Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah

Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi oleh


dokter, jenis yang berat memperlihatkan morbiditas dan derajat cacat yang
relatif tinggi dibandingkan dengan cedera oleh sebab lain. Biaya yang
dibutuhkan juga cukup mahal untuk penanganannnya. Penyebab luka
bakar selain karena api (secara langsung ataupun tidak langsung), juga
karena pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik maupun bahan kimia.
Luka bakar karena api atau akibat tidak langsung dari api (misalnya
tersiram panas) banyak terjadi pada kecelakaan rumah tangga
(Sjamsuhidajat, 2005). Dengan memperhatikan prinsip- prinsip dasar
resusitasi pada trauma dan penerapannya pada saat yang tepat diharapkan
akan dapat menurunkan sekecil mungkin angka- angka tersebut diatas.
Prinsip- prinsip dasar tersebut meliputi kewaspadaan akan terjadinya
gangguan jalan nafas pada penderita yang mengalami trauma inhalasi,
mempertahankan hemodinamik dalam batas normal dengan resusitasi
cairan, mengetahui dan mengobati penyulit- penyulit yangmungkin terjadi
akibat trauma listrik, misalnya rabdomiolisis dan disritmia jantung.
Statistik menunjukkan bahwa 60% luka bakar terjadi karena kecelakaan
rumah tangga, 20% karena kecelakaan kerja, dan 20% sisanya karena
sebab-sebab lain, misalnya bus terbakar, ledakan bom, dan gunung
meletus. (Moenajad, 2001)

Penanganan dan perawatan luka bakar (khususnya luka bakar berat)


memerlukan perawatan yang kompleks dan masih merupakan tantangan
tersendiri karena angka morbiditas dan mortalitas yang cukup tinggi. Di
Amerika dilaporkan sekitar 2 – 3 juta penderita setiap tahunnya dengan
jumlah kematian sekitar 5 – 6 ribu kematian per tahun. Di Indonesia
sampai saat ini belum ada laporan tertulis mengenai jumlah penderita luka
bakar dan jumlah angka kematian yang diakibatkannya. Di unit luka bakar
RSCM Jakarta, pada tahun 2008 dilaporkan sebanyak 107 kasus luka
bakar yang dirawat dengan angka kematian 37,38%. Dari unit luka bakar
RSU Dr. Soetomo Surabaya pada tahun 2008 didapatkan data bahwa
kematian umumnya terjadi pada luka bakar dengan luas lebih dari 50%
atau pada luka bakar yang disertai cedera pada saluran napas dan 50%
terjadi pada 7 hari pertama perawatan. (Irna Bedah RSUD Dr. Soetomo,
2001)

1
Prognosis klien yang mengalami suatu luka bakar berhubungan langsung
dengan lokasi dan ukuran luka bakar. Faktor lain seperti umur, status
kesehatan sebelumnya dan inhalasi asap dapat mempengaruhi beratnya
luka bakar dan pengaruh lain yang menyertai. Klien luka bakar sering
mengalami kejadian bersamaan yang merugikan, seperti luka atau
kematian anggota keluarga yang lain, kehilangan rumah dan lainnya. Klien
luka bakar harus dirujuk untuk mendapatkan fasilitas perawatan yang lebih
baik untuk menangani segera dan masalah jangka panjang yang menyertai
pada luka bakar tertentu. (Elizabeth,2009)
Melihat dari masalah di atas, fisioterapi sebagai salah satu tenaga
kesehatan yang bergerak dalam kapasitas fisik dan kemampuan fungsional
serta meningkatkan derajat kesehatan salah satunya dengan metode
fisioterapis.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis merumuskan


permasalahan tentang bagaimana pentalaksanaan fisioterapi pada penderita
luka bakar.

C. Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah bagaimana peran fisioterapi


pada penderita luka bakar.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
Luka bakar adalah rusak atau hilangnya jaringan yang disebabkan
kontak dengan sumber panas seperti kobaran api di tubuh (flame), jilatan
api ketubuh (flash), terkena air panas (scald), tersentuh benda panas
(kontak panas), akibat sengatan listrik, akibat bahan-bahan kimia, serta
sengatan matahari (sunburn) (Moenajat, 2001).
Menurut Smith (1998), Luka bakar adalah kerusakan jaringan
tubuh terutama kulit akibat trauma panas, elektrik, kimia dan radiasi.
Luka bakar adalah kerusakan pada kulit diakibatkan oleh panas,
kimiaatau radio aktif (Wong, 2003).
Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas
ketubuh. Panas tersebut dapat dipindahkan melalui konduksi dan radiasi
elektromagnetic. (Effendi. C, 1999).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa luka bakar adalah kerusakan
pada kulit yang disebabkan oleh panas,kimia, elektrik maupun radiasi.

B. Etiologi

Luka bakar banyak disebabkan karena suatu hal, diantaranya adalah :


a. Luka bakar suhu tinggi(Thermal Burn): gas, cairan, bahan padat
Luka bakar thermal burn biasanya disebabkan oleh air panas (scald)
,jilatan api ketubuh (flash), kobaran api di tubuh (flam), dan akibat
terpapar atau kontak dengan objek-objek panas lainnya(logam panas,
dan lain-lain) (Moenadjat, 2005).
b. Luka bakar bahan kimia (Chemical Burn)
Luka bakar kimia biasanya disebabkan oleh asam kuat atau alkali yang
biasa digunakan dalam bidang industri militer ataupu bahan pembersih
yang sering digunakan untuk keperluan rumah tangga (Moenadjat,
2005).
c. Luka bakar sengatan listrik (Electrical Burn)
Listrik menyebabkan kerusakan yang dibedakan karena arus, api, dan
ledakan. Aliran listrik menjalar disepanjang bagian tubuh yang
memiliki resistensi paling rendah. Kerusakan terutama pada pembuluh
darah, khusunya tunika intima, sehingga menyebabkan gangguan
sirkulasi ke distal. Sering kali kerusakan berada jauh dari lokasi
kontak, baik kontak dengan sumber arus maupun grown (Moenadjat,
2001).

3
d. Luka bakar radiasi (Radiasi Injury)
Luka bakar radiasi disebabkan karena terpapar dengan sumber radio
aktif. Tipe injury ini sering disebabkan oleh penggunaan radio aktif
untuk keperluan terapeutik dalam dunia kedokteran dan industri.
Akibat terpapar sinar matahari yang terlalu lama juga dapat
menyebabkan luka bakar radiasi (Moenadjat, 2001)

C. Patofisiologi Luka Bakar


Luka bakar suhu pada tubuh terjadi baik karena kondisi panas
langsung atau radiasi elektromagnetik. Sel-sel dapat menahan temperatur
sampai 440oC tanpa kerusakan bermakna, kecepatan kerusakan jaringan
berlipat ganda untuk tiap drajat kenaikan temperatur. Saraf dan pembuluh
darah merupakan struktur yang kurang tahan dengan konduksi panas.
Kerusakan pembuluh darah ini mengakibatkan cairan intravaskuler keluar
dari lumen pembuluh darah, dalam hal ini bukan hanya cairan tetapi
protein plasma dan elektrolit. Pada luka bakar ekstensif dengan perubahan
permeabilitas yang hampir menyelutruh, penimbunan jaringan masif di
intersitial menyebabakan kondisi hipovolemik. Volume cairan
iuntravaskuler mengalami defisit, timbul ketidak mampuan
menyelenggarakan proses transportasi ke jaringan, kondisi ini dikenal
dengan syok (Moenajat, 2001).
Luka bakar juga dapat menyebabkan kematian yang disebabkan
oleh kegagalan organ multi sistem. Awal mula terjadi kegagalan organ
multi sistem yaitu terjadinya kerusakan kulit yang mengakibatkan
peningkatan pembuluh darah kapiler, peningkatan ekstrafasasi cairan
(H2O, elektrolit dan protein), sehingga mengakibatkan tekanan onkotik
dan tekanan cairan intraseluler menurun, apabila hal ini terjadi terus
menerus dapat mengakibatkan hipopolemik dan hemokonsentrasi yang
mengakibatkan terjadinya gangguan perfusi jaringan. Apabila sudah
terjadi gangguan perkusi jaringan maka akan mengakibatkan gangguan
sirkulasi makro yang menyuplai sirkulasi orang organ organ penting
seperti : otak, kardiovaskuler, hepar, traktus gastrointestinal dan
neurologi yang dapat mengakibatkan kegagalan organ multi sistem. Proses
kegagalan organ multi sistem ini terangkum dalam bagan berikut :

4
D. Klasifikasi
1) Berdasarkan kedalaman luka :
a. Luka bakar derajat I

5
Kerusakan terbatas pada lapisan epidermis superfisial, kulit kering
hiperemik, berupa eritema, tidak dijumpai pula nyeri karena ujung
–ujung syaraf sensorik teriritasi, penyembuhannya terjadi secara
spontan dalam waktu 5 -10 hari (Brunicardi et al., 2005).
b. Luka bakar derajat II

Kerusakan terjadi pada seluruh lapisan epidermis dan sebagai


lapisan dermis, berupa reaksi inflamasi disertai proses eksudasi.
Dijumpai pula, pembentukan scar, dan nyeri karena ujung –ujung
syaraf sensorik teriritasi. Dasar luka berwarna merah atau pucat.
Sering terletak lebih tinggi diatas kulit normal (Moenadjat, 2001).
I. Derajat II Dangkal (Superficial)
- Kerusakan mengenai bagian superficial dari dermis.
- Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat,
kelenjar sebasea masih utuh.
- Bila mungkin tidak terbentuk beberapa jam setelah cedera,
dan luka bakar pada mulanya tampak seperti luka bakar

6
derajat I dan mungkin terdiagnosa sebagai derajat II
superficial setelah 12-24 jam
- Ketika bula dihilangkan, luka tampak berwarna merah
muda dan basah.
- Jarang menyebabkan hypertrophic scar.
- Jika infeksi dicegah maka penyembuhan akan terjadi
secara spontan kurang dari 3 minggu (Brunicardi et al.,
2005).
II. Derajat II dalam (Deep)
- Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis
- Organ-organ kulit seperti folikel-folikel rambut, kelenjar
keringat,kelenjar sebasea sebagian besar masih utuh.
- Penyembuhan terjadi lebih lama tergantung biji epitel
yang tersisa.
- Juga dijumpai bula, akan tetapi permukaan luka biasanya
tanpak berwarna merah muda dan putih segera setelah
terjadi cedera karena variasi suplay darah dermis (daerah
yang berwarna putih mengindikasikan aliran darah yang
sedikit atau tidak ada sama sekali, daerah yg berwarna
merah muda mengindikasikan masih ada beberapa aliran
darah ) (Moenadjat, 2001)
- Jika infeksi dicegah, luka bakar akan sembuh dalam 3 -9
minggu (Brunicardi et al., 2005)

c. Luka bakar derajat III (Full Thickness burn)

Kerusakan meliputi seluruh tebal dermis dermis dan lapisan lebih


dalam, tidak dijumpai bula, apendises kulit rusak, kulit yang

7
terbakar berwarna putih dan pucat. Karena kering, letak nya lebih
rendah dibandingkan kulit sekitar. Terjadi koagulasi protein pada
epidermis yang dikenal sebagai scar, tidak dijumpai rasa nyeri dan
hilang sensasi, oleh karena ujung –ujung syaraf sensorik
mengalami kerusakan atau kematian. Penyembuhanterjadi lama
karena tidak ada proses epitelisasi spontan dari dasar luka
(Moenadjat, 2001).
d. Luka bakar derajat IV
Luka full thickness yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan
ltulang dengan adanya kerusakan yang luas. Kerusakan meliputi
seluruh dermis, organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar
sebasea dan kelenjar keringat mengalami kerusakan, tidak dijumpai
bula, kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat, terletak lebih
rendah dibandingkan kulit sekitar, terjadi koagulasi protein pada
epidemis dan dermis yang dikenal scar, tidak dijumpai rasa nyeri
dan hilang sensori karena ujung-ujung syaraf sensorik mengalami
kerusakan dan kematian. penyembuhannya terjadi lebih lama
karena ada proses epitelisasi spontan dan rasa luka (Moenadjat,
2001).

2) Berdasarkan tingkat keseriusan luka


American Burn Association menggolongkan luka bakar menjadi tiga
kategori, yaitu:
a. Luka bakar mayor
- Luka bakar dengan luas lebih dari 25% pada orang dewasa dan
lebih dari 20% pada anak-anak.
- Luka bakar fullthickness lebih dari 20%.
- Terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki, dan
perineum.
- Terdapat trauma inhalasi dan multiple injuri tanpa
memperhitungkan derajat dan luasnya luka.
- Terdapat luka bakar listrik bertegangan tinggi.
b. Luka bakar moderat
- Luka bakar dengan luas 15-25% pada orang dewasa dan 10-
20% pada anak-anak.
- Luka bakar fullthickness kurang dari 10%.
- Tidak terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga,
kaki, dan perineum.

8
c. Luka bakar minor
Luka bakar minor seperti yang didefinisikan oleh Trofino (1991)
dan Griglak (1992) adalah :
- Luka bakar dengan luas kurang dari 15% pada orang dewasa
dan kurang dari 10 % pada anak-anak.
- Luka bakar fullthickness kurang dari 2%.
- Tidak terdapat luka bakar di daerah wajah, tangan, dan kaki.
- Luka tidak sirkumfer.
- Tidak terdapat trauma inhalasi, elektrik, fraktur.

E. Komplikasi
1. Infeksi
Infeksi merupakan masalah utama. Bila infeksi berat, maka penderita
dapat mengalami sepsis. Berikan antibiotika berspektrum luas, bila
perlu dalam bentuk kombinasi. Kortikosteroid jangan diberikan karena
bersifat imunosupresif (menekan daya tahan), kecuali pada keadaan
tertentu, misalnya pda edema larings berat demi kepentingan
penyelamatan jiwa penderita.
2. Curling’s ulcer (ulkus Curling)
Ini merupakan komplikasi serius, biasanya muncul pada hari ke 5–10.
Terjadi ulkus pada duodenum atau lambung, kadang-kadang dijumpai
hematemesis. Antasida harus diberikan secara rutin pada penderita
luka bakar sedang hingga berat. Pada endoskopi 75% penderita luka
bakar menunjukkan ulkus di duodenum.
3. Gangguan Jalan nafas
Paling dini muncul dibandingkan komplikasi lainnya, muncul pada
hari pertama. Terjadi karena inhalasi, aspirasi, edema paru dan infeksi.
Penanganan dengan jalan membersihkan jalan nafas, memberikan
oksigen, trakeostomi, pemberian kortikosteroid dosis tinggi dan
antibiotika.
4. Konvulsi
Komplikasi yang sering terjadi pada anak-anak adalah konvulsi. Hal
ini disebabkan oleh ketidakseimbangan elektrolit, hipoksia, infeksi,
obat-obatan (penisilin, aminofilin, difenhidramin) dan 33% oleh sebab
yang tak diketahui.
5. Kontraktur
Merupakan gangguan fungsi pergerakan
6. Ganguan Kosmetik akibat jaringan parut

9
F. Penanganan
Pada luka bakar dibutuhkan penanganan yang benar-benar tepat saat kulit
terbakar, agar bekas dari luka bakar tersebut nantinya akan mudah untuk
dihilangkan dan tidak menimbulkan Keloid.

Berdasarkan derajat kerusakan :


1. Luka bakar derajat I
Ketika mengalami atau melihat korban luka bakar tingkat I,
pertolongan pertama yang dapat dilakukan adalah:
- Siram bagian luka yang terbakar dengan air mengalir, suhu air
ideal yang digunakan sebaiknya sekitar 15 derajat Celcius.
- Tutup luka bakar dengan kain perban steril untuk mencegah
infeksi.
- Jangan mengoleskan luka bakar dengan apapun
- Untuk tingkatan luka bakar derajat I, pada dasarnya tidak
membutuhkan perawatan khusus dari dokter karena kerusakan
hanya pada bagian epidermis kulit.

2. Luka bakar derajat II


- Siram bagian luka dengan air yang mengalir atau celupkan pada
wadah yang berisi air
- Keringkan luka menggunakan handuk besih atau bahan lain yang
lembut.
- Jika masih ada kain yang menepel pada luka bakar, jangan
mencoba untuk melepaskannya karna akan menyebabkan luka
baru yang lebih dalam.
- Jangan coba mengempiskan bula yang ada pada luka.

3. Luka bakar derajat III dan IV


- Pada tingkat ini terkadang korban mengalami kesulitan napas,
khususnya bila luka terdapat pada leher, wajah dan di sekitar
mulut, bisa juga akibat menghirup asap. Lakukan pemeriksaan
untuk memastikan korban bisa bernapas
- Sebaiknya langsung dibawa ke dokter untuk menghindari
komplikasi lebih lanjut

Beberapa hal yang harus dihindari saat penanganan luka bakar adalah :
 Sebaiknya tidak menggunakan air dengan suhu yang terlalu dingin
karna yang terjadi bukannya proses pemulihan tapi justru membuat
luka bakar menjadi semakin dalam.

10
 Jangan menggunakan odol atau minyak apapun untuk mengoles
luka karna akan menyebabkan infeksi.

Penanganan lainnya :

Therapeutic Exercise
1. Proper positioning
Positioning penderita yang tepat dapat mencegah terjadinya kontraktur
dan keadaan ini harus dipertahankan sepanjang waktu selama penderita
dirawat ditempat tidur. Program positioning anti-kontraktur dapat
mengurangi udema, pemeliharaan fungsi dan mencegah kontraktur.
Proper positioning pada penderita luka bakar adalah sebagai berikut :
- Leher : ekstensi / hiperekstensi
- Bahu : abduksi, rotasi eksternal
- Antebrakii : supinasi
- Trunkus : alignment yang lurus
- Lutut : lurus, jarak antara lutut kanan dan kiri 20”
- Sendi hip : tidak ada fleksi dan rotasi eksternal
- Pergelangan kaki : dorsifleksi
2. Exercise
Tujuan exercise untuk mengurangi udema, memelihara lingkup gerak
sendi dan mencegah kontraktur. Exercise yang teratur dan terus-
menerus pada seluruh persendian baik yang terkena luka bakar
maupun yang tidak terkena, merupakan tindakan untuk mencegah
kontraktur.
Adapun macam-macam exercise adalah :
a. Free active exercise : latihan yang dilakukan oleh penderita sendiri.
b. Isometric exercise : latihan yang dilakukan oleh penderita sendiri
dengan kontraksi otot tanpa gerakan sendi.
c. Active assisted exercise : latihan yang dilakukan oleh penderita
sendiri tetapi mendapat bantuan terapis atau alat mekanik atau
anggota gerak penderita yang sehat.
d. Resisted active exercise : latihan yang dilakukan oleh penderita
dengan melawan tahanan yang diberikan oleh terapis atau alat
mekanik.
e. Passive exercise : latihan yang dilakukan oleh terapis terhadap
penderita.
3. Stretching (peregangan)
Untuk mencegah kontraktur. Latihan ini biasa sangat efektif jika
dilakukan secara perlahan-lahan sampai skar memutih atau memucat.

11
Kontraktur ringan dilakukan strectching 20-30 menit, sedangkan
kontraktur berat dilakukan stretching selama 30 menit atau lebih
dikombinasi dengan proper positioning. Berdiri adalah stretching yang
paling baik, berdiri tegak efektif untuk stretching panggul depan dan
lutut bagian belakang.
4. Splinting / Bracing
Mengingat lingkup gerak sendi exercise dan positioning merupakan
hal yang penting untuk diperhatikan pada luka bakar, untuk
mempertahankan posisi yang baik selama penderita tidur atau melawan
kontraksi jaringan terutama penderita yang mengalami kesakitan dan
kebingungan.
5. Strengthening (penguatan)
Untuk mencegah kelemahan pada alat gerak akibat immobilisasi yang
lama. Dilakukan dengan memberikan latihan gerakan aktif secara rutin
kepada pasien untuk melatih otot-otot ekstremitas, misalnya jalan
biasa, jalan cepat, sit up ringan dan mengangkat beban.
Jika pasien kurang melakukan latihan ini, maka akan menyebabkan
otot-otot pada sendi bahu dan proksimal paha akan melemah. Latihan
ini sebaiknya dilakukan segera mungkin pada masa penyembuhan luka
bakar untuk mengurangi rasa sakit dan tidak nyaman pada pasien.
6. Endurance (ketahanan)
Untuk mencegah terjadinya atrofi dan penurunan daya tahan pada otot
akibat dari perawatan yang lama di RS. Latihan ketahanan dilakukan
dengan latihan bersepeda, sit up dan latihan naik turun tangga. Latihan
ini juga dapat melancarkan sistem sirkulasi.
7. Latihan Gerak Kordinasi
a. Latihan kerja dalam kehidupan sehari-hari
b. Latihan Peningkatan Keterampilan

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi oleh
dokter, jenis yang berat memperlihatkan morbiditas dan derajat cacat yang
relatif tinggi dibandingkan dengan cedera oleh sebab lain. Biaya yang
dibutuhkan juga cukup mahal untuk penanganannnya. Penyebab luka
bakar selain karena api (secara langsung ataupun tidak langsung), juga
karena pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik maupun bahan kimia.
Luka bakar karena api atau akibat tidak langsung dari api (misalnya
tersiram panas) banyak terjadi pada kecelakaan rumah tangga.
Klasifikasi luka bakar :
 Berdasarkan kedalaman luka :
a. Luka bakar derajat I
b. Luka bakar derajat II
c. Luka bakar derajat III
d. Luka bakar derajat IV
 Berdasarkan tingkat keseriusan luka
a. Luka bakar mayor
b. Luka bakar moderat
c. Luka bakar minor

Untuk penanganan luka bakar disesuaikan dengan derajat kerusakan dari


luka bakar tersebut.

B. Saran
Hendaknya pembaca, penulis dan peserta diskusi tidak hanya
mengkaji masalah ini dalam proses belajar saja atau dalam proses diskusi
ini tetapi juga dapat dipelajari kembali dirumah dengan membuka kembali
makalah ini atau dengan buku yang berkaitan dengan materi di dalam
maklah ini.

13
DAFTAR PUSTAKA

digilib.unila.ac.id/2418/10/BAB%20II.pdf

eprints.ums.ac.id/16543/3/BAB_I.pdf

global-help.org/publications/books/help_burncontracturesindonesian.pdf

http://alfan9990.blogspot.co.id/2015/08/kenali-tingkatan-luka-bakar-dan-cara.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Luka_bakar

https://ikastaradewata.wordpress.com/2012/03/28/menangani-luka-bakar-dengan-
benar/

https://janewinarni.wordpress.com/luka-bakarcombutcio/

http://luvizhea.com/pertolongan-pertama-dan-cara-merawat-luka-bakar/

http://yadiperawat.blogspot.co.id/2014/09/combustio-luka-bakar.html

https://www.indonesiasafetycenter.org/.../pertolongan-pertama-terhadap-luka-bakar

14

Anda mungkin juga menyukai