Anda di halaman 1dari 3

A.

Mola Hidatidosa
a. Pengertian
Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar dimana
tidak ditemukannya janin dan hamipr seluruh vili korialis mengalami perubahan
hidroplik.
Jika ditemukan adanya janin atau bagian dari janin disebut Mola Parsialis / Partial
Mole.

Gambar 7. Mola Hidatidosa Gambar 8. Mola Partial


(Sumber: Sarwono,Ilmu Kebidanan (Sumber : Sawono, Ilmu Kebidanan p
p.342) 344)

b. Etiologi / penyebab
Penyebab pasti belum diketahui sampai sekarang. Di duga berhubungan dengan
kromosom. Terjadi fertilisasi ovum tanpa nukleus atau nukleus tidak aktif sehingga
tumbuh kembangnya berlangsung atas dominasi inti spermatozoa oleh karena itu
gambaran kromosom pada mola hidatidosa komplet adalah 46 xx. Mola hidatidosa
partial terjadi karena ovum tanpa nukleus mengalami fertilisasi ganda oleh 2
sperma sehingga gambaran kromosom menjadi 46 xy.Tidak berfungsi atau
hilangnya inti ovum dikaitkan dengan masalah sosial ekonomi yang disertai dengan
rendahnya nilai nutrisi, kekurangan protein dan defisiensi vitamin A.
c. Patofisiologi
Vilikorialis membentuk massa yang mengandung air, tidak terdapat pembuluh
darah pada vili korialis sehingga tidak terbentuk janin. Proliferasi sel sito dan
sinsitio trofoblas menyebabkan hcG tinggi pada urin.
Akibat degenerasi hidropik menyebabkan :
1) Pembesaran uterus melebihi usia kehamilan.
2) Tidak teraba janin
3) Uterus lunak secara menyeluruh karena tidak terdapat air ketuban.
4) Servik membuka sehingga bila terjadi kontraksi akan terjadi ekspulsi
gelembung mola.
Proliferasi dari sel trofoblast menyebabkan
1) Pembuluh darah rusak sehingga menyebabkan perdarahan pada usia kehamilan
yang muda.
2) Perdarahan yang timbul apat berkumpul diintra uteri kemudian keluar sedikit
demi sedikit melalui ostium uteri eksternum.
d. Gejala
1) Uterus lebih besar dari usia kehamilan
2) Perdarahan merupakan gejala utama, perdarahan intermiten, sedikit demi
sedikit atau sekaligus banyak sehingga menyebabkan syok sampai meninggal.
3) Anemia akibat perdarahan.
4) Biasanya diikuti dengan gejala , preeklamsi-eklamsi maupun hyperemesis
gravidarum. Preeklamsi pada mola terjadi lebih awal dari kehamilan biasanya.
e. Dasar diagnosis
1) Anamnesa : amenorhoe, hiperemesis, perdarahan.
2) USG : Terdapat gambaran gelembung vesikel dan tidak terdapat janin. Tampak
sebagian plasenta normal dan kemungkinan juga dapat nampak janin pada mola
partial.
3) Pemeriksan laboratoruim; kadar hcG sangat tinggi sedangkan Hb menurun.
4) Diagnosa pasti dapat terlihat gelembung mola. Tapi jika menunggu sampai
gelembung mola keluar biasanya sudah terlambat karena pengeluaran
gelembung umumnya disertai perdarahan yang banyak dan keadaan ibu
menurun.
f. Penanganan
1) Penanganan awal
a) Lakukan evakuasi uterus dengan menggunakan Aspirasi Vakum Manual
lebih aman dari kuretasi.
b) Sementara proses evakuasi berlanjut berikan infuse 10 unit oksitosin dalam
500 cc cairan I.V (NaCl/RL) dengan kecepatan 40-60 tetes per menit.
2) Penanganan lanjutan
a) Pasien dianjurkan untuk menggunakan kontrasepsi hormonal (apabila masih
ingin mempunyai anak) atau tubektomi bila ingin menghentikan fertilitas.
b) Lakukan pemantauan setiap 8 minggu selama minimal 1 tahun paska
evakuasi dengan menggunakan tes kehamilan dengan urin karena adanya
resiko timbulnya khoriokarsinoma. Jika tes kehamilan tidak negatif selama
8 minggu atau menjadi positif kembali dalam 1 tahun pertama maka rujuk
ke pusat kesehatan tersier untuk pemantauan dan penanganan lebih lanjut

Anda mungkin juga menyukai