Anda di halaman 1dari 10

BAB VII

TANDA-TANDA DINI BAHAYA IBU DAN JANIN


PADA MASA KEHAMILAN MUDA DAN LANJUT

A. Tanda-tanda Dini Bahaya Pada Masa Kehamilan Muda


Deteksi dini terhadap komplikasi kehamilan adalah upaya penjaringan yang dilakukan

untuk menemukan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi.

Kehamilan merupakan hal yang fisiologis, namun kehamilan yang normal dapat

berubahmenjadi patologi. Salah satu asuhan yang dilakukan oleh seorang bidan untuk menapis

adanya resiko pada ibu hamil yaitu melakukan pendeteksian dini adanya komplikasi/ penyakit

yang mungkin terjadi selama hamil muda. Adapun komplikasi yang mungkin terjadi meliputi

perdarahan pervaginam, hiperemesis gravidarum dan nyeri perut bagian bawah.

1. Perdarahan pervaginam pada hamil muda

Perdarahan ini dapat disebabkan oleh abortus, kehamilan ektopik dan molahidatidosa.

1. Abortus
a. Pengertian
1) Abortus adalah terhentinya proses kehamilan yang sedang berlangsung sebelum
mencapai umur 28 minggu atau berat janin sekitar 500 mg (Manuaba 2008)
2) Abortus adalah keadaan yng menunjukan pengeluaran hasil konsepsi sebelum
janin dapat hidup diluar kandungan atau pengakhiran kehamilan sebelum janin
mencapai berat 500 gram atau kurang dari 20 minggu (Sarwono 2005)

b. Penyebab abortus
1) Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, disebabkan oleh :
a) Kelainan kromosom, kromosom tidak sempurna sehingga gagal untuk
bertumbuh dan berkembang.
b) Jaringan endometrium yang kurang sempurna, disebabkan karena trofoblast
tidak mampu mensintesa progesteron.
c) Lingkungan dari luar / pengaruh teratogenik oleh karena faktor radiasi,
virus maupun obat-obatan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan hasil
konsepsi beserta lingkungan hidup didalam uterus.
2) Kelainan pada ibu, disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain :
a) Penyakit pada ibu seperti :
DM menyebabkan gangguan pembuluh darah pada plasenta
Anemia menyebabkan suplay nutrisi and O2 ke janin terganggu
Hipertensi menyebabkan peredaran plasenta tergangu.
Penyakit infeksi yang menyebabkan demam tinggi seperti pneumonia,
tifoid, malaria, rubella, toxoplasmosis. Kematian fetus dapat diebabkan
karena toksin dari ibu atau invasi kuman / virus pada fetus.
Ibu yang asfiksia
Malnutrisi
Hipotiroid
b) Kelainan pada uterus
Anomali congenital (hipoplasia uteri, uterus bikornis)
Kelainan letak seperti retrofersi uteri
Tidak sempurnanya persiapan uterus dalam menanti nidasi dari ovum
yang sudah dibuahi, seperti kurangnya progesterone / estrogen,
endometritis, mioma submukosa.
Serviks yang inkompeten oleh karena kelainan congenital maupun
karena trauma yang disebabkab oleh tidakan medik seperti kuretase.
c) Pengaruh emosional yang hebat, menyebabkan pelepasan hormone dari
hipofise yang menyebabkan timbulnya kontraksi uterus misalnya nyeri
hebat, cemas / takut yang berlebihan.
d) Trauma langsung pada ibu misalnya karena kecelakaan
e) Penggunaan obat-obat tertentu (obat anastesi, obat yang bersifat oksitosik)
f) Ibu dengan kelainan rhesus. Darah ibu yang melalui plasenta merusak darah
fetus sehingga terjadi anemia pada fetus yang berakibat meninggalnya fetus.
c. Klasifikasi Abortus
1) Berdasarkan bentuk kejadiannya
a) Abortus spontan
Terjadi secara alamiah tanpa intervensi dari luar, dan berlangsung tanpa
sebab yang jelas.
b) Abortus buatan
Tindakan abortus yang disengaja dilakukan untuk menghilangkan
kehamilan sebelum umur kehamilan 28 minggu atau berat janin 500 grm.
Dijumpai dalam 2 bentuk, yaitu :
Abortus provokatus medisinalis, abortus yang dilakukan atas dasar
indikasi vital ibu hamil. Jika diteruskan kehamilannya akan
membahayakan jiwa sehingga terpaksa dilakukan abortus buatan.
Abortus provokatus kriminalis, abortus yang dilakukan pada kehamilan
yang tidak diinginkan diantaranya akibat perbuatan yang tidak
bertanggung jawab. Sebagian besar dilakukan oleh tenaga yang tidak
terlatih sehingga dapat menimbulkan komplikasi.
2) Berdasarkan jenisnya
a) Abortus Imminens
Abortus yang mengancam, perdarahannya bias berlanjut beberapa hari atau
dapat berulang. Dalam kondisi ini kehamilan masih mungkin berlanjut atau
dipertahankan.

Gambar 1. Abortus Immimens


(Sumber : Sarwono, Ilmu Kebidanan
p.306)
Dasar Diagnosis
Anamnesis
1. Kram perut bagian bawah
2. Perdarahan ringan / sedikit dari jalan lahir
Pemeriksaan Dalam
1. Ostium uteri tertutup
2. Ukuran uterus sesuai dengan umur kehamilan
3. Uterus lunak
Pemeriksaan Penunjang
Hasil USG menunjukan :
1. Buah kehamilan masih utuh, ada tanda kehidupan janin .
2. Meragukan
3. Buah kehamilan tidak baik, janin mati
Penanganan
Tidak perlu penanganan khusus / tirah baring total
Jangan melakukan aktivitas fisik berlebihan atau melakukan hubungan
sexual
Jika perdarahan :
1. Berhenti : lakukan asuhan antenatal seperti biasa
2. Terus berlangsung: nilai kondisi janin (uji kehamilan/USG) Lakukan
konfirmasi kemungkinan adanya penyebab lain. Perdarahan berlanjut,
khususnya ditemui uterus yang lebih besar dari yang diharapkan,
mungkin menunjukan kehamilan ganda atau molla hidatidosa.
3. Tidak perlu terapi hormonal (estrogen / progsteron ) atau tokolitik
(salbutamol atau indometasin) karena obat-obat ini tidak dapat
mencegah abortus.
b) Abortus Insipiens
Abortus yang sedang berlangsung, dengan ostium uteri telah terbuka dan
ketuban yang teraba. Perdarahan yang banyak dapat menyebabkan infeksi
sehingga menyebab evakuasi harus segera dilakukan.
Gambar 2. Abortus Insipiens
(Sumber : Sarwono, Ilmu Kebidanan
p.306)

Dasar Diagnosa
Anamnesis
1. Disertai nyeri / kontraksi rahim
2. Perdarahan dari jalan lahir
Pemeriksaan dalam
1. Perdarahan banyak bahkan disertai gumpalan
2. Ostium uteri terbuka
3. Ukuran uterus sesuai dengan usia kehamilan
4. Buah kehamilan masih dalam rahim, belum terjadi ekspulsi hasil
konsepsi.
5. Ketuban utuh (menonjol)
Penanganan
Jika usia kehamilan kurang dari 16 minggu, lakukan evakuasi uterus dengan
menggunakan Aspirasi Vakum Manual (AVM)
Jika usia kehamilan lebih dari 16 minggu, maka :
- Tunggu ekspulsi spontan hasil konspse kemudian evakuasi sisa-sisa
hasil konsepsi.
- Jika perlu dilakukan infuse 20 unit oksitosin dalam 500 cc cairab IV
dengan kecepatan 40 tts/menit untuk membantu ekspulsi hasil
konsepsi.
c) Abortus Inkompletus
Abortus yang sebagian dari hasil konsepsi telah lahir atau teraba pada
vagina, yang tetinggal biasanya adalah jaringan plasenta. Perdarahan
biasanya terus berlangsung, banyak dan membahayakan ibu. Serviks
terbuka karena masih ada benda dalam rahim yang dianggap sebagai benda
asing. Oleh karena itu uterus akan berusaha mengeluarkannya dengan
mangadakan kontraksi sehingga ibu merasa nyeri namun tidak sehebat pada
abortus insipiens. Pada beberapa kasus perdarahan tidak banyak.

Gambar 3. Abortus Inkompletus


(Sumber : Sarwono, Ilmu Kebidanan
p.306)

Dasar Diagnosis
Anamnesis
1. Kram perut bagian bawah
2. Perdaraha banyak dari jalan lahir
Pemeriksaan darah
1. Perdarahan sedang hingga banyak
2. Teraba sisa jaringan buah kehamilan
3. Ostium uteri terbuka
4. Ukuran uterus sesuai dangan usia kehamilan
Penanganan
Jika perdarahan tidak seberapa banyak dan kehamilan kurang dari 16
minggu evakuasi dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum
untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika
perdarahan berhenti beri ergometrin 0,2 mg IM atau misoprostol 400 mcg
per oral.
Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan kurang
dari 16 minggu, evakuasi hasil konsepsi dengan :
- Aspirasi Vakum Manual, evakuasi dengan kuret tajam sebaiknya
hanya dilakukan jika AVM tidak ada.
- Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera beri ergometrin 0,2 mg
IM (diulangi setelah 15 menit jika perlu) atau misoprostol 400 mcg
per oral ( dapat diulangi 4 jam kemudian jika perlu)
Jika kehamilan lebih dari 16 minggu :
- Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 cc cairan IV dengan
kecepatan 40 tts/menit sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi.
- Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg per vaginam tiap 4 jam sampai
terjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800 mcg)
Tetap pantau kondisi ibu setelah penanganan.
d) Abortus Komplitus
Abortus yang hasil konsepsi telah lahir dengan lengkap. Pada keadaan ini
kuretasi tidak diperlukan. Perdarahan segera berkurang setelah isi rahim
dikeluarkan dan selambat-lambatnya 10 hari perdarahan akan berhenti sama
sekali karena pada masa ini luka rahim telah sembuh dan epitelisasi telah
selesai. Seks dengan segera menutup kembali. Kalau dalam 10 hari setelah
abortus masih ada perdarahan, abortus incompletes atau endimetritis paska
abortus harus dipikirkan.

Gambar 4. Abortus Inkompletus


(Sumber : Sarwono, Ilmu Kebidanan
p.306)
Dasar Diagnosis
Anamnesis
1. Nyeri perut bagian bawah sedikit / tidak ada
2. Perdarahan dari jalan lahir
Pemeriksaan dalam
1. Perdarahan sedikit hingga sedang
2. Ostium uteri tertutup, bila terbuka teraba rongga uterus kosong
3. Ukuran uterus sesuai dengan usia kehamilan
Penanganan
Tidak perlu evakuasi
Observasi untuk melihat adanya perdarahan yang banyak
Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu.
e) Abortus Tertunda (missed abortion)
Abortus yang buah kehamilannya tertanam dalam rahim selama 8 minggu /
lebih. Sekitar kematian janin kadang-kadang ada perdarahan pervaginam
sedikit sehingga menimbulkan gambaran abortus imminens, selanjutnya rahim
tidak membesar bahkan mengecil karena absorbsi air ketuban dan maserasi
janin. Jika kematian janin terjadi pada kehamilan lanjut maka retensi janin akan
berlangsung lebih lama. Komplikasi yang paling penting adalah terjadinya
Disseminated Intravascular coagulation (DIC)

Gambar 5. Missed Abortion


(Sumber : Sarwono, Ilmu Kebidanan
p.306)
Dasar Diagnosis
Anamnesis
1. Buah dada mengecil
2. Tanpa nyeri
3. Perdarahan bisa ada bisa juga tidak
Pemeriksaan fisik
1. Hilangnya tanda kehamilan
2. Tidak ada bunyi jantung
3. BB menurun
4. Fundus uteri lebih kecil dari umur kehamilan

Pemeriksaan penunjang
USG : tampak janin tidak utuh
Penanganan
Karena komplikasi dari abortus ini adalah DIC maka untuk terminasi selalu
harus dilakukan pemeriksaan lengkap terhadap :
1. Sistem pembekuan darah
2. Konsentrasi fibrinogen
Tindakan ditunda jika dijumpai keadaan :
1. Anemia
2. Trombositopeni
3. Fibrinogenemia
Persiapan dilakukan untuk menghindari perdarahan yang sulit
dihentikan saat terminasi hasil konsepsi.
f) Abortus Habitualis
Abortus spontan yang terjadi berturut-turut sebanyak tiga kali atau lebih.
Penyebabnya tidak diketahui dengan jelas, tetapi diduga disebabkan oleh :
Servik yang inkompeten
1. Kanalis servikalis dengan mudah dapat dimasuki busi No 8(mm)
pada trimester II-III.
2. Kanalis servikalis robek akibat trauma sehingga terbuka lebar
sehingga tidak dapat menahan hasil konsepsi intrauterine.
Reaksi imunologis
Ibu sebagai penerima hasil konsepsi yang merupakan benda asing
berusaha untuk menolak dengan berbagai reaksi.
Penanganan
Pengobatan pada abortus ini lebih besar hasilnya jika dilakukan sebelum
ada konsepsi. Jika sevik inkompeten dapat dikoreksi dengan tindakan
bedah. Untuk penyebab imunologi dapat digunakan obat Prednisone 60
mg/hari atau Aspirin 80 mg/hari atau Heparin 10.000-15.000
g) Abortus Infeksious / abortus septik.
Sebagian besar akibat tindakan abortus provokatus kriminalis oleh tenaga
tidak terlatih atau dukun sehingga dapat menimbulkan trias komplikasi,
yaitu :
Trauma alat genitalia
Perdarahan
Infeksi
Dasar Diagnosis
1. Amenorhoe
2. Perdarahan

Anda mungkin juga menyukai