Anda di halaman 1dari 33

PEMERIKSAAN SISTEM

KARDIOVASKULAR
KELOMPOK 5
1. HAFSAH TAHIR
2. HERLITA ANDRI ANNISA
3. LISA ANGGRAYNI
4. RINI ARIDHA
5. RIFKI NAUFAL
6. RESKI KURNIASARI
7. WAODE WULAN SARI
8. SITI RAHMAH HAFSARI
9. ANDI ANDINI BATARI
Anatomi dan Fisiologi Jantung
Lapisan otot jantung
 Lapisan perikardium
 Lapisan epikardium
 Lapisan miokardium
Mekanisme kerja jantung

 Periode Dilatasi (Diastol) adalah periode jantung dalam keadaan


mengembang, katup bikuspidalis dan katup trikuspidalis terbuka
sehingga darah dari atrium sinistra masuk ventikel sinistra dan
arah atrium destra masuk ke ventrikel destra sedang darah dari
paru-paru kanan dan kiri melalui vena pulmonalis masuk atrium
sinistra dan darah dari seluruh tubuh melalui vena cava inferior
dan vena cava superior masuk ke atrium dextra
 Periode Dilatasi (Diastol) adalah periode jantung dalam
keadaan mengembang, katup bikuspidalis dan katup
trikuspidalis terbuka sehingga darah dari atrium sinistra
masuk ventikel sinistra dan arah atrium destra masuk ke
ventrikel destra sedang darah dari paru-paru kanan dan kiri
melalui vena pulmonalis masuk atrium sinistra dan darah dari
seluruh tubuh melalui vena cava inferior dan vena cava
superior masuk ke atrium dextra
 Periode istirahat yaitu, waktu antara periode kontriksi dan
dilatasi ketika jantung berhenti kira-kira 1/10 detik. Pada
waktu kita istirahat jantung akan menguncup sebanyak 70-80
kali per menit. Pada tip-tiap kontraksi jantung akan
memindahkan darah ke aorta sebanyak 60-70cc.
Anatomi dan fisiologi pembuluh darah
 Ventrikel dekstra menempati
sebagian besar dari luas permukaan
anterior jantung. Ventrikel dextra
dan arteri pulmunalis berada tepat
di belakang dari kiri atas sternum.
Batas inferior ventrikel dekstra
terletak di bawah sambungan
sternum dan processus xyphoideus
 Ventrikel kiri terletak di belakang
ventrikel kanan, membentuk batas
lateral kiri dari jantung. Bagian
paling bawah dari ventrikel kiri di
sebut ‘apeks’, mempunyai arti
klinis penting karena di apekslah
terletak punctum maksimum atau
iktus kordis
Pemeriksaan sistem kardiovaskular
Pemeriksaan denyut nadi

1. Palpasi arteri radialis pada pergelangan tangan


sebelah kiri pasien dengan menggunakan ujung jari
telinjuk,tengah, dan manis.

2. Tekan secara lembut arteri radialis pasien.

3. On kan stopwatch atau perhatikan jam


tangan anda selama 1 menit sambil
menghitung denyut nadi pasien.

4. Catat hasil pengukuran denyut nadi pasien.


Pemeriksaan Tekanan Darah
1) Palpasi arteri brachialis
2) Pasang cuff pada lengan kiri pasien
dengan jarak 3 jari di atas arteri
brachialis
3) Letakkan stetoskop di atas arteri
brachialis dan tahan dengan jemari
4) Tanyakan kepada pasien tekanan darah
normalnya
5) Lakukan pemompaan 20-30 mmHg di
atas tekanan darah normal pasien.

6) Kempeskan secara berlahan cuff dengan mendengarkan detak pertama


dan terakhir sambil memperhatikan jarum yang ditunjuk pada
Sphygmomanometer
7) Catat hasil pengukuran
8) Bersihkan kembali alat menggunakan alcohol wipe
Pemeriksaan Vena Jugularis

Vena jugularis diinspeksi untuk mengukur tekanan vena yang


dipengaruhi oleh volume darah, kapasitas atrium kanan untuk
menerima darah dan mengirimkannya ke ventrikel kanan, dan
kemampuan ventrikel kanan untuk berkontraksi dan mendorong
darah ke arteri pulmoner.
• Minta klien berbaring telentang dengan kepala di
tinggikan 30 sampai 45 derajat (posisi semi-Fowler)
• Pastikan bahwa leher dan toraks atas sudah terbuka.
Gunakan bantal untuk meluruskan kepala.
• Hindari hiperekstensi atau fleksi leher untuk
memastikan bahwa vena tidak teregang atau keriting.

Biasanya pulsasi tidak terlihat jika klien duduk. Pada


saat klien kembali ke posisi telentang dengan
perlahan, tinggi pulsasi vena mulai meningkat diatas
tinggi manubrium, yaitu 1 atau 2 cm disaat klien
mencapai sudut 45 derajat. Mengukur tekanan vena
dengan mengukur jarak vertical antara sudut Louis
dan tingkat tertinggi titik pulsasi vena jugularis
interna yang dapat dilihat.
• Gunakan dua penggaris. Buat garis dari tepi bawah penggaris
biasa dengan ujung area pulsasi si vena jugularis. Kemudian
ambil penggaris sentimeter dan buat tegak lurus dengan
penggaris pertama setinggi sudut sternum. Ukur dalam
sentimeter jarak antara penggaris kedua dan sudut sternal.
• Ulangi pengukuran yang sama di sisi yang lain. Tekanan
bilateral lebih dari 2,5 cm dianggap meningkat dan
merupakan tanda gagal jantung kanan. Peningkatan tekanan di
satu sisi dapat disebabkan oleh obstruksi.
Pemeriksaan Sistem Kardiovaskular
Pemeriksaan fisik kardiovaskuler adalah pemeriksaan fisik untuk
menentukan adanya kelainan-kelainan dari suatu sistem kardiovaskuler dengan
cara melihat (inspeksi), meraba (palpasi), mengetuk (perkusi) dan
mendengarkan (auskultasi).
Posisi pasien Pemeriksaan
Terlentang, dengan elevasi kepala 30o Inspeksi dan palpasi prekordium : sela iga II,
ventrikel kanan dan kiri, iktus kordis
(diameter, lokasi, amplitudo, durasi)
Berbaring miring ke kiri Palpasi iktus kordis. Auskultasi dengan bagian
bel dari stetoskop
Terlentang dengan elevasi kepala 30o Auskultasi daerah trikuspidalis dengan bagian
bel dari stetoskop
Duduk, sedikit membungkuk ke depan, Dengarkan sepanjang tepi sternum kiri dan di
setelah ekspirasi maksimal apeks
Inspeksi
 Inspeksi dada terutama untuk mencari adanya asimetris
bentuk dada
 Vousure Cardiaque: penonjolan bagian depan
hemitoraks kiri. Merupakan penonjolan setempat yang
lebar di daerah pericardium sternum dan apeks codis.
Kadang-kadang memperlihatkan pulsasi jantung.
Adanya voussure cardiaque, menunjukkan adanya :
 Kelainan jantung organis
 Kelainan jantung yang berlangsung seudah lama/terjadi
sebelum penulagan sempurna
 Hipertrofi atau dilatasi ventrikel.
Inspeksi Ictus Cordis
 Dalam keadaaan normal, dengan sikap duduk, tidur
terlentang atau berdiri iktus terlihat didalam ruangan
interkostal V sisi kiri agak medial dari linea midclavicularis
sisi kiri. Pulsasi ini letaknya sesuai dengan apeks jantung.
Diameter pulsasi kira-kira 2 cm, dengan punctum maksimum
di tengah-tengah daerah tersebut
 Bila ictus kordis bergeser ke kiri dan melebar, kemungkinan
adanya pembesaran ventrikel kiri
Palpasi Jantung

Dengan palpasi kita mencari iktus kordis (bila tidak


terlihat pada inspeksi ) dan mengkonfirmasi karekteristik
iktus kordis. Palpasi di lakukan dengan cara meletakkan
permukaan palmar telapak tangan atau bagian 1/3 distal jari
II, III dan IV atau dengan meletakkan sisi medial tangan,
terutama pada palpasi nuntuk merasakan “thrill”.
Identifikasi BJ1 dan BJ2 pada iktus kordis dilakukan
dengan memberikan tekanan ringan pada iktus.
Perkusi Jantung
Perkusi berguna untuk menetapkan batas jantung
terutama pada pembesaran jantung. Perkusi batas kiri redam
jantung (LBCD – left border of cardiac dullness) dilakukan
dari lateral ke medial di mulai dari sela iga 5, 4, dan 3. LBCD
terdapat kurang lebih 1-2 cm di sebelah medial linea
midklavikularis kiri dan bergeser 1 cm ke medial pada sela
iga 4 dan 5. Batas kiri jantung Kita melakukan perkusi dari
arah lateral ke medial.
Cara Perkusi :
 Melakukan perkusi untuk menentukan batas jantung yaitu dengan
menentukan batas jantung relatif yang merupakan perpaduan bunyi
pekak dan sonor.
 Menentukan batas jantung kanan relatif dengan perkusi dimulai dengan
penentuan batas paru hati, kemudian 2 jari diatasnya melakukan perkusi
dari lateral ke medial.
 Jari tengah yang dipakai sebagai plessimeter diletakkan sejajar dengan
sternum sampai terdenganr perubahan bunyi ketok sonor menjadi pekak
relatif (normal batas jantung kanan relatif terletak pada linea sternalis
kanan).
 Batas jantung kiri relatif sesuai dengan iktus kordis yang normal,
terletak pada sela iga 5- 6 linea medioclavicularis kiri.
 Bila iktus kordis tidak diketahui, maka batas kiri jantung ditentukan
dengan perkusi pada linea axillaris media ke bawah. Perubahan bunyi
dari sonor ke tympani merupakan batas paru-paru kiri. Dari Batas paru-
paru kiri dapat ditentukan batas jantung kiri relatif.
 Dari atas (fossa supra clavicula) dapat dilakukan perkusi ke bawah
Auskultasi jantung
Terdapat empat area utama dalam auskultasi jantung
yaitu :
 Area katup aorta pada ICS 2 garis sternal kanan.
 Area katup pulmonal pada ICS 2 garis sternal kiri.
 Area katup trikuspid pada ICS 4 dan 5 garis sternal kiri.
 Area katup mitral pada apeks jantung
Auskultasi dimulai dengan
meletakkan stetoskop pada sela iga II kanan di
dekat sternum, sepanjang tepi kiri sternum
dari sela iga II sampai V dan di apeks.
1. Lakukan auskultasi di seluruh prekordium
dengan posisi terlentang.
2. Pasien berbaring miring kekiri sehingga
ventrikel kiri lebih dekat ke permukaan
dinding dada.
 Tempatkan bagian mangkuk dari
stetoskop di daerah impuls apeks (iktus).
 Posisi ini membuat bising-bising area
katub mitral dan bunyi jantung akibat
kelainan bagian kiri jantung.
3. Pasien diminta untuk duduk dengan
sedikit membungkuk ke depan.
 Mintalah pasien untuk melakukan
isnpirasi dan eskpirasi maksimal
kemudian sejenak menahan napas.
 Bagian diafragma dari stetoskop
diletakkan pada permukaan auskultasi
dengan ringan
 Lakukan auskultasi di sepanjang tepi
sternum sisi kiri dan di apeks dengan cara
periodik memberi kesempatan pasien
untuk mengambil napas.
 Posisi ini membuat bising yang berasal
dari daerah aorta lebih jelas terdengar.
Bunyi Jantung
 Untuk mendengar bunyi jantung diperhatikan :
 lokalisasi dan asal bunyi jantung
 menentukan bunyi jantung I dan II
 intensitas bunyi dan kualitasnya
 ada tidaknya unyi jantung III dan bunyi jantung IV
 irama dan frekuensi bunyi jantung
 bunyi jantung lain yang menyertai bunyi jantung.
. Lokalisasi dan asal bunyi jantung
 Auskultasi bunyi jantung dilakukan pada tempat-tempat sebagai
berikut :
 ictus cordis untuk mendengar bunyi jantung yang berasal dari
katup mitral
 sela iga II kiri untuk mendengar bunyi jantung yang berasal dari
katup pulmonal.
 Sela iga III kanan untuk mendengar bunyi jantung yang berasal dari
aorta
 Sela iga IV dan V di tepi kanan dan kiri sternum atau ujung
sternum untuk mendengar bunyi jantung yang berasal dari katup
trikuspidal.
 Tempat-tempat auskultasi di atas adalah tidak sesuai dengan tempat
dan letak anatomis dari katup-katup yang bersangkutan. Hal ini
akibat penghantaran bunyi jantung ke dinding dada.
Menentukan bunyi jantung I dan II
 Pada orang sehat dapat didengar 2
macam bunyi jantung :
 bunyi jantung I, ditimbulkan oleh
penutupan katup-katup mitral dan
trikuspidal. Bunyi ini adalah tanda
mulainya fase sistole ventrikel.
 Bunyi jantung II, ditimbulkan oleh
penutupan katup-katup aorta dan
pulmonal dan tanda dimulainya
fase diastole ventrikel.
Intesitas dan Kualitas Bunyi
Intensitas bunyi jantung sangat dipengaruhi oleh
keadaan-keadaan sebagai berikut :
 tebalnya dinding dada
 adanya cairan dalam rongga pericard
 Intensitas dari bunyi jantung harus ditentukan menurut
pelannya atau kerasnya bunyi yang terdengar. Bunyi jantung I
pada umumnya lebih keras dari bunyi jantung II di daerah
apeks jantung, sedangkan di bagian basal bunyi jantung II
lebih besar daripada bunyi jantung I. Jadi bunyi jantung I di
ictus (M I) lebih keras dari M 2, sedang didaerah basal P 2
lebih besar dari P 1, A 2 lebih besar dari A 1.
Hal ini karena :
 M 1 : adalah merupakan bunyi jantung akibat
penutupan mitral secara langsung.
 M 2 : adalah penutupan katup aorta dan
pulmonal yang dirambatkan.
 P1 : adalah bunyi M 1 yang dirambatkan
 P2 : adalah bunyi jantung akibat penutupan
katup pulmonal secara langsung
 A 1 : adalah penutupan mitral yang
dirambatkan
 A 2 : adalah penutupan katub aorta secara
langsung
 A 2 lebih besar dari A 1.
Kesimpulan : pada ictus cordis
terdengar bunyi jantung I secara langsung sedang
bunyi jantung II hanya dirambatkan (tidka
langsung)
Sebaliknya pada daerah basis jantung
bunyi jantung ke 2 merupakan bunyi jantung
langsung sedang bunyi I hanya dirambatkan
Beberapa gangguan intensitas bunyi
jantung.
 - Intensitas bunyi jantung melemah pada :
* orang gemuk
* emfisema paru
* efusi perikard
* payah jantung akibat infark myocarditis
 - Intensitas bunyi jantung I mengeras pada:
* demam
* morbus basedow (grave’s disease)
* orang kurus (dada tipis)
 - Intensitas bunyi jantung A 2 meningkat pada :
* hipertensi sistemik
* insufisiensi aorta
 - Intensitas bunyi jantung A 2 melemah pada :
* stenose aorta
* emfisema paru
* orang gemuk
 - Intensitas P 2 mengeras pada :
* Atrial Septal Defect (ASD)
* Ventricular Septal Defect (VSD)
* Patent Ductus Arteriosus (PDA)
* Hipertensi Pulmonal
 Intensitas P 2 menurun pada :
* Stenose pulmonal
* Tetralogy Fallot, biasanya P 2 menghilang

Anda mungkin juga menyukai