan yang berpendidikan

tinggi. Orang dengan pendidikan yang tinggi cenderung menjalani gaya hidup yang sehat dan

dapat dapat dikaitkan dengan fungsi kognitif yang baik.85

Pendapatan yang lebih besar dari upah minimum dikaitkan pada kinerja yang lebih

baik dalam domain linkungan kualitas hidup.76Posisi sosial ekonomi dan gaya hidup secara

tidak langsung mempengaruhi kesehatan fisik dan psikis diri.87 Lansia yang hidup di

lingkungan miskin tampaknya memiliki gejala depresi yang lebih besar.83Pendapatan yang

6
rendah juga dikaitkan dengan depresi, juga mereka tidak merespon dengan baik obat

antidepresan.78, 79Dengan status sosial-ekonomi yang rendah mempengaruhi angka kejadian

penyakit yang lebih tinggi karena minimnya menerima perawatan yang berkualitas, sehingga

tingkat morbiditas dan mortalitas lebih tinggi.82

Pada wanita yang sudah menikah dikaitkan dengan pendapatan, pendidikan, fisik,

kegiatan rekreasi, dan memiliki kehidupan sosial ang lebih baik.76 Tingkat gejala depresi

meningkat pada populasi lansia janda dibandingkan dengan lansia yang masih memiliiki

pasangan.80Semua kondisi non-menikah (janda, bercerai / berpisah, dan tidak pernah

menikah) dikaitkan dengan resiko signifikan lebih besar dri kematian dibandingkan dengan

individu yang menikah.81Individu yang menikah memiliki resiko lebih rendah menderita

masalah kognitif terutama karena kondisi psikis dan perilaku gaya hidup yang lebih baik.85

Dukungan lingkungan dengan berada di luar ruangan dapat memberikan manfaat

psikologis dan fisiologis pada lansia. Oleh karena itu lingkungan yang menfasilitasi lansia

berada diluar ruangan akan meningkatkan kualitas hidup pada akhir kehidupan.88

Keterlibatan lansia dalam kegiatan sosial, fisik, atau intelektual terkait dengan

peningkatan kemampuan kognitif dasar, dan persepsi diri dari perasaan dipahami dengan baik

dapat mengurangi penurunan kognitif.86Kapasitas kemampuan funsional melibatkan beberapa

faktor seperti kemandirian, kognisi, keuangan, dan dukungan sosial.77

Gaya hidup sehat adalah hal yang umum pada lansia dengan pendapatan yang lebih

tinggi.76 Posisi sosial ekonomi secara tidak langsung mempengaruhi kesehatan fisik dan

psikis diri.87Lansia yang aktif melakukan aktifitas fisik memiliki kesejahteraan psikologis dan

kualitas hidup.90 Aktifitas fisik mengurangi resiko alzheimer dan dementia pada

lansia.89Lansia yang mengahbiskan waktu luangnya dengan teman serta memiliki teman

akrab dapat mengurangi resiko pada penurunan fungsional.77 Kegiatan rekreasi meningkatkan

7
hubungan sosial, kesehatan fisik, tau kesejahteraan psikologis dimana lansia dapat

termotivasi untuk terllibat dalam promosi kesehatan.84

Nutrisi pada lansia memegang peran penting dalam kesehatannya. Nutrisi yang

mengandung vitamin D menguatkan otot ekstremitas bawah pada lansia, sehingga lansia

cenderung memiliki keseimbangan92 yang baik dan mengurangi resiko jatuh.93, 94 Energi yang

lebih besar dan asupan gizi yang baik mempromosikan kesehatan terkait kualitas hidup yang

lebih baik.95

Kebiasaan hidup lansia dengan merokok juga melibatkan peran pada kesehatan fisik,

psikis dan kualitas hidup pada lansia. Penelitian telah menunjukan bahwa lansia diatas 70

tahun yang merokok menunjukan hasil kognitif yang buruk dan penurunan memori lebih

cepat dibandingakan dengan lansia yang tidak merokok.96Penggunaan tembakau di kalangan

orang tua merupakan masalah kesehatan yang penting dan berpotensi untuk dicegah.97

Wilayah desa yang akan menjadi tempat melakukan penelitian survey adalah

kelurahan Sukawangi, kecamatan Sukamakmur, kabupaten Bogor. Kelurahan Sukawangi

memiliki pendidikan yang kurang baik dengan proporsi guru dan murid yang tidak seimbang.

Di daerah tersebut sarana kesehatannya sangat kurang dengan hanya ada 1 puskesmas dan

tidak ada rumah sakit. Tenaga medis pada kelurahan Sukawangi juga jauh dari ideal.

Kelurahan Sukawangi memproduksi banyak sayur dibanding kelurahan lain di kecamatan

sukamakmur.63

Kecamatan Pasar Minggu terdiri atas 7 kelurahan 65 RW dan 726 RT. Kellurahan

Pejaten Timur paling banyak memiliki penduduk sektar 65.555 orang dengan luas wilayah

2,88 kilometer persegi dengan kepadatan penduduk 22.762 orang/ kilometer persegi. Jumlah

sekolah dan sarana kesehatan di Pejaten Timur cukup memadai untuk warga di wilayah

tersebut.

8
B. RUMUSAN MASALAH DAN PERTANYAAN PENELITIAN

1. RUMUSAN MASALAH

Bertitik tolak pada temmmuan dari literature yang telah di paparkan pada bagian

terdahulu, maka beberapa masalah utama yang dihadapi lanjut usia yaitu:

 Potret kesehatan lansia dibagi menjadi 3 bagian besar yaitu fisik, psikis, dan kualitas

hidup. Penurunan kondisi fisik, psikis, dan kualitas hidup akibat penuaan dan dari

penyakit- penyakit yang dialami sebelum memasuki usia lansia seperti stroke, astma,

cedera, diabetes, hepatitis, ISPA, osteoarthritis, hypertensi, TB, dan vertigo.

 Gizi atau asupan sehari – hari serta kegiatan sehari – hari juga mempengaruhi

kesehatan fisik, psikis, dan kualitas hidup dari lansia.

 Pada lansia metabolik syndrome sering terjadi akibat dari kurangnya intensitaas

aktifitas dan secara natural tubuh mengalami penurunan fungsi metabolik.

 Dengan menurunnya berbagai kondisi dalam diri orang lanjut usia secara otomatis

akan timbul kemunduran kondisi kesehatan psikis meliputi; kognitif, dedpresi, dan

anxiety.

 Penurunan kesehatan fisik seperti keseimbangan, fleksibilitas, postural dan penurunan

kesehatan psikis seperti konitif, depresi, dan anxiety mempengaruhi kualitas hidup

dari lansia. Usia harapan hidup lansia di Indonesia mengalami peningkatan setiap

tahun, oleh karna itu kualitas hidup lansia harus tetap dijaga.

 Masalah pada pedesaan yaitu kelurahan Sukawangi adalah kurangnya akses

pendidikan, kurangnya sarana kesehatan, dan fasilitas umum. Sedangkan pada

perkotaan yaitu pada kelurahan Pejaten Timur adalah padatnya penduduk dan

lingkungan yang kumuh.

9
Dengan demikian masih diperlukan informasi – informasi di desa dan di kota untuk

melihat kesamaan dan perbedaan pada lansia di wilayah tersebut. Diharapkan penelitian

survey ini dapat mengetahui apakah dengan adanya perbedaan aktifitas, lingkungan, dan

budaya sehari – hari anatara lansia pada pedesaan dan perkotaan mempengaruhi kesehatan

fisik, kesehatan psikis, dan kualitas hidup.

2. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi latar

belakang penelitian ini “Bagaimana kondisi kesehatan fisik, kesehatan psikis, dan kualitas

hidup pada lansia di Kelurahan Sukawangi, Bogor dan di Kelurahan Pasar Minggu ,

Jakarta Selatan Tahun 2016?”

C. Tujuan Penelitian

1) Tujuan Umum

Secara umum tujuan dilakkukannya penelitian survey ini adalah untuk

mengkajikondisi kesehatan fisik, kesehatan psikis, dan kualitas hidup pada warga usia

lanjut di wilayah Jakarta Selatan dan desa Sukawangi Kabupaten Bogor tahun 2016.

2) Tujuan Khusus

a. Mengkaji karakteristik subjek penelitian yaitu, usia, pendapatan, pekerjaan, status

pernikahan, dan tingkat pendidikan.

b. Mengkaji riwayat penyakit yang sering dialami oleh lansia

c. Mengkaji kondisi lingkungan, aktifitas fisik, gaya hidup nutrisi dan penggunaan

tembakau.

d. Mengkaji kondisi kesehatan fisik seperti keseimbangan, fleksibilitas, tanda – tanda

vital, resiko jatuh, stabilitas, RLPP, fungsi ginjal, fungsi hati, lemak, darah, dan

metabolisme pada lansia.

e. Mengkaji kesehatan psikis, depresi dan kecemasan (anxiety) pada lansia.

10
f. Mengkaji kualitas hidup lansia.

g. Mnegkaji perbedaan kondisi fisik, psikis, dan kuailtas hidup di kelurahan Sukawangi

(desa) dan kelurahan Pasar Minggu (kota).

h. Mengkaji keterkaitan faktor resiko dan kesehatan fisik, psikis dan kualitas hidup

D. Manfaat Penelitian

a. Akademik / Ilmu Fisioterapi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat mmberikan masukan yang berguna dan referensi

dalam mengembangkan ilmu fisioterapi di Indonesia khususnya dan ilmu kesehatan

pada umumnya. Selain itu hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi

dalam rangka pengembangan konsep-konsep, teori-teori, dan model-model pemcahan

masalah ataupun pembuatan program pelayanan sosial terhadap orang yang lanjut

usia.

b. Masyarakat dan Pemerintah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang berguna sebagai

promosi kesehatan atau pun sebagai bahan penyuluhan dalam rangka peningkatan

kesejahteraan lansia di masyarakat.

c. Lansia di kota Jakarta Selatan dan desa Sukawangi dan Masyarakat

Dengan adanya penelitian ini diharapkan sebagai masukan dalam usaha preventif

dalam hal pencegahan risioko jatuh yang sering terjadi pada lansia pada masing-

masing individu.

BAB II
11
KERANGKA KONSEP & DEFINISI OPERASIONAL

Lansia akan mengalami penurunan kesehatan fisik, psikis, dan kualitas hidup secara

alami karena proses penuaan. Penurunan kesehatan fisik dapat dilihat dari tekanan darah,

tanda – tanda vital, kseimbangan, fleksibilitas, resiko jatuh, RLPP, metabolisme, fungsi ginjal

& hati, lemak, kadar gula darah, dan darah tepi. Sedangkan kesehatan psikis dilihat dari,

memori, atensi, persepsi, visualspasial, anxiety, fungsi eksekutif, dan depresi. Kualitas hidup

lansia dapat dinilai dari Activity Daily Living.Karaktersitik individu seperti pendapatan,

pekerjaan, dan status perkawinan akan dilihat hubungannya dengan kesehatan fisik,

kesehatan psikis, dan kualitas hidup dari lansia.

Selain kondisi kesehatan fisik, kesehatan psikis, dan kualitas hidup dari akibat

penuaan alami, hubungan atau penyakit yang pernah dialami oleh lansia tersebut. Riwayat

penyakit tersebut antara lain, penyakit degeneratif, penyakit infeksius, dan cedera.

Selanjutnya, selain menilai pengaruh dari riwayat penyakit terdapat juga faktor – faktor

lingkungan dan gaya hidup yang mempengaruhi. Faktor lingkungan tersebut dapat berupa

kondisi tempat tinggal, kegiatan sosial, dan budaya setempat. Serta gaya hidup yang dapat

mempengaruhi lansia dapat berupa pola makan, asupan nutisi, dan kebiasaan merokok.

Dengan uraian di atas kami dapat digambarkan dalam bagan atau skema sebagai

berikut:

12
KERANGKA KONSEP

13
A. Definisi Operasional

No. Informasi yang diambil Sumber data Instrument yang di gunakan


Wawancara kepada Ibu / Bapak
Ditanyakan kepada Ibu / Bapak
tentang :
sebagai subyek penelitian dan
1. Identitas - Nama
terdapat di blok A
- Alamat Tempat Tinggal
- Banyak anggota keluarga
Wawancara kepada ibu / Bapak
tentang: Ditanyakan kepada Ibu / Bapak
- Pendidikan Terakhir sebagai subyek penelitian dan
2. Karakteristik Individu
- Pekerjaan terdapat di blok B
- Penghasilan perbulan
- Status perkawinan
Wawancara dan observasi kepada
Ibu / Bapak tentang :
 Kesehatan Lingkungan
- Status tempat tinggal
- Keadaan lingkungan
- Fasilitas buang air besar Ditanyakan kepada Ibu / Bapak
3.  Perokok Pasif sebagai subyek penelitian dan
- Perokok dirumah terdapat di blok C
- Lamanya paparan asap
Kesehatan Lingkungan
rokok
 Polutan selain Rokok
- Penggunaan bahan bakar

Wawancara kepada Ibu / Bapak


tentang :
- Infeksi Saluran Penapasan
Akut (ISPA)
- Pneumonia
Ditanyakan kepada Ibu / Bapak
- Tuberculosis Paru
4. sebagai subyek penelitian dan
- Hepatitis
terdapat di blok D
- Asma
Riwayat penyakit
- Diabetes Melitus
- Hipertensi
- Penyakit Sendi
- Stroke
Wawancara kepada Ibu / bapak
tentang :
- Dalam 12 bulan terakhir
Ditanyakan kepada Ibu / bapak
Pernah cedera
4. Riwayat Cedera sebagai subyek penelitian dan
- Penyebab cedera
terdapat di blok E
- Pengobatan saat cedera
- Kecacatan karena cedera

Wawancara kepada Ibu / bapak


tentang : Ditanyakan kepada Ibu / bapak
5. Gigi dan Mulut - Masalah gigi dan mulut sebagai subyek penelitian dan
- Tindakan masalah gigi dan terdapat di blok F
mulut

14
- Kehilangan gigi asli
Wawancara kepada Ibu / bapak
tentang :
- Kondisi kesehatan secara
Ditanyakan kepada Ibu / bapak
umum
6. Disabilitas sebagai subyek penelitian dan
- Mengalami kesulitan dalam
terdapat di blok G
kegiatan sehari-hari
- Jangka waktu saat mengalami
kesulitan
Wawancara kepada Ibu / bapak
Didapat dengan wawancara yang
tentang :
ditanyakan kepada Ibu / bapak
7. Kesehatan jiwa / Psikis - Keluhan sakit di daerah
sebagai subyek penelitian dan
kepala
terdapat di blok H
- Perasaan cemas dan kuatir
Wawancara kepada Ibu / bapak Ditanyakan kepada Ibu / bapak
Pengetahuan Sikap dan
8. tentang : sebagai subyek penelitian dan
Perilaku
- Penggunaan tembakau terdapat di blok I
Wawancara kepada Ibu atau
Ditanyakan kepada Ibu / bapak
Pengasuh tentang :
9. Aktifitas Fisik sebagai subyek penelitian dan
- Aktifitas fisik sehari – hari
terdapat di blok J
- Kualitas aktifitas fisik
Wawancara kepada responden dan
Melakukan pengukuran
- Berat badan dan tinggi badan
Ditanyakan responden dan
- Usia
melakukan pengukuran sebagai
10. Pengukuran Fisik - Lingkar perut
subyek penelitian dan terdapat di blok
- Lingkar Pinggang
K
- Tekanan darah
- Metabolisme age

Dilakukan pengambilan Pemeriksaan yang terdapat di blok L


spesimen darah terhadap - Profil lipid
Pemeriksaan
11. responden - Fungsi Hati
Laboratorium
- Fungsi Ginjal
- Darang lengkap
Wawancara kepada responden dan
melakukan test dan pengukuran :
Pemeriksaan terdapat di blok M
- Keseimbangan
- Berg balance scale
- Resiko jatuh
- Time up go
12. Pemeriksaan Fisik - Fleksibilitas
- Functional reach test
- Stabilitas postur
- Sit and reach test
- Daya tahan
- 6 menit berjalan

Wawancara kepada responden dan Pemeriksaan terdapat di Blok N


melakukan test : - Kuisioner Mini Mental State
- Kognitif Examination
- Depresi - Spielberger State Trait
13. Pemeriksaan Psikologi
- Kecemasan Anxiety Inventory
- Emosi - Moca Ina
- The mini Cog
- Beck Depression Inventory

15
- Mood Assessment Scale
- H.Milton
- Geriatric Depression Scale
Wawancara kepada responden
Pemeriksaan terdapat di blok O
tentang :
- SF – 36
- Kepuasan hidup selama
Pemeriksaan Kualitas - WHOQOL – BREF
14. ini
Hidup - Katz Index
- Kemampuan beraktifitas
- Kuisioner Kualitas Tidur
sehari – hari
- IADL
- Kemampuan bersosial

16
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian survei dengan menggunakan metode potong lintang

(Cross Sectional) dimana mengambil data dilakukan sesaat, hanya satu kali dan tidak ada

perlakuan terhadap responden. Penelitan ini bertujuan untuk mengetahui Faktor-Faktor Yang

Berhubungan Dengan Kesehatan Fisik, Mental , dan Kualitas Hidup Lansia di Kelurahan

Sukawangi, Bogor dan Kelurahan Pasar Minggu, Jakarta Selatan Tahun 2016

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di dua tempat berbeda, yaitu di Kelurahan

Sukawangi, Bogor dan di Kelurahan Pasar Minggu, Jakarta Selatan

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini direncanakan dalam kurun waktu 4 bulan pada tahun 2016

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi target penelitian adalah penduduk berjenis kelamin perempuan dan laki-laki

berusia > 65 tahun di Kelurahan Sukawangi, Bogor dan Kelurahan Pasar Minggu,

Jakarta Selatan.

2. Sampel dan Besar Sampel

Sampel adalah populasi yang memenuhi kriteria inklusi. Besar sampel dihitung

dengan menggunakan rumus

17
𝑍 2 × 𝑝 (1 − 𝑝)
𝑛=[ 𝑥 1.5]
𝑑2

Keterangan :

n = Besar sampel minimum

CI = Derajat kepercayaan 95% dengan α 5%

Z = Nilai sebaran normal baku yang besarnya tergantung α, yaitu 1,96

p = Proporsi pada populasi

d = Limit dari error atau presisi absolute, yaitu 10% (0.1)

def = design effect factor, yaitu 1.5

Setelah nilai prevalensi dari variable-variabel dimasukkan ke dalam rumus sebagai

terlampir diperoleh tiga besar sampel yaitu:

Provinsi Jawa Barat usia > 65 tahun


IMT (Lingkar Perut) p = 26.4 % (Riskesdas Jabar, 2013) n = 112
ISPA p = 30.2 % (Riskesdas Jabar, 2013) n = 121
Hipertensi p = 58.1 % ((Riskesdas Jabar, 2013) n = 140
Jumlah Penduduk p = 5.89 % (Statistik Penduduk
n = 40
Usia > 65 tahun Lansia, 2014)

Provinsi DKI Jakarta usia > 65 tahun


IMT (Perempuan) p = 22.4 % (Riskesdas DKI, 2013) n = 100
Gigi dan Mulut p = 22.4 % (Riskesdas DKI, 2013) n = 100
Hipertensi p = 63 % (Riskesdas DKI, 2013) n = 134
Penyakit Sendi p = 57.7 % ((Riskesdas DKI, 2013) n = 141
Jumlah Penduduk p = 7.58 % (Statistik Penduduk
n = 32
Usia > 65 tahun Lansia, 2014)

18
Berdasarkan hitung sampel , sampel yang terbanyak adalah di wilayah DKI n= 141

dan di wilayah Bogor n = 140 orang. mengingat populasi lansia di DKI dan Bogor

mempunyai perbandingan 1 : 1.25 maka sampel untuk di wilayah Bogor 141 dan di wilayah

DKI 176. Sehingga seluruh sampel penelitian ini berjumlah 317 orang.

D. Teknik Sampling

Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara prosedur sebagai berikut :

1. Di Kelurahan Pasar Minggu terdapat 10 RW dan 110 RT yang dipilih karena

merupakan kelurahan di Jakarta Selatan yang memiliki komunitas lansia. Di

Kelurahan Sukawangi terdapat 7 RW dan 36 RT yang dipilih karena merupakan

bagian dari desa tertinggal di daerah Bogor.

2. Di Kelurahan Pasar Minggu di pilih 5 RW dan di Kelurahan Sukawangi di pilih 3 RW

secara proporsional antara keluraha Pasar Minggu dan Sukawangi dengan kriteria

memiliki fasilitas umum.

3. Pada 5 RW yang terpilih di kelurahan Pasar Minggu dan pada 3 RW di Kelurahan

Sukawangi di pilih secara random dan proporsional sesuai dengan jumlah RT.

4. Pada setiap RT yang terpilih dibuat daftar RT dengan penomoran secara sistematik

.selanjutnya dilakukan pemilihan rumah tangga secara sistematik.

5. Pada RT yang terpilih secara sistematik seluruh ART yang berusia > 65 tahun

menjadi subjek penelitian dan diberikan penjelasan dan lembar kesediaan (inform

consent) sebagai subjek penelitian.

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Instrument dan Peralatan

Sebelum di lakukan pengambilan data dengan instrumen penelitian dilakukan

Penjelasan Sebelum Penelitian (PSP) dan mengisi seta menanda tangani formulir

19
kesedian (inform concent). Selanjutnya yang bersedia mengikuti penelitian menjadi

sampel penelitian (Subyek Penelitian).

Sampel dikunjungi berdasarkan data di RW terpilih. Sampel akan diberikan

formulir kuesioner yang terdiri dari: identitas individu, Kesehatan lingkungan,

Riwayat penyakit, Riwayat cedera, Gigi dan mulut,Disabilitas, Kesehatan Mental, dan

Pengetahuan sikap dan perilaku lalu dilakukan pemeriksaan dan pengukuran

berdasarkan penelitian.

2. Prosedur Pengukuran

a. Prosedur Wawancara Aktifitas Fisik

Sebelum menanyakan pertanyaan aktivitas fisik, responden diajak untuk memikirkan

segala Aktifitas Fisik yang dilakukan Terus-Menerus Selama 10 Menit Atau Lebih

dalam setiap kali kegiatan, baik yang berkaitan dengan :

 Pekerjaan di lingkungan kerja yang dibayar maupun yang tidak dibayar, pekerjaan

rumah tangga, meruanen hasil pertanian, memancing ikan atau berburu hewan,

mencari pekerjaan, dll.

 Waktu Senggang termasuk olahraga dan rekreasi

 Perjalanan menuju ke tempat kerja, pasar, tempat rekreasi,

Alat Ukur : Kuesioner aktifitas fisik

Metode : Pasien diminta menjawab pertanyaan secara lisan yang ditanyakan

oleh tim peneliti sesuai dengan keadaan pasien secara jujur jawaban berupa jenis

aktifitas fisik (ringan, sedang, berat) dan lama dalam jam, hari, dan rninggu.

CATATAN: Responden diminta untuk menilai hanya jalan kaki, bersepeda, dan

sejenisnya yang dilakukan secara terus-rnenerus selama 10 menit atau lebih. Jawaban

20
yang waktunya sangat lama (lebih dari 6 jam) harus diselidiki mengenai kepastiannya

bahwa ini merupakan hal yang biasanya dilakukan dengan berjalan kaki, bersepeda,

atau aktivitas sejenisnya yang dilakukan terus-rnenerus selama 10 menit atau lebih.

Tuliskan jumlah waktu dalam jam atau menit yang biasa digunakan responden untuk

aktivitas berat pada hari tersebut, dan pindahkan ke dalam kotak yang tersedia.

b. Prosedur pengukuran Index Massa Tubuh (IMT)

alat-alat yang diperlukan

1) Midline.

2) Timbangan berat badan.

Persiapan.

1) Dalam posisi berdiri.

2) Memakai pakaian seminim mungkin sewaktu menimbang badan agar lebih akurat.

Pengukuran.

1) Tubuh berdiri tegak kemudian diukur dari dasar sampai kepala untuk mengetahui

tinggi badan kernudian ukuran cm diubah dalam meter.

2) Pasien naik ke atas timbangan berat badan kemudian diukur dalam satuam

kilogram.

3) Setelah mengetahui tinggi badan dan berat badan kemudian hasil dari tinggi badan

dan berat badan tersebut dimasukkan ke dalam rumus (IMT = berat badan (kg)/ tinggi

badan' (m).

21
c. Prosedur pengukuran Tekanan Darah

Tujuan : untuk mengetahui tekanan darah. Dimana tekanan darah norma! dewasa

adalah sistolik kurang dari 120 mmllg dan diastolik kurang dari 80 mmHg.

Cara mengukur tekanan darah :

1. Tanyakan kepada pasien apakah pasien merokok atau mengkonsumsi kafein dalam

30 menit sebelum pemeriksaan. Jika ya, catat informasi ini.

2. Pasien harus didudukkan pada kursi dengan punggung tersangga dan lengan kosong

dan disangga pada keadaan paralei setara jantung.

3. Pengukuran dimulai paling sedikit setelah 5 menit beristirahat.

4. Tentukan ukuran pengikat lengan yang sesuai untuk pasien.

5. Palpasi arteri brakhial sepanjang lengan atas bagian dalam.

6. Posisikan agar kantong yang ada pada pengikat lengan di tengah di atas arteri

brakhial, kemudian ikat pengikat lengan tadi agar pas melingkari lengan, usahakan

ujung tepi bawah pengikat lengan tersebut 1 inci di atas antekubital

7. Posisikan manometer agar lurus terhadap pandangan mata.

8. Instruksikan pada pasien untuk tidak berbicara selama pengukuran.

9. Tentukan tingkat inflasi rnaksirnum. (Sembari palpasi nadi radial, pompa pengikat

lengan hingga ke titik di mana nadi tidak lagi terdengar, tambahkan 30 mmHg)

10. Dengan cepat kendurkanlbiarkan udara keluar dari kantong lengan, dan tunggu 30

22
detik sebelum memompanya kemabali.

11. Sisipkan ujung stetoskop; cek agar mengarah ke depan pada tempatnya.

12. Tempatkan bel stetoskop tanpa menekan, tapi cukup erat hingga kedap udara.di

atas arteri brakhial. Lihat bahwa diafrgama stetoskop juga dapat digunakan; namun,

bel akan lebih sensitif untuk rnendengan suara frekuensi rendah (tekanan darah) dan

sedapat mungkin bel digunakan jika memungkinkan. Ketika pertama kali belajar

mendengarkan tekanan darah,mungkin lebih mudah

d. Prosedur Metabolisme Age

Tujuan : untuk mengukur Presentase lemak, Level lemak, Body age, dan

Resting Metabolisme

Alat ukur : OMRON SCAN HBF 358

Metode :

Pengukuran

Memulai Pengukuran

1. Nyalakan unit. Tulisan “CAL” akan berkedip pada layar. Tunggu sampai berganti

dengan angka “0.0 Kg”

23
2. Saat “0.0 Kg” ambil monitor dan pilih nomor user anda

3. Naik ke atas unit, tempatkan kaki anda pada elektroda kaki. Setelah hasil

pengukuran berat muncul, akan berkedip 2x. Unit akan mengukur body fat dan

visceral fat dan lain lain

4. Saat tulisan START muncul di monitor, ulurkan tangan lurus menbentuk sudut 900

dengan tubuh anda

(Jika tidak ada data yang tersimpan, gunakan mode GUEST. Tekan tombol GUEST,

masukkan data diri Indikator “G” akan muncul di monitor)

5. Setelah pengukuran semua selesai, hasil pengukuran berat anda akan muncul

kembali di monitor. Anda bisa turun dari unit.

6. Cek hasil pengukuran

Cara membaca hasil pengukuran

CATATAN :

Postur Tubuh Yang Benar Untuk Pengukuran

o Pegang grip elektroda sehingga anda bisa hasil pengukuran

24
o Posisi tangan horizontal, siku lurus, lengan bentuk sudut 900 dengan badan

o Naik ke atas unit dengan telanjang kaki. Pastikan kaki diatas elektroda

o Letakkan jari tengah pada lekukan bagian belakang grip elektroda

o Pegang bagian dalam grip elektroda dengan ibu jari dan telunjuk

o Pegang bagian luar grip elektroda dengan jari manis dan kelingking

Postur Tubuh Yang Salah Untuk Pengukuran

25
o Lengan Terlalu rendah atau terlalu tinggi

o Monitor menghadap keatas

o Lutut menekuk

o Kaki tidak tepat diatas elektroda

Hasil :

Interpretasi presentase lemak

Interpretasi Level Lemak

e. Prosedur Pengambilan Darah

Tujuannya untuk mendapatkan darah vena tanpa anti koagulan yang memenuhi

26
persyaratan untuk perneriksaan kimia gula darah, lemak dalam darah (HDL,LDL, dan

trigliserida)

Lokasi : - vena mediana cubiti (dewasa).

Petugas klinis : dilakukan oleh perawat dari puskesmas kelurahan tempat

dilakukannnya penelitian.

Alat-alat:

- Kapas alcohol

- diaspossible syringe / vacutainer 10 cc

- Tabung reaksi pyrex 10 cc

- kapas steril

- plester

Cara kerja :

1. Bersihkan daerah vena mediana cubiti dengan alcohol 70% dan biarkan

menjadi kering kembali

2. Pasang ikatan pembendung/torniquit diatas fossa cubiti. Mintakan pasien yang

akan diambil darahnya untuk mengepal dan membuka tangannya beberapa kali agar

vena jelas terlihat.

3. Pembendungan vena tidak boleh terlalu kuat

4. Tegangkan kulit diatas vena dengan jari tangan kiri agar vena tidak bergerak

5. Tusuk kulit diatas vena dengan jarum/nald dengan tangan kanan sampai

menembus lumen vena

27
6. Lepaskan pembendungan dan ambillah darah sesuai yang dibutuhkan

7. Taruh kapas diatas jarum/nald dan cabut perlahan

8. Mintakan agar pasien menekan bekas tusukan dengan kapas tadi

9. Alirkan darah dari syringe kedalam tabung melaluji dinding tabung

10. Berikan label berisi tanggal pemeriksaan,nama pasien dan jenis specimen.

f. Prosedur Berg Balance scale

Alat yang di siapkan :

1) stop watch

2) sebuah kursi yang memiliki tinggi rata – rata untuk test item no. 12

3) 2 kursi (satu dengan sandaran tangan, satu tanpa sandaran)

4) penggaris atau lainnya

5) area berjalan sepanjang 15 langkah

Persiapan pasien :

1) pakaian harus nyaman dipakai

2) menggunakan alas kaki

Pengukuran :

1) Pasien diberi petunjuk untuk setiap item tes

2) Pasien melakukan semua tes dengan mandiri, di bantu bila perlu.

Penilaian :

28
Sebuah skala lima poin, mulai 0-4. "0" menunjukkan tingkat terendah fungsi dan "4"

tingkat tertinggi fungsi. Total Skor = 56

Poin dikurangi jika:

• waktu atau jarak persyaratan tidak terpenuhi

• pengawasan subjek warrants kinerja subjek

• subjek menyentuh bantuan eksternal atau menerima bantuan dari pemeriksa

Interpretasi :

41 – 56 = risiko jatuh rendah

21 – 40 = risiko jatuh menengah

0 – 20 = jatuh tinggi risiko

g. Prosedur Time Up and Go

Alat yang di siapkan :

1) kursi dengan sandaran tangan,

2) meteran

3) pita

4) stopwatch

Persiapan pasien :

1) Pakaian harus nyaman

2) Pasien menggunakan alas kaki

29
3) Pasien dalam posisi duduk dengan benar

Pengukuran :

Pasien harus diberikan demo latihan yang tidak dibatasi waktu sebelum test

dilaksanakan

1) Saat mulai tes dengan pasien dalam posisi duduk yang benar ( hip bersandar

penuh kebelakang) dikursi dengan tangan rileks.

2) Pasien diijinkan untuk menggunakan tangan selama gerakan duduk ke berdiri dan

berdiri dan keduduk

3) saat kata GO pasien akan bangkit, berjalan pada garis dilantai, berputar dan

berjalan kembali ke kursi dan duduk. Intsruksikan Berjalan pada kecepatan

normal pasien.

4) Waktu dimulai pada kata “GO” dan berhenti saat subjek duduk kembali dengan

tepat dikursi dengan punggung bersandar rileks di kursi.

5) Subjek lansia yang sehat biasanya menyelesaikan tugas dalam 10 detik atau

kurang. Lansia yang lemah / sangat lemah dengan kelemahan mobilitas akan

menyelesaikan hampit 2 menit atau lebih.

6) Hasil di kolerasikan dengan kecepatan gaya berjalan, keseimbangan, tingkat

fungsional, kemampuan untuk berjalan, dan dapat diikuti dengan perubahan waktu.

Hasil :

Penilaian dengan 3 x percobaan, perhitungan dalam detik.

Nilai Normal

Kelompok usia Waktu dalam detik (95% CI)

30
60 – 69 tahun 8.1 (7.1-9.0)

70 – 79 tahun 9.2 (8.2 – 10.2)

80 – 99 tahun 11.3 (10.0 – 12.7)

h. Prosedur Functional Reach Test

Alat yang di siapkan :

1) penggaris atau meteran

2) area berdinding

3) pita / atau penanda lainnya

Persiapan pasien

1) Pakaian harus nyaman

2) menggunakan alas kaki

Pengukuran

1) berikan petunjuk kepada pasien

2) intsruksikan kepada pasien

"Melangkah maju sejauh yang Anda bisa pada tingkat tolak ukur dengan menggeser

berat badan Anda ke depan dengan tahan kaki Anda. Pertahankan Titik akhir Anda

sampai 1 orang memberitahu Anda untuk berhenti. Jangan melangkah maju, tahan

tumit Anda di lantai. Anda mungkin tidak mencapai tolak ukur. Jaga lengan lainnya di

sisi Anda"

31
3) Mintalah pasien memperpanjang lengannya ke depan di ~ 90 ° dari fleksi bahu.

Peserta mungkin tidak menyentuh tolak ukur atau dinding. Peneliti menginstruksikan

pasien untuk hanya mengangkat lengan, tetapi tidak mencapai ke depan. Perhatikan

setiap uluran dan perbaiki pasien.

4) Pengukuran jangkauan berdasarkan total jarak yang dilalui oleh jari tengah tangan

(subtractive mulai dari posisi akhir). Mengukur dengan ¼ terdekat ". Gunakan lurus

tepi untuk menentukan awal dan titik akhir.

Hasil :

Latihan selama 2 percobaan, memberikan umpan balik. Rekam 3 percobaan resmi dan

hitung rata-rata.

i. Prosedur Sit And Reach Test

Alat yang di perlukan :

1) meja khusus dengan garis pengukuran

Persiapan pasien

1) Pakaian harus nyaman

Pengukuran

1) Pasien duduk di depan meja khusus

2) Instruksikan untuk mendorong badan kedepan sejauh yang pasien mampu.

3) Perhatikan garis pengukuran pada meja

Hasil :

32
Latihan selama 2 percobaan, memberikan umpan balik. Rekam 3 percobaan resmi dan

hitung rata-rata

j. Prosedur Tes 6 menit jalan

Alat yang perlu dipersiapkan :

1) Stopwatch

2) Sebuah kursi yang dapat dengan mudah dipindahkan sepanjang tes

3) Spigmanometer

4) Penanda Jarak Midline/meteran

Persiapan pasien

1) Pakaian harus nyaman dipakai.

2) Sepatu yang tepat untuk berjalan harus dipakai.

3) Pasien seharusnya tidak melakukan kegiatan dengan keras dalam waktu 2 jam dari

awaltes .

Pengukuran

1) Pemanasan sebelum tes tidak harus dilakukan.

2) Penderita harus duduk diam di kursi, yang terletak di dekat posisi awal, paling

tidak 10 menit sebelum tes dimulai. Selama waktu ini, memberitahu kontraindikasi,

mengukur denyut nadi dan tekanan darah, dan pastikan bahwa pakaian dan sepatu

yang sesuai.

33
3) Pasien harus berdiri dan mengukur tingkat dispnea atau sesak mereka dan kelelahan

keseluruhan menggunakan skala Borg (lihat lampiran untuk skala Borg dan instruksi)

4) Setel putaran stop watch ke nol clan timer untuk 6 menit. Merakit semua peralatan

yang diperlukan (lap counter, timer, clipboard, Skala Borg, lembar kerja).

k. Prosedur pengukuran Memori

Pengukuran memori menggunakan wawancara dengan menggunakan kuesioner

penilaiandengan MMSE (Mini-Mental State Examination). MMSE merupakan cara

yang cepat dan sederhana untuk mengukur fungsi kognitif dan penurunan kognitif Tes

ini berorientasi pada individu, perhatian, perhitungan, mengingat, bahasa dan

keterarnpilan motorik.

Setiap bagian pengujian melibatkan serangkaian terkait pertanyaan atau perintah.

Individu menerima satu poin untuk setiap jawaban yang benar.

Untuk memberikan pemeriksaan, kursi responden dalam ruangan harus tenang dan

cukup terang. Tanyakan responden untuk mendengarkan dengan cermat dan

menjawab setiap pertanyaan sejelas yang responden dapat.

Untuk skoringnya yaitu menambah jumlah tanggapan yang benar. Responden dapat

menenma skor maksimal 30 pom. Skor di bawah 20 biasanya menunjukkan

penurunan kognitif.

Status Mini-Mental Examination dibagi menjadi beberapa bagian :

a) Orientasi waktu

b) Orientasi tempat

c) Pengulangan Segera

34
d) Perhatian I Atensi

e) Pengulangan Verbal

f) Penamaan

g) Pengulangan

h) Tahapan Perintah

i) Penulisan

j) Penyalinan

l. Prosedur Pemerisaan Anxiety (rasa cemas)

Alat ukur : Kuesioner dengan 20 buah pernyataan

Metode : Pasien diminta mengisi setiap pemyataan yang dirasakan melalui

kuesioner .

yang disediakan oleh peneliti sesuai dengan keadaan pasien secara jujur. Nilai 4

(Hampir selalu), 3 (Sering), 2 (kadang-kadang), 1 (Tidak Pernah).

Hasil : Nilai 20-39 (Low Anxiety), 40-59 (Moderate), 60-80 (High Anxiety)

m. Prosedur Pemeriksaan Kognitif

Alat Ukur : Kuisioner Moca Ina dan The Mini cog

Metode : Pasien menjawab, dan melakukan perintah berdasarkan kuisioner

Hasil :

35
1) Penilaian Moca Ina

Nilai maksimal sebesar 30

Nilai total akhir 26 atau lebih dianggap normal

Berikan tambahan 1 nilai untuk individu yang mempunyai pendidikan formal selama

12 tahun atau kurang (tamat Sekolah Dasar-tamat Sekolah Menengah Atas), jika total

nilai kurang dari 30.

2) Penilaian The Mini Cog

Mengingat/recall

Nilai dari 0 – 3 diberikan pada tes ini. Point diberikan pada setiap kata yang diingat

setelah CDT

Test Mengambar Jam / clock drawing test (CDT)

Nilai dari 0 – 2 diberikan pada test CDT. 2 point diberikan untuk CDT normal. Point

tidak diberikan pada CDT abnormal. Untuk CDT normal, semua angka harus

digambarkan dalam urutan dan posisi yang benar , dan tangan harus mampu membaca

menampilkan waktu yang diminta.

Nilai Mini-Cog

Untuk mendapatkan nilai Mini-Cog, tambahkan nilai dari Recall dan CDT

0-2 = indikasi positif dari demensia

3-5 = indikasi negatif dari demensia

n. Pemeriksaan Depresi

36
Alat ukur : Kuisioner Beck Depression Inventory, Mood Assessment Scale, H.milton,

dan Geriatric Depression scale.

Metode :

Pasien diminta menjawab setiap pernyataan yang dirasakan melalui kuesioner yang

disediakan oleh peneliti sesuai dengan keadaan pasien secara jujur.

Hasil :

1) Penilaian Beck Depressin inventory

Nilai untuk setiap responden diberikan seperti di bawah ini:

Jumlahkan semua angka yang diisi pada kolom yang telah disediakan. Skor tertinggi

adalah 36 dan skor terendah adalah 0.

Skor Total Tingkat Depresi

0-10 = Dianggap normal

11-16 = Gangguan suasana hati ringan

17-20 = Depresi klinis borderline

21-30 = Depresi sedang

31-40 = Depresi berat

Di atas 40 = Depresi ekstrem

Skor 17 atau lebih yang menetap mengindikasikan perlunya terapi

2) Penilaian Mood Assessment Scale

37
0-9 : normal

10-19 : depresi ringan

20-30 : depresi parah

3) Penilaian Hamilton

Interpretasi ( rentang nilai 0-50)

Nilai keseluruhan < 7 : normal

Nilai keseluruhan 8 – 13 : depresi ringan

Nilai keseluruhan 14 – 18 : depresi sedang

Nilai keseluruhan 19 – 22 : depresi berat

Nilai keseluruhan> 23 : depresi sangat berat

4) Penilaian Geriatric Depression Scale

Jumlah semua jawaban (senilai satu point) untuk skor total

0 - 9 normal

10-19 Depresi Ringan

20 - 30 Depresi Parah

o. Prosedur Pemeriksaan Kualitas Hidup

Alat ukur : Kuisioner SF-36, Kuisioner WHOQOL – BREF, Kuisioner Katz Index,

Kualitas Tidur, dan Instrumental Activities of Daily Living Scale

Metode : Pasien diminta mengisi setiap pemyataan yang dirasakan melalui kuesioner .

yang disediakan oleh peneliti sesuai dengan keadaan pasien secara jujur.

38
Hasil :

1) Penilaian SF – 36

Nilai skor kualitas hidup rata-rata adalah 60, dibawah skor tersebut kualitas hidup

dinilai kurang baik dan nilai skor 100 merupakan tingkat kualitas hidup yang sangat

baik

1) Penilaian WHOQOL –BREF

Setiap pertanyaan diberikan nilai 1 sampai 5 dan nilai paling tinggi merupakan

kualitas hidup yang lebih baik. Skor dari tiap domain dihitung dengan mengalikan

rata-rata setiap item dengan 4. Adapundomain dalam kualitas hidup yaitu item

pertanyaan kualitas hidup secara umum nomor 1, item pertanyaan kesehatan umum

nomor 2, item pertanyaan dari domain fisik nomor 3-4,10,15-18 (7 pertanyaan), item

pertanyaan dari domain psikologis nomor 5-7,11,19,26 (6 pertanyaan), item

pertanyaan dari domain hubungan sosial nomor 20-22 (3 pertanyaan) dan item

pertayaan dari domain lingkungan nomor 8-9,12-14,23-25 (8 pertanyaan).

Cutt-off pointuntuk skala kualitas hidup 58

2) Penilaian Katz Index

Masing – masing item pertanyaan memiliki 1 poin

Nilai: 6 = Maksimal, pasien dapat mandiri

39
0 = Lemah , pasien sangat ketergantungan.

4) Penilaian Kualitas Tidur

nilai untuk setiap responden diberikan seperti di bawah ini:

Untuk pertanyaan 5 – 9;

Kode 0, jika tidak pernah selama bulan lalu

Kode 1, jika kurang dari sekali dalam seminggu

Kode 2, jika 1 atau 2 kali seminggu

Kode 3, jika 3 kali seminggu atau lebih

Skor dari jawaban didasarkan pada skala 0 – 3, dimana nilai 3 mencerminkan skala

negatif ekstrim. Jumlah keseluruhan “5” mengindikasikan “rendahnya” kualitas tidur.

5) Penilaian Instrumental Activities Of Daily Scale

Nilai untuk setiap responden diberikan seperti di bawah ini;

Kode 0, jika “tidak mampu”

Kode 1, jika “Mampu”

F. Rencana Pengolahan Data

Data hasil penelitihan ini kemudian akandiolah dalam beberapa tahapan, yaitu:

editing, coding, scoring, entry data dan cleaning data.

1. Editing (koreksi) yaitu memeriksa atau meneliti kembali apakah jawaban isian

pada lembar kuesioner sudah lengkap, jelas, relevan, logis dan antar pertanyaan

konsisten. Untuk diproses lebih lanjut, sebaiknya ini dilakukan di tempat

pengumpulan data agar jika terjadi kesalahan diperbaiki secepat mungkin.

2. Scoring yaitu merubah kuesioner atau pertanyaan test dengan memberi nilai atau

skor. Nilai atau skor yang digunakan adalah nilai dari hasil pengukuran yang

berupa angka numerik.

40
3. Batching yaitu mengecek data disetiap RW apakah sudah sesuai dengan jumlah

subyek yang memenuhi kriteria inklusi.

4. Entry Data yaitu proses memasukkan data dengan menggunakan software

computer khusus, untuk dilakukan pengolahan data dengan program olah data.

5. Cleaning Data yaitu proses pengecekkan ulang apakah data yang sudah di

masukkan terdapat kesalahan entry dengan cara melakukan double entry dan

check-recheck urutan dan loncatan isian sesuai dengan petunjuk / pedoman

pengisisan instrumen

G. Rencana Analisis Data

Data kuesioner dan observasi selanjutnya dilakukan analisis dengan distribusi

frekuensi untuk data yang berskala nominal, deviasi.

Analisis pengaruh, perbedaan atau hubungan dilakukan sesuai tujuan penelitian

dengan menggunakan statistik yang sesuai. Statistik uji pengaruh atau uji perbedaan, uji

hubungan baik bersifat bivariat maupun multivariat.

H. Rencana Kegiatan

41
I. Etika Penelitian
Persetujuan etik penelitian diperoleh dari komite etik STIKes Binawan yang
memuat persyaratan dan penjelasan penelitian sebelum melaksanakan penelitian didalam
informed consent yang didalamnya tercantum naskah informed consent dan lembar
persetujuan informed consent untuk ditanda tangani oleh subyek penelitian .

J. Rencana Anggaran Biaya


Disusun dalam lampiran tersendiri

K. Susunan Organisasi Penelitian

1. Tim Penanggung Jawab & Penasehat / Konsultan


No Nama Posisi Keahlian Keterangan
1. Imam Waluyo Penanggung jawab Manajemen, Mengkoordinasi
fisioterapi, seluruh kegiatan
pendidikan penelitian
2. Inswiasri Konsultan, metode dan Epidemiologi dan Memberikan saran
etika penelitian kesehatan dan masukan
lingkungan berkaitan dengan
metode dan etika
penelitian
3. Siswo Purwanto Konsultan desain dan Epidemiologi dan Memberikan
sampling human biology masukan terkait
dengan desain
penelitian dan
teknik sampling

2. Tim Pelaksana Peneliti

No Nama Posisi Keahlian Keterangan


Bertanggung jawab pada
Muhammad Arsyad Kepala Mental health dan
1 seluruh aspek pelaksanaan
Subu Penelitian nursing care
penelitian
Dokter umum dan Membantu ketua penelitian
2 Freddy Komalih Tim Peneliti kesehatan dalam seluruh aspek terutama
masyarakat dalam teknik survey
Membantu ketua dalam
merencanakan dan
Dokter Spesialis
3 Adre Maeza Tim Peneliti melaksanakan penelitiaan dari
Saraf (K)
aspek pemeriksaan kesehatan
mental termasuk depresi
Membantu ketua dalam
Dokter spesialis merencanakan dan
4. Yetty Ramli Tim Peneliti
saraf (K) melaksanakan penelitiaan dari
aspek neurologi

42
Dokter spesialis Membantu ketua dalam
kesehatan merencanakan dan
5. Haryo Tilarso Tim Peneliti
olahraga dan melaksanakan penelitiaan dari
lansia aspek kesehatan fisik
Membantu dalam koordinasi
Asisten
6. Sri Yani Fisioterapi perencanaan dan pelaksanaan
peneliti
lapangan
Membantu dalam koordinasi
Septian Arif Asisten Management dan
7. perencanaan dan pelaksanaan
Gandhaputra peneliti Administrasi
lapangan
Membantu dalam koordinasi
Asisten
8. Lika Efriandini Fisioterapi perencanaan dan pelaksanaan
peneliti
lapangan
Mengkoordinasi seluruh
Koordinator aspek persiapan, pelaksanaan
9. Jennifer Dhea Mahasiswa
Tim Peneliti dan pengendalian kegiatan
lapangan
Mengkoordinasi aspek
persiapan, pelaksanaan dan
Koordinator
10. Annisa Julia Mahasiswa pengendalian kegiatan
Tim Teknis
khususnya dalam instrument
dan pengambilan data.
Sebagai tim teknis dalam
11. Putri Nuradibah Tim Teknis Mahasiswa persiapan, pelaksanaan dan
pengambilan data
Sebagai tim teknis dalam
Tim Teknis persiapan, pelaksanaan dan
12. Edvika Magdalena Mahasiswa
Sukawangi pengambilan data di wilayah
Sukawangi
Sebagai tim teknis dalam
Tim teknis persiapan, pelaksanaan dan
13. Sonang Amelia Mahasiswa
Pasar minggu pengambilan data di wilayah
Pasar Minggu
Mempersiapkan,
Tim
melaksanakan, dan
14. Rizal Arif Manajemen Mahasiswa
mengendalikan seluruh aspek
Data
pengambilan data
Mempersiapkan,
Tim melaksanakan, dan
15. Yuliani Baroroh Pengolahan Mahasiswa mengendalikan seluruh aspek
Data pengambilan data , batching
dan entry data
Sebagai tim teknis yang
Seluruh mahasiswa yang Tim
membantu seluruh proses
16. akan menggunakan data Pengambilan Mahasiswa
pengambilan data dan
untuk skripsi Data
pengolahan data

43
DAFTAR PUSTAKA

1
World Health Organization (WHO). “ Definition of an older or elderly person “. 29 April 2016.
(http://www.who.int/healthinfo/survey/ageingdefnolder/en/).
2
Zizza, C.A., Ellison, K.J., Wernette, C.M. ( 2009 ). Total Water Intakes of Community-Living
Middle-Old and Oldest-Old Adults. J Gerontol A Biol Sci Med Sci 2009. Vol. 64A, No. 4, 481–486.
3
Depkes . “ Lansia Yang Sehat, Lansia Yang Jauh Dari Demensia “. 29 April 2016.
(http://www.depkes.go.id/article/print/16031000003/menkes-lansia-yang-sehat-lansia-yang-jauh-
dari-demensia.html).
4
InfoDATin. “ Situasi dan Analisis Lanjut Usia “. 2014.
5
Jin, K. ( 2010 ). Modern Biological Theories of Aging. Aging and Disease Volume 1, Number 2; 72-
74.
6
Tosato, M., Zamboni, V., Ferrini, A., Cesari, M. ( 2007 ). The aging process and potential
interventions to extend life expectancy. Clinical Interventions in Aging 2007:2(3) 401–412.
7
Rodero, S.R., Morera, J.L.F., Torre, E.M., Calvanese, V., Fernandez, A.F., Fraga, M.F. ( 2011 ).
Aging Genetics and Aging. Aging and disease Volume 2,Number 3; 186-195.
8
Roberts, S.B., Rosenberg, I. ( 2006 ). Nutrition and Aging: Changes in the Regulation of Energy
Metabolism With Aging. Physiol Rev 86: 651–667, 2006.
9
Faulkner, J.A., Larkin, L.M., Claflin, D.R., Brooks, S.V. ( 2007 ). AGE-RELATED CHANGES IN
THE STRUCTURE AND FUNCTION OF SKELETAL MUSCLES. Clinical and Experimental
Pharmacology and Physiology (2007) 34, 1091–1096.
10
Abreu, S.S.E., Caldas, C.P. ( 2008 ). Gait speed, balance and age: a correlational study among
elderly women with and without participation in a therapeutic exercise program. Rev Bras Fisioter.
2008;12(4):324-30.
11
Joseph, R.D., Espiritu. ( 2008 ). Aging-Related Sleep Changes. Clin Geriatr Med 24 (2008) 1–14.
12
Sherwin, B.B. ( 2006 ). ESTROGEN AND COGNITIVE AGING IN WOMEN. Neuroscience 138
(2006) 1021–1026.
13
Mohr, B.A., Bhasin, S., Link, C.L., O’Donnell, A.B., McKinlay, J.B. ( 2006 ). The effect of changes
in adiposity on testosterone levels in older men: longitudinal results from the Massachusetts Male
Aging Study. European Journal of Endocrinology (2006) 155 443–452.
14
Levasseur, M., Desrosiers, J., Tribble, D.S. ( 2008 ). Do quality of life, participation and
environment of older adults differ according to level of activity?. Health and Quality of Life
Outcomes 2008, 6:30.
15
Priplata, A.A., Patritii, B.L., Gravelle, D., Lipsitz, L.A., Bonato, P., Niemi, J.B., Veves, A., Collins,
J.J., Stein.J. (2006). Noise-Enhanced Balance Control in Patients with Diabetes and Patients with
Stroke.American Neurological Association ORIGINAL ARTICLES 7 3–6.
16
Fortaleza, A.C.D.S., Dkk. ( 2012 ). Postural control and functional balance in individuals with
diabetic peripheral neuropathy. Rev Bras Cineantropom Hum 15 (3): 305-314.

44
17
Allet, L., Dkk. ( 2009 ). The gait and balance of patients with diabetes can be improved: a
randomised controlled trial.Diabetologia 53: 458-466.
18
Abate, M., Dkk. ( 2009 ). Effects of Hypertension on Balance Assessed by Computerized
Posturography in the elderly. Archieves of Gerontology and Geriatrics 49 113-117.
19
Yelnik, A.P., Dkk. ( 2008 ). Rehabilitation of Balance After Stroke With Multisensorial Training:
A Single-Blind Randomized Controlled Study. The American Society of Neurorehabilitation
10.1177/1545968308315996.
20
Niam, S., Cheung, W., Sullivan, P.E., Kent, S., Gu, X. ( 1999 ). Balance and Physical Impairments
After Stroke. Arch Phys Med Rehabil Vol 80, October 1999
21
Hyndman, D., Ashburn, A., Yardley, L., Stack, E. ( 2006 ). Interference between balance, gait and
cognitive task performance among people with stroke living in the community. Disability and
Rehabilitation, July 2006; 28(13–14): 849–856.
22
Harris, J.E., Eng, J.J., Marigold, D.S., Tokuno, C.D., Louis, C.L. ( 2005 ). Relationship of Balance
and Mobility to Fall Incidence in People With Chronic Stroke. Physical Therapy . Volume 85 .
Number 2 . February 2005.
23
Gaunchard, G.C., Vancon, G., Meyer, P., Mainrad, D., Perrin, P.P. ( 2010 ). On the role of knee
joint in balance control and postural strategies: Effects of total knee replacement in elderly subjects
with knee osteoarthritis. Gait & Posture 32 (2010) 155–160.
24
Schneider, J.C., Qu, H.D., Lowry, J., Walker, J., Vitale, E., Zona, M. ( 2012 ). Efficacy of inpatient
burn rehabilitation: A prospective pilot study examining range of motion, hand function and balance.
b u r n s 3 8 ( 2 0 1 2 ) 1 6 4 – 1 7 1.
25
Shirashi, C.F., Dkk. ( 2014 ). Influence of the use of dental prostheses in balance and body posture.
MTP&RehabJournal 2014, 12:83-86.
26
Gerson, L.W., Jarjoura, D., McCord, G. ( 1989 ). Risk of Imbalance in Elderly Peoplewith
Impaired Hearing or Vision. Age and Ageing 1989:18:31-34.
27
Cameiro, J.A.O., Dkk. ( 2012 ). Obese elderly women exhibit low postural stability:a novel three-
dimensional evaluation system. CLINICS 2012;67(5):475-481.
28
Reelick, M.F., Iersel, M.B.V., Kessels, R.P.C., Rikkert, M.G.M.O. ( 2009 ). The influence of fear
of falling on gait and balance in older people. Age and Ageing 2009; 38: 435–440.
29
Kelsey, J.L., Dkk. ( 2010 ). Indoor and Outdoor Falls in Older Adults Are Different: The
Maintenance of Balance, Independent Living, Intellect, and Zest in the Elderly of Boston Study.
JAGS 58:2135–2141.
30
Mackintosh, S.F., Hill, K.D., Dood, K.J., Goldie, P.A., Gulham, E.G. ( 2006 ). Balance Score and a
History of Falls in Hospital Predict Recurrent Falls in the 6 Months Following Stroke Rehabilitation.
Arch Phys Med Rehabil Vol 87, December 2006.
31
Munshi, M., Dkk. (2006). Cognitive Dysfunction Is Associated WithPoor Diabetes
Control In Older Adults. Diabetes Care, Volume 29, Number 8, August 2006.
32
Sinclair, A.J., Girling, A.J., Bayer, A.J. (2000). Cognitive dysfunction in older subjects
with diabetes mellitus: impact on diabetes self-management and use of care services.
Diabetes Research and Clinical Practice 50 (2000) 203–212.
33
Birns, T., Karla, L. ( 2009 ). Cognitive function and hypertension. Journal of Human Hypertension
(2009) 23, 86–96.
34
Astrom, M., Adolfsson, R., Asplund, K. ( 1993 ). Major Depression in Stroke Patients A 3-Year
Longitudinal Study. Stroke Vol 24, No 7 July 1993.

45
35
Rochi, D.D., Dkk. ( 2007 ). The Combined Effect of Age, Education, and Stroke on Dementia and
Cognitive Impairment No Dementia in the Elderly. Dement Geriatr Cogn Disord 2007;24:266–273
D OI: 10.1159/000107102.
36
Vogels, R.L.C., Scheltens, P., Tanka, J.M.S., Weinstein, H.C. ( 2007 ). Cognitive Impairment in
Heart Failure: A Systematic Review of the Literature. European Journal of Heart Failure 2007 440-
449.
37
Rutledge, T., Reis, V.A., Linke, S.E., Greenberg, B.H., Mills, P.J. ( 2006 ). Depression in Heart
Failure. Journal of the American College of Cardiology Vol. 48, No. 8.
38
Scopaz, K.A., Piva, S.R., Wisniewski, S., Fitzgerald, K. ( 2009 ). Relationships of Fear, Anxiety,
and Depression With Physical Function in Patients With Knee Osteoarthritis. Arch Phys Med Rehabil
Vol 90, November 2009.
39
Kraus, M.R., Csef, A.S.H., Scheurlen, M., Faller, H. ( 2000 ). Emotional State, Coping Styles, and
Somatic Variables in Patients With Chronic Hepatitis C. Psychosomatics 41:5, September-October
2000.
40
Moussas, G., Dkk. ( 2008 ). A comparative study of anxiety and depression in patients with
bronchial asthma, chronic obstructive pulmonary disease and tuberculosis in a general hospital of
chest diseases. Annals of General Psychiatry 2008, 7:7.
41
Bucks, R.S., Gidron, Y., Harris, P., Teeling, J., Wesnes, K.A., Perry, V.H. ( 2008 ). Selective
effects of upper respiratory tract infection on cognition, mood and emotion processing: A prospective
study. Brain, Behavior, and Immunity 22 (2008) 399–407.
42
Kostka, T., Praczko, K. ( 2006 ). Interrelationship between Physical Activity, Symptomatology of
Upper Respiratory Tract Infections, and Depression in Elderly People. Gerontology 2007;53:187–
193.
43
Thombs, B.D., Bresnick, M.G., Russell, G.M. ( 2006 ). Depression in survivors of burn injury: a
systematic review. General Hospital Psychiatry 28 (2006) 494– 502.
44
Moss, M., Franks, M., Briggs, P., Kennedy, D., Scholey, A. ( 2007 ). Compromised Arterial
Oxygen Saturation in Elderly Asthma Sufferers Results in Selective Cognitive Impairment. Journal of
Clinical and Experimental Neuropsychology, 27:139–150.
45
Boi, R., Dkk. ( 2011 ). Hearing loss and depressive symptoms in elderly patients. Geriatr Gerontol
Int doi: 10.1111/j.1447-0594.2011.00789.
46
Blazer, D.G., Ayers, S.M., Morgan, J.C., Burcett, B. ( 2002 ). Depression in diabetes and obesity
Racial/ethnic/gender issues in older adults. Journal of Psychosomatic Research 53 (2002) 913– 916.
47
Roberts, R.E., Deleger, S., Strawbridge, W.J., Kaplan, G.A. ( 2003 ). Prospective association
between obesity and depression: evidence from the Alameda County Study. International Journal of
Obesity (2003) 27, 514–521.
48
Haastregt, J.C.M.V., Zijlstra, R., Rossum, E.V., Eijk, J.T.M.V., Kempen, G.I.J.M. ( 2008 ). Feelings
of Anxiety and Symptoms of Depression in Community-Living Older Persons Who Avoid Activity
for Fear of Falling. Am J Geriatr Psychiatry 16:3, March 2008.
49
Laiteerapong, N., Dkk. ( 2011 ). Correlates of Quality of Life in Older Adults With Diabetes.
DIABETES CARE, VOLUME 34, AUGUST 2011.
50
Fletcher, A.E., Dkk. ( 2002 ). Quality of life on randomized treatment for isolated systolic
hypertension: results from the Syst-Eur Trial. Journal of Hypertension 2002, 20:2069–2079.

46
51
Salbach, N.M., Mayo, N.E., Ekstrand, S.R., Hanley, J.A., Richards, C.L., Dauphinee, S.W. ( 2006 ).
Balance Self-Efficacy and Its Relevance to Physical Function and Perceived Health Status After
Stroke. Arch Phys Med Rehabil Vol 87, March 2006.
52
Artal, J.C., Egido, J.A., Gonzalez, J.L., Seijas, V.D. ( 2000 ). Quality of Life Among Stroke
Survivors Evaluated 1 Year After Stroke Experience of a Stroke Unit. Quality of Life Among Stroke
Survivors December 2000.
53
Ramos, S., Prata, J., Goncalves, F.R., Coelho, R. ( 2013 ). Congestive Heart Failure and Quality of
Life.Applied Research Quality Life DOI 10.1007/s11482-013-9270-6.
54
Smith, A.W., Dkk. ( 2008 ). Cancer, Comorbidities, and Health-Related Quality of Life of Older
Adults. Health Care Financ Rev. 2008 ; 29(4): 41–56.
55
Palo, N., D’Ortho, S.S.C., Dash, S.K., Arora, G., Kumar, M., Biswal, M.R. ( 2015 ). Effects of
Osteoarthritis on Quality of life in Elderly Population of Bhubaneswar,India A Prospective
Multicenter Screening and Therapeutic Study of 2854 Patients. Geriatric Orthopaedic Surgery &
Rehabilitation 2015, Vol. 6(4) 269-275.
56
Ijaz, K., Omer, B., Mahmood, K.T., Amin, F. ( 2012 ). Quality of Life in Hepatitis C. J. Pharm. Sci.
& Res. Vol.4(11), 2012, 1982 - 1985.
57
Atif, M., Dkk. ( 2014 ). Impact of tuberculosis treatment on health-related quality of life of
pulmonary tuberculosis patients: a follow-up study. Health and Quality of Life Outcomes 2014, 12:19.
58
Nitescu, C., Calota, D.R., Stancioiu, T.A., Marinescu, S.A., Florescu, I.P., Lascar, I. ( 2012 ).
Psychological impact of burn scars on quality of life in patients with extensiveburns who received
allotransplant. Rom J Morphol Embryol 2012, 53(3):577–583.
59
Huss, K., Dkk. ( 2001 ). Asthma severity, atopic status, allergen exposure, and quality of life in
elderly persons. ANNALS OF ALLERGY, ASTHMA, & IMMUNOLOGY VOLUME 86.
60
Saintrain, M.V.D.L., Souza, E.H.A.D. ( 2012 ). Impact of tooth loss on the quality of life. The
Gerodontology Society and John Wiley & Sons A/S, Gerodontology 2012; 29: e632–e636.
61
Ciorba, A., Bianchini, C., Pelucchi, S., Pastore, A. ( 2012 ). The impact of hearing loss on the
quality of life of elderly adults. Clinical Interventions in Aging 2012:7 159–163.
62
Fjeldstad, C., Fjeldstad, A.S., Acree, L.S., Nickel, K.J., Gardner, A.W. ( 2008 ). The influence of
obesity on falls and quality of life. Dynamic Medicine 2008, 7:4.
63
Badan Pusat Statistik ( BPS ). ( 2014 ).
64
Downs, S., Marquez, J., Chiarelli, P. ( 2014 ). Normative scores on the Berg Balance Scale decline
after age 70 years in healthy community-dwelling people: a systematic review. Journal of
Physiotherapy 60 (2014) 85–89.
65
Stein, P.K., Barzillay, J.I., Chaves, P.H.M., Domitrovinch, P.P., Gottdiener, J.S. ( 2009 ). Heart rate
variability and its changes over 5 years in older adults. Age and Ageing 2009; 38: 212–218.
66
Pini, R., Dkk. Central But Not Brachial Blood Pressure Predicts Cardiovascular Events in an
Unselected Geriatric Population. Journal of the American College of Cardiology Vol. 51, No. 25,
2008.
67
Mannino, D.M., Davis, K.J. ( 2006 ). Lung function decline and outcomes in an elderly Population.
Thorax 2006;61:472–477. doi: 10.1136/thx.2005.052449.
68
Ortega, J.D., Fehlman, L.A., Farley, C.T. ( 2008 ). Effects of aging and arm swing on the metabolic
cost of stability in human walking. Journal of Biomechanics 41(2008)3303–3308.

47
69
Kuk, J.L., Saunders, T.J., Davidson, L.E., Ross, R. ( 2009 ). Age-related changes in total and
regional fat distribution. Ageing Research Reviews 8 (2009) 339–348.
70
Shipak, M.G., Dkk. ( 2009 ). Rapid Decline of Kidney Function Increases Cardiovascular Risk in
the Elderly. J Am Soc Nephrol 20: 2625–2630, 2009.
71
Pani, L.N., Dkk. ( 2008 ). Effect of Aging on A1C Levels in Individuals Without Diabetes.
DIABETES CARE, VOLUME 31, NUMBER 10, OCTOBER 2008.
72
Pradhan, S.N. ( 2011 ). Depression in elderly. I Psychiattic Absociation ol Nepal Vol,7, No.l, 2011.
73
Vink, D., Aartsen, M.J., Schoevers, R.A. ( 2008 ). Risk factors for anxiety and depression in the
elderly: A review. Journal of Affective Disorders 106 (2008) 29–44.
74
Salthouse, T.A. ( 2009 ). When does age-related cognitive decline begin?. Neurobiology of Aging
30 (2009) 507–514.
75
Ng, N., Hakimi, M., Byass, P., Wilopo, S., Wall, S. ( 2010 ). Health and quality of life among older
rural people in Purworejo District, Indonesia. Global Health Action Supplement 2, 2010. DOI:
10.3402/gha.v3i0.2125.
76
Alexandre, T.D.S., Cordeiro, R.C., Ramos, L.R. ( 2009 ). Factors associated to quality of life in
active elderly. Rev Saúde Pública 2009;43(4):613-21.
77
D’Orsil, E., Xavier, A.J., Ramos, L.R. ( 2011 ). Work, social support and leisure protect the elderly
from functional loss: EPIDOSO Study. Rev Saúde Pública 2011;45(4).
78
Arean, P.A., Gum, A.M., Tang, L., Unutzer, J. ( 2007 ). Service Use and Outcomes Among Elderly
Persons With Low Incomes Being Treated for Depression. PSYCHIATRIC SERVICES August 2007
Vol. 58 No. 81 10.
79
Cawley, J., Moran, J., Simon, K. ( 2010 ). THE IMPACT OF INCOME ON THE WEIGHT OF
ELDERLY AMERICANS. Health Econ. 19: 979–993 (2010).
80
Zhang, B., Li, J. ( 2011 ). Gender and marital status differences in depressive symptoms among
elderly adults: The roles of family support and friend support. Aging &mental Health Vol. 15, No. 7,
September 2011, 844–854.
81
Manzoli, L., Villari, P., Pirone, G.M., Boccia, A. ( 2007 ). Marital status and mortality in the
elderly: A systematic review and meta-analysis. Social Science & Medicine 64 (2007) 77–94.
82
Shavers, V.L. ( 2007 ). Measurement of Socioeconomic Status in Health Disparities Research.
JOURNAL OF THE NATIONAL MEDICAL ASSOCIATION VOL. 99, NO. 9, SEPTEMBER 2007.
83
Kubzansky, L.D., Subramanian, S.V., Kawachi, I., Fay, M.E., Soobader, M.J., Berkman, L.F. (
2005 ). Neighborhood Contextual Influences on Depressive Symptoms in the Elderly. Am J Epidemiol
2005;162:253–260.
84
Chang, P.J., Wray, L., Lin, Y. ( 2014 ). Social Relationships, Leisure Activity, and Health in Older
Adults. Health Psychology 2014 American Psychological Association2014, Vol. 33, No. 6, 516–523.
85
Wu, M.S., Lan, T.H., Chen, C.M., Chiu, H.C., Lan, T.Y. ( 2011 ). Socio-demographic and health-
related factors associated with cognitive impairment in the elderly in Taiwan. BMC Public Health
2011, 11:22.
86
Marioni, R.E., Dkk. ( 2015 ). Social activity, cognitive decline and dementia risk: a 20-year
prospective cohort study. BMC Public Health (2015) 15:1089.

48
87
Woo, J., Chan, R., Leung, J., Wong, M. ( 2010 ). Relative Contributions of Geographic,
Socioeconomic, and Lifestyle Factors to Quality of Life, Frailty, and Mortality in Elderly. January
2010 Volume 5 Issue 1 e8775.
88
Sugiyama, T., Thompson, C.W. ( 2005 ). Environmental Support for Outdoor Activitiesand Older
People’s Quality of Life. doi:10.1300/J081v19n03_09.
89
Hamer, M., Chinda, Y. ( 2009 ). Physical activity and risk of neurodegenerative disease: a
systematic review of prospective evidence. Psychological Medicine (2009), 39, 3–11.
90
Rejeski, W.J., Mihalko, S.L. ( 2001 ). Physical Activity and Quality of Life in Older Adults.
Journals of Gerontology: 2001, Vol. 56A (Special Issue II):23–35.
91
Riset kesehatan dasar ( RISKESDAS ). ( 2014 )
92
Muir, S., Odasso, M.M. ( 2011 ). Effect of Vitamin D Supplementation on Muscle Strength, Gait
and Balance in Older Adults: A Systematic Review and Meta-Analysis. JAGS 59:2291–2300, 2011.
93
Swanenburg, J., Bruin, E.D.D., Stauffacher, M., Mulder, T., Uebelhart, D. ( 2007 ). Effects of
exercise and nutrition on postural balance and risk of falling in elderly peoplewith decreased bone
mineral density: randomized controlled trial pilot study. Clinical Rehabilitation 2007; 21: 523–534.
94
Shahar, D., Dkk. ( 2009 ). Nutritional Status in Relation to Balance and Falls in the Elderly. Ann
Nutr Metab 2009;54:59–66 DOI: 10.1159/000207356.
95
Redondo, S.J., Miguel, B.B.D., Banega, J.G., Mercedes, L.G., Pavon, J.G., Vives, C.G. ( 2013 ).
Influence Of Nutritional Status On Health-Related Quality Of Life Of Non-Institutionalized Older
People. J Nutr Health Aging.
96
Sudharkodny, S., Reddy, M., Sneha, R., Kutty, K. ( 2015 ). Effect of Tobacco on Cognitive
Function in Elderly People –A Pilot Study. J Clin Biomed Sci 2015; 5(1):17-20.
97
Marinho, V., Laks, J., Coutinho, E.S.F., Blay, S.L. ( 2010 ). Tobacco use among the elderly: a
systematic review and meta-analysis. Rio de Janeiro, 26(12):2213-2233.
98
Rebustini, R.E.D.L.F., Dkk. ( 2015 ). Validity of the Katz Index to assess activities of daily living
by informants in neuropathological studies. Rev Esc Enferm USP · 2015; 49(6):944-950.
99
Edward, M.M. ( 1990 ). The Reliability and Validity of Self-Report Activities of Daily Living
Scales. Canadian Journal of Occupational Therapy 1990 57: 273.
100
Whitney, S., Wrisley, D., Furman, J. ( 2003 ). Concurrent validity of the Berg BalanceScale and the
Dynamic Gait Index in people with vestibular dysfunction. Physiotherapy Research International,
8(4) 178–186, 2003.
101
Utomo, B., Takarini, N. ( 2009 ). Uji Validitas Kriteria Time Up And Go Test (Tug) Sebagai Alat
Ukur Keseimbangan Pada Lansia. Jurnal Fisioterapi Vol. 9 No. 2, Oktober 2009.
102
Light, K.G., Rose, D.K., Purser, J.L. ( 1996 ). The Functional Reach Test for Balance:Strategies of
Elderly Subjects With and Without Disequilibrium. Physical & Occupational Therapy in Geriatrics,
Vol. 14(1) 1996.
103
Larsson, U.E., Reynisdottin, S. ( 2008 ). The six-minute walk test in outpatients with obesity:
reproducibility and known group validity. Physiother. Res. Int. 13(2): 84–93 (2008).
104
Fountoulakis, K.N., Tsolaki, M., Chantzi, H., Kazis, A. ( 2000 ). Mini Mental State Examination
(MMSE): A validation study in Greece. American Journal of Alzheimer's Disease and Other
Dementias Volume 15, Number 6, November/December 2000.

49
105
Rahman, T.T.A., Gaafary, M.M.E. ( 2009 ). Montreal Cognitive Assessment Arabic version:
Reliability and validity prevalence of mild cognitive impairment among elderly attending geriatric
clubs in Cairo. Geriatr Gerontol Int 2009; 9: 54–61.
106
Julian, L.J. ( 2011 ). Measures of Anxiety. Arthritis Care Res (Hoboken). 2011 November ; 63(0
11): . doi:10.1002/acr.20561.
107
Pardo, C.C., Orduna, I.C., Martinez, B.E., Aparicio, C.M., Alcade, S.L., Olazaran, J. ( 2013 ).
Utility of the Mini-Cog for Detection of Cognitive Impairment in Primary Care: Data from Two
Spanish Studies. International Journal of Alzheimer’s Disease Volume 2013, Article ID 285462.
108
Storch, E.A., Roberti, J.W., Roth, D.A. ( 2004 ). Factor Structure, Concurrent Validity, And
Internal Consistency Of The Beck Depression Inventoryfsecond Edition In A Sample Of College
Students. DEPRESSION AND ANXIETY 19:187–189 (2004).
109
Bagby, R.M., Ryder, A.G., Schuller, D.R., Marshall, M.B. ( 2004 ). The Hamilton Depression
Rating Scale: Has the Gold Standard Become a Lead Weight?. Am J Psychiatry 2004; 161:2163–
2177.
110
Nyunt, M.S.Z., Fones, C., Niti, M., Ng, T.P. ( 2009 ). Criterion-based validity and reliability of the
Geriatric Depression Screening Scale (GDS-15) in a large validation sample of community-living
Asian older adults. Aging &Mental Health Vol. 13, No. 3, May 2009, 376–382.

50

Anda mungkin juga menyukai