LAPORAN PRAKTIKUM
FOTOGRAMETRI I
Disusun oleh:
Kelompok IIIA
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan praktikum Fotogrametri ini telah disetujui dan disahkan oleh Dosen
Pembimbing Praktikum Fotogrametri, Program Studi Teknik Geodesi, Fakultas
Teknik, Universitas Diponegoro.
Disusun oleh:
KELOMPOK IIIA
Mengetahui,
ii
Laporan Praktikum Fotogrametri I
KATA PENGANTAR
1. Bapak Ir. Sawitri Subiyanto, M.Si. selaku Ketua Jurusan Teknik Geodesi Fakultas
2. Bapak Dr. Yudo Prasetyo, S.T., M.T. selaku dosen mata kuliah Fotogrametri I
4. Seluruh pihak yang telah membantu kami dalam menyusun laporan praktikum
Adapun tujuan penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Fotogrametri.
Penyusun menyadari bahwa Laporan yang telah disusun ini jauh dari kata
sempurna, namun Penyusun telah berusaha memberikan yang terbaik untuk Laporan
ini. Maka dari itu Penyusun berharap adanya kritik dan saran yang membangun agar
untuk kedepannya Laporan ini dapat menjadi lebih baik dan lebih baik lagi.
Terimakasih.
Penyusun
iii
Laporan Praktikum Fotogrametri I
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................I-1
I. 2. 1 Maksud............................................................................................I-2
I. 2. 2 Tujuan .............................................................................................I-2
iv
Laporan Praktikum Fotogrametri I
V. 1 Kesimpulan........................................................................................... V-1
LAMPIRAN .............................................................................................................9
IX
v
Laporan Praktikum Fotogrametri I
DAFTAR GAMBAR
Gambar II-1 Pembuatan geo-informasi dengan metode fotogrametri
(Aryaprasetya,2015)............................................................................................ II-2
Gambar II-2 Ilustrasi tanda tepi foto udara (Geografi XII SMA 2008:114)..... II-5
nama pengarang
Gambar II-3 Jenis Foto Udara Berdasarkan Sudut Pengambilan (Sutanto, 1994)....
............................................................................................................................. II-7
Gambar II-4 Interpretasi foto udara .................................................................. II-14
Gambar II-5 DEM (satimagingcorp,2012)........................................................ II-16
Gambar II-6 Stereoskop Cermin (Sumber, 2016) ............................................. II-17
Gambar III-1 Foto Udara ................................................................................... III-1
Gambar III-2 Stereoskop SOKKIA.................................................................... III-2
Gambar III-3 Paralaks Bar ................................................................................. III-2
Gambar III-4 Identifikasi Titik Utama............................................................... III-7
kok namanya sama Gambar III-5 IdentifikasiTitik Utama................................................................ III-7
Gambar III-6 Membuka aplikasi ArcMap 10................................................... III-10
Gambar III-7 Add Data .................................................................................... III-10
Gambar III-8 Add ............................................................................................. III-11
Gambar III-9 Muncul titik-titik........................................................................ III-12
Gambar III-10 Export Data.............................................................................. III-12
Gambar III-11 Hapus tanda.............................................................................. III-12
Gambar III-12 Create TIN ............................................................................... III-13
Gambar III-13 Dialog Create TIN.................................................................... III-13
Gambar III-14 Hasil Create TIN ...................................................................... III-14
Gambar III-15 Membuat Kontur...................................................................... III-14
Gambar III-16 Dialog Surface Countour ......................................................... III-15
Gambar III-17 Muncul kontur.......................................................................... III-15
Gambar III-18 Add data TIN ............................................................................ III-16
Gambar III-19 Jenis kontur .............................................................................. III-16
Gambar III-20 Layer Properties ...................................................................... III-17
Gambar III-21 Muncul garis kontur ................................................................. III-17
Gambar III-22 Menyatukan kontur dengan bidang.......................................... III-18
vi
Laporan Praktikum Fotogrametri I
tegak
vii
Laporan Praktikum Fotogrametri I
BAB I
PENDAHULUAN
I. 1 Latar Belakang
Pada era informasi seperti sekarang ini, perkembangan teknologi SIG
semakin pesat. Salah satunya yaitu aplikasi dari penginderaan jauh adalah
pada bidang ilmu fotogrametri. Fotogrametri adalah suatu metode pemetaan
objek-objek dipermukaan bumi yang menggunakan foto udara sebagi media,
dimana dilakukan penafsiran objek dan pengukuran geometri untuk
selanjutnya dihasilkan peta garis, peta digital maupun peta foto. Secara umum
fotogrametri merupakan teknologi geo-informasi dengan memanfaatkan data
geo-spasial yang diperoleh melalui pemotretan udara. (Arry, 2010)
muncul berbagai metode dalam pengolahan foto udara, salah satunya dengan
menggunakan aplikasi Summit Evolution. Summit Evoution merupakan
I-1
Laporan Praktikum Fotogrametri I
sebuah aplikasi yang memiliki fungisi yang hampir sama dengan stereoskop
dalam mengolah foto udara digital. Summit Evolution mengambil vektor stereo
tiga dimensi untuk didigitalisasi ke tingkat yang baru dengan integrasi dari
stereoplotter digital, CAD dan GIS interface, 3D stereo vektor superimposisi,
mengedit fitur otomatis dan generasi kontur. Melalui interface yang unik dan
disesuaikan, fitur gambar dari proyek Summit Evolution dapat didigitalisasi
langsung ke AutoCAD, MicroStation atau ArcGIS. Hasil dari praktikum ini
berupa data koordinat tanah dan elevasi tanah kemudian dari hubungan
ketinggian titik tersebut otomatis terbentuk TIN, lalu ditambahkan kontur jika
bisa maka menghasilkan data TIN dan konturnya. Dari data TIN dan kontur
selanjutnya di visualisasikan di Arcscene. Dan hasil summit evolution akan
dihasilkan peta tata guna lahan.
I. 2. 1 Maksud
Maksud dari praktikum ini adalah untuk memenuhi mata kuliah
fotogrametri agar praktikan mampu data foto udara sebagai dasar
pembuatan peta dengan menggunakan alat stereoskop (analog dan digital)
serta software Summit Evolution.
I. 2. 2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini antara lain :
1. Dapat mengamati foto udara dengan alat bantu stereskop serta mengukur
elevasi dengan menggunakan paralaks bar.
2. Dapat mengetahui cara membuat DEM menggunakan software ArcGIS.
3. Dapat melakukan pengamatan foto udara secara digital dengan aplikasi
Summit Evolution.
4. Dapat melakukan interpretasi foto udara.
I-2
Laporan Praktikum Fotogrametri I
I. 3 Pembatasan Masalah
Adapun pembatasan ruang lingkup materi dalam laporan ini yakni
meliputi proses interpretasi foto udara termasuk penggunaan alat pendukung
berupa stereoskop dan paralaks bar. Interpretasi foto udara juga dilakukan
secara digital menggunakan workstation yang didukung dengan aplikasi
Summit Evolution. Pelaksanaan praktikum dibatasi oleh tahap-tahap seperti:
interpretasi foto udara, pembacaan paralaks, perhitungan koordinat tanah
(X,Y,Z), penggambaran peta dengan software (ArcMAP dan ArcScene), dan
interpretasi udara secara digital dengan Summit Evolution.
I. 4 Rumusan Masalah
1. Bagaimana mengamati foto udara dengan alat bantu stereskop serta
mengukur elevasi dengan menggunakan paralaks bar?
2. Bagaimana mengetahui cara membuat DEM menggunakan software
ArcGIS?
3. Bagaimana melakukan pengamatan foto udara secara digital dengan
aplikasi Summit Evolution?
4. Bagaimana melakukan interpretasi foto udara?
Pada bab ini berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, pembatasan
masalah, maksud dan tujuan, serta sistematika penulisan laporan hasil
praktikum fotogrametri.
I-3
Laporan Praktikum Fotogrametri I
Pada bab ini dibahas alat dan bahan yang digunakan, tata cara dan urutan yang
dilakukan, serta pengolahan data hasil praktikum fotogrametri.
Pada bab ini terdapat metode perhitungan dan pembahasan hasil serta analisis
praktikum fotogrametri sehingga bisa ditarik kesimpulan.
BAB V PENUTUP
Pada bab ini bersisi tentang kesimpulan dan saran dari praktikum
fotogrametri I yang telah dilaksanakan, dan sekiranya dapat digunakan oleh
pihak-pihak lain sebagai referensi dalam studi pemetaan fotogrametri.
I-4
Laporan Praktikum Fotogrametri I
BAB II
DASAR TEORI
II. 1 Fotogrametri
Fotogrametri berasal dari kata Yunani yakni dari kata photos yang berarti
sinar, gramma yang berarti sesuatu yang tergambar atau ditulis, dan metron
yang berarti mengukur. Fotogrametri adalah suatu seni, ilmu, dan teknik untuk
memperoleh data-data tentang objek fisik dan keadaan di permukaan bumi
melalui proses perekaman, pengukuran, dan penafsiran citra fotografik. Citra
fotografik adalah foto udara yang diperoleh dari pemotretan udara yang
menggunakan pesawat terbang atau wahana terbang lainnya. Hasil dari proses
fotogrametri adalah berupa peta foto atau peta garis. Peta ini umumnya
dipergunakan untuk berbagai kegiatan perencanaan dan desain seperti jalan
raya, jalan kereta api, jembatan, jalur pipa, tanggul, jaringan listrik, jaringan
telepon, bendungan, pelabuhan, pembangunan perkotaan, dsb. Fotogrametri
atau aerial surveying adalah teknik pemetaan melalui foto udara. Hasil
pemetaan secara fotogrametrik berupa peta foto dan tidak dapat langsung
dijadikan dasar atau lampiran penerbitan peta. Pemetaan secara fotogrametrik
tidak dapat lepas dari referensi pengukuran secara terestris, mulai dari
penetapan ground controls (titik dasar kontrol) hingga kepada pengukuran
batas tanah. Batas-batas tanah yang diidentifikasi pada peta foto harus diukur
dilapangan. Secara umum fotogrametri merupakan teknologi geo-informasi
dengan memanfaatkan data geo-spasial yang diperoleh melalui pemotretan
udara.
II-1
Laporan Praktikum Fotogrametri I
a. Kamera atau sering disebut dengan sensor terbagi menjadi 2 macam yaitu
sensor analog dan sensor digital. Sensor analog menggunakan detector film
untuk merekam data, sedangkan sendor digital merekam data menggunakan
CCD (Charge Coupled Device) atau CMOS (Complementary Metal
OxideSemiconductor).
Macam-macam format sensor kamera dibagi menjadi 3 macam yaitu small
format dengan sensor diensi 24mm x 36mm, medium format dengan sensor
dimensi 60mm x 60mm dan large format dengan sensordimensi 230mm
x230mm (Soeta’at,2011). Informasi kamera yang digunakandalam pengolahan
data foto udara meliputi sensor size, sensor dimension, image size, ISO peed
range, dan focus. Sensor size merupakan ukuran.
II-2
Laporan Praktikum Fotogrametri I
Salah satu unsur sensor kamera adalah resolusi spasial sensor atau resolusi
spasial kamera. Resolusi spasial kamera adalah ukuran dari sebuah piksel
dalam mikron sedangkan ukuran satu piksel pada objek yang dipotret disebut
dengan Grounn Sampling Distance (GSD). (Soeta’at 2011) menyatakan
besarnya nilai GSD dapat dihitung menggunakan rumus (1.1)
II-3
Laporan Praktikum Fotogrametri I
dengan ketelitian tinggi dan resolusi citra foto yang sangat baik. Pada kamera
metrik dilengkapi dengan titik-titik yang diketahui koordinatnya (disebut
sebagai titik Fiducial Mark) yang akan dipakai sebagai acuan / referensi dalam
pengukuran dimensi objek. Jenis foto lainnya adalah foto non-metrik, yaitu
foto yang dihasilkan dari kamera non-metrik (kamera biasa atau kamera
khusus). Biasanya ukuran foto yang dihasilkan lebih kecil dari foto metrik.
Kamera ini biasa dipakai untuk keperluan pengambilan foto secara umum, dan
pemotretan udara dengan menggunakan pesawat kecil atau pesawat model.
Ketelitian yang diperoleh tidak sebaik kamera metrik dan daerah cakupan jauh
lebih kecil.
tabulasi samakan lebih dari 3˚. Sebagian besar dari foto-foto udara termasuk dalam jenis foto
atasnya
udara vertikal. Tipe kedua dari foto udara yakni foto udara condong
(oblique) yaitu apabila sumbu foto mengalami kemiringan antara 3˚ dan 90˚
dari kedudukan vertikal. Jika horizon tidak tampak, disebut condong /
miring rendah. Jika horizon tampak, disebut condong tinggi / sangat miring.
(Arry, 2010)
Foto udara mempunyai beberapa tanda tepi seperti yang ada pada
gambar :
II-4
Laporan Praktikum Fotogrametri I
Gambar II-2 Ilustrasi tanda tepi foto udara (Geografi XII SMA 2008:114)
Tanda tepi terletak pada salah satu sisi foto, pada kanan atau kiri foto. Pada
umumnya tanda tepi terdiri atas :
1. Nivo
Nivo ini digunakan untuk mengetahui adanya kemiringan pada waktu
pemotretan udara
2. Jam pemotretan
Umumnya dilakukan pada pagi atau sore hari, agar dapat dilihat adanya
bayangan dari objek yang tinggi. Bayangan ini berguna untuk keperluan
orientasi arah timur-barat, yang sangat penting untuk pengecekan di
lapangan.
3. Altimeter
Digunakan untuk mengetahui ketinggian pemotretan udara terhadap
referensi tertentu.
5. Nomor foto
Nomor foto ini diatur sesuai dengan keinginan biasanya terdiri dari nomor
II-5
Laporan Praktikum Fotogrametri I
run/strip pemotretan udara dan nomor urut pemotretan pada run yang
bersangkutan.
7. Fiducial mark
Digunakan untuk menentukan titik utama foto (principal point) yaitu
dengan menarik garis dua fiducial mark yang berhadapan. Foto udara yang
dipergunakan dapat berupa foto udara metrik, yaitu foto udara yang diambil
dengan kamera udara metrik (biasanya berukuran 23 x 23 cm). Foto udara
jenis ini sangat tinggi ketelitiannya karena kamera foto dibuat khusus untuk
keperluan pemetaan dengan ketelitian tinggi dan resolusi citra foto yang
sangat baik. Pada kamera metrik dilengkapi dengan titik-titik yang diketahui
koordinatnya (disebut sebagai titik fiducial mark) yang akan dipakai sebagai
acuan / referensi dalam pengukuran dimensi objek. Jenis foto lainnya adalah
foto non-metrik, yaitu foto yang dihasilkan dari kamera non-metrik (kamera
biasa atau kamera khusus). Biasanya ukuran foto yang dihasilkan lebih kecil
dari foto metrik. Kamera ini biasa dipakai untuk keperluan pengambilan
foto secara umum, dan pemotretan udara dengan menggunakan pesawat
kecil atau pesawat model. Ketelitian yang diperoleh tidak sebaik kamera
metrik dan daerah cakupan jauh lebih kecil. Foto udara selanjutnya
diklasifikasikan sebagai foto udara vertikal dan foto udara condong. Foto
udara vertikal, yaitu apabila sumbu kamera pada saat pemotretan dilakukan
benar-benar vertikal atau sedikit miring tidak lebih dari 3˚. Sebagian besar
dari foto-foto udara termasuk dalam jenis foto udara vertikal. Tipe kedua
dari foto udara yakni foto udara condong (oblique) yaitu apabila sumbu foto
mengalami kemiringan antara 3˚ dan 90˚ dari kedudukan vertikal. Jika
horizon tidak tampak, disebut condong / miring rendah. Jika horizon
II-6
Laporan Praktikum Fotogrametri I
II-7
Laporan Praktikum Fotogrametri I
berikut.
II-8
Laporan Praktikum Fotogrametri I
Selain kedua pengertian tersebut, letak juga dapat diartikan sebagai letak
terhadap objek lain yang berada di dekatnya. Apabila objek lain di
dekatnya lebih tinggi dan menghalangi objek utama, objek tersebut akan
tidak tampak pada foto.
2. Tekstur
Tekstur adalah frekuensi perubahan rona pada foto. Tekstur biasa
dinyatakan melalui ukuran kasar, sedang, dan halus. Misalnya, hutan
bertekstur kasar, belukar bertekstur sedang, dan semak bertekstur halus.
Secara sederhana tekstur diartikan tingkat kekasaran atau kehalusan suatu
objek.
3. Bentuk
Bentuk adalah gambar yang mudah dikenali. Misalnya, gedung sekolah
pada umumnya berbentuk huruf I, L dan U atau persegi panjang, serta
gunungapi berbentuk kerucut atau segitiga.
4. Ukuran
Ukuran adalah ciri objek berupa jarak, luas, tinggi lereng, dan volume.
Ukuran objek pada citra berupa skala. Misalnya, lapangan sepak bola
dicirikan oleh bentuk (segiempat) dan ukuran yang tetap, yaitu sekitar (80–
100 m).
5. Pola
Pola atau susunan keruangan merupakan ciri yang menandai objek buatan
manusia dan beberapa objek alamiah. Contoh pola aliran sungai menandai
struktur geomorfologis. Pola aliran trellis menandai struktur lipatan.
Permukiman transmigrasi dikenali dengan pola yang teratur, yaitu ukuran
rumah yang jaraknya dan luas bangunan yang seragam, dan selalu
menghadap ke jalan. Kebun karet, kebun kelapa sawit, dan kebun kopi
mudah dibedakan dengan hutan atau vegetasi lainnya dengan polanya yang
teratur, yaitu dari keteraturan pola serta jarak tanamnya.
II-9
Laporan Praktikum Fotogrametri I
6. Situs
Situs adalah letak suatu objek terhadap objek lain di sekitarnya. Contoh
permukiman pada umumnya teratur dan memanjang mengikuti alur jalan.
Persawahan banyak terdapat di daerah dataran rendah dan sebagainya.
7. Bayangan
Bayangan bersifat menyembunyikan detail atau objek yang berada di daerah
gelap. Bayangan juga dapat merupakan kunci pengenalan yang penting dari
beberapa objek. Ada objek-objek tertentu yang tampak lebih jelas ketika ada
bayangan. Contoh lereng terjal tampak lebih jelas dengan adanya bayangan,
begitu juga cerobong asap dan menara tampak lebih jelas dengan adanya
bayangan. Foto-foto yang sangat condong biasanya memperlihatkan
bayangan objek yang tergambar dengan jelas.
8. Asosiasi
Asosiasi adalah keterkaitan antara objek yang satu dan objek lainnya.
Misalnya, stasiun kereta api berasosiasi dengan jalan kereta api yang
jumlahnya lebih dari satu dan terminal bus berasosiasi dengan beberapa
jalan.
9. Konvergensi Bukti
Di dalam mengenali objek yang terdapat dalam citra udara, sangat
dianjurkan tidak hanya menggunakan satu unsur interpretasi. Akan tetapi,
sebaiknya digunakan unsur interpretasi sebanyak mungkin. Semakin banyak
unsur interpretasi yang dipertimbangkan, hasil yang didapatkan akan
semakin akurat. Konsep inilah yang dimaksud dengan konvergensi bukti
(convergence of evidence).
II-10
Laporan Praktikum Fotogrametri I
a. Pergerakan wahana, adanya variasi tinggi terbang dan pergerakan rotasi dari
pesawat menyebabkan variasi bentuk objek
b. Pergeseran relief, variasi tinggi permukaan tanah menyebabkan bentuk
radial dari objek-objek yang tinggi ekstrim seperti gedung tinggi, tiang
listrik, dsb
c. Foto udara miring, sumbu optik kamera membentuk sudut terhadaparah
gaya berat (tidak boleh lebih dari 3o)
d. Overlap dan Sidelap, besaran overlap dan sidelap (60% untuk overlap dan
30% untuk sidelap) menyebabkan paralaks pada foto
e. Crab & Drift, pengaruh angin yang mendorong badan pesawat
menyebabkan penyimpangan pemotretan dari rencana jalur terbang
membuat variasi posisi dan bisa menimbulkan gap.
II-11
Laporan Praktikum Fotogrametri I
c. Pergerakan cahaya
d. Distorsi lensa
II-12
Laporan Praktikum Fotogrametri I
a. Bentuk
Bentuk berkaitan dengan bentuk umum, konfigurasi atau kerangka suatu
objek individual. Bentuk agaknya merupakan faktor tunggal yang paling
penting dalam pengenalan objek pada citra foto.
b. Ukuran
Ukuran objek pada foto akan bervariasi sesuai dengan skala foto. Objek
dapat disalah tafsirkan apabila ukurannya tidak dinilai dengan cermat.
c. Pola
Pola berkaitan susunan keruangan objek. Pengulangan bentuk umum
tertentu atau keterkaitan merupakan karakteristik banyak objek, baik
alamiah maupun buatan manusia, dan membentuk pola objek yang dapat
membantu penafsir foto dalam mengenalinya.
d. Rona
Rona mencerminkan warna atau tingkat kegelapan gambar pada foto.ini
berkaitan dengan pantulan sinar oleh objek.
e. Bayangan
Bayangan penting bagi penafsir foto karena bentuk atau kerangka
bayangan menghasilkan suatu profil pandangan objek yang dapat
membantu dalami nterpretasi, tetapi objek dalam bayangan memantulkan
sinar sedikit dan sukar untuk dikenali pada foto, yang bersifat menyulitkan
dalam interpretasi.
f. Tekstur
Tekstur ialah frekuensi perubahan rona dalam citra foto. Tekstur
dihasilkan oleh susunan satuan kenampakan yang mungkin terlalu kecil
II-13
Laporan Praktikum Fotogrametri I
g. Lokasi
Lokasi objek dalam hubungannya dengan kenampakan lain sangat
bermanfaat dalam identifikasi.
II-14
Laporan Praktikum Fotogrametri I
Dalam DEM, setiap sel dari lapisan raster GIS memiliki nilai sesuai dengan
elevasi (z-nilai pada interval jarak teratur). DEM file data berisi ketinggian
medan di wilayah tertentu, biasanya pada interval grid yang tetap selama “Bare
Earth”.Interval antara masing-masing titik grid akan selalu direferensikan ke
beberapa sistem koordinat geografis (lintang dan bujur atau UTM (Universal
Transverse Mercator) sistem koordinat (Easting Northing dan). Untuk lebih
detil informasi dalam DEM data file, perlu bahwa titik-titik grid lebih dekat
bersama-sama. Rincian puncak dan lembah di medan akan lebih baik
dimodelkan dengan jarak grid kecil daripada ketika interval grid yang sangat
besar. DEM digunakan untuk merujuk secara khusus untuk raster atau kotak
biasa ketinggian tempat. DEM biasanya diperoleh dengan cara interpolasi peta
kontur digital dengan menggunakan perangkat lunak tertentu berbasis raster.
DEM digunakan untuk menampilkan gambar/peta tiga dimensi yang berupa
kemiringan lereng, aspect (arah kemiringan), dan profil-profil medan antara
titik-titik terpilih.
II-15
Laporan Praktikum Fotogrametri I
II. 5 Stereoskop
Stereoskop ialah suatu alat yang digunakan untuk dapat melihat sepasang
gambar/foto secara stereoskopis. Untuk dapat melihat sepasang foto yang saling
overlap secara streoskopis tanpa bantuan perlengkapan optis, sangat dirasakan
sekali kesulitannya.
Macam-macam Stereoskop:
1. Stereoskop cermin
a. Lebih besar dari stereoskop saku
b. Daerah yang dapat dilihat secara stereoskop lebih luas jika dibandingkan
dengan menggunakan stereoskop lensa
c. Karena bentuknya agak besar maka agak lebih sukar dibawa ke lapangan
II-16
Laporan Praktikum Fotogrametri I
2. Stereoskop Saku
Stereoskop yang berukuran kecil , stereoskop ini terdiri dari lensa convex
yang sederhana, dan mempunyai faktor perbesaran yang cukup besar. Bagian-
bagian dari stereoskop ini meliputi lensa cembung dan tiang penyangga.
Kelebihan stereoskop ini adalah harganya yang murah, praktis dapat dibawa
kemana-mana, faktor perbesarannya cukup besar. Kekurangan dari stereoskop
ini adalah daerah yang bisa diamati sangat terbatas.
II-17
Laporan Praktikum Fotogrametri I
1. ArcGIS
ArcGIS adalah salah satu perangkat lunak SIG yang memiliki versi desktop.
Perangkat lunak ini memiliki banyak fungsional, exstension yang sudah
terintegrasi, dan juga mengimplementasikan konsep basisdata spasial;
khususnya geodatabase (baik personal maupun multi-user). ArcGIS dibuat
untuk performance GIS yang tinggi contoh untuk Web GIS, Server GIS,
Database GIS yang besar, dsb. Di dalam ArcGIS sudah terdapat berbagai
macam extension yang tinggal menggunakan saja.
a. ArcReader
Memungkinkan seseorang untuk melihat peta, dan query yang dibuat
dengan produk Arc lainnya
b. ArcView
Memungkinkan seseorang untuk melihat data spasial, membuat
berlapis peta, dan melakukan dasar analisis spasial
c. ArcEditor
Di samping fungsi ArcView, termasuk alat yang lebih canggih untuk
manipulasi shapefile dan geodatabases
d. ArcInfo
Mencakup kemampuan untuk manipulasi data, mengedit, dan
analisis.
II-18
Laporan Praktikum Fotogrametri I
a. Manajemen Proyek
Softwaresummit Evolutiondapat dilakukan untuk beroperasi untuk
pekerjaan besar maupun kecil.
b. Orientasi
SummitEvolution mendukung metode orientasi interior standar, relatif,
dan absolut. Hal ini juga memberikan orientasi eksterior, mengimpor
aerotriangulation, dan pengindeksan z (elevasi). SummitEvolution
mendukung paket aerotriangulation berikut seperti Albany, PATB,
Aerosys, Phorex, bla dan BINGO. Ketersediaan orientasi interior,
relatif, dan absolut memungkinkan kemudahan dalam transisi dari
operator stereoplotter ke workstation fotogrametri digital.
c. Interior Orientasi
Orientasi Interior yaitu mengubah koordinat pixel scan ke koordinat
foto. SummitEvolution mencakup opsi untuk melakukan orientasi
interior baik manual ataupun otomatis. Dengan orientasi interior
II-19
Laporan Praktikum Fotogrametri I
otomatis, patch fiducial hanya diukur satu kali per kamera. Ini berarti
bahwa jika semua proyek menggunakan kamera yang sama, maka tidak
harus mengukur patch fiducialnya lagi.
d. Orientasi Relatif
Orientasi relatif bekerja secara dua gambar dari sepasang stereo
sehingga mereka dapat dilihat dalam stereo. Hal ini dapat dilakukan
baik manual ataupun otomatis.
e. Orientasi mutlak
Orientasi mutlak menciptakan tiga-dimensi dari koordinat tanah dalam
stereomate yang relatif berorientasi.
f. Orientasi Eksterior
Orientasi eksterior menciptakan tiga koordinat tanah tanpa perlu
melakukan orientasi relatif dan absolut. Orientasi eksterior bekerja
dengan mengimpor parameter orientasi bagian luar (X, Y, Z, omega,
phi, kappa).
g. Sub- pixel
SummitEvolution meningkatkan akurasi data vektor dengan menghapus
keterbatasan pixel. Sistem ini menyediakan subpixel untuk melihat
fungsi mengukur, zooming dinamis, dan gerakan dalam piksel
II-20
Laporan Praktikum Fotogrametri I
BAB III
Pelaksanaan Praktikum
III-1
Laporan Praktikum Fotogrametri I
b. Stereoskop
Stereoskop adalah suatu alat yang digunakan untuk dapat melihat
sepasang gambar/foto secara stereoskopis. Dalam menggunakan alat ini
harus cahaya yang ada disekitar haruslah cukup terang agar
pengamatan yang dilakukan lebih terlihat jelas.
III-2
Laporan Praktikum Fotogrametri I
Keterangan gambar:
III-3
Laporan Praktikum Fotogrametri I
Bacaan Paralaks
dan Titik
Gridding
Koordinat Foto
Koordinat Tanah
dan Elevasi Tanah
Tidak
Input data ke ArcMap
DEM
III-4
kasih caption gambar
Selesai
Laporan Praktikum Fotogrametri I
2. Summit Evolution
Berikut adalah diagram alir dari pelaksanaan praktikum Summit Evolution.
Mulai
Buka Summit
Udara kalibrasi
Generate Model
Stereo Ploting
Hasil
Stereoplottin
Pembentukan Layout
Peta Digital
Selesai
b
b1 b2
2 ................................................................................................. (3.1)
III-6
Laporan Praktikum Fotogrametri I
III-7
Laporan Praktikum Fotogrametri I
Keterangan:
p
Δhi = (f x bil. Skala) .......................................................(2.2)
b p
Keterangan :
III-8
Laporan Praktikum Fotogrametri I
b = basis foto
c. Menghitung elevasi titik detail (hi), maka elevasi titik detail (hi) dapat
dihitung sebagai berikut:
hi hTU hi ............................................................................................... .(2.3)
Keterangan:
Keterangan :
III-9
Laporan Praktikum Fotogrametri I
1) Buka SoftwareArcMap10
III-10
Laporan Praktikum Fotogrametri I
3) Masukkan file Ms. Excel yang berisi hitungan, pilih Sheet yang hanya
berisi tabel X,Y dan Z. Jika di kolom Z masih berisi <None>, ganti
dengan Z(m)
III-11
Laporan Praktikum Fotogrametri I
6) Pada dialog Export Data, buat nama tanpa spasi dengan tipe file shp.
Simpan pada folder baru.
7) Hapus tanda centang di layer kecuali file bertipe .shp
III-12
Laporan Praktikum Fotogrametri I
9) Pilih tempat penyimpanan TIN yang akan dibuat pada kolom Output TIN.
Lalu masukan data yang telah diexport pada kolom Input TIN. Setelah selesai
klik OK
III-13
Laporan Praktikum Fotogrametri I
III-14
Laporan Praktikum Fotogrametri I
III-15
Laporan Praktikum Fotogrametri I
Gambar III-19 Jenis kontur
III-16
Laporan Praktikum Fotogrametri I
17) Klik kanan pada scene layersAdd Data file kontur yang tadi sudah
dibuatAdd, sehingga muncul garis kontur di bawah gambar
permukaan.
III-17
Laporan Praktikum Fotogrametri I
III-18
Laporan Praktikum Fotogrametri I
III-19
Laporan Praktikum Fotogrametri I
g) Pada folder Control Files masukkan data titik kontrol. Klik Add
kemudian OK.
III-20
Laporan Praktikum Fotogrametri I
III-21
Laporan Praktikum Fotogrametri I
III-22
Laporan Praktikum Fotogrametri I
q) Cari Premark yang ada dalam foto udara yang mengacu pada
jalur_terbang_dan_sheet_Belitung.dwg.Pada
jalur_terbang_dan_sheet_Belitung.dwg salah satu premark
III-23
Laporan Praktikum Fotogrametri I
III-24
Laporan Praktikum Fotogrametri I
III-25
Laporan Praktikum Fotogrametri I
BAB IV
Hasil dan Pembahasan
IV. 1 Hasil
(H - hi)/f
Bacaan Beda
No. Koordinat Foto b c Beda Tinggi Elevasi h Koordinat Tanah
Paralaks Paralaks Keterangan
Titik Δh (m) (m)
(px) (Δp)
x (mm) y (mm) basis + Δp Δp / b X (m) Y (m)
TU1 0 0 44.98 0.00 68.25 0.000 0.000 306.5 10000.00 0.000 0.000 Titik Utama 1
1 -10 50 36.56 -8.42 59.83 -0.141 -215.109 91.391 11407.32 -114.073 570.366 Sungai
2 10 -70 40.47 -4.51 63.74 -0.071 -108.151 198.349 10707.56 107.076 -749.529 Anak sungai
3 86 -32 44.62 -0.36 67.89 -0.005 -8.105 298.395 10053.03 864.560 -321.697 punggung Bukit
4 -58 21 37.62 -7.36 60.89 -0.121 -184.755 121.745 11208.74 -650.107 235.383 Sungai
5 32 -54 42.71 -2.27 65.98 -0.034 -52.587 253.913 10344.04 331.009 -558.578 punggung bukit
6 -40 10 38.24 -6.74 61.51 -0.110 -167.486 139.014 11095.76 -443.830 110.958 Bantaran Sungai
7 -49 8 37.51 -7.47 60.78 -0.123 -187.856 118.644 11229.02 -550.222 89.832 Bantaran Sungai
8 -38 14 38.31 -6.67 61.58 -0.108 -165.559 140.941 11083.14 -421.159 155.164 Bantaran Sungai
9 -40 13 38.76 -6.22 62.03 -0.100 -153.269 153.231 11002.74 -440.110 143.036 Bantaran Sungai
10 -45 13 39.14 -5.84 62.41 -0.094 -143.029 163.471 10935.75 -492.109 142.165 Sungai
11 19 91 36.4 -6.60 61.65 -0.107 -163.635 142.865 11070.56 210.341 1007.421 Sungai
12 -21 2 38.38 -6.04 62.21 -0.097 -148.403 158.097 10970.90 -230.389 21.942 Sungai
13 -12 -14 38.94 -5.54 62.71 -0.088 -135.033 171.467 10883.43 -130.601 -152.368 Sungai
14 -16 -23 39.44 -7.79 60.46 -0.129 -196.940 109.560 11288.46 -180.615 -259.634 Sungai
15 -2 10 37.19 -7.56 60.69 -0.125 -190.401 116.099 11245.67 -22.491 112.457 Sungai
16 -8 61 37.42 -6.33 61.92 -0.102 -156.257 150.243 11022.29 -88.178 672.359 Sungai
17 -14 79 38.65 -1.38 66.87 -0.021 -31.544 274.956 10206.37 -142.889 806.303 Sungai
18 57 -24 43.6 -1.68 66.57 -0.025 -38.574 267.926 10252.37 584.385 -246.057 Lembah
19 3 97 43.3 -1.68 66.57 -0.025 -38.574 267.926 10252.37 30.757 994.479 pinggiran sungai
20 23 9 43.2 -1.78 66.47 -0.027 -40.932 265.568 10267.79 236.159 92.410 punggung laut
Ini adalah dari data koordinat x,y,z. data ini diperoleh dari data
penghitungan koordinat foto menggunakan stereoskop lalu dihitung dengan
rumus sehingga menjadi koordinat tanah.
IV-1
Laporan Praktikum Fotogrametri I
IV-2
Laporan Praktikum Fotogrametri I
IV-3
Laporan Praktikum Fotogrametri I
IV-4
Laporan Praktikum Fotogrametri I
hi hTU hi
hi hTU hi
= 306.5 + (-215.11)
= 91.39 mm
b
b1 b2
2
66.5 70
2
68.25 mm
1.Δp1=36.56mm-44.98mm= -8.42mm
2.Δp2=40.47mm-44.98mm= -4.51mm
Perhitungan beda paralaks yang lain dapat dilihat pada lampiran Formulir
Perhitungan Data Elevasi dan Koordinat.
IV-5
Laporan Praktikum Fotogrametri I
pi
hi ( f bilanganskala)
b pi
8.42mm
1. h1 (152,85 mm 10.000)
68.25mm (8.42mm)
h1 215.11mm
4.81mm
2. h2 (152,85mm 10.000)
68.25mm (4.81mm)
h2 108.15mm
h1 Htu h1
1. h1 306.5mm (-215.11mm)
h1 91.39mm
2. h2 306.5mm (108.15m)
h2 198.35mm
IV-6
Laporan Praktikum Fotogrametri I
Perhitungan beda tinggi dan elevasi yang lain dapat dilihat pada lampiran
Formulir Perhitungan Data Elevasi dan Koordinat.
(H h1)
X 1 x1 ............................ Xn
f
1.Koordinat titik X1 :
(18.35mm 91.36mm)
X 1 10mm
152,85mm
X 1 -114.07mm m
Koordinat titik Y1 :
(18.35mm 19.39mm)
Y1 50mm
152,85mm
Y1 570.37mm m
2.Koordinat titik X2 :
(18.35mm 198..35m)
X 2 10mm
152,85mm
X 2 107.08mm
Koordinat titik Y2 :
(18.35mm 198.35mm)
Y2 -70mm
152,85mm
IV-7
Laporan Praktikum Fotogrametri I
Y2 -749.53mm
IV-8
Laporan Praktikum Fotogrametri I
terdapat wilayah dataran tinggi yang mempunyai elevasi lebih dari 300
meter diatas MSL. Disamping terdapat dataran tinggi, juga terdapat dataran
rendah yang memiliki elevasi ± 50 meter diatas MSL. Namun rata-rata
ketinggian berada pada angka 190-200 meter diatas MSL.Selain itu terdapat
pula daerah pertanian dan pemukiman penduduk yang cukup padat. Namun
pemukiman tersebut tidak berada di perkotaan melainkan di pinggir kota
karena masih dikelilingi hutan-hutan dan terdapat area persawahan. Dengan
gamba
rrapikan
data ketinggian seperti dibawah ini:
IV-9
Laporan Praktikum Fotogrametri I
Jika dilihat dari hasil gambar dalam Arcscene maka dapat dilihat bahwa
banyaknya perbedaan elevasi yang jelas terlihat pada foto udara yang kami
amati yaitu daerah pegunungan dan aliran sungai di tengahnya, hasil dari
pengamatan yang dianalisis sudah representatif karena telah menampilkan
sesuai kenyataan. Hal yang terlihat pada analisis yaitu dari setelah garis kontur
yang rapat dan ada kontur yang renggang. titik titik yang kami buat dirasa
kurang cukup rapi untuk bisa dilihat jelas secara sekilas namun bisa digunakan
melihat perbedan ketinggian jika diamati baik baik dan seksama.
IV-10
Laporan Praktikum Fotogrametri I
IV-11
Laporan Praktikum Fotogrametri I
bertabrakan, kontur bertabrakan karena pada saat registrasi foto udara terjadi
ketidakserasian antara 2 foto dan saat mengoverlay tidak presisi. Hasil yang
dihasilkan stereoploting kurang representasi karena pada saat menggunakan
aplikasi summit setting kacamata yang digunakan terbalik, jadi ketinggian
yang dilihat pada kacamata berbanding terbalik dengan apa yang dilihat
langsung. Selain itu, juga didapatkan representasi kontur yang tidak semestinya
yang terdapat pada pinggiran jalan. Hal itu terjadi karena ada kesalahan pada
saat pendigitan jalan. Jalan yang seharusnya didigit hanya as jalan ataupun
salah satu bahu jalannya saja, tetapi pada praktikum summit evolution ini
didigitasi dua bahu jalan yang mengakibatkan jalan memiliki kemiringan
antara bahu kiri dan bahu kanannya. Salah satu sample yaitu bahu jalan yang
memiliki ketinggian 7 meter dan bahu jalan lainnya memiliki ketinggian 18
meter.
Jalan = Coklat
Kontur = Hijau
Vegetasi= Hijau
IV-12
Laporan Praktikum Fotogrametri I
BAB V
PENUTUP
V. 1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang telah kami laksanakan dapat disimpulkan bahwa :
1. Dalam melakukan interpretasi foto udara dilakukan dengan alat
stereoskop. Dalam penggunaan stereoskop ini harus diusahakan adanya
pencahayaan yang cukup. Karena pencahayaan yang cukup akan
memaksimalkan hasil penafsiran objek di foto. Untuk dapat menentukan
beda tinggi diantara dua titik diperlukan adanya bacaan paralaks. Bacaan
paralaks ini dapat diukur dengan alat Paralaks Bar.
V-1
Laporan Praktikum Fotogrametri I
V. 2 Saran
Untuk mendapatkan hasil dari interpretasi foto yang baik maka ada
beberapa hal yang perlu diketahui, seperti:
1. Hendaknya bergantian dalam melakukan pengamatan, karena semakin
banyak menggunakan stereoskop maka gambar semakin tidak jelas oleh
mata dan dalam pratikum summit evolution semakin lama melakukan
pengamatan menggunakan kaca mata 3D kemungkinan kita akan pusing
dan tidak fokus.
2. Dalam pelaksanaan praktikum hendaknya dilakukan dengan teliti agar
data yang kita dapatkan lebih akurat dan memiliki koreksi yang kecil.
3. Kita harus mengetahui bagaimana cara kerja alat stereoskop dan paralax
bar serta menggunakan work station dan kaca mata 3D.
4. Dalam pelaksanaan praktikum jangan sampai stereoskop bergeser,
karena hal ini akan berpengaruh dalam pembacaan paralaks.
5. Saat melakukan praktikum, letak berdiri alat stereoskop diberi tanda
diatas kertas putih A1, sehingga bila dilakukan penghitungan ulang,
alat dapat berdiri di posisi yang sama.
V-2
Laporan Praktikum Fotogrametri I
DAFTAR PUSTAKA
Ferdian. 2011
apa ini?
viii
ukuran kertas samaka Laporan Praktikum Fotogrametri I
LAMPIRAN
LEMBAR ASISTENSI
Kelompok : III-A
HASIL INTERPRETASI
Laporan Praktikum Fotogrametri I
DOKUMENTASI
Laporan Praktikum Fotogrametri I