Anda di halaman 1dari 24

FISIOTERAPI KARDIOVASKULER DAN

PULMONAL
“PNEUMOTHORAKS”

DI SUSUN OLEH :
1. HERLITA ANDRI ANNISA PO7142411510114
2. HUSNANNISA PO7142411510115
3. INTAN PERMATASARI PO7142411510116
4. IRMA YUNITA PO7142411510117
5. LISA ANGGRAYNI PO7142411510118
6. MAR’A NUR PO7142411510119
KELAS / PRODI : III-A / D-IV

JURUSAN FISIOTERAPI
POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR
TAHUN 2017

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pneumotoraks didefinisikan sebagai adanya udara di dalam kavum/rongga


pleura. Tekanan di rongga pleura pada orang sehat selalu negatif untuk dapat
mempertahankan paru dalam keadaan berkembang (inflasi). Tekanan pada rongga
pleura pada akhir inspirasi 4 s/d 8 cm H2O dan pada akhir ekspirasi 2 s/d 4 cm
H2O.

Kerusakan pada pleura parietal dan/atau pleura viseral dapat menyebabkan


udara luar masuk ke dalam rongga pleura, Sehingga paru akan kolaps. Paling sering
terjadi spontan tanpa ada riwayat trauma; dapat pula sebagai akibat trauma toraks
dan karena berbagai prosedur diagnostik maupun terapeutik.

Kejadian pneumotoraks pada umumnya sulit ditentukan karena banyak


kasus-kasus yang tidak di diagnosis sebagai pneumotoraks karena berbagai
sebab. Johnston & Dovnarsky memperkirakan kejadian pneumotoraks berkisar
antara 2,4-17,8 per 100.000 per tahun. Beberapa karakteristik pada pneumotoraks
antara lain: laki-laki lebih sering daripada wanita (4: 1); paling sering pada usia 20-
30tahun.

Pneumotoraks spontan yang timbul pada umur lebih dan 40 tahun sering
disebabkan oleh adanya bronkitis kronik dan empisema. Lebih sering pada
orang-orang dengan bentuk tubuh kurus dan tinggi (astenikus) terutama pada
mereka yang mempunyai kebiasaan merokok. Pneumonotoraks kanan lebih sering
terjadi dan pada kiri.

2
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi pneumotoraks
2. Bagaimana klasifikasi pneumotoraks?
3. Ada penyebab atau etiologi pneumotoraks?
4. Apa tanda dan gejala pneumotoraks?
5. Bagaimana proses terjadinya atau patofisiologi pneumotoraks?
6. Bagaimana penatalaksanaan fisioterapi pada pneumotoraks?

C. Tujuan
1. Mengetahui definisi pneumotoraks
2. Mengetahui klasifikasi pneumotoraks
3. Mengetahui penyebab atau etiologic pneumotoraks
4. Mengetahui tanda dan gejala pneumotoraks
5. Mengetahui proses terjadinya atau patofisiologi pneumotoraks
6. Mengetahui penatalaksanaan fisioterapi pada pneumotoraks

3
BAB II
PEMBAHASAN

a. Definisi
 Pneumothorax adalah adanya udara dalam rongga pleura. Pneumothorax dapat
terjadi secara spontan atau karena trauma (British Thoracic Society 2003).
 Pneumothorax ialah didapatkannya udara didalam kavum pleura (Hendra Arif,
2000).
 Pneumothoraks adalah keadaan terdapatnya udara atau gas dalam rongga pleura
(DR. Dr. Aru W. Sudoyo,Sp.PD, KHOM, 2006).
 Menurut Kenneth A. Wyka, et al, pneumotoraks adalah adanya udara bebas di
ruang pleura yang menyebabkan paru-paru collapse secara parsial ataupun
keseluruhan.
 Menurut Terry Mahan Buttaro, et al, pneumotoraks didefinisikan sebagai kondisi
dimana adanya udara dalam ruang pleura, yang merupakan ruang antara paru-
paru dan dinding dada.

b. Klasifikasi

Berdasarkan Penyebabnya :

a. Pneumotoraks Spontan : Pneumotoraks yang terjadi secara tiba-tiba tanpa adanya


penyebab.
 Pneumotoraks Spontan Primer.
Terjadi tanpa ada riwayat penyakit paru yang mendasari sebelumnya
umumnya pada individu sehat dewasa muda, tidak berhubungan dengan
aktifitas fisik yang berat tetapi justru terjadi pada saat istirahat dan sampai
sekarang belum diketahui penyebabnya.
 Pneumotoraks Spontan Sekunder

4
Suatu pneumotoraks yang terjadi karena penyebab paru yang mendasarinya
(tuberculosis paru, PPOK, asma bronchial, pneumonia, tumor paru, dan
sebagainya).

b. Pneumotoraks traumatic
Pneumotoraks yang terjadi akibat suatu penetral kedalam rongga pleura karena
luka tusuk atau luka tembak atau tusukan jarum atau kanul.
 Pneumotorak Traumatic non Iatrogenic.
Terjadi karena jejas kecelakaan, jejas dada terbuka atau tertutup, barotrauma.
 Pneumotoraks traumatic iatrogenic.
Terjadi Akibat Tindakan Oleh Tenaga Medis, Dibedakan Lagi:
Pneumotoraks traumatic iatrogenic aksidental
Akibat tindakan medis karena kesalahan atau komplikasi tindakan tersebut,
misal: pada tindakan parasentetis dada, biopsy pleural dan lain-lain.
Pneumotoraks traumatic iatrogenic artificial (deliberate)
Sengaja dikerjakan dengan cara mengisis udara ke dalam rongga pleura
melalui jarum dengan suatu alat Maxwell box.

Klasifikasi pneumotoraks menurut jenis fistulanya


a. Pneumothoraks tertutup
Suatu pneumothorak dengan tekanan udara di rongga pleura yang sedikit lebih
tinggi dibandingkan tekanan pleura pada sisi hemitoraksbkontralateral tetapi
tekanannya masih lebih rendah dari tekanan atmosfer.
b. Pneumothoraks terbuka
Terjadi karena luka terbuka pada dinding dada sehingga pada saat inspirasi
udara dapat keluar melelui luka tersebut.
c. Tension Pneumothoraks

5
Terjadi karena mekanisme check valve yaitu pada saat inspirasi udara masuk
kedalam rongga pleura, tetapi pada saat ekspirasi udara dari rongga pleura tidak
dapat keluar.

c. Etiologi

Pneumothorax paling sering terjadi spontan tanpa ada riwayat trauma; dapat
pula sebagai akibat trauma toraks dan karena berbagai prosedur diagnostik maupun
terapeutik.

 Pneumotoraks spontan disebabkan oleh pecahnya kista atau kantung kecil


(lepuh) pada permukaan paru-paru. Adanya bula atau lepuh pada permukaan
paru-paru ini tidak di ketahui penyebabnya tetapi biasanya di hubungkan
dengan orang yang kurus dan tinggi. Pecahnya bula ini akan menyebabkan
pneumothorax.
 Pneumotoraks juga dapat terjadi setelah cedera pada dinding dada seperti tulang
rusuk patah, cedera penetrasi (tembakan senjata atau menusuk), invasi bedah
dada, atau mungkin sengaja diinduksi untuk runtuh paru-paru, atau akibat
tindakan Cardiopulmonary resuscitation (CPR) yang terlalu kuat, tindakan
biopsi paru melalui dinding dada
 Pneumotoraks juga dapat berkembang sebagai akibat dari penyakit paru yang
mendasari, termasuk fibrosis kistik , penyakit paru obstruktif kronik (PPOK),
kanker paru-paru, asma, dan infeksi paru-paru
seperti Empisema, Tuberkulosis, Pneumonia , Sarkoidosis dan batuk rejan.
 Pneumothorax juga dapat terjadi akibat penggunaan ventilasi mekani s, pada
orang yang membutuhkan bantuan mekanik untuk bernapas. Tindakan dari
ventilator, yang mendorong dan menarik udara masuk dan keluar dari paru-
paru, dapat membuat ketidakseimbangan tekanan udara di dalam dada. Paru-
paru akan runtuh juga lengkap dan jantung mungkin dapat diperas ke titik yang

6
tidak dapat bekerja dengan baik. Keadaan ini akan menimbulkan pneumothorax
yang parah dan merupakan keadaan darurat medis dan dapat berakibat fatal.

d. Tanda dan Gejala


a Sesak napas berat
b. Takipnea, dangkal, menggunakan otot napas tambahan
c. Nyeri dada unilateral, terutama diperberat saat napas dalam dan batuk
d. Pengembangan dada tidak simetris
e. Sianosis

e. Patofisiologi
Pneumotorak adalah adanya udara pada cavum pleura. Adanya udara pada
cavum pleura menyebabkan tekanan negatif pada intrapleura tidak terbentuk.
Sehingga akan mengganggu pada proses respirasi.

 Pneumotorak spontan terjadi karena lemahnya dinding alveolus dan pleura


visceralis. Apabila dinding alveolus dan pleura viceralis yang lemah ini pecah,
maka akan ada fistel yang menyebabkan udara masuk ke dalam cavum pleura.
Mekanismenya pada saat inspirasi rongga dada mengembang, disertai
pengembangan cavum pleura yang kemudian menyebabkan paru dipaksa ikut
mengembang. Pengembangan paru menyebabkan tekanan intraalveolar
menjadi negatif sehingga udara luar masuk. Pada pneumotorak spontan, paru-
paru kolaps, udara inspirasi ini bocor masuk ke cavum pleura sehingga tekanan
intrapleura tidak negatif. Pada saat inspirasi akan terjadi hiperekspansi cavum
pleura akibatnya menekan mediastinal ke sisi yang sehat. Pada saat ekspirasi
mediastinal kembali lagi ke posisi semula. Proses yang terjadi ini dikenal
dengan mediastinal flutter. Pneumotorak ini terjadi biasanya pada satu sisi,
sehingga respirasi paru sisi sebaliknya masih bisa menerima udara secara
maksimal dan bekerja dengan sempurna.

7
 Berkumpulnya udara pada cavum pleura dengan tidak adanya hubungan dengan
lingkungan luar dikenal dengan closed pneumotorak. Pada saat ekspirasi, udara
juga tidak dipompakan balik secara maksimal karena elastic recoil dari kerja
alveoli tidak bekerja sempurna. Akibatnya bilamana proses ini semakin
berlanjut, hiperekspansi cavum pleura pada saat inspirasi menekan mediastinal
ke sisi yang sehat dan saat ekspirasi udara terjebak pada paru dan cavum pleura
karena luka yang bersifat katup tertutup terjadilah penekanan vena cava,
shunting udara ke paru yang sehat, dan obstruksi jalan napas. Akibatnya dapat
timbulah gejala pre-shock atau shock oleh karena penekanan vena cava.
Kejadian ini dikenal dengan tension pneumotorak.
 Pada open pneumotorak terdapat hubungan antara cavum pleura dengan
lingkunga luar. Open pneumotorak dikarenakan trauma penetrasi. Perlukaan
dapat inkomplit (sebatas pleura parietalis) atau komplit (pleura parietalis dan
visceralis). Bilamana terjadi open pneumotorak inkomplit pada saat inspirasi
udara luar akan masuk kedalam cavum pleura. Akibatnya paru tidak dapat
mengembang karena tekanan intrapleura tidak negatif. Efeknya akan terjadi
hiperekspansi cavum pleura yang menekan mediastinal ke sisi paru yang sehat.
Saat ekspirasi mediastinal bergeser ke mediastinal yang sehat. Terjadilah
mediastinal flutter. Bilamana open pneumotorak komplit maka saat inspirasi
dapat terjadi hiperekspansi cavum pleura mendesak mediastinal ke sisi paru
yang sehat dan saat ekspirasi udara terjebak pada cavum pleura dan paru karena
luka yang bersifat katup tertutup. Selanjutnya terjadilah penekanan vena cava,
shunting udara ke paru yang sehat, dan obstruksi jalan napas. Akibatnya dapat
timbulah gejala pre-shock atau shock oleh karena penekanan vena cava.
Kejadian ini dikenal dengan tension pneumotorak

8
f. Penatalaksanaan Fisioterapi
A. Anamnesis
Anamnesis umum :

 Nama : Mr. X

 Usia : 45 Tahun

 Alamat : Jl. Paccerakang

 Jenis Kelamin : Laki-Laki

 Pekerjaan : Buruh Tambang

 Hobby : Bermain Catur

Anamnesis khusus

• Keluhan utama : Nyeri dada seperti tertusuk sejak 3 hari yang lalu disertai
dengan batuk dan kesulitan bernafas terutama saat beraktifitas.

• Sifat Keluhan : Nyeri seperti tertusuk

• Sejak kapan keluhan dirasakan : sejak 3 hari yang lalu

• Apakah pasien perokok akif : ya

• Berapa bungkus rokok yang dapat dihabiskan dalam sehari : 2 bungkus

• Fakor yang memperberat : saat melakukan aktifitas berat

• Fakor yang memperingan :saat isirahat

• RPP : Pasien adalah perokok berat dan bisa menghabiskan 2 bungkus


rokok perhari. Satu tahun yang lalu, pasien di diagnosis oleh dokter
terkana bronchitis kronik dan 1 bulan yang lalu dokter mendiagnosis
pasien mengalami pneumothoraks akhirnya dilakukan operasi WSD.

9
kemudian 3 hari yang lalu pasien kembali mulai merasakan nyeri seperti
tertusuk di daerah dada kanannya ketika beraktifitas dan beristirahat
sehingga mengganggu aktifitas sehari-hari dan pekerjaanya akhirnya
kembali lagi ke dokter yang merawatnya tersebut. Setelah melakukan X-
Ray ternyata masih di temukan sisa udara pada paru paru pasien akhirnya
dokter merujuk pasien ke fisioterapis

B. Pemeriksaan Umum
a. Vital sign

• Tekanan darah :110/80 mmhg

• Pola pernafasan :33x/menit

• Denyut nadi :92x/menit

• Suhu : 370C

b. Inspeksi
 Tingkat kesadaran : Compos mentis ( kesadaran normal, dapat menjawab
semua pertanyaan )
 Postur pasien sedikit membungkuk
 Syanosis pada kuku pasien
 Clubbing Finger

C. Pola nafas
Pasien Nampak bernapas cepat dan dangkal (tachypnea)

D. Mobilisasi Thoraks
Gerakan simestris chest dilakukan dengan kedua tangan diatas chest pasien dan
periksa pengembangan tiap bagian chest selama inspirasi dan expirasi. Dilakukan
dengan cara :

10
Expansi Thorax

 Expansi upper lobus. Pasien lying, kedua thumb di mid sternal line sternal notch,
jari-jari extensi di atas kedua clavicula, pasien full expirasi lalu deep inspirasi.
 Expansi middle lobus. Pasien lying, kedua ujung thumb di processus xyphoideus
dan jari-jari di extensikan ke lateral costa, pasien full expirasi lalu deep inspirasi.
 Expansi lower lobus. Pasien sitting, kedua ujung thumb du medulla spinalis
(sejajar lower costa) dan jari-jari diekstensikan sejajar costa, pasien ekspirasi full
lalu deep inspirasi. (Selama pasien full expirasi dan inspirasi, cek apakah gerakan
chest simetris atau tidak)

Hasil :
Gerakan chest asimetris dan Pengembangan chest terbatas dimana
pengembangan dada kiri lebih besar dari dada kanan

E. Palpasi
 Palpasi assesori muscle
Hasil : Spasme otot Pectoralis Mayor
 Palpasi fremitus suara
Tujuan: untuk merasakan gerakan chest dan kualitas jaringan lunak
Cara :Letakkan kedua tangan pada upper, middle dan lower chest lalu
instruksikan pasien menyebut 99
Hasil : Fremitus vokal sisi sakit melemah
 Nyeri pada dinding chest terutama pada saat deep breathing
F. Perkusi
Adalah suatu tindakan pemeriksaan dengan mendengarkan bunyi
getaran/gelombang suara yang dihantarkan kepermukaan tubuh dari bagian tubuh
yang diperiksa.

11
 Tempatkan jari-jari di dinding chest (anterior dan posterior) lalu ketuk pada
ujung distal jari dengan menggunakan 2 ujung jari tangan lainnya
 Bunyi resonan adalah normal
 Bunyi dull adalah datar bila ada cairan (sekresi) atau tumor dalam paru-paru
 Bunyi hyperesonan berarti adanya jumlah udara meningkat dalam thorax

Hasil : terdengar bunyi hyperresonant pada sisi kanan karena adanya udara

G. Auskultasi
Adalah suatu tekhnik pemeriksaaan dengan mendengar bunyi nafas
menggunakan stateskop untuk evaluasi paru-paru.
 Posisi pasien duduk comfortable dan rileksasi . lalu terapis memakai steteskop,
dan tempatkan stateskop langsung diatas kulit anterior dan posterior dinding
dada pasien.
 Stetoskop digerakkan dengan pola simetris (S) pada dinding dada anterior lalu
posisi lateral dinding dada setinggi T2,T6,T10
 Anjurkan pasien inspirasi dalam melalui hidung lalu ekspirasi melalui mulut
beberapa kali dan bersamaan dengan itu terapis menggerakkan statskop pada tiap
titik pada dinding dada anterior dan posterior

Hasil : bunyi nafas pasien melemah

H. Pemeriksaan nyeri dada dengan VAS

Hasil : nyeri sedang

12
I. Pemeriksaan Sesak Nafas dengan Borg Scale
Skala ini digunakan untuk membantu penderita menderajatkan intensitas sesak
dari derajat ringan sampai berat

Sesak Nafas Keterangan


0 Tidak ada
0,5 Sangat- sangat ringan
1 Sangat ringan
2 Ringan
3 Sedang
4 Sedikit berat
5 Berat
6 Sangat berat
7 Sangat-sangat berat
8 Maksimal
Hasil: 5 : berat
J. Pemeriksaan Tambahan
X-Ray Thoraks

13
K. Problematik Fisioterapi

• Adanya sisa udara dalam rongga pleura.

• Nyeri dada dan spasme otot upper trapesius

• Kesulitan Bernafas

• Pengembangan thorax yang tidak sempurna

• Kemungkinan terjadinya pneumotoraks spontan berulang (Recurrent).

• Kelainan Postur ( Deformitas )

L. Diagnosis Fisioterapi
”Gangguan fungsional Paru-Paru dan pengembangan thorax akibat
Pneumotorak spontan sekunder Pada Dextra Paru-Paru karena Bronkitis Kronik

M. Intervensi Fisioterapi
1. Hari 1 (Mengurangi kesulitan bernafas)
Pursed Lip Breathing
Tujuan :
 Mengurangi sesak nafas
 Mengatur pola nafas
 Relaksasi

Tehnik :

Pasien rileks, dalam hitungan 1,2 pasien diminta tarik nafas secara rileks
lalu dalam hitungan 3,4,5,6 pasien mengeluarkan napas dengan membuka
mulut seperti bersiul secara rileks tanpa ada dorongan, maka yang dirasakan
pasien adalah rileks

14
2. Hari ke 2-3 (membantu mempercepat pengeluaran udara)
Expansion Breathing Exercise
Tujuan : Re-expansion paru-paru dan thorax serta membantu mempercepat
pengeluaran udara, berikan 3-4 kali sehari.

Fisioterapi meletakkan kedua tangannya pada dinding dada lalu minta pasien
untuk menarik nafas melalui hidung dengan mengembangkan dada
kemudian mengeluarkan nafas melalui mulu dengan mengempiskan dada
diikuti dengan sedikit tekanan oleh fisioterapi

3. Hari ke 4-5 (membantu meningkatkan pengebangan thorak)

15
a. Mobilisasi chest
Tujuan : Mengembangkan thoraks
Tehnik :
 To Mobilize the Upper Chest and Stretch the Pectoralis Muscle
Pasien Sitting di kursi dengan tangan dibelakang kepala , kedua tangan
posisi abduksi horizontal selama selama Deep Inspirasi, Instruksikan
pasien membungkuk kedepan bersama elbow lalu expirasi

 To Mobilize Upper Chest and Shoulders


Pasien Sitting, kedua lengan fleksi 180 derajat ketika Inspirasi lalu
badan bengkok kearah Hip dan tangan menyentuh lantai sambil
ekspirasi

*Lakukan 3-4 kali sehari.

b. Thoracic Expansion Exercise

16
Tujuan : mengembangkan pola pernapasan dada dan untuk meningkatkan
fungsi paru dan menambah jumlah udara yang dapat dipompakan oleh
paru sehingga dapat menjaga kinerja otot-otot bantu pernafasan dan dapat
menjaga serta meningkatkan ekspansi sangkar thorak (rab, 2010)
Tehnik :

Posisi pasien rileks, tangan fisioterapis diletakkan pada dingding dada


pasien dengan tujuan untuk mengompresi dinding thorak ketika inspirasi
agar dapat memperkuat kontraksi otot otot pernapasan , sehingga dapat
meningkatkan mengembangkan pola pernapasan dan mobilitas sangkar
thorak

c. Segmental breathing
Tujuan :
Untuk mencegah perlengketan kedua pleura dan paru- paru dapat
mengembang dengan maksimal
Tehnik :
Apical Expantion
Unilateral : pasien dalam posisi terlentang lalu kedua tangan fisioterapis
berada di dada sebelah kanan pasien, lalu minta pasien inspirasi sambil
mendorong tangan fisioterapis

17
Kontralateral : pasien dalam posisi terlentang lalu kedua tangan
fisioterapis berada di dada sebelah kiri, lalu beri tekanan saat pasien
inspirasi

4. Hari ke 6-7 (Penurunan Nyeri dan penurunan spasme pada otot


pectoralis mayor)
a. Diafragma breathing
Tehnik:
Fisioterapi meletakkan kedua tangannya pada bagian perut pasien dan
saat inspirasi instruksikan pasien untuk mengembungkan perutnya atau
dorong tangan fisioterapis kearah depan atau luar dan saat ekspirasi
kempiskan perut dan fisioterapis sambil mendorong dengan tangan secara
pelan kearah dalam mengikuti pola pernafasan pasien. Lakukan sebanyak
8 kali hitungan dan10 kali pengulangan (Rab, 2010)

18
b. Thoracic Expansion Exercise
Tehnik :

Fisioterapi meletakkan kedua tangannya pada dinding dada lalu minta


pasien untuk menarik nafas melalui hidung dengan mengembangkan dada
kemudian mengeluarkan nafas melalui mulu dengan mengempiskan
dada.

c. Segmental breathing
Tehnik :
Apical Expantion
Unilateral : pasien dalam posisi terlentang lalu kedua tangan fisioterapis
berada di dada sebelah kanan pasien, lalu minta pasien inspirasi sambil
mendorong tangan fisioterapis

19
Kontralateral : pasien dalam posisi terlentang lalu kedua tangan
fisioterapis berada di dada sebelah kiri, lalu beri tekanan saat pasien
inspirasi

d. Contract Streching Pada Otot Pectoralis


 Aktif Streching

 Self stretching pada m. pectoralis major


secara bilateral.

 Penguluran dipertahankan selama 10 – 15


detik.

20
 Contract Relax Stretching

 Contract Relax Stretching pada


otot pectoralis major.
 Pada akhir regangan patologis
pasien menggerakkan shouldernya
kearah adduksi horizontal
sementara terapis memberikan
tahanan isometrik (dipertahankan
kontraksi 8 detik).
 Pasca relaksasi dilakukan
stretching kearah abduksi
horizontal shoulder, dipertahankan
selama 10 – 15 detik.

5. Hari ke 8 (Mengoreksi Postur)


Koreksi posture
Tujuan : untuk memperbaiki posture
Tehnik :

Pasien diminta memperbaiki posturnya agar terlihat simetris dengan


cara Memberikanedukasi kepada pasien bisa saat posisi duduk dibed (duduk

21
di bed dengan badan tegak dan pandangan lurus) atau bisa juga dilakukan
didepan cermin.

N. Evaluasi

 Akumulasi udara dalam rongga pleura berkurang


 Nyeri dan spasme otot upper trapesius berkurang
 Kesulitan Bernafas mulai lancar
 Pengembangan thorax yang mulai sempurna
 Postur pasien mulai ke normal

22
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Pneumothorax adalah adanya udara dalam rongga pleura. Pneumothorax dapat
terjadi secara spontan atau karena trauma (British Thoracic Society 2003).

Pneumothorax di klasifikasikan :

Berdasarkan Penyebabnya :

a. Pneumotoraks Spontan :
 Pneumotoraks Spontan Primer.
 Pneumotoraks Spontan Sekunder
b. Pneumotoraks traumatic
 Pneumotorak Traumatic Bukan Iatrogenic.
 Pneumotoraks traumatic iatrogenic.

Menurut jenis fistulanya :


a. Pneumothoraks tertutup
b. Pneumothoraks terbuka
c. Pneumothoraks Ventil

Intervensi fisioterapi yang diberikan adalah Pursed lip breathing, Expansion


Breathing Exercise, Mobilisasi chest, Thorakal breathing, Segmental breathing ,
Contrax rilex dan stretching dan Koreksi posture

23
DAFTAR PUSTAKA
http://adityaariningmukti.blogspot.co.id/2012/11/askep-pneumothorax.html

https://www.scribd.com/presentation/350995207/Pneumothorax-Spontan

https://www.scribd.com/doc/127327371/Asuhan-Keperawatan-Pasien-Pneumothorax

http://sikkahoder.blogspot.co.id/2012/08/pneumotoraks-penyebab-gejala-klinis-
dan.html?m=1

24

Anda mungkin juga menyukai