Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN PROMOSI

KESEHATAN

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT

Disusun oleh : Kelompok 9

1. Five Meilinanda
2. Franciska Gledy Ambarita
3. Kesatria Bayu Kencana
4. Mega Mardiana

Dosen Pembimbing : Margareta Haiti

UNIVERSITAS KATOLIK MUSI CHARITAS PALEMBANG


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
DIV ANALIS KESEHATAN
TAHUN AJARAN 2017-2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut WHO, setiap tahunnya sekitar 2,2 juta orang di negara-negara berkembang
terutama anak-anak meninggal dunia akibat berbagai penyakit yang disebabkan oleh
kurangya air minum yang aman, sanitasi dan hygiene yang buruk. Selain itu, terdapat
bukti bahwa pelayanan sanitasi yang memadai, persediaan air yang aman, sistem
pembuangan sampah serta pendidikan hygiene dapat menekan angka kematian akibat
diare sampai 65%, serta penyakit-penyakit lainnya sebanyak 26%. Bersamaan dengan
masuknya milenium baru, Departemen Kesehatan telah mencanangkan Gerakan
Pembangunan Berwawasan Kesehatan, yang dilandasi paradigma sehat. Paradigma
sehat adalah cara pandang, pola pikir atau model pembangunan kesehatan yang
bersifat holistik, melihat masalah kesehatan yang dipengaruhi oleh banyak faktor
yang bersifat lintas sektor, dan upayanya lebih diarahkan pada peningkatan,
pemeliharaan dan perlindungan kesehatan. Berdasarkan paradigma sehat ditetapkan
visi Indonesia Sehat, dimana ada 3 pilar yang perlu mendapat perhatian khusus, yaitu
lingkungan sehat, perilaku sehat serta pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan
merata. Untuk perilaku sehat bentuk kongkritnya yaitu perilaku proaktif memelihara
dan meningkatkan kesehatan. mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi diri
dari ancaman penyakit serta berpartisipasi aktif dalam upaya kesehatan. Mengingat
dampak dari perilaku terhadap derajat kesehatan cukup besar (30-35% terhadap
derajat kesehatan), maka diperlukan berbagai upaya untuk mengubah perilaku yang
tidak sehat menjadi sehat. Salah satunya melalui program Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah keadaan dimana individu-
individu dalam rumah tangga (keluarga) masyarakat Indonesia telah melaksanakan
perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dalam rangka : 1. Mencegah timbulnya
penyakit dan masalah-masalah kesehatan lain
2. Menanggulangi penyakit dan masalah-masalah kesehatan lain, dalam rangka
meningkatkan derajat kesehatan
3. Memanfaatkan pelayanan kesehatan
4. Mengembangkan dan menyelenggarakan upaya kesehatan bersumber masyarakat
B. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran ini, diharapkan mahasiswa mampu melakukan KIE
PHBS. Adapun learning outcome pembelajaran ini adalah diharapkan mahasiswa:
1.Mampu menjelaskan tentang dasar pelaksanaan KIE PHBS di masing-masing
wilayah kerja Puskesmas masing-masing kelompok mahasiswa.
2. Mampu menjelaskan indikator penilaian PHBS dalam tatanan rumah tangga,
sekolah, tempat kerja, sarana kesehatan, dan tempat umum.
3. Mampu merinci manajemen program dan prosedur KIE PHBS keluarga yang
memiliki bayi dan balita.
4. Mampu merinci manajemen program dan prosedur KIE PHBS keluarga yang tidak
memiliki bayi dan balita di wilayah kerja masing-masing Puskesmas.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian PHBS
Beberapa pengertian kaitannya dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah :
1. Perilaku Sehat, adalah pengetahuan, sikap dan tindakan proaktif untuk memelihara
dan mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit, serta
berperan aktif dalam Gerakan Kesehatan Masyarakat.
2. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), adalah wujud pemberdayaan masyarakat
yang sadar, mau dan mampu mempraktekkan PHBS. Dalam hal ini ada 5 program
prioritas yaitu KIA, Gizi, Kesehatan Lingkungan, Gaya Hidup, dan Dana Sehat/Asuransi
Kesehatan/JPKM.
3. Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), adalah upaya untuk memberikan
pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga,
kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi
dan melakukan edukasi, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui
pendekatan pimpinan (Advokasi), bina suasana (Social Support) dan pemberdayaan
masyarakat (Empowerment). Dengan demikian masyarakat dapat mengenali dan
mengatasi masalahnya sendiri, terutama dalam tatanan masing-masing, dan
masyarakat/dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dengan menjaga, memelihara dan
meningkatkan kesehatannya (Dinkes, 2006).
4.Tatanan, adalah tempat dimana sekumpulan orang hidup, bekerja, bermain,
berinteraksi dan lain-lain. Dalam hal ini ada 5 tatanan PHBS yaitu Rumah Tangga,
Sekolah, Tempat Kerja, Sarana Kesehatan dan Tempat Tempat Umum.
5. Kabupaten Sehat/Kota Sehat, adalah kesatuan wilayah administrasi pemerintah terdiri
dari desa-desa, kelurahan, kecamatan yang secara terus menerus berupaya
meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat dengan prasarana wilayah
yang memadai, dukungan kehidupan sosial, serta perubahan perilaku menuju
masyarakat aman, nyaman dan sehat secara mandiri.
6. Manajemen PHBS, adalah pengelolaan PHBS yang dilaksanakan melalui 4 tahap
kegiatan, yaitu
 Pengkajian
 Perencanaan
 Penggerakkan pelaksanaan
 Pemantauan dan penilaian.
Tujuan PHBS adalah untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran dan kemauan
masyarakat agar hidup sehat, serta meningkatkan peran aktif masyarakat termasuk
swasta dan dunia usaha, dalam upaya mewujudkan derajat hidup yang optimal
(Dinkes,2006). Ada 5 tatanan PHBS yaitu Rumah Tangga, Sekolah, Tempat Kerja, Sarana
Kesehatan dan Tempat Tempat Umum. Tatanan adalah tempat dimana sekumpulan
orang hidup, bekerja, bermain, berinteraksi dan lain-lain. Untuk mewujudkan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) ditiap tatanan diperlukan pengelolaan manajemen
program PHBS melalui tahap pengkajian, perencanaan, penggerakan pelaksanaan
sampai dengan pemantauan dan penilaian. Sebagai contoh, setiap jam 2 orang
meninggal atau lebih dari 17.000 ibu meninggal setiap tahun. Sekitar 4 juta ibu hamil
dan ibu menyusui menderita gangguan Anemia karena kekurangan zat besi. Lebih dari
1,5 juta balita yang terancam gizi buruk diseluruh pelosok tanah air. Setiap jam 10 dari
sekitar 520 bayi yang di Indonesia meninggal dunia. Sehingga diharapkan dengan adanya
program PHBS di tatanan rumah tangga khususnya, angka kejadiaan tersebut bisa
ditekan.
B. Cakupan Program PHBS
Mewujudkan PHBS ditiap tatanan, diperlukan pengelolaan manajemen program PHBS
melalui tahap pengkajian, perencanaan, penggerakan pelaksaanaan sampai dengan
pemantauan dan penilaian serta kembali lagi ke proses pengkajian. Proses yg demikian
sebagai berikut:
Pengkajian dilakukan terhadap masalah kesehatan, yaitu masalah PHBS dan sumber
daya. Selanjutnya output pengkajian adalah pemetaan masalah PHBS yang dilanjutkan
dengan rumusan masalah perencanaan berbasis data, rumusan masalah akan
menghasilkan rumusan tujuan, rumusan intervensi, dan jadwal kegiatan, penggerakan
pelaksanaan yang merupakan implementasi dari intervensi masalah terpilih, dimana
penggeraknya dilakukan oleh petugas promosi kesehatan, sedangkan pelaksanaan bisa
oleh petugas promosi kesehatan dan lintas program dan lintas sektor terkait. (Depkes RI,
2002)
Pemantauan dilakukan secara berkala dengan menggunakan format pertemuan
bulanan, sedangkan penilaian dilakukan pada enam bulan pertama atau akhir tahun
berjalan (Depkes RI, 2002)
Dalam setiap tatanan manajemen tersebut, petugas promosi kesehatan tidak
mungkin bisa bekerja sendiri, tetapi harus melibatkan petugas lintas program dan lintas
sektor terkait terutama masyarakat itu sendiri (Depkes RI, 2002)
Program promosi kesehatan dikenal adanya model pengkajian dan penindaklanjutan
(precede proceed model) yang diadaptasi dari konsep Lawrence Green. Model ini
mengkaji masalah perilaku manusia dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta
cara menindaklanjutinya dengan cara mengubah, memelihara dan meningkatkan
perilaku tersebut kearah yang lebih positif.
C. Perilaku Kesehatan Lingkungan
Seseorang dapat merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial
budaya sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya. Dengan kata
lain, bagaimana seseorang mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu
kesehatan sendiri, keluarga atau masyarakat. Misalnya, bagaimana mengelola
pembuangan limbah dan sebagainya.
Menurut Becker, yang dikuti oleh Notoadmodjo, (2007) membuat klasifikasi tentang
perilaku hidup sehat yaitu sebagai berikut:
1. Makan dengan menu seimbang (appropriate diet). Menu seimbang disini dalam arti
kualitas (mengandung zat-zat yang diperlukan tubuh) dan kuantitas dalam arti
jumlahnya cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh (tidak kurang, tetapi tidak lebih
juga).
2. Olahraga ang teratur mencakup kualitas (gerakan) dan kuantitas dalam arti frekuensi
dan waktu yang digunakan untuk olahraga. Dengan sendirinya kedua aspek ini akan
tergantung dari usia dan status kesehatan yang bersangkutan.
3. Tidak merokok. Merokok adalah kebiasaan jelek yang mengakibatkan berbagai
macam penyakit. Namun kenyataannya, kebiasaan merokok ini khususnya indonesia
seolah sudah membuatnya hampir 50% penduduk indonesia usia dewasa merokok,
bahkan dari hasil penelitian sekitar 15% remaja telah merokok.
4. Tidak minum minuam keras dan narkoba. Kebiasaan minum miras dan
mengkonsumsi narkoba (narkotik dan bahan-bahan berbahaya lainnya) juga
cenderung meningkat, sekitar 1 % penduduk indonesia dewasa diperkirakan sudah
mempunyai kebiasaan minum keras.
5. Istirahat yang cukup. Dengan meningkatnya kebutuhan hidup akibat tuntutan dengan
penyesuaian lingkungan modern, mengharuskan orang bekerja keras dan berlebihan,
sehingga waktu istirahat jadi be
6. rkurang. Hal ini juga membahayakan kesehatan.
7. Mengendalikan stres. Stres akan terjadi pada siapa saja, lebih sebagai akibat tuntutan
hidup yang keras seperti diatas, kecenderungan stres meningkat pada setiap orang.
Stres tidak daopat kita hindari, yang penting dijaga agar stres tidak menyebabkan
gangguan kesehatan. Kita harus dapat mengendalikan stres atau mengelola stres
dengan kegiatan-kegiatan yang positif.
8. Perilaku atau gaya hidup yang positif bagi kesehatan. Misalnya, tidak berganti ganti
pasangan dalam hubungan seks, penyesuaian diri kita dengan lingkungan dan
sebagainya.
Menurut Lawrence Green dalam Notoatmodjo S.,(2007), ada 3 faktor penyebab
mengapa seseorang melakukan perilaku hidup bersih dan sehat yaitu sebagai berikut:
 Faktor pemudah (predisposising factor) adalah faktor ini mencakup pengetahuan dan
sikap terhadap perilaku hidup bersih dan sehat. dimana faktor ini menjadi pemicu
atau anteseden terhdap perilaku yang menjadi dasar atau motivasi bagi tindakannya
akibat tradisi atau kebiasaan, kepercayaan, tingkat pendidikan, dan tingkat sosial
ekonomi. misalnya, pengetahuan, sikap, keyakinan dan nilai yang dimiliki oleh
seseorang yang tidak mau merokok karena melihat kebiasaan dalam anggota
keluarganya tidak ada satupun yang merokok.
 Faktor pemungkin (enambling factor) adalah faktor pemicu terhadap perilaku yang
memungkinkan suatu motivasi atau tindakan terlaksana. faktor ini mencakup
ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan. misalnya, air bersih,
tempat pembuangan sampah, jamban ketersediaan makan bergizi dan sebaginya.
fasilitas ini pada hakikatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku
hidup bersih dan sehat.
 Faktor penguat (reinforcing factor) adalah faktor yang menentukan apakah tindakan
kesehatan memperoleh dukungan atau tidak. faktor ini terwujudnya dalam bentuk
sikap dan perilaku pengasuh anak atau orang tua yg merupakan tokoh yg dipercaya
atau dipanuti oleh anak-anak. contoh memberikan keteladanan dengan melakukan
cuci tangan. maka hal ini akan menjadi penguat untuk perilaku hidup bersih dan
sehat pada anak-anak. seperti halnya pada masyarakat akan memerlukan acuan
untuk berperilaku melalui peraturan-peraturan atau undag-undang baik dari pusat
maupun pemerintah daerah, perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama termasuk juga
petugas kesehatan setempat.
D. Manajemen PHBS
Menurut Depkes RI (2002), manajemen PHBS adalah penerapan keempat proses
manajemen pada umumnya kedalam model pengkajiaan dan penindaklanjutan berikut
ini:
 Kualitas hidup adalah sasaran utama yang ingin dicapai dibidang pembanguan
sehingga kualitas hidup ini sejalan dengan tingkat kesejahteraan. diharapkan semakin
sejahtera maka kualitas hidup semakin tinggi. kualitas hidup ini salah satunya
dipengaruhi oleh derajat kesehatan. semakin tinggi derajat kesehatan seseorang
maka kualitas hidup juga semakin tinggi.
 Derajat kesehatan adalah sesuatu yang ingin dicapai dalam bidang kesehatan, dimana
dengan adanya derajat kesehatan akan tergambarkan masalah kesehatan yang
sedang dihadapi. Yang paling besar pengaruhnya terhadap derajat kesehatan
seseorang adalah faktor perilaku dan faktor lingkungan. Misalnya, seseorang
menderita diare karena minum air yang tidak dimasak, sesorang membuang sampah
sembarangan karena tidak adanya fasilitas tong sampah.
 Faktor lingkungan adalah faktor fisik, biologis dan sosial budaya yang langsung atau
tidak langsung mempengaruhi derajat kesehatan.
 Faktor perilaku dan gaya hidup adalah suatu faktor yang timbul karena adanya aksi
dan reaksi seseorang atau organisme terhadap lingkungannya. Faktor perilaku akan
terjadi apabila ada rangsangan, sedangkan gaya hidup merupakan pola kebiasaan
seseorang atau sekelompok orang yang dilakukan karena jenis pekerjaan mengikuti
trend yang berlaku dalam kelompok sebayanya, ataupun hanya untuk meniru dari
tokoh idolanya. Misalnya, sesorang yang mengidolakan aktor atau artis yang tidak
merokok. Dengan demikian suatu rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi atau
perilaku tertentu.
E. Indikator PHBS
Menurut Depkes RI (2002) menetapkan indkator yang ditetapkan pada program
PHBS berdasarkan area atau wilayah, ada tiga bagian yaitu sebagai berikut:
1. Indikator Nasional
Ditetapkan 3 indikator, yaitu:
 Persentase penduduk tidak merokok
 Persentase penduduk yang memakan sayur-sayuran dan buah-buahan
 Persentase penduduk melakukan aktifitas fisik atau olahraga

Adapun dipilihnya ketiga indikator tersebut berdasarkan issue global dan regional,
seperti merokok telah menjadi issue global, karena selain mengakibatkan penyakit seperti
jantung, kanker paru-paru juga berpotensi menjadi entry point untuk narkoba. Pola makan
yang buruk akan berakibat buruk pada semua golongan umur, bila terjadi pada usia balita
akan menjadikan generasi yang lemah atau generasi yang hilang dikemudian hari. demikian
juga bila terjadi pada ibu hamil akan melahirkan.

Bayi yang kurang sehat, bagi usia produktif akan mengakibatkan produktifitas
menurun. kurang aktifitas fisik dan olahraga mengakibatkan metabolisme tubuh terganggu,
apabila berlangsung lama akan menyebabkan berbagai penyakit, seperti jantung, paru-paru
dan lain-lain.

2. Indikator Lokal Spesifik

Indikator nasional ditambah indikator lokal spesifik masing-masing daerah sesuai


dengan situasi dan kondisi daerah. dengan demikian ada 16 indikator yang dapat digunakan
untuk mengukur perilaku sehat sebagi berikut:

 Ibu hamil memeriksan kehamilannya


 Ibu melahirkan ditolong oleh tenaga kesehatan
 Pasangan usia subur (PUS) memakai alat KB
 Balita ditimbang
 Penduduk sarapan pagi sebelum melakukan aktifitas
 Bayi di imunisasi lengkap
 Penduduk minum air bersih yang masak
 Penduduk menggunakan jamban sehat
 Penduduk mencuci tangan pakai sabun
 Penduduk menggosok gigi sebelum tidur
 Penduduk tidak menggunakan NAPZA
 Penduduk mempunyai Askes atau tabungan atau uang atau emas
 Penduduk wanita memeriksa kesehatan secara berkala dan SADARI (Pemeriksaan
payudara sendiri)
 Penduduk memeriksa kesehatan secara berkala untuk mengukur hipertensi
 Penduduk wanita memeriksakan kesehatan secara berkala dengan Pap smear
 Perilaku seksual dan indikator lain yang diperlukan sesuai prioritas masalah
kesehatan yang ada didaerah

III. Indikator PHBS disetiap Tatanan

Indikator tatanan sehat terdiri dari indikator perilaku dan indikator lingkungan di 5
tatanan, yaitu sebagai berikut:
 Indikator tatanan rumah tangga
a. Perilaku :
 Tidak merokok
 Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
 Imunisasi
 Penimbangan balita
 Gizi keluarga atau sarapan
 Kepersertaan Askes atau JPKM
 Mencuci tangan pakai sabun
 Menggosok gigi sebelum tidur
 Olahraga teratur
b. Lingkungan :
 Ada jamban
 Ada air bersih
 Ada tempat sampah
 Ada SPAL ( saluran pengaliran air limbah )
 Ventilasi
 Kepadatan
 Lantai
 Indikator tatanan tempat kerja
a. Perilaku
 Menggunakan alat pelindung
 Tidak merokok atau ada kebijakan dilarang merokok
 Olahraga yang teratur
 Bebas NAPZA
 Kebersihan lingkungan kerja
 Ada asuransi kesehatan
b. Lingkungan
 Ada jamban
 Ada air bersih
 Ada tempat sampah
 Ada SPAL (Saluran pengaliran air limbah)
 Ventilasi
 Pencahayaan
 Ada K3 (kesehatan keselamatan kerja)
 Ada Kantin
 Terbebas dari bahan berbahaya
 Indikator tatanan tempat umum
a. Perilaku
 Kebersihan jamban
 Kebersihan lingkungan
b. Lingkungan
 Ada jamban
 Ada air bersih
 Ada tempat sampah
 Ada SPAL
 Ada K3
 Indikator tatanan sekolah
a. Perilaku
 Kebersihan pribadi
 Tidak merokok
 Olahraga teratur
 Tidak menggunakan NAPZA
b. Lingkungan
 Ada jamban
 Ada air bersih
 Ada tempat sampah
 Ada SPAL
 Ventilasi
 Kepadatan
 Ada warung sehat
 Ada UKS (unit kesehatan sekolah)
 Ada taman sekolah
 Indikator tatanan sarana kesehatan
a. Perilaku
 Tidak merokok
 Kebersihan lingkungan
 Kebersihan kamar mandi
b. Lingkungan
 Ada jamban
 Ada air bersih
 Ada tempat sampah
 Ada SPAL
 Ada IPAL rumah sakit
 Vnetilasi
 Tempat cuci tangan
 Ada pencegahan serangga
F. Sasaran PHBS

Anda mungkin juga menyukai