Anda di halaman 1dari 22

Abstrak

Tn. HB, 70 tahun berasal dari kecamatan Baktia datang dengan keluhan
benjolan di bagian kepala sejak 5 tahun yang lalu. Benjolan semakin lama
semakin membesar, tidak terasa nyeri, sesak tidak ada, makan dan minum normal.
Keluhan berkeringat, gemetar disangkal. Keluhan telinga hidung dan tenggorokan
tidak ada.
Dari pemeriksaan fisik keadaan umum cukup, tidak didapatkan anemi,
ikterus, sianosis dan sesak. Tanda vital dalam batas normal. Status lokalis telinga,
hidung dan tenggorok dalam batas normal. Regio kapitis didapatkan massa bulat,
ukuran 5 x 5 x 3 cm, terletak di bagian tengah kepala, konsistensi padat, melekat
pada dasar, tidak nyeri tekan, tidak mudah digerakkan.
Pada tanggal 29 September 2017 dilakukan pengangkatan massa. Teknik
operasi sebagai berikut, penderita tidur dalam posisi pron dengan general anestesi,
dilakukan desinfeksi lapangan operasi dengan povidon iodin 10% kemudian
dipersempit dengan kain steril. Dilakukan insisi elips didaerah frontal, insisi
diperdalam lapis demi lapis hingga tampak massa. Dilakukan pembebasan massa
secara tumpul, dilakukan eksisi massa, kontrol perdarahan. Kemudian luka
operasi dijahit lapis demi lapis, operasi dilanjutkan ke daerah ocipital dengan
dilakukan desinfeksi lapangan operasi dengan povidon iodin 10% kemudian
dipersempit dengan kain steril. Dilakukan insisi elips didaerah ocipital, insisi
diperdalam lapis demi lapis hingga tampak massa. Dilakukan pembebasan massa
secara tumpul, dilakukan eksisi massa, kontrol perdarahan. Kemudian luka
operasi dijahit lapis demi lapis, operasi selesai.
Pasca operasi penderita mendapat terapi ceftriaxone 1gram/12 jam,
ketorolac 30mg/8jam, ranitidine 50mg/12jam, dan dilakukan perawatan terhadap
luka operasinya setiap hari. Hari ketiga pasca operasi pasien dapat dipulangkan
dan disarankan untuk kontrol lanjutan ke bagian poli bedah tiga hari berikutnya.

1
Abstrak

Tn. HB, a 70-year-old from the Baktia sub-district came with a lump
complaint in the head since 5 years ago. Lumps are getting bigger, no pain, no
tightness, eating and drinking normally. Complaints of sweating, shaking are
refuted. No ear nose and throat complaints.
Physical examination of general condition is sufficient, not getting
anemia, jaundice, cyanosis and tightness. Vital signs within normal limits.
Localized ear, nose and throat status within normal limits. The region of capitis is
obtained by a spherical mass, measuring 5 x 5 x 3 cm, located in the center of the
head, solid consistency, attached to the base, non-tender, not easily moved.
On September 29, 2017 the mass appointment was made. The following
surgical technique, the patient sleeping in pron position with general anesthesia,
disinfection of field operation with povidon iodine 10% then narrowed with sterile
cloth. Performed an elliptical incision in the frontal area, the incision is deepened
layer by layer until the mass appears. Blind mass exemption, mass excision,
bleeding control. Then the surgical wound was stitched layer by layer, the surgery
continued to the ocipital area by disinfection of the operation field with povidon
iodine 10% then narrowed with sterile cloth. Performed an ellipse incision in the
ocipital area, the incision is deepened layer by layer until the mass appears. Blind
mass exemption, mass excision, bleeding control. Then the surgical wound is sewn
layer by layer, the operation is complete.
Post-surgery patients received ceftriaxone 1gram / 12 hour therapy,
ketorolac 30mg / 8jam, ranitidine 50mg / 12jam, and performed treatment of
wound operations every day. The patient's third postoperative day can be
discharged and recommended for follow-up control to the surgical poly section
the next three days.

2
Laporan Kasus

I. IDENTITAS
Nama : Tn. Hb
Nomor MR : 42.51.52
Umur : 70 tahun.
Jenis kelamin : Laki-laki.
Agama : Islam.
Pekerjaan : Petani
Alamat : Mns. Kumbang, Kecamatan Baktia
Masuk RS : 28 September 2017

II. ANAMNESA
1. Keluhan Utama : Benjolan pada kepala.

2. Keluhan Tambahan : Tidak ada

3. Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien datang ke Poliklinik Bedah RSUD Cut Meutia dengan
keluhan terdapat benjolan pada kepala. Benjolan dirasakan semakin
membesar sejak ± 5 tahun SMRS. Benjolan teraba lunak dan sulit
digerakkan. Pasien juga mengeluhkan sakit kepala. Keluhan nyeri pada
benjolan, pucat, penurunan berat badan yang cepat, dan nafsu makan
yang menurun disangkal.

4. Riwayat Penyakit Dahulu :


Riwayat diabetes mellitus disangkal.
Riwayat hipertensi tidak diketahui.
Riwayat penyakit paru-paru disangkal.
Riwayat trauma sebelumnya disangkal.

3
5. Riwayat Penyakit Keluaraga :
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan yang sama seperti
pasien.

III. PEMERIKSAAN FISIK


A. Status Generalis
1. Keadaan Umum : Tampak sakit sedang.
2. Kesadaran Umum : Compos mentis.
3. Vital Sign : T : 120/70 mmHg.
N : 88 x/menit.
R : 24 x/menit.
S : 36,6 ºC .
4. Kepala : Normocephal.
5 Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),
pupil isokor (+/+), reflek cahaya (+/+).
6. Hidung : Sekret (-), discharge (-), epistaksis (-).
7. Telinga : Tidak ada kelainan.
8. Mulut : Kering (-), anemis (-).
9. Leher : Pembesaran KGB (-).
10. Thorak :
PARU-PARU
Inspeksi : Simetris, ketinggalan gerak (-), retraksi
interkostal (-).
Palpasi : Fokal fremitus kanan=kiri.
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru.
Auskultasi : Suara dasar vesikuler kanan-kiri, Ronkhi (-/-)
Wheezing (-/-).
JANTUNG
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak.
Palpasi : Tidak ada thriil, ictus cordis teraba.

4
Perkusi : Batas jantung dalam batas normal.
Auskultasi : BJ I-II reguler, Murmur (-), Gallop (-).
11. Abdomen
Inspeksi : Datar, hematom (-), venektasi (-).
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-).
Perkusi : Timpani pada semua regio abdomen.
Auskultasi : Bising usus (+) normal.
12. Ekstremitas
Superior : Akral hangat, edema (-/-), sianosis (-/-).
Inferior : Akral hangat, edema (-/-), sianosis (-/-).

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Hb : 14,3 g/dl.
Eritrosit : 5,01 juta/mm3
Leukosit : 9,72 ribu/mm3.
Hematokrit : 44,1%
MCV : 88,0 fL
MCH : 28,4 pg
MCHC : 32,3%
Trombosit : 251 ribu/mm3
BT : 2’45 menit
CT : 8’ menit
KGD : 102 mg/dL

V. DIAGNOSIS KERJA
Tumor a/r Kapitis

VI. DIAGNOSIS BANDING


-.

5
VII. PENATALAKSANAAN
Medikamentosa:
- Ceftriaxone 1 g/12j
- Ketorolac 30mg/8j.
- Ranitidin 50mg/12j
Operatif:
- Eksisi.

IX. PROGNOSIS
Quo ad vitam : Dubia ad bonam.
Quo ad functionam : Dubia ad bonam.

6
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kista ateroma adalah benjolan dengan bentuk yang kurang lebih bulat dan
berdinding tipis yang terbentuk dari kelenjar keringat (sebacea), dan terbentuk
akibat adanya sumbatan pada muara kelenjar tersebut. Disebut juga kista sebacea,
kista epidermal, kista epidermal inkluasi, kista epitelial.
Kista ateroma ditemukan di daerah yang mengandung kelenjar sebasea.
Kadang terdapat multipel dalam berbagai ukuran seperti yang ditemukan di kepala
atau di skrotum. Kista ini tidak pernah dijumpai di telapak tangan ataupun kaki.
Produk kelenjar sebasea, yaitu sebum, tertimbun membentuk tumor yang kurang
lebih bulat, berbatas tegas, berdinding tipis, bebas dari dasar, tetapi melekat pada
dermis di atasnya. Daerah muara yang tersumbat merupakan tanda khas yang
disebut pungta. Isi kista adalah bubur eksudat warna putih abu-abu yang berbau
asam. Patut diingat bahwa bila sebagian dinding kista tertinggal pada eksisi, kista
akan kambuh. Bila kista menjadi abses karena infeksi sekunder, dilakukan insisi
dan drainase.

7
Benjolan berupa kista retensi akibat sumbatan saluran keluar kelenjar
sebaceus (lemak) yang terlihat sebagai titik berwarna biru atau hitam (puncta).
Benjolan lepas dari dasarnya dan melekat pada kulit di tempat puncta (komedo).
Benjolan berisi lemak kuning-putih. Sering didapatkan pada daerah muka,
belakang telinga, dan seluruh tubuh. Bila terjadi infeksi sekunder dapat terjadi
abses. Terapi bila terjadi abses adalah insisi dan pengerokan / ekskohleasi (seluruh
sampai dikeluarkan). Bila masih utuh dilakukan ekstirpasi in toto.
Kista ini mengandung campuran sebum dan protein kulit, terlihat putih dengan
material semi solid. Kista sebasea adalah suatu kantung tertutup dibawah
permukaan kulit yang memiliki batas terluar (infundibulum) adalah folikel
rambut. Sebum diproduksi oleh kelenjar sebasea dari epidermis. Kista sebasea ini
sering disetarakan dengan kista epidermoid. Kista-kista ini dibedakan berdasarkan
asal jaringannya, yakni kista sebasea yang berasal dari kelenjar sebasea, kista
epidermoid berasal dari epidermis, dan kista pilar berasal dari folikel rambut.

8
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi
Kulit berasal dari : Ektoderm  epidermis
Mesoderm  dermis
Klasifikasi berdasarkan ketebalannya :
1. Kulit tebal
 epidermisnya tebal terutama stratum korneum
 dermis tipis
 tidak ada rambut
 ada finger mark (sidik jari)
 contoh pada kulit telapak tangan dan kaki
2. Kulit tipis
 epidermisnya tipis, dermis tebal
 ada rambut
 di semua kulit kecuali kulit telapak
Lapisan kulit Kutis Epidermis

Dermis

Sub Kutis / Hypodermis

A. Epidermis
Terbentuk oleh epitel berlapis pipih bertanduk
Ada 6 lapisan :
 Stratum basal
Selapis sel silindris, terdapat sel keratin (awal dari keratinisasi) dan sel
melanosit (pigmen)
 Stratum spinosum
Terdiri dari beberapa lapis sel polihedris, punya jembatan antar sel
sehingga tampak seperti berduri

9
 Stratum glanulosum
Terdiri dari 2-4 lapis sel polihedris
 Stratum lucidum
Sel keratin mati, inti larut, tampak seperti lapisan homogen & transparan
 Stratum korneum
Lapisan homogen, hasil dari keratinisasi
 Stratum disjunctum
Stratum korneum yang sudah mengelupas
Sel-sel pada epidermis :
 Sel keratinosit  85% di epidermis, bermitosis hingga menjadi keratin
 Sel melanosit  pigmen melanin pemberi warna dan pelindung kulit
 Sel langerhans  makrofag
 Sel merkel  reseptor sensoris

Stratum korneum

Stratum lucidum

Stratum granulosum

Stratum spinosum

Stratum basal

10
B. Dermis
Ada 2 lapisan :
1. Stratum papillare
Terdiri dari jaringan ikat padat tak teratur, sabut kolagen halus
Terdapat tonjolan-tonjolan ke arah epidermis (dermal papil)
Kaya dengan pembuluh darah
2. Stratum retikulare
Terdiri dari jaringan ikat padat tak teratur, sabut kolagen kasar
Jarang ada kapiler
Tampak lebih padat
C. Subkutis / Hypodermis
Terdiri atas jaringan ikat kendor
Sering terisi jaringan lemak (panikulus adiposus)

ADNEKSA
1) Kelenjar keringat
Berbentuk tubulus sederhana atau bergelung, terbagi menjadi 2 bagian :
 Pars sekretoris
o penghasil keringat, terdapat di dermis atau hypodermis
o dilapisi epitel selapis kubis, di tepinya dilapisi myo-epitel
o berwarna pucat denagn lumen yang lebar
 Pars ekskretoris
o penyalur keringat, berbentuk tubulus dan berjalan agak spiral
o dilapisi 2 lapis sel kubis, tidak ada myo-epitel
o warna lebih gelap dengan lumen yang sempit
Berdasarkan sifatnya ada 2 jenis kelenjar keringat :
 Ekrin
Menembus epidermis dan bermuara langsung membentuk pori di
permukaan kulit. Banyak terdapat di telapak tangan dan kaki.

11
 Apokrin
Bermuara pada folikel rambut dan sekretnya bercampur dengan lemak,
memberikan bau yang khas. Banyak terdapat di axilla, regio pubica, areola
mammae, sekeliling anus, kelopak mata, MAE.
2) Kelenjar lemak
Bersifat holokrin, tediri atas alveolar sederhana / bercabang.
Pada membrana basalis terdapat sel-sel basal pipih, makin ke dalam sel makin
besar dan tetesan lemaknya makin banyak, kemudian mengalami kematian.
Pada leher kelenjar sel-sel hancur menjadi sebum (lemak, sisa sel, butir
kerato-hyalin, keratin)
Sekretnya disalurkan kedalam folikel rambut kecuali yang tidak punya folikel
rambut langsung di keluarkan lewat permukaan kulit. Dalam pengeluarannya
dibantu kontraksi muskulus arrector pilli.
Tidak terdapat di kulit telapak tangan dan kaki.
3) Rambut & folikel rambut
Rambut :
Terdiri atas batang rambut dan akar rambut, dibingkus oleh folikel rambut.
Lapisan rambut dari dalam keluar :
a. Medulla
b. Cortex
c. Kutikula
Penampang rambut mempengaruhi sifat rambut
Rambut lurus  penampang melintang bundar
Rambut berombak  penampang lonjong
Rambut keriting  penampang elips
Folikel rambut :
Lapisan folikel rambut dari luar kedalam :
a. Selubung jaringan ikat
b. Selubung akar bagian luar (outer root sheath)
c. Selubung akar bagian dalam (inner root sheath)
terdiri atas 3 lapis dari luar kedalam  lapisan henle, huxley, kutikula

12
2.2 Fisiologi Kulit
1. Fungsi Proteksi
Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis atau mekanis,
misalnya gesekan, tekanan, tarikan; gangguan kimiawi, misalnya zat-zat kimia
terutama yang bersifat iritan; gangguan panas; gangguan infeksi luar terutama
kuman/bakteri maupun jamur. Hal tersebut dimungkinkan karena adanya
bantalan lemak, tebalnya lapisan kulit, dan serabut-serabut jaringan penunjang
Melanosit turut berperan dalam melindungi kulit terhadap pajanan sinar
matahari dengan mengadakan tanning. Proteksi rangsangan kimia dapat
terjadi karena sifat stratum korneum yang impermeabel terhadap berbagai zat
kimia dan air. Di samping itu terdapat lapisan keasaman kulit yang melindungi
kontak zat-zat kimia dengan kulit. Lapisan keasaman kulit ini terbentuk dari
hasil ekskresi keringat dan sebum. Keasaman kulit menyebabkan pH kulit
berkisar pada 5 – 6,5 sehingga merupakan perlindungan kimiawi terhadap
infeksi bakteri maupun jamur.
2. Fungsi Absorbsi
Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan, dan benda padat;
tetapi mudah menyerap cairan yang mudah menguap dan yang larut lemak.
Permeabilitas kulit terhadap O2, CO2, dan uap air memungkinkan kulit ikut
mengambil bagian pada fungsi respirasi. Kemampuan absorbsi kulit
dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi, kelembaban, metabolisme, dan
jenis vehikulum. Penyerapan dapat berlangsung melalui celah antarsel,
menembus sel-sel epidermis, atau melalui muara saluran kelenjar.
3. Fungsi Ekskresi
Kelenjar-kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna lagi bagi
tubuh atau sisa metabolisme berupa NaCl, urea, asam urat, dan amonia.
4. Fungsi Persepsi
Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis.
Terhadap rangsangan panas diperankan oleh badan-badan Ruffini di dermis
dan subkutis. Terhadapa dingin diperankan oleh badan-badan Krause yang
terletak di dermis. Badan taktil Meissner terletak di papila dermis berperan

13
terhadap rabaan, demikian pula badan Merkel Ranvier yang terletak di
epidermis. Sedangkan terhadap tekanan diperankan oleh badan Paccini di
epidermis. Saraf-saraf sensorik serabut tersebut lebih banyak jumlahnya di
daerah-daerah erotik.
5. Fungsi Pengaturan Suhu Tubuh (termoregulasi)
Kulit melakukan peran ini dengan cara mengeluarkan keringat dan
mengerutkan pembuluh darah kulit. Kulit kaya akan pembuluh darah sehingga
memugkinkan kulit mendapat nutruisi cukup baik. Tonus vaskular diperankan
oleh saraf simpatis (asetilkolin).
6. Fungsi Pembentukan Pigmen
Sel pembentuk pigmen (melanosit) terletak di lapisan basal dan sel ini
berasal dari rigi saraf. Perbandingan jumlah sel basal : melanosit adalah 10:1.
Jumlah melanosit maupun besarnya butiran pigmen (melanosomes)
menentukan warna kulit ras maupun individu. Pajanan terhadap sinar matahari
mempengaruhi produksi melanososm. Pigmen disebar ke epidermis melalui
tangan-tangan dendrit; sedangkan ke lapisan kulit di bawahnya dibawa oleh
sel melanofag (melanofor). Warna kulit tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh
pigmen kulit, melainkan juga oleh tebal tipisnya kulit, reduksi Hb, oksi Hb,
dan karoten.
7. Fungsi Keratinisasi
Lapisan epidermis dewasa mempunyai 3 jenis sel utama, yaitu: keratinosit,
sel Langerhans, dan melanosit. Keratinosit dimulai dari sel basal mengadakan
pembelahan, sel basal yang lain akan berpindah ke atas dan berubah
bentuknya menjadi sel spinosum, makin ke atas sel menjadi semakin gepeng
dan bergranula menjadi sel granulosum. Makin lama inti menghilang dan
keratinosit ini menjadi sel tanduk yang amorf. Proses ini berlangsung terus-
menerus seumur hidup. Proses ini berlangsung normal selama kira-kira 14-21
hari dan memberi perlindungan kulit terhadap infeksi secara mekanis
fisiologik
8. Fungsi Pembentukan Vitamin D

14
Fungsi ini dimungkinkan dengan mengubah 7 hidroksi kolsterol dengan
bantuan sinar matahari. Namun kebutuhan tubuh akan vitamin D tidak cukup
hanya dari hal tersebut sehingga vitamin D eksogen masih tetap diperlukan.
Pada manusia kulit dapat pula mengekspresikan emosi karena adanya
pembuluh darah, kelenjar keringat, dan otot-otot di bawah kulit.
2.3 EPIDEMIOLOGI
Kista epidermoid ditemukan kebanyakan pada orang dewasa baik laki-laki
maupun perempuan. Kelainan genetik seperti Gorlin sindrom (basal nevoid sel
karsinoma) Panchonychia kongenital tipe 2 (Jackson-Lawler tipe), dan Gardner
sindrom mungkin menjadi predisposisi tersendiri untuk menjadi kista.

2.4 GEJALA DAN TANDA


Kista sebasea tampak sebagai benjolan kecil, biasa tumbuh membesar
perlahan di wajah, kulit kepala, punggung, telinga, dan lengan atas, meskipun
kista ini dapat tumbuh di mana pun kecuali telapak tangan dan telapak kaki.

Pada laki-laki, predileksi lokasi tersering adalah pada skrotum dan dada.
Kista ini lebih sering ditemukan pada tempat-tempat berambut, yang mana pada
jangka panjang dapat menyebabkan kerontokan rambut di atas kista tersebut
berada. Pada palpasi teraba halus dengan ukuran bervariasi, dan umumnya
bentuknya bundar. Pada wanita benjolan kecil dapat ditemukan di genitalia,
payudara, abdomen, wajah, leher, atau di mana saja. Infeksi dapat terjadi dengan
manifestasi:

15
1. Kemerahan
2. Tenderness
3. Teraba hangat pada massa dan daerah sekitarnya
4. Terdapat material berwarna keabu-abuan, seperti keju, dan berbau busuk
yang berasal dari benjolan
Nodul ini teraba padat tetapi dapat digerakkan dan jarang nyeri, kecuali
telah terinfeksi. Bila terjadi infeksi, daerah bejolan akan berwarna kemerahan dan
bengkak, serta sangat sensitif terhadap sentuhan. Kista sebasea adalah tumor
jinak, tapi dapat menjadi proses kronis dengan melibatkan infeksi sehingga dapat
terbentuk abses. Secara umum massa ini terdiri atas:

1. Jaringan fibrosa dan cairan.


2. Sustansi lemak atau keratin, yang terdiri atas struktur protein fibrosa, yang
membentuk kumpulan keju, mungkin dapat disebut kista keratin
3. Isi kista ini semacam cairan kental, serosanguinis, mengandung cairan
purulen dan materi darah.

2.5 PENYEBAB
Terjadi proliferasi dari sel-sel epidermis. Sel epidermis membentuk dinding
dari kista dan menyekresikan keratin protein ke dalam kantung. Keratin ini

16
berwarna kuning yang kadang keluar dari kista. Beberapa faktor yang dapat
menyebabkan proliferasi abnormal sel:
1. Kerusakan folikel rambut. Tiap rambut ini tumbuh dari folikel rambut,
yakni kantung kecil dari modifikasi kulit dermis. Folikel ini rusak akibat
luka seperti abrasi maupun luka operasi sehingga dapat tertutup oleh sel-
sel permukaan.
2. Rupturnya kelenjar sebasea. Kelenjar sebasea yang terletak di atas folikel
rambut ini menyekresi sebum, yang berfungsi sebagai lubrikan kulit dan
melindungi tangkai rambut. Kelenjar ini mudah ruptur pada kondisi
inflamasi kulit, terutama, acne.
3. Tersumbatnya kelenjar sebasea, bengkaknya folikel rambut, dan produksi
testorteron yang berlebihan
4. Trauma kulit dapat menginduksi terbentuknya kista
5. Kista ini dapat terbentuk akibat dermatobia hominis, sejenis lalat. Lalat ini
dapat menginduksi terbentuknya kista sebasea melalui telurnya yang
divektori oleh nyamuk.

2.6 FAKTOR RESIKO


1. Usia, dapat terjadi pada semua usia, tapi tersering usia 30-40 tahun
2. Pria : wanita = 2 : 1
3. Riwayat jerawat
4. Luka pada kulit

2.7 PATOFISIOLOGI
Kista ateroma sebagian besar merupakan hasil dari penyempitan unit dari
pilosebasea. Kista tersebut sama seperti profil Sitokreatin pada infundibulum
folikuler. Kista biasanya berkembang dengan lambat dan asimptomatis, terkadang
bisa ruptur.

17
2.8 TERAPI
Tidak memerlukan terapi medika mentosa. Kista sebasea ini dapat regresi
spontan. Apabila tumbuh membesar dan mengganggu dapat dilakukan ekstirpasi
kista. Apabila terjadi inflamasi pada kista dapat diinjeksikan steroid intra lesi dan
antibiotik. Beberapa teknik operasi yang dapat digunakan untuk terapi kista
sebasea antara lain:
1. Traditional wide excision atau total insisi. Teknik ini membuang seluruh
kista, mencegah rekurensi, namun meninggalkan bekas luka yang paling
besar.
2. Eksisi minimal. Teknik ini membuang semua kista dengan luka minimal.
Teknik ini yang lebih disukai.
3. Punch biopsy excision, hampir mirip dengan eksisi minimal. Dilakukan
eksisi elips luas dari kista sebasea. Teknik ini lebih membutuhkan waktu
yang lebih sedikit dan menawarkan hasil kosmetik yang lebih baik.

4. Laser. Untuk meminimalkan luka, dapat digunakan laser karbon dioksida


untuk menghilangkan kista.

2.9 KOMPLIKASI
Kista sebasea ini dapat terinfeksi, ruptur, dan terbentuk abses, namun
jarang terjadi malignansi. Infeksi dapat disebabkan Staphylococcus aureus,
Streptococcus grup A, dan E. coli. Tapi ada beberapa kasus yang dapat

18
berkembang menjadi karsinoma sel basal dan karsinoma sel skuamosa. Bila terjadi
infeksi sekunder, dan terbentuk abses, dilakukan pembedahan dan evakuasi nanah.

2.10 DIFERENSIAL DIAGNOSIS


- Steatositoma multiplex
- Kista pilar
- Lipoma

2.11 PROGNOSIS
Ad Vitam : Ad Bonam
Ad Sanationan : Ad Bonam
Ad Functionam : Ad Bonam

19
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kista Ateroma merupakan benjolan yang terbentuk dari kelenjar keringat
(sebacea). Benjolan tersebut bulat dan berdinding tipis. Kista ateroma sendiri
terbentuk akibat adanya sumbatan pada muara kelenjar keringat, maka sering
disebut sebagai kista sebacea atau kista epidermal. Sekret kelenjar keringat yaitu
sebum dan sel-sel mati tertimbun dan berkumpul dalam kantung kelenjar. Lama
kelamaan akan membesar dan terlihat sebagai massa tumor yang berbentuk
lonjong sampai bulat, lunak-kenyal, berbatas tegas, berdinding tipis, tidak terfiksir
ke dasar, umumnya tidak nyeri, tetapi melekat pada dermis diatasnya. Daerah
yang tersumbat merupakan tanda khas yang disebut puncta (titik kehitaman yang
letaknya biasanya di permukaan kulit tepat di tengah massa). Banyak ditemukan
pada bagian tubuh yang banyak mengandung kelenjar keringat, misalnya muka,
kepala, dan punggung. Berisi cairan kental berwarna putih abu-abu, kadang
disertai bau asam, jika terjadi peradangan kista akan memerah dan nyeri.
Terjadinya kista aterom disebabkan karena adanya sumbatan pada muara kelenjar
keringat yang disebabkan oleh, infeksi, trauma (luka/benturan), dan jerawat. Jika
terjadi infeksi sekunder dan terbentuk abses maka akan dilakukan pembedahan
dan evakuasi nanah. Pada umumnya, penderita akan diberikan antibiotik selama
kurang lebih 2 minggu, setelah 3-6 bulan dapat dilakukan operasi,
penatalaksanaan kista aterom dilakukan dengan mengambil benjolan dengan
menyertakan kulit dan isinya, tujuannya untuk mengangkat seluruh bagian kista
hingga dindingnya secara utuh. Bila dinding kista tertinggal saat eksisi, kista
dapat kambuh, oleh karena itu harus dipastikan seluruh dinding kista telah
terangkat.

20
21
DAFTAR PUSTAKA

Fitzpatrick’s. Dermatology In General Medicine ed 7th.New York: Mc Graw Hill


2008
Sjamsuhidajat. Buku Ajar Ilmu Bedah edisi 2. Jakarta: EGC. 2004.
Djuanda. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Ke-6. Jakarta: Badan Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2011.
Pandya KA & Radke F. 2009. Benign Skin Lessions: Lipomas, Epidermal
Inclusion Cysts, Muscle and Nerve Biopsies. Surg Clin N Am 89: 677-687.
Sinha P, Lingegowda JB, & Selvi RT. 2012. Malignant Transformation in
Sebaceous Cyst- a Case Report. International Journal of Medical and Health
Sciences vol I (2): 63-65.

22

Anda mungkin juga menyukai