Anda di halaman 1dari 4

Provinsi DKI Jakarta memiliki luas sekitar 661,52 km.

Di sebelah utara

membentang pantai sepanjang 35 km, yang menjadi tempat bermuaranya 13 buah

sungai dan 2 buah kanal. Letak geografis Jakarta yang seperti ini, erat kaitannya dengan

keberadaan sungai-sungai yang perlu di normalisasi. Sungai-sungai yang mengalir di

DKI Jakarta, hanya memiliki daya tampung sekitar sepertiga dari total curah hujan yang

masuk. Hal ini tentu saja, dapat membuat sungai-sungai meluap apabila curah hujan

yang turun sudah melewati batas normal. Sistem drainase yang buruk akibat turunnya

permukaan tanah menyebabkan air semakin lama menjadi semakin tergenang. Kondisi

itu diperparah dengan pengambilan air tanah secara berlebihan sehingga mempercepat

penurunan tanah di Jakarta. Selain persoalan buruknya sistem drainase, banyak

beralihnya lahan di bantaran sungai menjadi pemukiman yang padat penduduk sehingga

dianggap menjadi salah satu penyebab banjir di Jakarta.

Dampak yang sering ditimbulkan oleh Pemukiman kumuh di bantaran sungai

adalah banjir. Pemukiman kumuh menyebabkan hilangnya daerah penyerapan air,

menyempitnya sungai, dan polusi di sungai. Karena memang secara teori bantaran

sungai seharusnya menjadi daerah luapan saat terjadi curah hujan yang tinggi, wajar

saja pemukiman-pemukiman liar itu terendam banjir saat musim hujan tiba. Penduduk

Jakarta memang sudah tidak asing lagi dengan daerah-daerah kumuh. Bisa dikatakan

pemukiman kumuh itu muncul karena memang sangat minimnya pilihan. Kepala Pusat

Data Informasi dan Hubungan Masyarakat BNPB, Sutopo Purwo Nugroho menjelaskan

bahwa bencana yang sering melanda di Jakarta adalah banjir, mulai dari wilayah timur

hingga ke selatan, hal ini disebabkan karena adanya masalah kependudukan dan tata

ruang.
Kawasan bantaran sungai sudah menjadi hal yang seringkali luput dari

perhatian pemerintah. Sungai hanya menjadi halaman belakang kota, terabaikan, dan

jarang tersentuh. Akibatnya pemukiman kumuh tumbuh berkembang secara liar di

pinggir sungai. Pemukiman kumuh adalah sebuah pemukiman dengan tingkat kepadatan

populasi tinggi di sebuah kota. Penduduknya merupakan kaum pendatang ataupun

penududuk asli kota yang tak mampu membeli rumah secara layak. Pemukiman ini

sangat tidak tertata, sanitasinya buruk, dan akses yang ala kadarnya. Keberadaan

lingkungan kawasan pemukiman kumuh pun membawa permasalahan baru, seperti

perkembangan fisik kota yang tidak baik, memberikan efek visual yang jelek, tingkat

kesehatan masyarakat yang semakin rendah sebagai akibat dari kondisi pemukiman

yang tidak sesuai dengan standar kesehatan dan memberikan dampak sosial dan

ekonomi masyarakat yang buruk. Faktor-faktor Penyebab adanya kawasan kumuh atau

peningkatan jumlah kawasan kumuh adalah :

1. Faktor ekonomi

Faktor ekonomi seperti kemiskinan dan krisis ekonomi mendorong bagi

pendatang untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik di kota-kota. Dengan

keterbatasan pengetahuan, keterampilan, modal, maupun adanya persaingan yang sangat

ketat di antara sesama pendatang maka pendatang-pendatang tersebut hanya dapat

tinggal dan membangun rumah dengan kondisi yang sangat minim, di sisi lain

pertambahan jumlah pendatang yang sangat banyak mengakibatkan pemerintah tidak

mampu menyediakan hunian yang layak.


2. Pola Pikir Penduduk

Penduduk beranggapan bahwa hidup di kota mampu memberikan pekerjaan

yang layak. Dengan itu mereka pergi ke kota tanpa mempertimbangkan kualitas

pendidikan yang dimiliki.

3. Faktor Migrasi dan Urbanisasi

Migrasi atau urbanisasi intinya adalah perpindahan penduduk dari satu tempat ke

tempat yang lain. Bagi kota yang mulai padat penduduknya, pertambahan penduduk tiap

tahunnya jauh melampaui penyediaan kesempatan kerja didalam wilayahnya sehingga

dirasakan menambah berat permasalahan kota.

4. Faktor Lahan di Perkotaan

Pertumbuhan dan perkembangan kota yang sangat pesat telah menyebabkan

berbagai persoalan serius diantaranya adalah permasalahan perumahan. Permasalahan

perumahan sering disebabkan oleh ketidakseimbangan antara penyediaan unit hunian

bagi kaum mampu dan kaum tidak mampu di perkotaan.

5. Faktor Sosial Budaya

Struktur sosial penghuni lingkungan pemukiman sangat majemuk dengan

beragam norma-norma sosialnya masing-masing. Keragaman ini kadang-kadang

menimbulkan kesalahpahaman, saling tidak percaya antar penghuni, yang menyebabkan

rendahnya tingkat kualitas hubungan dengan tetangga. Masing-masing mengikuti

struktur hubungan antar sesama dan budaya yang beragam, yang mempengaruhi

bagaimana sebuah individu, keluarga dan tetangga dalam berinteraksi di lingkungannya.


6. Faktor Tata Ruang

Pemukiman kumuh merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dari struktur

kota. Oleh karena itu perancangan suatu kota harus didasarkan pada daya dukung

termasuk daya dukung yang rendah pada Pemukiman kumuh.

7. Faktor Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu faktor dalam penyebabnya pemukiman kumuh

karena apabila seseorang mempunyai faktor pendidikan yang tinggi maka mereka akan

memilih perumahan yang tentunya tidak memiliki dampak negatif seperti dampak

negatif yang dimiliki Pemukiman kumuh.

Dari semua faktor penyebab Pemukiman kumuh yang complicated di atas

apabila pemerintah dan masyarakat tidak memperdulikannya maka akan timbul dampak

- dampak negative, seperti timbulnya penyakit menular karena pengelolaan sampah dan

drainase yang tidak baik, pemukiman kumuh akan mengurangi nilai keindahan kota

karena pemukiman kumuh terlihat kotor dan tidak tertata, pemukiman kumuh akan

menimbulkan banyak masalah karena dapat merupakan sumber timbulnya berbagai

perilaku menyimpang, seperti kejahatan, dan sumber penyakit sosial lainnya.

Anda mungkin juga menyukai