Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

PERENCANAAN BISNIS

TERAPI DAN KONTROL TEKANAN DARAH MELALUI PRODUK JUS POKAT DAN

PEMERIKSAAN TEKANAN DARAH UNTUK PENYANDANG HIPERTENSI

A. Latar Belakang

Hipertensi seringkali disebut sebagai pembunuh gelap (silent killer), karena termasuk

penyakit yang mematikan, tanpa disertai dengan gejala-gejalanya lebih dahulu sebagai

peringatan bagi korbannya. Kalaupun muncul, gejala tersebut seringkali dianggap

gangguan biasa, sehingga korbannya terlambat menyadari akan datangnya penyakit

(Sustrani, 2006).

Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius, karena jika tidak

terkendali akan berkembang dan menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Akibatnya

bisa fatal karena sering timbul komplikasi, misalnya stroke (perdarahan otak),

penyakit jantung koroner, dan gagal ginjal (Gunawan, 2001).

Hipertensi pada lanjut usia sebagian besar merupakan hipertensi sistolik terisolasi (HST),

meningkatnya tekanan sistolik menyebabkan besarnya kemungkinan timbulnya kejadian

stroke dan infark myocard bahkan walaupun tekanan diastoliknya dalam batas normal

(isolated systolic hypertension). Isolated systolic hypertension adalah bentuk hipertensi

yang paling sering terjadi pada lansia. Pada suatu penelitian, hipertensi menempati 87%

kasus pada orang yang berumur 50 sampai 59 tahun. Adanya hipertensi, baik HST

maupun kombinasi sistolik dan diastolik merupakan faktor risiko morbiditas dan

mortalitas untuk orang lanjut usia. Hipertensi masih merupakan faktor risiko utama
untuk stroke, gagal jantung penyakit koroner, dimana peranannya diperkirakan lebih

besar dibandingkan pada orang yang lebih muda (Kuswardhani, 2007)

Kondisi yang berkaitan dengan usia ini adalah produk samping dari keausan

arteriosklerosis dari arteri-arteri utama, terutama aorta, dan akibat dari berkurangnya

kelenturan. Dengan mengerasnya arteri-arteri ini dan menjadi semakin kaku, arteri dan

aorta itu kehilangan daya penyesuaian diri. Dinding, yang kini tidak elastis, tidak dapat

lagi mengubah darah yang keluar dari jantung menjadi aliran yang lancar. Hasilnya

adalah gelombang denyut yang tidak terputus dengan puncak yang tinggi (sistolik) dan

lembah yang dalam (diastolik) (Wolff , 2008).

Prevalensi HST adalah sekitar berturut-turut 7%, 11%, 18% dan 25% pada kelompok

umur 60-69, 70-79, 80-89, dan diatas 90 tahun. HST lebih sering ditemukan pada

perempuan dari pada laki-laki. Pada penelitian di Rotterdam, Belanda ditemukan: dari

7983 penduduk berusia diatas 55 tahun, prevalensi hipertensi (160/95mmHg) meningkat

sesuai dengan umur, lebih tinggi pada perempuan (39%) dari pada laki-laki (31%). Di

Asia, penelitian di kota Tainan, Taiwan menunjukkan hasil sebagai berikut: penelitian

pada usia diatas tahun dengan kriteria hipertensi berdasarkan The Joint National

Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and treatment of High

Bloodpressure (JNC VI),ditemukan prevalensi hipertensi sebesar 60,4% (laki-laki 59,1%

dan perempuan 61,9%), yang sebelumnya telah terdiagnosis hipertensi adalah 31,1%

(laki-laki 29,4% dan perempuan 33,1%), hipertensi yang baru terdiagnosis adalah 29,3%

(laki-laki 29,7% dan perempuan 28,8%). Pada kclompok ini, adanya riwayat keluarga

dengan hipertensi dan tingginya indeks masa tubuh merupakan faktor risiko hipertensi

(Kuswardhani, 2007).

Hipertensi masih menjadi masalah kesehatan pada kelompok lansia. Sebagai hasil

pembangunan yang pesat dewasa ini dapat meningkatkan umur harapan hidup, sehingga
jumlah lansia bertambah tiap tahunnya, peningkatan usia tersebut sering diikiuti dengan

meningkatnya penyakit degeneratif dan masalah kesehatan lain pada kelompok ini.

Hipertensi sebagai salah satu penyakit degeneratif yang sering dijumpai pada kelompok

lansia (Abdullah.2005).

Data WHO tahun 2000 menunjukkan, di seluruh dunia, sekitar 972 juta orang atau 26,4%

penghuni bumi mengidap hipertensi dengan perbandingan 26,6% pria dan 26,1% wanita.

Angka ini kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2% di tahun 2025. Dari 972 juta

pengidap hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 639 sisanya berada di negara

sedang berkembang, temasuk Indonesia (Andra,2007).

Umur Harapan Hidup (UHH, proporsi penduduk Indonesia umur 55 tahun ke atas pada

tahun 1980 sebesar 7,7% dari seluruh populasi, pada tahun 2000 meningkat menjadi

9,37% dan diperkirakan tahun 2010 proporsi tersebut akan meningkat menjadi 12%, serta

UHH meningkat menjadi 65-70 tahun. Dalam hal ini secara demografi struktur umur

penduduk Indonesia bergerak ke arah struktur penduduk yang semakin menua (ageing

population). Peningkatan UHH akan menambah jumlah lanjut usia (lansia) yang akan

berdampak pada pergeseran pola penyakit di masyarakat dari penyakit infeksi ke penyakit

degenerasi. Prevalensi penyakit menular mengalami penurunan, sedangkan penyakit tidak

menular cenderung mengalami peningkatan. Penyakit tidak menular (PTM) dapat

digolongkan menjadi satu kelompok utama dengan faktor risiko yang sama (common

underlying risk faktor) seperti kardiovaskuler, stroke, diabetes mellitus, penyakit paru

obstruktif kronik, dan kanker tertentu. Faktor risiko tersebut antara lain mengkonsumsi

tembakau, konsumsi tinggi lemak kurang serat, kurang olah raga, alkohol, hipertensi,

obesitas, gula darah tinggi, lemak darah tinggi

Berdasarkan hasil survey kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 2001, di kalangan

penduduk umur 25 tahun ke atas menunjukkan bahwa 27% laki-laki dan 29% wanita
menderita hipertensi, 0,3% mengalami penyakit jantung iskemik dan stroke, 1,2%

diabetes, 1,3% laki-laki dan 4,6% wanita mengalami kelebihan berat badan (obesitas),

dan yang melakukan olah raga 3 kali atau lebih per minggu hanya 14,3%. Laki-laki umur

25-65 tahun yang mengkonsumsi rokok sangat tinggi yaitu sebesar 54,5%, dan wanita

sebesar 1,2%.

B. Analisis SWOT

1. Strength ( Kekuatan )

a. Belum tersedianya sarana berbasis konsultasi pada lingkungan masyarakat yang

menyediakan produk jus untuk konsumen yang meruapakan penderita Hipertensi

di Indonesia yang disertai jasa pemeriksaan tekanan darah gratis

b. Kandungan dari serat, vitamin lebih baik untuk biasa dapat mencegah dan

mengontrol tekanan darah penderita Hiperyensi sehingga mengontrol tekanan

darah

c. Kebutuhan penderita Hipertensi maupun masyarakat umum untuk pemantauan

tekanan darah

d. Pengetahuan masyarakat tentang khasiat wortel yang masih sangat rendah.

e. Sebagai sarana untuk menyediakan produk jus untuk penderita penyakit

Hipertensi dan pemeriksaan tekanan darah gratis.

2. Weakness (kelemahan)

a. Prospek bisnis belum dapat terlihat

b. Masyarakat hanya mengetahui bahwa wortel hanya untuk bahan masakan

c. Pendidikan masyarakat masih kurang mengenai khasiat dan kandungan dari

wortel

3. Opportunity (kesempatan)
a. Jumlah penderita Hipertensi yang meningkat.

b. Kebanyakan penderita Hipertensi mengalami kegagalan dalam diit

c. Masih kurang tersedianya produk makanan pokok pengganti nasi untuk

penyandang Diabetes Melitus

d. Jumlah target konsumen yang banyak di komplek perumahan

e. Masih malasnya masyarakat untuk mencek tekanan darah

4. Treath (ancaman)

a. Tersedianya produk jasa lain yang berorientasi pada pemeriksaan tekanan darah .
BAB II

PROFIL PELAYANAN DAN PRODUK

A. Profil pelayanan

1. Pengertian

Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya

di atas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg. Pada populasi

manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmhg dan

tekanan diastolic 90 mmHg ( Smeltzer, 2001).

Menurut Price (2005) Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah

kondisi medis di mana terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam

jangka waktu lama). Penderita yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga

bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat diperkirakan

mempunyai keadaan darah tinggi.

2. Etiologi
Sekitar 20% populasi dewasa mengalami hipertensi, lebih dari 90%

diantara mereka menderita hipertensi essensial (primer), dimana tidak dapat

ditentukan penyebab medisnya. Sisanya mengalami kenaikan tekanan darah

dengan penyebab tertentu (hipertensi sekunder). ( Smeltzer, 2001).

Hipertensi berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi 2 jenis :

 Hipertensi primer atau esensial adalah hipertensi yang tidak / belum

diketahui penyebabnya (terdapat pada kurang lebih 90 % dari seluruh

hipertensi).

 Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan/ sebagai akibat

dari adanya penyakit lain. ( Smeltzer, 2001).

Hipertensi primer kemungkinan memiliki banyak penyebab, seperti;

beberapa perubahan pada jantung dan pembuluh darah kemungkinan bersama-

sama menyebabkan meningkatnya tekanan darah. (Price, 2005)

Jika penyebabnya diketahui, maka disebut hipertensi sekunder. Pada

sekitar 5-10% penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada

sekitar 1-2%, penyebabnya adalah kelainan hormonalatau pemakaian obat

tertentu (misalnya pil KB). ( Smeltzer, 2001)

3. Faktor predisposisi

Berdasarkan faktor pemicu, Hipertensi dapat disebabkan oleh beberapa

hal seperti umur, jenis kelamin, dan keturunan. Hipertensi juga banyak

dijumpai pada penderita kembar monozigot (satu telur), apabila salah satunya

menderita Hipertensi. Dugaan ini menyokong bahwa faktor genetik

mempunyai peran didalam terjadinya Hipertensi. (Smeltzer, 2001).


Sedangkan yang dapat dikontrol seperti kegemukan/obesitas, stress,

kurang olahraga, merokok, serta konsumsi alkohol dan garam. Faktor

lingkungan ini juga berpengaruh terhadap timbulnya hipertensi esensial.

Hubungan antara stress dengan Hipertensi, diduga melalui aktivasi saraf

simpatis. Saraf simpatis adalah saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas,

saraf parasimpatis adalah saraf yang bekerja pada saat kita tidak

beraktivitas. (Price, 2005)

Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat meningkatkan tekanan darah

secara intermitten (tidak menentu). Apabila stress berkepanjangan, dapat

mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi. Walaupun hal ini belum

terbukti, akan tetapi angka kejadian di masyarakat perkotaan lebih tinggi

dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan

pengaruh stress yang dialami kelompok masyarakat yang tinggal di

kota. (Price, 2005)

Berdasarkan penyelidikan, kegemukan merupakan ciri khas dari

populasi Hipertensi dan dibuktikan bahwa faktor ini mempunyai kaitan yang

erat dengan terjadinya Hipertensi dikemudian hari. Walaupun belum dapat

dijelaskan hubungan antara obesitas dan hipertensi esensial, tetapi

penyelidikan membuktikan bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi volume

darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dibandingan dengan

penderita yang mempunyai berat badan normal. ( Smeltzer, 2001).


5. Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak

di pusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras

saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna

medulla spinalis ke ganglia simpatis di torak dan abdomen. Rangsangan pusat

vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system

saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan

asetilkolin, yang merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana

dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.

Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon

pembuluh darah terhadap rangsangan vasokonstriktor. Individu dengan hipertensi

sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas

mengapa hal tersebut bisa terjadi. (Smeltzer, 2001).

Pada saat bersamaan dimana system simpatis merangsang pembuluh darah

sebagai respon rangsang emosi. Kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan

tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang

menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya,

yang dapat memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang

mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, mengakibatnkan pelepasan rennin.

Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi

angiotensin II, saat vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi

aldosteron oleh korteks adrenal. Hormone ini menyebabkan retensi natrium dan air
oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor

tersebut cenderung mencetuskan keadaan hipertensi. (Price, 2005)

6. Manefestasi Klinis

Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala; meskipun

secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan

dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud

adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan;

yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan

tekanan darah yang normal. (Price, 2005)

Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut:

a. Sakit kepala

b. Kelelahan

c. Mual

d. Muntah

e. Sesak nafas

f. Gelisah

7. Klasifikasi

The Joint National Committee on Detection, Evaluation and Treatment of

High Blood Pressure membuat suatu klasifikasi baru yaitu :

Klasifikasi Tekanan Darah untuk Dewasa Usia 18 Tahun atau Lebih *

Kategori Sistolik (mmhg) Diastolik (mmhg)


Normal < 130 <85

Normal tinggi 130-139 85-89

Hipertensi

Tingkat 1 (ringan) 140-159 90-99

Tingkat 2 (sedang) 160-179 100-109

Tingkat 3 (berat) ≥180 ≥110

Tidak minum obat antihipertensi dan tidak sakit akut. Apabila tekanan sistolik

dan diastolik turun dalam kategori yang berbeda, maka yang dipilih adalah kategori

yang lebih tinggi. berdasarkan pada rata-rata dari dua kali pembacaan atau lebih yang

dilakukan pada setiap dua kali kunjungan atau lebih setelah skrining awal. (Smeltzer,

2001).

Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih

tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah

diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan darah kurang dari 120/80

mmHg didefinisikan sebagai "normal". Pada tekanan darah tinggi, biasanya terjadi

kenaikan tekanan sistolik dan diastolik. Hipertensi biasanya terjadi pada tekanan

darah 140/90 mmHg atau ke atas, diukur di kedua lengan tiga kali dalam jangka

beberapa minggu. (Price, 2005)

Pada hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau

lebih, tetapi tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg dan tekanan diastolik masih

dalam kisaran normal. Hipertensi ini sering ditemukan pada usia lanjut. Sejalan
dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah;

tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus

meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan

menurun drastis. (Price, 2005)

Disamping itu juga terdapat hipertensi pada kehamilan (pregnancy-induced

hypertension/PIH) PIH adalah jenis hipertensi sekunder karena hipertensinya

reversible setelah bayi lahir. PIH tampaknya terjadi akibat dari kombinasi

peningkatan curah jantung dan TPR. Selama kehamilan normal volume darah

meningkat secara drastis. Pada wanita sehat, peningkatan volume darah

diakomodasikan oleh penurunan responsifitas vascular terhadap hormon-hormon

vasoaktif, misalnya angiotensin II. Hal ini menyebabkan TPR berkurang pada

kehamilan normal dan tekanan darah rendah. Pada wanita dengan PIH, tidak terjadi

penurunan sensitivitas terhadap vasopeptida-vasopeptida tersebut, sehingga

peningkatan besar volume darah secara langsung meningkatkan curah jantung dan

tekanan darah. PIH dapat timbul sebagai akibat dari gangguan imunologik yang

mengganggu perkembangan plasenta. PIH sangat berbahaya bagi wanita dan dapat

menyebabkan kejang, koma, dan kematian. (Smeltzer, 2001).

8. Komplikasi

Adapun komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit hipertensi menurut TIM

POKJA RS Harapan Kita (2003:64) dan Dr. Budhi Setianto (Depkes, 2007) adalah

diantaranya :
1. Penyakit pembuluh darah otak seperti stroke, perdarahan otak, transient

ischemic attack (TIA).

2. Penyakit jantung seperti gagal jantung, angina pectoris, infark miocard acut

(IMA).

3. Penyakit ginjal seperti gagal ginjal.

4. Penyakit mata seperti perdarahan retina, penebalan retina, oedema pupil.

B. Profil produk

Jenis usaha yang akan kami jalankan yaitu jus mangga yang mengandung

provitamin A, vitamin B kompleks dan beta karoten serta kalium yang bermanfaat

terhadap fungsi ginjal dan mengendalian deyut jantung menyehatkan masyarakat

Indonesia pada umumnya.

Usaha ini kami jalankan dengan cara memberikan contoh sampeljus wortel

kepada masyarakat sekitar.

1. Nama perusahaan

Usaha yang kami lakukan ialah usaha kelompok yang bergerak dibidang

produksi minuman yang terbuat dari jus wortel ini, kami menamakan usaha

tersebut ialah “jus pokat”

2. Lokasi Perusahaan

Lokasi usaha yang akan kami buat di jln. Teknologi 7 kec. Naggalo kel surau

gadang
BAB III

PRODUK USAHA

A. Jenis Produk

Jenis Produk yang dihasilkan adalah minuman kesehatan jus wortel.

Karakteristik produk cocok untuk segala umur.

Keunggulan Produk Yang Dihasilkan

 Menggunakan bahan pilihan terbaik.

 Menggunakan gula pasir murni

 Tanpa bahan pengawet.

B. Pembuatan Produk

1. Alat dan Bahan yang digunakan

a. Alat

Blender

Tensi meter

stetoskop

b. Bahan

pokat

Gula Pasir

Air

C. Cara Membuat
1. belah pokat

3. Blender pokat dan masukan gula hingga halus.

4. masukan pokat ke dalam gelas


BAB IV

RENCANA PEMASARAN

Nama produk : jus pokat

Bidang Usaha : Pemasaran produk jus pokat untuk penyandang Hipertensi

disertai jasa pemeriksaan tensi gratis

Mulai berdiri : 5 februari 2018

Visi

Menciptakan makanan higienis dan sehat bebas Hipertensi disertai jasa pemeriksaan tensi

gratis

Misi

Untuk mencapai visi, maka perusahaan ini menyediakan layanan berupa :

1. Pemasaran produk jus untuk penyandang hipertensi

2. Jasa pengukuran tekanan darah secara gratis

3. Pemeriksaan tekanan darah

4. Pemberian penyuluhan tentang hipertensi berupa gaya hidup yang baik

Tujuan

1. Tujuan jangka pendek

Menyediakan produk jus untuk penyandang Hipertensi disertai jasa promosi

kesehatan dan pemeriksaan tekanan darah untuk penderita Hipertensi khususnya dan

masyarakat pada umumnya secara gratis sehingga dapat mencegah meningkatnya

jumlah penderita Hipetensi.

2. Tujuan jangka menengah

Menyediakan produk jus untuk penyandang Hipertensi disertai jasa promosi

kesehatan dan pemeriksaan tekanan darah untuk penderita Hipertensi khususnya dan
masyarakat secara gratis sehingga dapat mencegah meningkatnya jumlah penderita

Hipertensi.

3. Tujuan jangka panjang.

Menyediakan jus untuk penyandang Hipertensi disertai jasa promosi kesehatan dan

pemeriksaan tekanan darah untuk penderita Hipertensi khususnya dan masyarakat

secara gratis terjangkau sehingga dapat mencegah meningkatnya jumlah penderita

Hipertensi dengan strategi pemasaran melalui turun ke komplek perumahan,

Target Pasar

 Ibu rumah Tangga

 Segmen pasar pada usaha ini adalah seluruh penderita Hipertensi, atau resiko

penderita Hipertensi, dan masyarakat umum yang tidak mengalami gejala

penyakit Hipertensi.

Strategi Pemasaran

Dalam penjualan dan pemasaran produk ini, ada beberapa strategi yang digunakan

yaitu :

 Dalam hal ini kami langsung berjalan di sekitar teknologi 7

 Memperkenealkan diri dan memberikan tanda kartu pengenal bila klien ingin

menghubungi selanjutnya

 Menetapkan harga yang relative murah agar semua masyarakat dapat

menjangkau harganya.

 Melakukan pelayanan yang terbaik yaitu dengan menerapkan pelayanan

prima, sopan dan ramah.

 Memenuhi kepuasan dan permintaan konsumen.


Penetapan Harga

Setelah memperhitungkan dengan cukup matang, akhirnya kami tetapkan bahwa

harga per bungkus jus wortel adalah Rp.8.000.00 agar kami menghasilkan laba sesuai

dengan yang kami inginkan.

Promosi yang Akan Dilakukan

Untuk promosi usaha, kami tidak mengunakan media cetak maupun media elektronik.

Namun kami hanya Mensosialisasikan kelebihan tersendiri dari jus pokat yang akan kami

jual kepada masyarakat, maka kepuasan konsumen akan secara tidak langsung membantu

dalam memperkenalkan produk kami kepada para konsumen lainnya. Sehingga secara

tidak langsung konsumen kami akan terus bertambah dari waktu ke waktu.
BAB V

LAPORAN PENJUALAN

bahan

pokat 1kg Rp.30.000.00

gula 1/2kg Rp.4.000.00

total Rp. 34.000.00

keuntungan

1 gelas pokat Rp.8.000.00 x 5 gelas yang di dapatkan dari 1 kg pokat

Total = Rp.40.000.00

Strategi penjualan

Dalam hal ini kami pada tanggal 26 februari 2018 melakukan penjualan terdapat

keluarga yang mengingin kami untuk datang ke rumahnya untuk melakukan pengukuran

tensi di karnakan pada saat itu anggota keluarga sedang tidak di rumah dan keluarga

meminta kami datang pada 27 februari 2018 pada malam hari jam 19:00 wib
Dokumentasi
BAB VI

PENUTUP

A. Rangkuman

Pengembangan program berbasis entrepreneurship dapat dikembangakan sebagai

dasar atau stimulasi bagi para calon entrepreneur muda. Sebagai calon entrepreneur harus

memiliki pandangan terhadap bisnis atau usaha yang akan dijalankannya. Hal ini

memerlukan adanya suatu perencanaaan dan pertimbangan yang baik agar nantinya dapat

menemukan peluang pasar yang tepat. Proses awal yang dilakukan dalam menyusun

rancangan berupa analisis situasi yang umumnya menggunakan analisis SWOT,

menentukan jenis usaha, visi misi, tujuan, sasaran, strategi pemasaran, analisis biaya

produksi serta penjualan. Selain itu, seorang entrepeneur harus memikirkan bagaimana

prospek bisnis dapat berlangsung dalam waktu jangka panjang dengan memperhitungkan

modal yang dapat kembali serta mengetahui laba atau rugi yang didapatkan dalam bisnis

tersebut.

Anda mungkin juga menyukai