Anda di halaman 1dari 17

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

“Asuhan Keperawatan Pada Luka Bakar ”

DISUSUN OLEH:

Desi Wulandari (15111947)

Fanny Khamilah Putri (15111950)

Laisa Husraini (15111953)

Meslin Lovia (15111978)

Monika Juwita Sari (15111956)

Dosen Pembimbing :

Ns. Nova Fridalni. S.Kep, M.Biomed

D III KEPERAWATAN

STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG

TAHUN AKADEMIK 2017/2018


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya, sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini
yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Asuhan Keperawatan
Pada Luka Bakar”. Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada
kita semua.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita. Amin.

Padang, 12 Desember 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................................................ 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................................. 1
C. Tujuan .................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Tinjauan Teori Luka bakar ..................................................................................... 7


1. Pengertian luka bakar ....................................................................................... 3
2. Anatomi dan fisiologi luka bakar ..................................................................... 3
3. Etiologi ............................................................................................................. 3
4. Klasifikasi ....................................................................................................... 4
5. Patofisiologi ..................................................................................................... 4
6. Woc .................................................................................................................. 5
7. Manifestasi klinis ............................................................................................. 5
8. Pemeriksaan penunjang.................................................................................... 6
9. Penatalaksanaan ............................................................................................... 7
10. Komplikasi ....................................................................................................... 7
B. Asuhan Keperawatan Teoritis pada Luka Bakar .................................................... 7

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................................... 8
B. Saran ...................................................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB II

PEMBAHASAN

A. TINJAUAN TEORITIS

1. Pengertian

Luka bakar adalah kerusakan jaringan tubuh terutama kulit akibat

langsung atau ekspose dengan sumber panas (thermal), kimia, elektrik dan

radiasi (Joyce, MB, 1997). (Andra Saferi Wijaya S.Kep dkk, 2013)

Luka bakar adalah kerusakan secara langsung maupun tidak

langsung pada jaringan kulit yang tidak menutup kemungkinan sampai ke

organ dalam. Penyebabnya dapat karena kontak langsung dengan sumber

panas, yaitu api, air panas, bahan kimia, radiasi, arus listrik, dan suhu yang

sangat dingin.(Smeltzer & Bare (2001). (Awan Haryanto, S.Kep. Ns.,

Mkes dkk, 2015).

Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak dengan suhu

tinggi seperti api, air panas, listrik, bahan kimia, dan radiasi, juga oleh

sebab kontak dengan suhu rendah (frost-bite). Luka bakar ini dapat

mengakibatkan kematian, atau akibat lain yang berkaitan dengan problem

fungsi maupun estetik. (M Clevo Rendi dkk, 2012).

2. Etiologi

a. luka bakar termal


Agen pecendera dapat berupa api, air panas, atau kontak dengan objek

panas, luka bakar api berhubungan dengan asap/cedera inhalasi (cedera

terbakar, kontak dan kobaran api).

b. Luka bakar listrik

Cedera listrik yang disebabkan oleh aliran listrik dirumah merupakan

insiden tertinggi pada anak-anak yang masih kecil, yang sering

memasukkan benda konduktif kedalam colokan listrik yang menggigit

atau menghisap kabel listrik yang tersambung (herdon dkk, 1996).

Terjadi dari tife/voltase aliran yang menghasilkan proporsi panas untuk

tahanan dan mengirimkan jalan sedikit tahananan (contoh saraf

memberikan tahanan kecil dan tulang merupakan tahanan besar). Dasar

cedera menjadi lebih berat dari cedera yang terlihat.

c. Luka bakar kimia

d. Luka bakar radiasi

Luka bakar bila terpapar pada bahan radioaktif dosis tinggi.

(Doengoes, E.M, 2000) & (Long, 1996). (Andra Saferi Wijaya S.Kep

dkk, 2013)

3. Klasifikasi luka bakar

a. Kedalaman luka bakar

Respon lokal terhadap luka bakar tegantung pada dalamnya kerusakan

kulit. Adapun klasifikasinya sebagai berikut:

a) Luka bakar derajat satu


Epidermis mengalami kerusakan atau cedera dan sebagian

dermis turut cedera. Luka tersebut bisa terasa nyeri, tampak

merah dan kering seperti luka bakar matahari atau mengalami

lepuh/bullae.

b) Luka bakar derajat dua

Meliputi destruksi epidermis serta lapisan atas dermis dan

cedera pada bagian dermis yang lebih dalam. Luka bakar

tersebut terasa nyeri, tampak merah dan mengalami eksudasi

cairan. Pemulihan jaringan yang bakar terbakar diikuti oleh

pengisian kembali kapiler, folikel rambut masih utuh.

c) Luka bakar derajat tiga

Meliputi destruksi total epidermis serta dermis dan sebagian

pada kasus, jaringan yang berada dibawahnya. Warna luka

bakar sangat bervariasi mulai dari warna putih hingga merah,

cokelat atau hitam. Daerah yang terbakar tidak terasa nyeri

karena serabut-serabut sarafnya hancur. Luka bakar tersebut

tampak seperti bahan kulit. Folikel rambut dan kelenjer

keringat turut hancur.

Keparahan luka bakar

a) Luka bakar minor

Cedera ketebalan parsial dengan LPTT lebih kecil dari 15%

pada orang dewasa atau LPTT 10% pada anak-anak atau cedera

ketebalan penuh LPTT kurang 2% yang tidak disertai

komplikasi.
b) Luka bakar sedang tak terkomplikasi

Ketebalan pasrial dengan LPTT dari15% sampai 25% pada

orang dewasa atau LPTT dari 10% sampai 20% pada anak-

anak atau cedera ketebalan penuh dengan LPTT kurang dari

10% tanpa disertai komplikasi.

c) Cedera luka bakar mayor

Cedera ketebalan parsial dengan LPTT lebih dari 25% pada

orang dewasa atau lebih dari 20% pada anak-anak. Cedera

ketebalan penuh dengan LPTT 10% atau lebih besar.

Derajat luka bakar atau kedalaman luka bakar.

Kedalaman Jaringan yang Karakteristik Penyembuhan

kena

Ketebalan Kerusakan epitel Kering, tidak ada Sekitar 5 hari

parsial minimal lepuh, merah

superfisial muda, pucat bila

(derajat 1) ditekan dengan

ujung jari berisi

kembali bila

tekanan diepas.

Ketebalan Epidermis dan Lembab, merah, Sekitar 24 hari

parsial dangkal minimal dermis berbentuk lepuh jaringan parut

(derajat II) sebgaian memucat. minimal.

Ketebalan Seluruh Kering, pucat, Lama, jaringan


parsial dermal epidermis, berlilin tidak parut hipertropik

dalam (derajat sebagian dermis, pucat. akhir,

III) lapisan rambut, pembentukan dan

epidermal dan kontraktur jelas.

kelenjer keringat.

Ketebalan penuh Semua yang Kering disertai Tidak bergenerasi

(derajat IV) diatas dan bagian kulit mengelupas, sendiri, perlu

dari lemak pembuluh darah pencangkokan.

subkutan, dapat seperti arang

mengenai jaringan terlihat dibawah

ikat, otot, tulang. kulit yang

terkelupas.

Penentuan luas luka bakar

1. Metode “Rule of Nine”

Metode ini membagi permukaan tubuh pada dewasa kedalam persentase

yang sama dengan 100%

Keterangan :

a. Kepala dan leher 9%

b. Ekstremitas atas kiri 9%

c. Ekstremitas atas kanan 9%

d. Tubuh bagian belakang 18%

e. Tubuh bagian depan 18%

f. Genetalia 1%
g. Ekstremitas bawah kiri kanan 18%

100%

2. Grafik Lund and Browder

Daerah luka bakar 0-1 1-4 5-3 10 th 11 th dewasa

th th th

Kepala 19 17 13 11 9 7

Leher 2 2 2 2 2 2

Dada 13 13 13 13 13 13

Punggung 13 13 13 13 13 13

Lengan kanan atas 4 4 4 4 4 4

Lengan kiri atas 4 4 4 4 4 4

Lengan kiri bawah 3 3 3 3 3 3

Tangan kanan 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5

Tangan kiri 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5

Genetalia 1 1 1 1 1 1

Bokong kanan 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5

Bokong kiri 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5

Paha kanan 5,5 6,5 8 8,5 9 9,5

Paha kiri 5,5 6,5 8 8,5 9 9,6

Tungkai kanan 5 5 5,5 6 6,5 7

Tungkai kiri 5 5 5,5 6 6,5 7

Kaki kanan 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5


Kaki kiri 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5

3. Klasifikasi tingkat kegawatan luka bakar:

a. Luka bakar berat

1) Cedera ketebalan parsial dengan LPTT > 25% pada orang

dewasa

LPTT >20% pada anak

2) Cedera ketebalan penuh dengan LPTT>10%

3) Cedera inhalasi, sengatan listrik

4) Mengenai muka, mata, telinga, tangan, kaki, perineum

5) Luka bakar orang yang sebelumnya telah memiliki penyakit

(Diabetes melitus, gagal jantung kongestif, GGK).

b. Luka bakar moderate/sedang

1) Ketebalan parsial dengan LPTT > 15%-25% pada orang dewasa

2) LPTT > 10%-20% pada anak

3) Ketebalan penuh dengan LPTT < 10%

4) Tidak ada luka/komplikasi lain

5) Tidak ada riwayat penyakit sebelumnya

c. Luka bakar ringan

1) Ketebalan parsial dengan LPTT > 15% pada orang dewasa

LPTT < 20% pada anak


2) Ketebalan penuh dengan LPTT <2%

3) Tanpa komplikasi

4. Patofisiologi

Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas

ke tubuh. Panas tersebut mungkin dipindahkan melalui kondusi atau

radiasi elektromagnetik. Luka bakar dikategorikan sebagai luka bakar

termal, radiasi, atau luka bakar kimiawi. Kulit dengan luka bakar akan

mengalami kerusakan pada epidermis, dermis, maupun jaringan sub kutan

tergantung faktor penyebab dan lamanya kulit kontak dengan sumber

panas/penyebabnya. Dalamnya luka bakar akan mempengaruhi

kerusakan/gangguan integritas kulit dan kematian sel.

Luka bakar mengakibatkan peningkatan permeabilitas pembuluh

darah sehingga air, natrium, klorida, dan protein tubuh akan keluar dari

dalam sel dan menyebabkannya terjadinya edema yang dapat berlanjut

pada keadaan hipovolemia dan hemokonsentrasi.

Cedera panas menghasilkan efek lokal dan efek sistemik yang

berkaitan dengan luasnya destruksi jaringan. Pada luka bakar suferfisial,

kerusakan jaringan minimal. Pada luka bakar keetebaln/sebagian terjadi

edema dan kerusakan kapiler yang lebih parah. Dengan luka bakar mayor

lebih dari 30% TBSA, terdapat respon sistemik yang menyebabkan

peningkatan permeabilitas kapiler, yang memungkinkan protein plasma,

cairan, dan elektrolit hilang. Pembentukan edema maksimal pada luka


kecil terjadi sekitar 8 sampai 12 jam setelah cedera. Setelah cedera yang

lebih besar, hipovolemia, yang dikaitkan dengan fenomena tersebut, akan

melambatkan laju pembentukan edema, dengan efek maksimum terjadi

pada 18 sampai 24 jam.

Respon sistemik lainnya adalah anemia, yang disebabkan oleh

penghancuran sel darah merah secara langsung oleh panas, hemolisis sel

darah merah yang cedera, dan terjebaknya sel darah merah dalam trombi

mikrovaskuler sel-sel yang rusak. Penurunan jumlah sel-sel darah merah

dalam jangka panjang dapat mengakibatkan pengurangan masa hidup sel

darah merah. Pada awalnya terdapat peningkatan aliran darah ke jantung,

otak, dan ginjal dengan penurunan aliran darah ke saluran gastrointestinal.

Terdapat peningkatan metabolisme untuk mempertahankan panas, yang

disediakan untuk memenuhi peningkatan kebutuhan energi

tubuh.(wong,2008).

Fisiologi syok luka bakar akibat dari lolosnya cairan dalam

sirkulasi kapiler secara massive dan berpengaruh pada sistem

kardiovaskuler karena hilangnya atau rusaknya kapiler, yang

menyebabkan cairan akun lolos atau hilang dari compartment

intravaskuler kedalam jaringan interstisial. Eritrosit dan leukosit tetap

dalam sirkulasi dan menyebabkan peningkatan hematokrit dan leukosit.

Darah dan cairan akan hilang melalui evaporasi sehingga terjadi

kekurangan cairan.
Kompensasi terhadap syok dengan kehilangan cairan maka tubuh

mengadakan respon dengan menurunkan sirkulasi sistem gastroinintestinal

yang mana dapat terjadi ilius paralitik, tacchycardia dan tachypnea

merupakan kompensasi untuk menurunkan volume vaskuler dengan

meningkatkan kebutuhan oksigen terhadap injury jaringan dan perubahan

sistem. Kemudian menurunkan perfusi pada ginjal, dan terjadi

vasokontraksi yang akan berakibat pada depresi filtrasi glomerulus dan

oliguri.

Respon luka bakar akan menigkatkan aliran darah ke organ vital

dan menurunkan aliran darah ke perifer dan organ yang tidak vital. Respon

metabolik pada luka bakar adalah hipermetaboisme yang merupakan hasil

dari peningkatan sejumlah energi, peningkatan hatekolamin, dimana

terjadi peningkatan temperatur dan metabolisme, hiperglikemi karena

meningkatnya pengeluaran glukosa untuk kebutuhan metabolik yang

kemudian terjadi penipisan glukosa, ketidakseimbangan nitrogen oleh

karena status hipermetabolisme dan injury jaringan kerusakan pada sel

darah merah dan hemolisis menimbulkan anemia, yang kemudian akan

meningkatkan curah jantung untuk memprtahankan perfusi. Pertumbuhan

dapat terhambat oleh depresi hormon pertumbuhan karena terfokus pada

penyembuhan jaringan ynag rusak.

Pembentukan edema karena adanya penigkatan permeabilitas

kapiler dan pada saat yang sama terjadi vasodilatasi yang menyebabkan

peningkatan tekanan hidrostatik dalam kapiler. Terjadi pertukaran

elektrolit yang abnormal antara sel dan cairan interstisial diaman secara
khusus natrium masuk kedalam sel dan kalium keluar dari dalam sel denag

demikian mengakibatkan kekurangan sodium dalam intravaskuler

5. Manifestasi Klinis Dan Temuan Diagnostik

a. Cidera inhalasi

Cidera inhalasi biasanya timbul dalam 24-48 jam pertama pasca

luka bakar. Jika luka bakar disebabkan oleh nyala api atau korban

terbakar pada tempat yang terkurung atau kedua-duanya maka

perlu diperhatikan tanda-tanda sebagai betikut:

1) Keracunan karbonmonoksida

Karakteristik tanda fisik tidak ada dan warna kulit merah

bertanda cheery hampir tidak terlihat pada pasien luka bakar.

Manifestasi susunan syaraf pusat dari sakit kepala sampai koma

hingga kematian

2) Distres pernapasan

Penurunan oksigenasi arterial akibat rendahnya perfusi jaringan

langsung. Penyebab distres adalah edema laring atau spasme

dan akumulasi lendir. Adapun tanda-tanda distres pernapasan

yaitu serap, ngiler dan ketidakmampuan menangani sekresi.

3) Inhalasi produk-produk tidak sempurna mengakibatkan

pneumonitis kimiawi. Pohon pulmonal menjadi teriritasi dan

edematosa pada 24v jam pertama. Edema pulmonal terjadi

sampai 7 hari setelah cidera. Pasien irasional atau tidak sadar

tergantung tibgkat hipoksia. Tanda-tanda cedera pulmonal


adalah pernapasan cepat dan sulit, krakles, stridor, dan batuk

pendek.

b. Manifestasi hematologi

Hematokrit meningkat sekunder kebocoran kapiler dan kehilangan

volume plasma di sirkulasi. Menurunnya sel darah putih dan

trombosit serta meningkatnya leukosit.

c. Elektrolit

d. Ginjal

e. Sepis

f. Burn shock: hivopolemik

g. Metabolik

6. Pemeriksaan penunjang

a. Hitung darah lengkap

b. Peningkatan se darah putih karena kehilangan sel pada sisi luka

dan respon peradangan

c. Analisa gas darah

d. Karbosihemoglobin

e. > 75%, indikasi keracunan CO (karbonmonoksida)

f. Elektrolit serum

g. Peningkatan BUN

h. Peningkatan natrium

i. Peningkatan klorida

j. Mioglobinuria
7. Penatalaksanaan luka bakar

1. Tujuan/prinsip perawatan luka bakar di rumah sakit

 mengurangi nyeri

 mencegah infeksi

 mencegah komplikasi

 pemenuhan nutrisi adekuat

 mencegah sepsis dan mencegah atau mengurangi kecacatan

 selanjutnya meningkatkan kemandirian klien

penatalaksanaan luka bakar di bagi menjadi 3 fase

1) Fase resuistasi (48 jam 1)

a. memerlukan penanganan yang tepat sesuai kondisi

b. pemberian terapi cairan yang sesuai dengan kebutuhan

dan pemantauan ketat penatalaksanaan fase resusitasif

2) Fase akut (>48 jam 1)

a. Mulai ada diuresis

b. Terjadi perpindahan cairan dari intestisial dan

diteruskan melalui daerah luka bakar

c. Biasanya dilakukan skin graf untuk yang luas dan

dalam

3) Fase rehabilitasi (luka sembuh pengembalian fungsi tubuh)

Pada fase ini peranan fisioterapis sangat besar

4) Perawatan luka bakar

Penatalaksanaan penyembuhan luka bakar memerlukan

a) Hidroterapi setiap hari dan teknik depridemen


b) Mempertahankan nutrisi yang adekuat

c) Mencegah hipotermia

d) Mengendalikan nyeri

e) Mempertahankan mobilitas sendi

f) Patuh terhadap prosedur-prosedur pengendalian infeksi

g) Pengkajian dan pemantauan yang tajam terhadap luka

8. Komplikasi

a. Curling ulcer/dekubitus

b. Sepsis

c. Pneumonia

d. Gagal ginjal akut

e. Depormitas

f. Kontaraktur dan hipertropi jaringan parut

Anda mungkin juga menyukai