Anda di halaman 1dari 16

TUGAS KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

“ASUHAN KEPERAWATAN RHEMATOID ARTHRITIS”

Dosen pembimbing :
Ns. Nova Fridalni, S.Kep, M.Biomed
KELOMPOK 7 :
HANNISA RAHMATIKA
RAHMI CANIA
RIZKA AMELIA
VANNI FERTA ERYUNI

Progam Studi DIII Keperawatan


Kelas : III B

STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG


TA: 2017/2018
1. DEFENISI
Rhematoid artritis adalah peradangan yang kronis sistemik, progresif dan lebih
banyak terjadi pada wanita, pada usia 25-35 tahun.
Rhematoid arthritis merupakan suatu penyakit autoimun kronis dengan gejala
nyeri, kekakuan, gangguan pergerakan, erosi sendi dan berbagai gejala inflamasi
lainnya. Penyakit yang 75 % diderita oleh kaum hawa ini bisa menyerang semua
sendi, namun sebagian besar menyerang sendi-sendi jari (proximal
interphalangeal dan metacarpophalangeal).

Rheumatoid Arthritis (RA) merupakan penyakit autoimun (penyakit yang terjadi


pada saat tubuh diserang oleh sistem kekebalan tubuhnya sendiri) yang
mengakibatkan peradangan dalam waktu lama pada sendi. Penyakit ini
menyerang persendian, biasanya mengenai banyak sendi, yang ditandai dengan
radang pada membran sinovial dan struktur-struktur sendi serta atrofi otot dan
penipisan tulang.

Umumnya penyakit ini menyerang pada sendi-sendi bagian jari, pergelangan


tangan, bahu, lutut, dan kaki. Pada penderita stadium lanjut akan membuat si
penderita tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari dan kualitas hidupnya
menurun. Gejala yang lain yaitu berupa demam, nafsu makan menurun, berat
badan menurun, lemah dan kurang darah. Namun kadang kala si penderita tidak
merasakan gejalanya. Diperkirakan kasus Rheumatoid Arthritis diderita pada usia
di atas 18 tahun dan berkisar 0,1% sampai dengan 0,3% dari jumlah penduduk
Indonesia.
ANATOMI FISIOLOGI
Muskuloskeletal terdiri dari tulang, otot, kartilago, ligament, tendon, fasia, bursae dan persendian.:
a. TULANG
Tulang terdiri dari sel-sel yang berada pada bagian intra-seluler. Tulang berasal dari embryonic hyaline cartilage
yang mana melalui proses “osteogenesis” menjadi tulang. Proses ini dilakukan oleh sel-sel yang disebut
Osteoblast. Proses mengerasnya tulang akibat menimbunya garam kalsium.

Fungsi tulang adalah sebagai berikut:


 Mendukung jaringan tubuh dan menbuntuk tubuh.
 Melindungi organ tubuh (jantung, otak, paru-paru) dan jaringan lunak.
 Memberikan pergerakan (otot yang berhubungan dengan kontraksi dan pergerakan )
 Membuat sel-sel darah merah di dalam sumsum tulang (hema topoiesis).
 Menyimpan garam-garam mineral. Misalnya kalsium, fosfor.
 Tulang dapat diklasifikasikan dalam lima kelompok berdasarkan bentuknya:
 Tulang panjang (femur, humerus ) terdiri dari satu batang dan dua epifisis. Batang dibentuk oleh jaringan
tulang yang padat.epifisis dibentuk oleh spongi bone (Cacellous atau trabecular )
 Tulang pendek (carpalas) bentuknya tidak teratur dan cancellous (spongy) dengan suatu lapisan luar dari
tulang yang padat.
 Tulang pendek datar (tengkorak) terdiri dari dua lapisan tulang padat dengan lapisan luar adalah tulang
cancellous.
 Tulang yang tidak beraturan (vertebra) sama seperti tulang pendek.
 Tulang sesamoid merupakan tulang kecil, yang terletak di sekitar tulang yang berdekatan dengan
persendian dan didukung oleh tendon danjaringan fasial,missal patella (kap lutut)
b. OTOT
 Otot dibagi dalam tiga kelompok, dengan fungsi utama untuk kontraksi dan untuk
menghasilkan pergerakan dari bagian tubuh atau seluruh tubuh. Kelompok otot terdiri
dari:
 Otot rangka (otot lurik) didapatkan pada system skeletal dan berfungsi untuk
memberikan pengontrolan pergerakan, mempertahankan sikap dan menghasilkan panas
 Otot Viseral (otot polos) didapatkan pada saluran pencernaan, saluran perkemihan dan
pembuluh darah. Dipengaruhi oleh sisten saraf otonom dan kontraksinya tidak dibawah
control keinginan.
 Otot jantung didapatkan hanya pada jantung dan kontraksinya tidak dibawah control
keinginan.

c. KARTILAGO
Kartilago terdiri dari serat-serat yang dilakukan pada gelatin yang kuat. Kartilago sangat
kuat tapi fleksibel dan tidak bervascular. Nutrisi mencapai kesel-sel kartilago dengan proses
difusi melalui gelatin dari kapiler-kapiler yang berada di perichondrium (fibros yang
menutupi kartilago) atau sejumlah serat-serat kolagen didapatkan pada kartilago.

d. LIGAMENT
Ligament adalah sekumpulan dari jaringan fibros yang tebal dimana merupakan ahir dari
suatu otot dan dan berfungsi mengikat suatu tulang.

e. . TENDON
Tendon adalah suatu perpanjangan dari pembungkus fibrous yang membungkus setiap otot
dan berkaitan dengan periosteum jaringan penyambung yang mengelilingi tendon tertentu,
khususnya pada pergelangan tangan dan tumit. Pembungkus ini dibatasi oleh membrane
synofial yang memberikan lumbrikasi untuk memudahkan pergerakan tendon.
f. FASIA
Fasia adalah suatu permukaan jaringan penyambung longgar yang didapatkan
langsung dibawah kulit sebagai fasia supervisial atau sebagai pembungkus tebal,
jaringan penyambung yang membungkus fibrous yang membungkus otot, saraf
dan pembuluh darah.bagian ahair diketahui sebagai fasia dalam.

g. BURSAE
Bursae adalah suatu kantong kecil dari jaringan penyambung dari suatu tempat,
dimana digunakan diatas bagian yang bergerak, misalnya terjadi pada kulit dan
tulang, antara tendon dan tulang antara otot. Bursae bertindak sebagai
penampang antara bagian yang bergerak sepaerti pada olecranon bursae,
terletak antara presesus dan kulit.

h. PERSENDIAN
Pergerakan tidak akan mungkin terjadi bila kelenturan dalam rangka tulang tidak
ada. Kelenturan dimungkinkan karena adanya persendian, tatu letah dimana
tulang berada bersama-sama. Bentuk dari persendian akan ditetapkan
berdasarkan jumlah dan tipe pergerakan yang memungkinkan dan klasifikasi
didasarkan pada jumlah pergerakan yang dilakukan.

Berdasarkan klasifikasinya terdapat 3 kelas utama persendian yaitu:


 Sendi synarthroses (sendi yang tidak bergerak)
 Sendi amphiartroses (sendi yang sedikit pergerakannya)
 Sendi diarthoses (sendi yang banyak pergerakannya)
c. ETIOLOGI

Penyebab dari artritis rhematoid belum dapat ditentukan secara pasti, tetapi dapat dibagi dalam 3 bagian, yaitu:
Mekanisme imunitas (antigen antibodi) seperti interaksi IgG dari imunoglobulin dengan rhematoid faktor
 Faktor metabolik
 Infeksi dengan kecenderungan virus

d. PATOFISIOLOGI
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema, kongesti vaskular, eksudat febrin dan
infiltrasi selular. Peradangan yang berkelanjutan, sinovial menjadi menebal, terutama pada sendi artikular
kartilago dari sendi. Pada persendian ini granulasi membentuk pannus, atau penutup yang menutupi kartilago.
Pannus masuk ke tulang sub chondria. Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan pada
nutrisi kartilago artikuer. Kartilago menjadi nekrosis.
Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi. Bila kerusakan kartilago sangat luas
maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi, karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis).
Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan subluksasi
atau dislokasi dari persendian. Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebkan osteoporosis setempat.
Lamanya arthritis rhematoid berbeda dari tiap orang. Ditandai dengan masa adanya serangan dan tidak adanya
serangan. Sementara ada orang yang sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi. Yang
lain. terutama yang mempunyai faktor rhematoid (seropositif gangguan rhematoid) gangguan akan menjadi
kronis yang progresif.
e. MANIFESTASI KLINIS

Tanda dan gejala setempat


 Sakit persendian disertai kaku terutama pada pagi hari (morning stiffness) dan gerakan
terbatas, kekakuan berlangsung tidak lebih dari 30 menit dan dapat berlanjut sampai berjam-
jam dalam sehari. Kekakuan ini berbeda dengan kekakuan osteoartritis yang biasanya tidak
berlangsung lama.
 Lambat laun membengkak, panas merah, lemah

 Poli artritis simetris sendi perifer  Semua sendi bisa terserang, panggul, lutut, pergelangan
tangan, siku, rahang dan bahu. Paling sering mengenai sendi kecil tangan, kaki, pergelangan
tangan, meskipun sendi yang lebih besar seringkali terkena juga
 Artritis erosif  sifat radiologis penyakit ini. Peradangan sendi yang kronik menyebabkan
erosi pada pinggir tulang dan ini dapat dilihat pada penyinaran sinar X
 Deformitas  pergeseran ulnar, deviasi jari-jari, subluksasi sendi metakarpofalangea,
deformitas boutonniere dan leher angsa. Sendi yang lebih besar mungkin juga terserang yang
disertai penurunan kemampuan fleksi ataupun ekstensi. Sendi mungkin mengalami ankilosis
disertai kehilangan kemampuan bergerak yang total
 Rematoid nodul  merupakan massa subkutan yang terjadi pada 1/3 pasien dewasa, kasus ini
sering menyerang bagian siku (bursa olekranon) atau sepanjang permukaan ekstensor lengan
bawah, bentuknya oval atau bulat dan padat.
 Kronik  Ciri khas rematoid artritis
Tanda dan gejala sistemik
 Lemah, demam tachikardi, berat badan turun, anemia, anoreksia

 Bila ditinjau dari stadium, maka pada RA terdapat tiga stadium yaitu:

 Stadium sinovitis

 Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang ditandai adanya hiperemi,
edema karena kongesti, nyeri pada saat istirahat maupun saat bergerak, bengkak, dan
kekakuan.
 Stadium destruksi

 Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial terjadi juga pada jaringan
sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi tendon. Selain tanda dan gejala tersebut
diatasterjadi pula perubahan bentuk pada tangan yaitu bentuk jari swan-neck.
 Stadium deformitas

 Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali, deformitas dan
ganggguan fungsi secara menetap. Perubahan pada sendi diawali adanya sinovitis, berlanjut
pada pembentukan pannus, ankilosis fibrosa, dan terakhir ankilosis tulang

f. KOMPLIKASI
 Osteoporosis

 Gangguan jantung

 Gangguan paru
g. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
 Tes serologi

 Sedimentasi eritrosit meningkat

 Darah, bisa terjadi anemia dan leukositosis

 Rhematoid faktor, terjadi 50-90% penderita

 Pemerikasaan radiologi

 Periartricular osteoporosis, permulaan persendian erosi

 Kelanjutan penyakit: ruang sendi menyempit, sub luksasi dan ankilosis

 Aspirasi sendi

 Cairan sinovial menunjukkan adanya proses radang aseptik, cairan dari sendi
dikultur dan bisa diperiksa secara makroskopik.
h. PENATALAKSANAAN
1. Pemberian terapi
Pengobatan pada rheumatoid arthritis meliputi pemberian aspirin untuk mengurangi nyeri dan proses
inflamasi, NSAIDs untuk mengurangi inflamasi, pemberian corticosteroid sistemik untuk memperlambat
destruksi sendi dan imunosupressive terapi untuk menghambat proses autoimun.

2. Pengaturan aktivitas dan istirahat


Pada kebanyakan penderita, istirahat secara teratur merupakan hal penting untuk mengurangi gejala
penyakit. Pembebatan sendi yang terkena dan pembatasan gerak yang tidak perlu akan sangat membantu
dalam mengurangi progresivitas inflamasi. Namun istirahat harus diseimbangkan dengan latihan gerak
untuk tetap menjaga kekuatan otot dan pergerakan sendi.

3. Kompres panas dan dingin


Kompres panas dan dingin digunakan untuk mendapatkan efek analgesic dan relaksan otot. Dalam hal ini
kompres hangat lebih efektive daripada kompres dingin.

4. Diet

Untuk penderita rheumatoid arthritis disarankan untuk mengatur dietnya. Diet yang disarankan yaitu asam
lemak omega-3 yang terdapat dalam minyak ikan.
Mengkonsumsi makanan seperti tahu untuk pengganti daging, memakan buah beri untuk menurunkan
kadar asam urat dan mengurangi inflamasi.
Hindari makanan yang banyak mengandung purin seperti bir dari minuman beralkohol, ikan anchovy,
sarden, herring, ragi, jerohan, kacang-kacangan, ekstrak daging, jamur, bayam, asparagus, dan
kembangkol karena dapat menyebabkan penimbunan asam urat dipersendian.

5. Gizi
Pemenuhan gizi pada atritis reumatoid adalah untuk mencapai dan mempertahankan status gizi yang
optimal serta mengurangi peradangan pada sendi. Adapun syarat–syarat diet atritis rheumatoid adalah
protein cukup, lemak sedang, cukup vitamin dan mineral, cairan disesuaikan dengan urine yang dikeluarkan
setiap hari. Rata–rata asupan cairan yang dianjurkan adalah 2 – 2 ½ L/hari, karbohidrat dapat diberikan
ASKEP TEORITIS

1.PENGKAJIAN

 Adanya keluhan sakit dan kekakuan pada tangan, atau pada tungkai.
 Perasaan tidak nyaman dalam beberapa periode/waktu sebelum pasien
mengetahui dan merasakan adanya perubahan pada sendi.
 Kaji riwayat kesehatan sekarang, rowayat kesehatan dahulu, dan riwayat
kesehatan keluarga.

2.PEMERIKSAAN FISIK
 Inspeksi dan palpasi persendian untuk masing-masing sisi (bilateral),
amati warna kulit, ukuran, lembut tidaknya kulit, dan pembengkakan.
 Lakukan pengukuran passive range of mation pada sendi-sendi sinovial
 Catat bila ada deviasi (keterbatasan gerak sendi)
 Catat bila ada krepitasi
 Catat bila terjadi nyeri saat sendi digerakkan
 Lakukan inspeksi dan palpasi otot-otot skelet secara bilateral
 Catat bia ada atrofi, tonus yang berkurang
 Ukur kekuatan otot
 Kaji tingkat nyeri, derajat dan mulainya
 Kaji aktivitas/kegiatan sehari-hari
3.RIWAYAT PSIKO SOSIAL

Pasien dengan RA mungkin merasakan adanya kecemasan yang cukup tinggi apalagi pad pasien
yang mengalami deformitas pada sendi-sendi karean ia merasakan adanya kelemahan-kelemahan
pada dirinya dan merasakan kegiatan sehari-hari menjadi berubah. Perawat dapat melakukan
pengkajian terhadap konsep diri klien khususnya aspek body image dan harga diri klien.

4. DIAGNOSA KEPERAWTAN
Berdasarkan tanda dan gejala yang dialami oleh pasien dengan artritis ditambah dengan adanya
data dari pemeriksaan diagnostik, maka diagnosa keperawatan yang sering muncul yaitu:
 Gangguan body image berhubungan dengan perubahan penampilan tubuh, sendi, bengkok,
deformitas.
 Nyeri berhubungan dengan perubahan patologis oleh artritis rhematoid.

 Risiko cedera berhubungan dengan hilangnya kekuatan otot, rasa nyeri.

 Gangguan aktifitas sehari-hari berhubungan dengan terbatasnya gerakan.

 Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.

 gangguan mobilitas
5. INTERVENSI KEPERAWATAN

a. Nyeri berhubungan dengan perubahan patologis oleh artritis rhematoid.

Tujuan : Kebutuhan rasa nyaman klien terpenuhi atau klien terhindar dari rasa
nyeri
Recana/tindakan Keperawatan
 Istirahatkan klien sesuai kondisi (bed rest). Hal ini dapat membantu menurunkan stress
muskuloskeletal, mengurangi tegangan otot, dan meningkatkan relaksasi karena
kelelahan dapat mendorong terjadinya nyeri.
 Pertahankan posisi fisiologis dengan benar atai body alignment yang baik. Bantu dan
ajari klien untuk menghindari gerakan eksternal rotasi pada ekstremitas. Hindarkan
menggunakan bantal dibawah lutut, tetapi letakkan bantal diatara lutut, hindari fleksi
leher.
 Bila direncanakan klien dapat menggunakan splint, atau brace. Hal ini dapat mencegah
deformitas lebih lanjut.
 Hindari gerakan yang cepat dan tiba-tiba karena dapat menimbulkan dislokasi dan stres
pada sendi-sendi
 Lakukan perawatan dengan hati-hati khususnya pada anggota-anggota tubuh yang
sakit. Karena gerakan-gerakan yang kasar akan semakin menimbulkan nyeri
 Gunakan terapi panas misal kompres hangat pada area/bagian tubuh yang sakit. Panas
dapat meningkatkan sirkulasi, relaksai otot-otot, mengurangi kekakuan. Kemungkinan
juga dapat membvantu pengeluaran endorfin yaitu sejenis morfin yang diproduksi oleh
tubuh.
 Lakukan peawatan kulit dan masase perlahan. Hal ini membantu meningkatkan aliran
darah relaksasi otot, dan menghambat impuls-impuls nyeri serta merangsang
pengeluaran endorfin.
 Memberikan obata-obatab sesuai terapi dokter misal, analgetik, antipiretik, anti
inflamasi.
b. Risiko cedera berhubungan dengan hilangnya kekuatan otot dan sendi
Tujuan : Klien terhindar dari cedera
Recana/tindakan Keperawatan
 Gunakan sepatu yang menyokong, hindarkan lantai yang licin, menggunakan pegangan
dikamar mandi.
 Lakukan latihan ROM (bila memungkinkan). Untuk meningkatkan mobilitas dan kekuatan
otot, mencegah deformitas, memperthankan fungsi semaksimal mungkin
 Monitor atau observasi efek penggunaan obat-obatan misal ada perdarahan pada lambung,
hematemesis.

c. Gangguan aktifitas sehari-hari (defisit self care) berhubungan dengan terbatasnya gerakan.
Tujuan : Klien akan mandiri sesuai kemampuan daam memenuhi aktifitas
sehari-hari
 Recana/tindakan Keperawatan

 Ajarkan aktifitas sehari-hari agar klien mulai terkondisi untuk melakukan aktivitas sesuai
dengan kemampuanyya dan bertahap.
 Bantu klien untuk makan, berpakaian, dan kebutuhan lain selam memang diperlukan.
d. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan sendi
Tujuan : Mobilitas persendian klien dapat meningkat
Recana/tindakan Keperawatan
 Bantu klien untuk melakukan ROM aktif maupun pasif. Untuk memelihara fungsi sendi dan kekuatan otot
meningkatkan elasitias serabut- serabut otot.
 Rencanakan program latihan setiap hari (dapat bekerja sama dengan dokter dan fisioterapi)
 Lakukan observasi untuk setiap kali latihan
 Berikan istirahat secara periode
 Berikan lingkungan yang aman misal, menggunakan pegangan saat dikamar mandi, tongkat yang ujungnya
sejenis karet sehingga tidak licin

e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.


Tujuan : Klien dan keluarga dapat memahami cara perawatan
dirumah.
Recana/tindakan Keperawatan
 Tekankan kembali tentang pentingnya latihan atau aktivitas yang dianjurkan, proses penyakit dan
keterbatasan-keterbatasannya.
 Diskusi tentang diit, dan hindarkan peningkatan berat badan
 Berikan jadwal obat-obatan yang ada, anam dosis, tujuan/efek, efek samping dan tanda keracunan obat.
 Jelaskan bahwa klien harus menghindari terjadinya konstipasi
 Jelaskan, kapan klien harus periksa ulang

Anda mungkin juga menyukai