TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 1.1
Efusi Pleura | 2
B. Definisi Efusi Pleura
Efusi pleura adalah pengumpulan cairan di dalam rongga pleura akibat
transudasi atau eksudasi yang berlebihan dari permukaan pleura (Suzanne
Smeltzer: 2001). Rongga pleura adalah rongga yang terletak diantara
selaput yang melapisi paru-paru dan rongga dada, diantara permukaan
viseral dan parietal. Dalam keadaan normal, rongga pleura hanya
mengandung sedikit cairan sebanyak 10-20 ml yang membentuk lapisan
tipis pada pleura parietalis dan viseralis, dengan fungsi utama sebagai
pelicin gesekan antara permukaan kedua pleura pada waktu pernafasan.
Jenis cairan lainnya yang bisa terkumpul di dalam rongga pleura adalah
darah, nanah, cairan seperti susu dan cairan yang mengandung kolesterol
tinggi. Efusi pleura bukan merupakan suatu penyakit, akan tetapi
merupakan tanda suatu penyakit.
Pada gangguan tertentu, cairan dapat berkumpul dalam ruang pleural
pada titik dimana penumpukan ini akan menjadi bukti klinis, dan hampir
selalu merupakan signifikasi patologi. Efusi dapat terdiri dari cairan yang
relatif jernih, yang mungkin merupakan cairan transudat atau eksudat, atau
dapat mengandung darah dan purulen. Transudat (filtrasi plasma yang
mengalir menembus dinding kapiler yang utuh) terjadi jika faktor-faktor
yang mempengaruhi pembentukan dan reabsorpsi cairan pleural terganggu.
Biasanya oleh ketidakseimbangan tekanan hidrostatik atau onkotik.
Transudat menandakan bahwa kondisi seperti asites atau gagal ginjal
mendasari penumpukan cairan. Eksudat (ekstravasasi cairan ke dalam
jaringan atau kavitas). Biasanya terjadi akibat inflamasi oleh produk bakteri
atau tumor yang mengenai permukaan pleural (Sylvia Anderson Price dan
Lorraine, 2005: 739).
Efusi Pleura | 3
nefrotik, asites, infark paru, lupus eritematosis sistemik, tumor dan
tuberkulosis.
2.1.2 Etiologi
Efusi pleura merupakan proses penyakit primer yang jarang terjadi, tetapi
biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain.
Menurut Brunner & Suddart. 2001, terjadinya efusi pleura disebabkan oleh 2
faktor yaitu:
1. Infeksi
Penyakit-penyakit infeksi yang menyebabkan efusi pleura antara lain:
tuberculosis, pnemonitis, abses paru, abses subfrenik.
Macam-macam penyakit infeksi lain yang dapat menyebabkan efusi pleura
antara lain:
a) Pleuritis karena Virus dan mikoplasma
Efusi pleura karena virus atau mikoplasma agak jarang. Bila terjadi
jumlahnya pun tidak banyak dan kejadiannya hanya selintas saja. Jenis-
jenis virusnya adalah : Echo virus, Coxsackie virus, Chlamidia,
Rickettsia, dan mikoplasma. Cairan efusi biasanya eksudat dan berisi
leukosit antara 100-6000 per cc.
b) Pleuritis karena bakteri Piogenik
Permukaan pleura dapat ditempeli oleh bakteri yang berasal dari jaringan
parenkim paru dan menjalar secara hematogen, dan jarang yang melalui
penetrasi diafragma, dinding dada atau esophagus.
Aerob : Streptococcus pneumonia, Streptococcus mileri, Saphylococcus
aureus, Hemofilus spp, E. coli, Klebsiella, Pseudomonas spp.
Anaerob : Bacteroides spp, Peptostreptococcus, Fusobacterium.
Efusi Pleura | 5
c) Pleuritis Tuberkulosa
Permulaan penyakit ini terlihat sebagai efusi yang bersifat eksudat.
Penyakit kebanyakan terjadi sebagai komplikasi tuberkulosis paru
melalui fokus subpleura yang robek atau melalui aliran getah bening.
Cairan efusi yang biasanya serous, kadang-kadang bisa juga hemoragis.
Jumlah leukosit antara 500-2000 per cc. mula-mula yang dominan adalah
sel polimorfonuklear, tapi kemudian sel limfost. Cairan efusi sangat
sedikit mengandung kuman tuberculosis.
d) Pleura karena Fungi
Pleuritis karena fungi amat jarang. Biasanya terjadi karena penjalaran
infeksi fungi dari jaringan paru. Jenis fungi penyebab pleuritis adalah :
aktinomikosis, koksidioidomikosis, aspergillus, kriptokokus,
histoplasmosis, blastomikosis, dll. Patogenesis timbulnya efusi pleura
adalah karena reaksi hipersensitivitas lambat terhadap organisme fungi. .
e) Pleuritis karena parasit
Parasit yang dapat menginfeksi ke dalam rongga pleura hanyalah
amoeba. Bentuk tropozoit datang dari parenkim hati menembus
diafragma terus ke parenkim paru dan rongga pleura. Efusi pleura karena
parasit ini terjadi karena peradangan yang ditimbulkannya. Di samping
ini dapat terjadi empiema karena karena ameba yang cairannya berwarna
khas merah coklat.di sini parasit masuk ke rongga pleura secara migrasi
dari perenkim hati. Dapat juga karena adanya robekan dinding abses
amuba pada hati ke arah rongga pleura.
2. Non infeksi
Sedangkan penyakit non infeksi yang dapat menyebabkan efusi pleura antara
lain: Ca paru, Ca pleura (primer dan sekunder), Ca mediastinum, tumor
ovarium, bendungan jantung (gagal jantung), perikarditis konstruktifa, gagal
hati, gagal ginjal.
Adapun penyakit non infeksi lain yang dapat menyebabkan efusi pleura
antara lain:
a) Efusi pleura karena gangguan sirkulasi
1. Gangguan Kardiovaskuler
Efusi Pleura | 6
Payah jantung (decompensatio cordis) adalah penyebab terbanyak
timbulnya efusi pleura. Penyebab lainnya dalah perikarditis
konstriktiva dan sindrom vena kava superior. Patogenesisnya dalah
akibat terjadinya peningkatan tekanan vena sistemik dan tekanan
kapiler pulmonal akan menurunkan kapasitas reabsorbsi pembuluh
darah subpleura dan aliran getah bening juga akan menurun
(terhalang) sehingga filtrasi cairan ke rongga pleura dan paru-paru
meningkat.
2. Emboli Pulmonal
Efusi pleura dapat terjadi pada sisi paru yang terkena emboli
pulmonal. Keadaan ini dapat disertai infark paru ataupun tanpa
infark. Emboli menyebabkan turunnya aliran darah arteri
pulmonalis, sehingga terjadi iskemia maupun kerusakan parenkim
paru dan memberikan peradangan dengan efusi yang berdarah
(warna merah). Di samping itu permeabilitas antara satu atau kedua
bagian pleura akan meningkat, sehingga cairan efusi mudah
terbentuk.
Cairan efusi biasanya bersifat eksudat, jumlahnya tidak banyak, dan
biasanya sembuh secara spontan, asal tidak terjadi emboli pulmonal
lainnya. Pada efusi pleura denga infark paru jumlah cairan efusinya
lebih banyak dan waktu penyembuha juga lebih lama.
3. Hipoalbuminemia
Efusi pleura juga terdapat pada keadaan hipoalbuminemia seperti
sindrom nefrotik, malabsorbsi atau keadaan lain dengan asites serta
anasarka. Efusi terjadi karena rendahnya tekana osmotic protein
cairan pleura dibandingkan dengan tekana osmotic darah. Efusi
yang terjadi kebanyakan bilateral dan cairan bersifat transudat.
Efusi Pleura | 7
Terdapat beberapa teori tentang timbulnya efusi pleura pada neoplasma,
yakni :
- Menumpuknya sel-sel tumor akan meningkatnya permeabilitas pleura
terhadap air dan protein
- Adanya massa tumor mengakibatkan tersumbatnya aliran pembuluh
darah vena dan getah bening, sehingga rongga pleura gagal
memindahkan cairan dan protein
- Adanya tumor membuat infeksi lebih mudah terjadi dan selanjutnya
timbul hipoproteinemia.
Efusi Pleura | 8
Pengobatan dengan nitrofurantoin, metisergid, praktolol kadang-
kadang memberikan reaksi/perubahan terhadap paru-paru dan
pleura berupa radang dan dan kemudian juga akan menimbulkan
efusi pleura.
6) Efusi pleura idiopatik
Pada beberapa efusi pleura, walaupun telah dilakukan prosedur
diagnostic secara berulang-ulang (pemeriksaan radiologis,
analisis cairan, biopsy pleura), kadang-kadang masih belum bisa
didapatkan diagnostic yang pasti. Keadaan ini dapat digolongkan
daloam efusi pleura idiopatik.(Asril Bahar, 2001)
Efusi Pleura | 9
eksudat cairan pleura sering dikira sebagai neoplasma dan
metastasisnya.
3) Dialisis Peritoneal
Efusi pleura dapat terjadi selama dan sesudah dilakukannya dialysis
peritoneal. Efusi terjadi pada salah satu paru maupun bilateral.
Perpindahan cairan dialisat dari rongga peritoneal ke rongga pleura
terjadi melalui celah diafragma. Hal ini terbukti dengan samanya
komposisi antara cairan pleura dengan cairan dialisat.
2.1.4 Pathofisiologi
Pada orang normal, cairan di rongga pleura sebanyak 10-20 cc. Cairan di
rongga pleura jumlahnya tetap karena ada keseimbangan antara produksi oleh
pleura parientalis dan absorbsi oleh pleura viceralis. Keadaan ini dapat
dipertahankan karena adanya keseimbangan antara tekanan hidrostatis pleura
parientalis sebesar 9 cm H2O dan tekanan koloid osmotic pleura viceralis.
Namun dalam keadaan tertentu, sejumlah cairan abnormal dapat terakumulasi
di rongga pleura. Cairan pleura tersebut terakumulasi ketika pembentukan
cairan pleura lebih dari pada absorbsi cairan pleura, misalnya reaksi radang
yang meningkatkan permeabilitas vaskuler. Selain itu, hipoprotonemia dapat
menyebabkan efusi pleura karena rendahnya tekanan osmotic di kapiler darah (
Hood Alsagaff dan H. Abdul Mukty, 2002).
Efusi Pleura | 10
Menurut Hood Alsagaff dalam bukunya Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Dalam,
keadaan normal pada cavum pleura dipertahankan oleh:
1. Tekanan hidrostatik pleura parientalis 9 cm H2O
2. Tekanan osmotik pleura viceralis 10 cm H2O
3. Produksi cairan 0,1 ml/kgBB/hari
Secara garis besar akumulasi cairan pleura disebabkan karena dua hal yaitu:
1. Pembentukan cairan pleura berlebih
Hal ini dapat terjadi karena peningkatan: permeabilitas kapiler
(keradangan, neoplasma), tekanan hidrostatis di pembuluh darah ke
jantung / v. pulmonalis ( kegagalan jantung kiri ), tekanan negatif
intrapleura (atelektasis ).
Ada tiga faktor yang mempertahankan tekanan negatif paru yang normal
ini. Pertama, jaringan elastis paru memberikan kontinu yang cenderung
menarik paru-paru menjauh dari rangka thoraks. Tetapi, permukaan pleura
viseralis dan pleura parietalis yang saling menempel itu tidak dapat
dipisahkan, sehingga tetap ada kekuatan kontinyu yang cenderung
memisahkannya. Kekuatan ini dikenal sebagai kekuatan negatif dari ruang
pleura.
Pada orang sehat pleura terletak pada posisi yang sangat dekat satu
sama lain dan hanya dipisahkan oleh cairan serous yang sangat
sedikit, yang berfungsi untuk melicinkan dan membuat keduanya
bergesekan dengan mudah selama bernafas. Sedikitnya cairan serous
menyebabkan keseimbangan diantara transudat dari kapiler pleura dan
reabsorbsi oleh vena dan jaringan limfatik di selaput visceral dan
parietal. Jumlah cairan yang abnormal dapat terkumpul jika tekanan
vena meningkat karena dekompensasi cordis atau tekanan vena cava
oleh tumor intrathorax. Selain itu, hypoprotonemia dapat menyebabkan
efusi pleura karena rendahnya tekanan osmotic di kapailer darah.
Eksudat pleura lebih pekat, tidak terlalu jernih, dan agak menggumpal.
Cairan pleura jenis ini biasanya terjadi karena rusaknya dinding kapiler
melalui proses suatu penyakit, seperti pneumonia atau TBC, atau karena
adanya percampuran dengan drainase limfatik, atau dengan neoplasma.
Bila efusi cepat permulaanya, banyak leukosit terbentuk, dimana pada
umumnya limfatik akan mendominasi. Efusi yang disebabkan oleh
inflamasi pleura selalu sekunder terhadap proses inflamasi yang
melibatkan paru, mediastinum, esophagus atau ruang subdiafragmatik.
Pada tahap awal, ada serabut pleura yang kering tapi ada sedikit
Efusi Pleura | 12
peningkatan cairan pleura.selama lesi berkembang, selalu ada peningkatan
cairan pleura. Cairan eksudat ini sesuai dengan yang sudah di jelaskan
sebelumnya. Pada tahap awal, cairan pleura yang berupa eksudat ini
bening, memiliki banyak fibrinogen, dan sering disebut serous atau
serofibrinous. Pada tahap selanjutnya akan menjadi kurang jernih, lebih
gelap dan konsistensinya kental karena meningkatkanya kandungan sel
PMN.
Efusi Pleura | 13
2.1.5 WOC
Kongesti pada
pembuluh limfe Gangguan tekanan kapiler
hidrostatik dan koloid osmotik
intrapleura
Reabsorbsi cairan
terganggu
Transudat
Anoreksia
Nyeri resiko infeksi
Ketidak seimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
Suplai oksigen menurun
Insufisiensi oksigenasi
Ketidakefektifan pola nafas
Gangguan rasa nyaman
defisit perawatan diri
Gangguan metabolisme oksigen
Efusi Pleura | 14
Intoleransi aktivitas Energi berkurang Devisit perawatan diri
2.1.6 Komplikasi
a. Fibrotoraks
Efusi pleura yang berupa eksudat yang tidak ditangani dengan drainase yang
baik akan terjadi perlekatan fibrosa antara pleura parietalis dan pleura viseralis.
Keadaan ini disebut dengan fibrotoraks. Jika fibrotoraks meluas dapat
menimbulkan hambatan mekanis yang berat pada jaringan-jaringan yang
berada dibawahnya. Pembedahan pengupasan(dekortikasi) perlu dilakukan
untuk memisahkan membrane-membran pleura tersebut.
b. Atalektasis
Atalektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna yang disebabkan
oleh penekanan akibat efusi pleura.
c. Fibrosis paru
Fibrosis paru merupakan keadaan patologis dimana terdapat jaringan ikat paru
dalam jumlah yang berlebihan. Fibrosis timbul akibat cara perbaikan jaringan
sebagai kelanjutan suatu proses penyakit paru yang menimbulkan peradangan.
Pada efusi pleura, atalektasis yang berkepanjangan dapat menyebabkan
penggantian jaringan paru yang terserang dengan jaringan fibrosis.
d. Kolaps Paru
Pada efusi pleura, atalektasis tekanan yang diakibatkan oleh tekanan ektrinsik
pada sebagian / semua bagian paru akan mendorong udara keluar dan
mengakibatkan kolaps paru.
e. Empiema
Kumpulan nanah dalam rongga antara paru-paru dan membran yang
mengelilinginya (rongga pleura). Empiema disebabkan oleh infeksi yang
menyebar dari paru-paru dan menyebabkan akumulasi nanah dalam rongga
pleura. Cairan yang terinfeksi dapat mencapai satu gelas bir atau lebih, yang
menyebabkan tekanan pada paru-paru, sesak napas dan rasa sakit.
Gejala
* Batuk kering
* Demam dan menggigil
* Keringat berlebihan, terutama berkeringat di malam hari
* Ketidaknyamanan, kegelisahan, atau perasaan sakit (malaise)
* Berat badan menurun
Efusi Pleura | 15
* Nyeri dada
2.1.7 Penatalaksanaan
a) Tujuan pengobatan adalah untuk menemukan penyebab dasar, untuk
mencegah penumpukan kembali cairan, dan untuk menghilangkan
ketidaknyamanan serta dispneu. Pengobatan spesifik ditujukan pada
penyebab dasar (co; gagal jantung kongestif, pneumonia, sirosis).
b) Torasentesis dilakukan untuk membuang cairan, untuk mendapatkan
specimen guna keperluan analisis dan untuk menghilangkan disneu.
c) Bila penyebab dasar malignansi, efusi dapat terjadi kembali dalam
beberapa hari tatau minggu, torasentesis berulang mengakibatkan nyeri,
penipisan protein dan elektrolit, dan kadang pneumothoraks. Dalam
keadaan ini kadang diatasi dengan pemasangan selang dada dengan
drainase yang dihubungkan ke system drainase water-seal atau pengisapan
untuk mengevaluasiruang pleura dan pengembangan paru.
d) Agen yang secara kimiawi mengiritasi, seperti tetrasiklin dimasukkan
kedalam ruang pleura untuk mengobliterasi ruang pleural dan mencegah
akumulasi cairan lebih lanjut.
e) Pengobatan lainnya untuk efusi pleura malignan termasuk radiasi dinding
dada, bedah plerektomi, dan terapi diuretic.
2.1.8 Pemeriksaan
a. Pemeriksaan diagnostik
1. Rontgen dada
2. Pemeriksaan fisik
3. Thoracentesis
4. Ultrasound
5. Biopsi pleura
Pemeriksaan histologis satu atau beberapa contoh jaringan pleura dapat
menunjukkan 50-75% diagnosis kasus pleuritis tuberkolosis dan tumor
pleura. Bila hasil biopsi pertama tidak memuaskan dapat dilakukan
biopsi ulangan. Komplikasi biopsi adalah pneumotorak, hemotorak,
penyebaran infeksi atau tumor pada dinding dada
Pemeriksaan penunjang lainnya :
Efusi Pleura | 16
Bronkoskopi : pada kasus-kasus neoplasma, korpus alienum, abses
paru
Scaning isotop : pada kasus-kasus dengan emboli paru
Torakoskopi (fiber-optic pleuroscopy) : pada kasus dengan
neoplasma atau TBC
b. Penatalaksanaan medis
1. Pengobatan spesifik sesuai dengan penyebab dasar, dengan tujuan :
Mencegah penumpukan cairan
Menghilangkan ketidaknyamanan
2. Thoracentesis
Membuang cairan untuk mendapatkan specimen guna keperluan
analisis
Menghilangkan dispnea
Efusi Pleura | 17
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita
penyakit-penyakit yang disinyalir sebagai penyebab effusi pleura
seperti Ca paru, asma, TB paru dan lain sebagainya.
2. Pola fungsional Gordon yang terkait
a. Pola nutrisi dan metabolisme
Dalam pengkajian pola nutrisi dan metabolisme, kita perlu melakukan
pengukuran tinggi badan dan berat badan untuk mengetahui status
nutrisi pasien, selain juga perlu ditanyakan kebiasaan makan dan
minum sebelum dan selama MRS pasien dengan effusi pleura akan
mengalami penurunan nafsu makan akibat dari sesak nafas dan
penekanan pada struktur abdomen. Peningkatan metabolisme akan
terjadi akibat proses penyakit. pasien dengan effusi pleura keadaan
umumnya lemah nutrisi dan metabolik.
b. Pola persepsi sensori dan kognitif
Akibat dari efusi pleura adalah penekanan pada paru oleh cairan
sehingga menimbulkan rasa nyeri.
c. Pola aktivitas dan latihan
Akibat sesak nafas, kebutuhan O2 jaringan akan kurang terpenuhi dan
akan cepat mengalami kelelahan pada aktivitas minimal. Disamping
itu pasien juga akan mengurangi aktivitasnya akibat adanya nyeri
dada. Dan untuk memenuhi kebutuhan ADL nya sebagian kebutuhan
pasien dibantu oleh perawat dan keluarganya.
d. Pola istirahat dan tidur
Karena adanya nyeri dada, sesak nafas dan peningkatan suhu tubuh
akan berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan tidur dan
istitahatnya.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : pasien tampak sesak napas
b. Tingkat kesadaran : composmentis
c. TTV :
RR : takipnea
N : takikardi
S : bila ada infeksi bisa hipertermia
TD : bisa hipotensia
d. Kepala : Mesochepal
Efusi Pleura | 18
e. Mata : Conjungtiva anemis
f. Hidung : Sesak nafas, cuping hidung
g. Dada : Gerakan pernafasan berkurang
h. Pulmo (paru – paru )
Inspeksi : Terlihat ekspansi dada simetris, tampak sesak nafas tampak
penggunaan otot bantu nafas
Palpasi : Vokal Fremitus menurun
Perkusi : Pekak (skonidulnes), redup
Auskultasi : Bunyi nafas menghilang atau tidak terdengar diatas
bagian yang terkena
2.2.2 Diagnosa
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d menurunnya ekspansi paru
sekunder terhadap penumpukkan cairan dalam rongga pleura.
2. Resiko infeksi b.d tindakan drainase (luka pemasangan WSD)
3. Gangguan rasa nyaman b.d batuk yang menetap dan sesak napas serta
perubahan suasana lingkungan
2.2.3 Intervensi
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d menurunnya ekspansi paru
sekunder terhadap penumpukkan cairan dalam rongga pleura
Diagnosa NOC NIC
Ketidakefektifan Respiratory status : Airway Suction
bersihan jalan napas Airway patency Auskultasi suara
b.d menurunnya napas sebelum
ekspansi paru Kriteria Hasil : dan sesudah
sekunder terhadap Mendemonstrasikan suctioning
penumpukkan cairan batuk efektif dan Informasikan pada
dalam rongga pleura suara napas yang klien dan keluarga
bersih, tidak ada tentang suctioning
Batasan sianosis dan dyspneu Minta klien napas
Karakterikstik : (mampu dalam sebelum
Suara napas mengeluarkan suction dilakukan
Efusi Pleura | 19
tambahan sputum, mampu Berikan O2
Perubahan irama bernapas dengan dengan
napas mudah, tidak ada menggunakan
Perubahan pursed lips) nasal untuk
frekuensi napas Menunjukkan jalan memfasilitasikan
Kesulitan napas yang paten suction
berbicara atau (klien tidak merasa nasotrakeal
mengeluarkan tercekik, irama napas, Gunakan alat yang
suara frekuensi pernapasan steril setiap
Sputum dalam dalam rentang melakukan
jumah yang normal, tidak ada tindakan
berlebih suara napas Anjurkan pasien
Batuk yang tidak abdnormal) untuk istirahat
efektif Mampu napas dalam
Sianosis mengidentifikasikan setelah kateter
dan mencegah faktor dikeluarkan dari
yang dapat nasotrakeal
menghambat jalan Monitor status
napas oksigen pasien
Ajarkan keluarga
bagaimana cara
melakukan suction
Hentikan suction
dan berikan
oksigen apabila
pasien
menunjukkan
bradikardi,
peningkatan
saturasi O2 dll.
Efusi Pleura | 20
tindakan drainase (luka (Kontrol Infeksi)
pemasangan WSD) Kriteria Hasil : Bersihkan
Klien bebas dari lingkungan
Faktor-faktor resiko : tanda dan gejala setelah dipakai
Penyakit kronis infeksi pasien lain
Pengetahuan yang Menunjukkan Pertahankan
tidak cukup untuk kemampuan untuk teknik isolasi
menghindari mencegah timbulnya Batasi
pemajanan patogen infeksi pengunjung bila
Pertahanan tubuh Mendeskripsikan perlu
primer yang tidak proses penularan Instruksikan pada
adekuat penyakit, faktor pengunjung untuk
Ketidakadekuatan yang mempengaruhi mencuci tangan
pertahanan sekunder penularan serta saat berkunjung
penatalaksanaannya dan setelah
Jumlah leukosit berkunjung
dalam batas normal Cuci tangan
Menunjukkan setiap sebelum
perilaku hidup sehat dan sesudah
tindakan
keperawatan
Pertahankan
lingkungan
aseptik selama
pemasangan alat
Tingkatkan intake
nutrisi
Berikan terapi
antibiotik bila
perlu
Infection
protection
proteksi terhadap
infeksi
Efusi Pleura | 21
Monitor tanda
dan gejala infeksi
sistemik dan lokal
Monitor
kerentanan
terhadap infeksi
Inspeksi kondisi
luka / insisi bedah
Dorong
masukkan nutrisi
yang cukup
Dorong
masukkan cairan
Dorong istirahat
Instruksikan
pasien untuk
minum antibiotik
sesuai resep
Ajarkan keluarga
dan pasien tanda
dan gejala infeksi
Ajarkan ara
menghindari
infeksi
Laporkan
kecurigaan
infeksi
Laporkan kultur
positif
3. Gangguan rasa nyaman b.d batuk yang mentap dan sesak napas serta
perubahan suasana lingkungan
Diagnosa NOC NIC
Gangguan rasa nyaman b.d Ansiety Anxiety Reduction
Efusi Pleura | 22
batuk yang menetap dan (penuruna kecemasan)
sesak napas sera perubahan Kriteria Hasil : Gunakan pendekatan yang
suasana lingkungan Mampu mengontrol menenangkan
kecemasan Nyatakan dengan jelas
Batasan Karakteristik : Status lingkungan yang harapan terhadap pelaku
Ansietas nyaman pasien
Gangguan pola tidur Mengontrol nyeri Jelaskan semua prosedur
Takut Kualitas tidur dan istirahat dan apa yang dirasakan
Ketidakmampuan untuk adekuat selama prosedur
rileks Control gejala Pahami prespektif pasien
Melaporkan perasaan Status kenyamanan yang terhadap situasi stress
tidak nyaman meningkat Temani pasien untuk
Melaporkan kurang puas Support sosial memberikan keamanan dan
dengan keadaan Keinginan untuk hidup mengurangi takut
Melaporkan kuang Lakukan back / neck rub
senang dengan situasi Dengarkan dengan penuh
tersebut
perhatian
Gelisah
Identifikasi tingkat
Berkeluh kesah
kecemasan
Bantu pasien mengenal
situasi yang menimbulkan
kecemasan
Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
Instruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi
Berikan obat untuk
mengurangi kecemasan
2.2.4 Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegitan yang dilakuakan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke
Efusi Pleura | 23
status kesehatan yang lebih baikyang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan. (gordon 1994, dalam potter perry 1997)
Tipe implementasi menurut craven dan hirnle (2002) secara garis besar terdapat
tiga kategori :
a. Cognitifve implementation (meliputi pengajara/pendidikan)
b. Interpersonal implementation (meliputi koordinasi kegiatan-kegiatan)
c. Tehnical implementation (meliputi pemberian perawatan terhadap klien)
Sedangakan dalam pelaksanaannya implementasi keperawatan ada tiga yaitu :
a. Independent implementations
Implementasi yang diprakarsai oleh perawat sendiriuntuk membantu
klien dalam mengatasi masalahnya sesuai dengan kebutuhan.
b. Independent/colaborative implementations
c. Tindakan keperawatan atas dasar kerja sama sesama tim keperawatan
atau dengan tim kesehatan lainnya.
d. Dependent implementations
Tindakan keperawatan atas dasar rujukan dari profesi lain.
Tahap yang perlu diperhatikan dalam implementasi :
1. Tahap persiapan
2. Tahap pelaksanaan
3. Tahap terminasi
2.2.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan keputusan dari efektifitas asuhan keperawatan anatara
dasar tujuan keperawatan klien yang telah ditetapkan dengan respon prilaku
klien yang tampil. (craven dan himle 2003).
Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai tindakan
keperawatan yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan
klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan.
Evaluasi merupakan hasil dari catatan perkembangan pasien, ada beberapa cara
pencatatan perkembangan tersebut diantaranya :
1. SOAP (Subjektif, Objektif, Analis, dan Planing)
2. SOAPIER (Subjektif, Objektif, Analis, Planing, Implementasi, Evaluasi,
Revisi)
3. DAR (Data, Action, Respons)
Efusi Pleura | 24
Menerut ziegler,voughan-wrobel dan erlen, evaluasi dibagi menjadi 3 jenis
yaitu :
a. Evaluasi struktur
Evaluasi ini di fokuskan pada kelengkapan tata cara atau keadaan sekeliling
tempat pelayanan keperawatan diberikan.
b. Evaluasi proses
Evaluasi ini berfokus pada penampilan kerja perawat dan apakah perawat
dalam memerikan pelayanan merasa cocok, tanpa tekanan dan sesuai
wewenang.
c. Evaluasi hasil
Evaluasi ini berfokus pada respon dan fungsi klien.
Ukuran pencapaian tujuan pada tahap evaluasi meliputi :
1) Masalah teratasi (jika klien menunjukan hasil sesuai dengan tujuan dan
kriteria hasil yang telah ditetapkan)
2) Masalah sebagian teratasi (jika klien menunjukan perubahan sebagian dari
tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan)
3) Masalah tidak teratasi (jika klien tidak menunjukkan perubahandan
kemajuan sama sekali yang sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang
telah ditetapkan atau bahkan timbul masalah atau diagnosa keperawatan
baru.
Efusi Pleura | 25
BAB 3
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Efusi pleura adalah pengumpulan cairan di dalam rongga pleura akibat
transudasi atau eksudasi yang berlebihan dari permukaan pleura (Suzanne Smeltzer:
2001). Rongga pleura adalah rongga yang terletak diantara selaput yang melapisi paru-
paru dan rongga dada, diantara permukaan viseral dan parietal.
Efusi pleura bukan merupakan suatu penyakit, akan tetapi merupakan tanda
suatu penyakit. Efusi dapat terdiri dari cairan yang relatif jernih, yang mungkin
merupakan cairan transudat atau eksudat, atau dapat mengandung darah dan purulen.
Penyebab efusi pleura terdiri dari infeksi dan non infeksi. Dan biasanya efusi pleura di
tandai dengan sesak napas, nyeri pada area dada, demam, menggigil. Komplikasi pada
pleura biasanya terjadi fibrosis paru, infeksi.
Untuk mengetahui dengan adanya efusi pleura bisa dilakukan rongten dada.
Untuk terapiutik efusi pleura bisa dilakukan dengan torakosentesis.
1.2 Saran
Berdasarkan isi makalah ini penulis menyarankan untuk mempelajari materi
dengan sebaiknya dan mencari referensi yang kebih banyak agar mengetahui ilmu-ilmu
baru dari materi ini.
Semoga makakah ini menjadikan bahan pembelajaran bagi mahasiswa untuk
dapat memahami secara luas tentang Efusi Pleura dan mempermudah mahasiswa
untuk memahami pembelajaran Respirasi 2.
Efusi Pleura | 26
DAFTAR PUSTAKA
Soemantri, irman. 2009. Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem
pernafasan. Jakarta. Salemba medika
Nurarif, Amin Huda, Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta. MediAction
Masjoer arif, Dkk. 2001. Kapita selekta kedokteran. Jakarta. Media aesculaplus
Efusi Pleura | 27