Anda di halaman 1dari 7

A.

Kehamilan Ektopik
a. Pengertian
1) Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang terjadi dan berada diluar batas
endometrium yang normal (Pengantar kuliah obstetric, Manuaba)
2) Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang terjadi bila teluar yang dibuahi
berimplantasi dan tumbuh diluar endomatrium kavum uteri. (Ilmu Kebidanan,
Sarwono)
b. Etiologi / penyebab
Beberapa faktor penyebab terjadinya kehamilan ektopik :
1) Faktor tuba
Seperti diketahui bahwa 98 % kehamilan ektopik terjadi pada tuba falopii. Setiap
gangguan transportasi hasil konsepsi mengakibatkan implantasi pada tuba falopii
yang merupakan penyebab utama kehamilan ektopik. Penyebab gangguan
transportasi pada tuba adalah sebagai berikut :
a) Infeksi alat genitalia interna khususnya tuba falopii, yang disebabkan:
Endosalpingitis, menyebabkan perlengketan endosalping sehingga lumen
tuba menyempit membentuk kantung buntu.
Infeksi akibat pemakaian IUD
b) Adanya desakan dari luar tuba
Kista ovarium / mioma sub serosa sehingga lumen tuba menyempit
akibatnya hasil konsepsi tidak dapat melewati tuba.
Endometriosis, menimbulkan perlengketan tuba sehingga lumen tuba
menyempit.
c) Operasi pada tuba falopii, rekanalisasi spontan dari sterilisasi tuba dengan
pembukaan lumen yang tidak sempurna sehingga terjadi penyempitan.
d) Kelainan kongenital pada tuba
Tuba falopii memanjang sehingga dalam perjalanan blastula terpaksa
melakukan implantasi di tuba.
Terdapat divertikulum dalam tuba.
2) Faktor lain :
a) Migrasi luar ovum yaitu perjalanan dari ovum kanan ke tuba kiri atau
sebaliknya dapat memperpanjang perjalanan telur.
b) Pertumbuhan uterus yang terlalu cepat dapat menyebabkan implantasi
premature

c. Klasifikasi
1) Sebagian besar berlokasi di tuba. Berdasarkan implantasi hasil konsepsinya
pada tuba, terdapat :
a) Kehamilan pars interstisialis-tuba
b) Kehamilan parst ismika
c) Kehamilan parst ampularis tuba
d) Kehamilan infundibulum tuba

Gambar 2. Lokasi kehamilan ektopik: (A) Ampula; (B)


Ismus; (C) Pars interstisialis ;(D) infundibulum; (E) kornu
uteri; (F) serviks (G) abdomen.
(sumber : Sarwono, Ilmu Kebidanan p.324)

2) Kehamilan diluar tuba meliputi :


a) Kehamilan ovarial
b) Kehamilan intraligamenter
c) Kehamilan servikal
d) Kehamilan abdominal
d. Patologi
Proses implantasi hasil konsepsi di tuba pada dasarnya sama dengan di kavum
uteri. Perkembangan telur selanjutnya dibatasi oleh kurangnya vaskularisasi dan
biasanya telur mati secara dini dan kemudian diabsorbsi. Karena pembentukan
desidua di tuba tidak sempurna maka vili korealis menembus endosalping dan
masuk kedalam lapisan otot-otot tuba dan merusak jaringan dan pembuluh darah.
Perkembangan janin selanjutnya tergantung pada beberapa faktor seperti tempat
implantasi, tebalnya dinding tuba, dan banyaknya perdarahan yang terjadi atau
invasi trofoblast.
Di bawah pengaruh hormon estrogen dan progesteron dari korpus luteum
graviditatus dan trofoblast uterus menjadi besar dan lunak, endometrium dapat
berubah pula menjadi dicidua. Setelah janin mati dicidua dalam uterus mengalami
degenerasi dan kemudian dikeluarkan berkeping-keping. Perdarahan yang
dijumpaai pada kehamilan ektopik terganggu berasal dari uterus yang disebabkan
oleh pelepasan deciduas yng degeneratif.
Tuba bukan merupakan tempat pertumbuhan hasil konsepsi, sehingga hasil
konsepsi dapat mengalami :
1) Hasil konsepsi mati dan direarbsorbsi
Ovum yang dibuahi cepat mati karena vaskularisasi kurang dan dengan mudah
terjadi rearbsorbsi total. Dalam keadaan ini penderita tidak mengeluh apa-apa
hanya haidnya terlambat untuk beberapa hari.
2) Absorbsi ke dalam lumen tuba
Perdarahan yang terjadi karena pembukaan pembuluh-pembuluh darah
oleh Vili korialis pada dinding tuba ditempat implantasi dapat melepaskan
mudigah pada dinding tersebut bersama-sama dengan robekya
pseudokapsularis, pelepasan ini dapat terjsdi sebagian atau seluruhnya
tergantung dari derajat perdarahan. Abortus lumen tuba lebih sering terjadi pada
kehamilan pars ampularis sedangkan penembusan dinding tuba oleh vili
korialis kearah peritoneum biasanya terjadi pada pars ismika, hal ini disebabkan
karena lumen ampularis lebih luas sehingga dapat mengikuti pertumbuhan
konsepsi dibandingkan dengan istmus yang lumennya sempit.
Pada pelepasan hasil konsepsi yang tidak sempurna pada abortus
perdarahan akan terus berlangsung menyebabkan tuba membesar dan kebiru-
biruan (hematosalping), dan selanjutnya darah mengalir ke rongga perut
melalui ostium tuba. Darah ini akan berkumpul di kavum Douglas dan akan
membentuk hematokel retrouterina.
3) Ruptur dinding tuba
Ruptur tuba sering terjadi bila ovum berimplantasi pada ismus dan
biasanya pada kehamilan muda. Sebaliknya ruptur pada pars interstisialis
terjadi pada kehamilan yang lebih lanjut. Faktor utama yang menyebabkan
ruptur adalah penembusan vili korialis kedalam lapisan muskularis tuba terus
ke peritoneum. Ruptur dapat terjadi spontan, atau karena trauma ringan seperti
koitus dan pemeriksaan vaginal. Bilapada abortus dalam tuba ostium tuba
tersumbat, rupture sekunder dapat terjadi dalam hal ini dinding tuba yang telah
menipis oleh invasi trofoblast dapat pecah karena tekanan darah dalam tuba.
Kadang-kadang ruptur terjadi di daerah ligamentum jika janin hidup terus dapat
terjadi kehamilan.
Pada ruptur ke rongga perut seluruh janin dapat keluar dari tuba tapi bila
robekan tuba kecil, perdarahan dapat terjadi tanpa hasil konsepsi keluar dari
tuba. Nasip janin bergantung pada kerusakan yang diderita dan tuanya
kehamilan. Bila janin mati dan masih kecil dapat direarbsorpsi seluruhnya, bila
janinnya besar dapat berubah menjadi litopedion.Janin yang dikeluarkan dari
tuba dengan masih diselubungi dengan kantong amnion dan plasenta masih
utuh dapat hidup terus dalam rongga perut sehingga dapat terjadi kehamilan
abdominal sekunder. Untuk mencukupi kebutuhan makan dari janin, plasenta
dari tuba akan meluaskan implantasinta ke jaringan sekitarnya misalnya ke
sebagian uterus, ligamentum latum,dasar panggul dan usus.
e. Gambaran klinik
1) Gambaran klinik kehamilan ektopik yang belum terganggu tidak khas. Pada
umumnya penderita menunjukan gejala-gejala kehamilan muda dan mungkin
merasa nyeri sedikit di perut bagian bawah.
2) Pada pemeriksaan vaginal uterus membesar lembek, walupun tidak sebesar
tuanya kehamilan. Gejala dan tanda kehamilan tuba terganggu sangat berbeda
dan kadang terdapat gejala yang tidak jelas sehingga sukar buat diagnosis. Pada
pemeriksaan vaginal usaha menggerakkan servik menimbulkan rasa nyeri,
demikian pula kavum douglas menonjol dan nyeri pada perabaan.
3) Nyeri merupakan keluhan utama pada KET. Pada rubtur tuba nyeri perut bagian
bawah terjadi secara tiba-tiba disertai dengan perdarahan yang menyebabkan
penderita pingsan dalam masuk dalam syok. Biasanya pada abortus tuba nyeri
tidak seberapa hebat dan tidak terus menerus. Rasa nyeri mula-mula terdapat
pada satu sisi, tetapi setelah darah masuk kedalam rongga perut, rasa nyeri
menjalar ke bagian tengah atau ke seluruh perut bagian bawah. Darah dalam
rongga perut dapat merangsang diagfragma sehingga dapat menyebabkan nyeri
bahu dan bila membentuk hematokel retrouterina, menyebabkan defekasi
menjadi nyeri.
4) Perdarahan Pervaginam
Hal ini menunjukan kematian janin dan darah berasal dari kavum uteri karena
pelepasan deciduas. Perdarahan dari uterus biasanya tidak banyak dan berwarna
coklat tua.
5) Amenorhoe, lamanya tergantung pada kelahiran janin sehingga dapat
bervariasi. Sebagian penderita tidak mengalami amenorhoe karena kematian
janin terjadi sebelum haid berikutnya.
f. Dasar diagnosis
1) Anamnesis
a) Terlambat haid
b) Gejala subjektif kehamilan lainnya seperti mual, pusing, payudara
membesar
c) Nyeri perut, bisa sampai pingsan / nyeri bahu
2) Pemeriksaan fisik, dapat ditemukan:
a) Tanda-tanda syok hipovolemik (hipotensi, takikardi, pucat, anemis,
ekstremitas dingin)
b) Nyeri abdomen, perut tegang, nyeri tekan dan nyeri lepas abdomen.
3) Pemeriksaan ginekologis
a) Pemeriksaan dengan spekulum ; ada fluksus sedikit (+)
b) Pemeriksaan dalam
 Nyeri goyang serviks
 Korpus uteri sedikit membesar dan lunak
 Pada kiri atau kanan uterus teraba massa/tumor
 Kavum douglas menonjol berisi darah dan terdapat nyeri tekan (+).
4) Pemeriksaan penunjang
a) Laboratorium
Pemeriksaan Hb berguna dalam mendiagnosa KET terutama bila terjadi
perdarahan dalam rongga perut. Tes kehamilan dapat positif ataupun
negative. Tes yang negative tidak menyingkirkan kemungkinan KET
karena kematian hasil konsepsi dan degenerasi trofoblast menyebabkan
produksi HcG menurun.
b) USG
 Tidak ada kantung kehamilan dalam kavum uteri
 Adanya kantung kehamilan diluar kavum uteri
 Adanya massa kompleks di rongga panggul
c) Kuldosentesis, adalah suatu cara untuk mengetahui apakah dalam kavum
douglas terdapat darah atau tidak. Cara ini amat berguna dalam membantu
membuat diagnosis KET.
5) Laparaskopi, hanya digunakan sebagai alat bantu diagnostik terakhir apabila
hasil penilaian prosedur diagnostik yang lain meragukan. Melalui laparaskopi
alat kandungan bagian dalam dapat dinilai. Adanya darah dalam rongga pelvis
mungkin menyulitkan visualisasi alat kandungan, hal ini justru menjadi indikasi
untuk dilakukannya laparatomi.
g. Penanganan
Penanganan umumnya adalah dengan laparatomi. Dalam tindakan demikian
beberapa hal harus diperhatikan dan dipertimbangkan yaitu; kondisi penderita pada
saat itu, keinginan penderita akan fungsi reproduksinya, lokasi kehamilan ektopik,
kondisi anatomil pelvik dan kemampuan teknik bedah.

Anda mungkin juga menyukai