1.1 PENDAHULUAN
1
utama kematian perinatal sekalipun penatalaksanaan plasenta previa sudah
dilakukan dengan benar. Di samping masalah prematuritas, perdarahan
akibat plasenta previa akan fatal bagi ibu jika tidak ada persiapan darah atau
komponen darah dengan segera. 2
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2.2 Plasenta Normal
Setelah terjadinya fertilisasi ovum oleh sperma maka sel yang
dihasilkan disebut sebagai zygote. Kemudian terjadi pembelahan pada zygote
sehingga menghasilkan apa yang disebut sebagai blastomers, kemudian
morula dan blastokist. Pada tahap-tahap perkembangan ini, zona pellucida
masih mengelilingi. Sebelum terjadinya implantasi, zona pellucida
menghilang sehingga blastosit menempel pada permukaan endometrium.
Dengan menempelnya blastokist pada permukaan endometrium maka
blastosit menyatu dengan epitel endometrium. Setelah terjadi erosi pada sel
epitel endometrium, trophoblast masuk lebih dalam ke dalam endometrium
dan segera blastokist terkurung di dalam endometrium. Implantasi ini terjadi
pada daerah endometrium atas terutama pada dinding posterior dari uterus. 3
Endometrium sendiri sebelum terjadinya proses di atas terjadi
perubahan untuk menyiapkan diri sebagai tempat implantasi dan memberi
makan kepada blastokist yang disebut sebagai desidua. Setelah terjadi
implantasi desidua akan dibedakan menjadi : 3
a. Desidua basalis : desidua yang terletak antara blastokist dan miometrium
b. Desidua kapsularis : desidua yang terletak antara blastokist dan kavum
uteri
c. Desidua vera : desidua sisa yang tidak mengandung blastokist
Bersamaan dengan hal ini pada daerah desidua basalis terjadi suatu
degenerasi fibrinoid, yang terletak diantara desidua dan trofoblast untuk
4
menghalangi serbuan trofoblast lebih dalam lagi. Lapisan dengan degenerasi
fibrinoid ini disebut sebagai lapisan Nitabuch. Pada perkembangan
selanjutnya, saat terjadi persalinan, plasenta akan terlepas dari endometrium
pada lapisan Nitabuch tersebut. 3
B. Etiologi
Beberapa faktor predisposisi terjadinya plasenta previa adalah
sebagai berikut : 3,5
1. Multiparitas dan umur lanjut (≥ 35 tahun).
2. Defek vaskularisasi desidua yang kemungkinan terjadi akibat
perubahan atrofik dan inflamatorotik.
3. Cacat atau jaringan parut pada endometrium oleh bekas pembedahan
(SC, Kuret, dll).
4. Korpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum siap
menerima hasil konsepsi.
5. Konsepsi dan nidasi terlambat.
6. Plasenta besar pada hamil ganda dan eritoblastosis atau hidrops fetalis.
5
o Kehamilan kembar (gamelli).
o Tumbuh kembang plasenta tipis.
2. Kurang suburnya endometrium :
o Malnutrisi ibu hamil.
o Melebarnya plasenta karena gamelli.
o Bekas seksio sesarea.
o Sering dijumpai pada grandemultipara.
3. Terlambat implantasi :
o Endometrium fundus kurang subur.
o Terlambatnya tumbuh kembang hasil konsepsi dalam bentuk
blastula yang siap untuk nidasi.
Patofisiologi
Plasenta previa umumnya terjadi pada trimester ketiga karena pada saat itu
segmen bawah rahim lebih mengalami perubahan karena berkaitan dengan
semakin tuanya kehamilan.
perdarahan trimester tiga yaitu plasenta previa yang memiliki tanda khas dengan
perdarahan tanpa rasa sakit. perdarahan diperkirakan terjadi dalam hubungan
dengan perkembangan segmen bawah rahim (SBR) pada trimester tiga. Dengan
bertambah tuanya kehamilan, segmen bawah rahim (SBR) lebih melebar lagi dan
serviks mulai membuka. Apabila plasenta tumbuh pada segmen bawah rahim
(SBR), pelebaran segmen bawah rahim (SBR) dan pembukaan serviks tidak dapat
diikuti oleh plasenta yang melekat disitu tanpa diikuti tanpa terlepasnya sebagian
plasenta dari dinding uterus. Pada saat itu mulailah terjadi perdarahan. Darahnya
6
bewarna merah segar,berlainan dengan darah yang disebabkanoleh solusio
plasenta yang bewarna kehitam-hitaman. Sumber perdarahannya ialah sinus uteri
yang robek karena terlepasnya plasenta dari dinding uterus atau karena robekan
sinus marginalis dari plasenta. Perdarahannya tidak dapat dihindarkan karena
ketidakmampuan serabut otot segmen bawah rahim (SBR) untuk berkontraksi
menghentikan perdarahan itu, sebagaimana serabut otot uterus menghentikan
perdarahan pada kala tiga dengan plasenta yang letanya normal. Makin rendah
letak plasenta, makin dini perdarahan terjadi.
C. Klasifikasi
Klasifikasi plasenta previa tidak didasarkan pada keadaan anatomik
melainkan fisiologik. Seiring dengan perkembangan kehamilan,
pendataran serta pembukaan servix. Klasifikasi plasenta previa dapat
berubah. 6
Secara umum plasenta previa diklasifikasikan menjadi:7,8,9
a. Plasenta previa totalis atau komplit, yaitu bila plasenta menutupi
seluruh ostium uteri internum.
b. Plasenta previa parsialis, bila plasenta menutupi sebagian ostium uteri
internum.
c. Plasenta previa marginalis, bila tepi plasenta berada pada pinggir
ostium uteri internum.
d. Plasenta letak rendah, bila tepi bawah plasenta berada pada jarak lebih
kurang 2 cm dari ostium uteri internum.
7
Plasenta Normal Plasenta Previa
8
D. Gambaran klinik
Perdarahan tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri merupakan gejala
utama dan pertama dari plasenta previa. Perdarahan dapat terjadi selagi
penderita tidur atau bekerja biasa. Perdarahan pertama biasanya tidak
banyak, sehingga tidak akan berakibat fatal. Akan tetapi perdarahan
berikutnya hampir selalu banyak daripada sebelumnya, apalagi jika
sebelumnya telah dilakukan pemeriksaan dalam. Walaupun perdarahan
sering dikatakan terjadi dalam triwulan ketiga, akan tetapi tidak jarang
pula dimulai sejak kehamilan 20 minggu karena sejak itu segmen bawah
uterus telah terbentuk dan mulai melebar serta menipis. Dengan bertambah
tuanya kehamilan, Segmen bawah uterus akan lebih melebar lagi dan
serviks mulai membuka. Apabila plasenta tumbuh pada segmen bawah
uterus, pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan serviks tidak dapat
diikuti oleh plasenta yang melekat di situ tanpa terlepasnya sebagian
palsenta dari dinding uterus. Pada saat itu mulailah terjadi perdarahan.
Darahnya berwarna merah segar, berlainan dengan darah yang disebabkan
oleh solusio plasenta yang berwarna kehitam-hitaman. Sumber
perdarahannya ialah sinus uterus yang terobek karena terlepasnya plasenta
dari dinding uterus, atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta .
Perdarahannya tak dapat dihindarkan karena ketidakmampuan serabut otot
segmen bawah uterus untuk berkontraksi menghentikan perdarahan itu,
tidak sebagaimana serabut otot uterus menghentikan perdarahan pada kala
3 dengan plasenta yang letaknya normal. Makin rendah letak plasenta,
makin dini perdarahan terjadi. 2,3,5
E. Diagnosa
Diagnosa plasenta previa ditegakkan dengan adanya gejala-gejala
klinis dan pemeriksaaan :
1. Anamnesis
Gejala utama berupa perdarahan pada kehamilan setelah 28
minggu atau pada kehamilan trimester III yang bersifat tanpa sebab
9
(causeless), tanpa nyeri (painless), dan berulang (recurrent), warna
merah segar.
Sebab perdarahan : placenta dan pembuluh darah yang robek;
terbentuknya SBR, terbukanya osteum/manspulasi intravaginal/rectal.
Sedikit banyaknya perdarahan; tergantung besar atau kecilnya
robekan pembuluh darah dan placenta. 7,8
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan luar :
Inspeksi : 5,6
o Dapat dilihat perdarahan pervaginam banyak atau sedikit.
o Jika perdarahan lebih banyak; ibu tampak anemia.
10
radioisotop, ibu dan janin dihadapkan pada bahaya radiasi sehingga
cara ini ditinggalkan. Sedangkan USG tidak menimbulkan bahaya
radiasi dan rasa nyeri dan cara ini dianggap sangat tepat untuk
menentukan letak plasenta.5,8
Penentuan letak plasenta secara langsung :
Pemeriksaan ini sangat berbahaya karena dapat menimbulkan
perdarahan banyak. Pemeriksaan harus dilakukan di meja operasi.
Perabaan forniks. Mulai dari forniks posterior, apa ada teraba tahanan
lunak (bantalan) antara bagian terdepan janin dan jari kita.
Pemeriksaan melalui kanalis servikalis. Apabila kanalis servikalis
telah terbuka, jari di masukkan hati-hati kedalam kanalis servikalis
untuk meraba adanya jaringan plasenta.5,6
F. Komplikasi
Komplikasi yang dapat ditimbulkan dari adanya plasenta previa
adalah sebagai berikut : 4
1. Pada ibu dapat terjadi :
o Perdarahan hingga syok akibat perdarahan
o Anemia karena perdarahan
o Plasentitis
o Endometritis pasca persalinan
2. Pada janin dapat terjadi :
o Persalinan premature dan Asfiksia berat
11
H. Pengaruh Plasenta Previa Terhadap Partus
1. Letak janin yan tidak normal; partus akan menjadi patologis.
2. Bila pada placenta previa lateralis; ketuban pecah/dipecahkan dapat
terjadi prolaps funkuli.
3. Sering dijumpai insersi primer.
4. Perdarahan. 4
J. Penatalaksanaan 2,5,6
Semua pasien dengan perdarahan per vagina pada kehamilan trimester
ketiga, dirawat di rumah sakit tanpa periksa dalam. Bila pasien dalam
keadaan syok karena pendarahan yang banyak, harus segera diperbaiki
keadaan umumnya dengan pemberian infus atau tranfusi darah.
Selanjutnya penanganan plasenta previa bergantung kepada :
1. Keadaan umum pasien, kadar hb.
2. Jumlah perdarahan yang terjadi.
3. Umur kehamilan/taksiran BB janin.
4. Jenis plasenta previa.
5. Paritas dan kemajuan persalinan
12
1. Penanganan Ekspektif
Kriteria : - Umur kehamilan kurang dari 37 minggu.
- Perdarahan sedikit
- Belum ada tanda-tanda persalinan
- Keadaan umum baik, kadar Hb 8 gr% atau lebih.
Rencana Penanganan :
1. Rawat inap, tirah baring, dan berikan antibiotik profilaksis
2. Lakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui implantasi
plasenta, usia kehamilan, profil biofisik, letak dan presentasi janin
3. Periksa Hb, HCT, COT, golongan darah.
4. Awasi tanda vital ibu, perdarahan, dan detak jantung janin.
5. Berikan tokolitik bila ada kontraksi :
o MgSO4 4 g IV dosis awal dilanjutkan 4 g setiap 6 jam
o Nifedipin 3 x 20 mg/hari
o Betamethason 24 mg IV dosis tunggal untuk pematangan paru
janin
Catatan :
1. Uji pematangan paru janin dengan test kocok dari hasil amniosentesis
2. Bila setelah usia kehamilan di atas 34 minggu, plasenta masih berada
disekitar ostium uteri internum, maka dugaan plasenta previa menjadi
jelas, sehingga perlu dilakukan observasi dan konseling untuk menghadapi
kemungkinan keadaan gawat darurat
3. Bila perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 minggu masih
lama, pasien dapat dipulangkan untuk rawat jalan (kecuali apabila rumah
pasien di luar kota dan jarak untuk mencapai rumah sakit lebih dari 2 jam)
4. Terapi aktif (tindakan segera)
Wanita hamil di atas 22 minggu dengan perdarahan pervaginam
yang aktif dan banyak, harus segera ditatalaksana secara aktif tanpa
memandang maturitas janin. Cara menyelesaikan persalinan dengan
plasenta previa.
13
2. Penanganan aktif
Kriteria :
o Umur kehamilan >/ = 37 minggu, BB janin >/ = 2500 gram.
o Perdarahan banyak 500 cc atau lebih.
o Ada tanda-tanda persalinan.
o Keadaan umum pasien tidak baik ibu anemis Hb < 8 gr%.
Untuk menentukan tindakan selanjutnya SC atau partus
pervaginum, dilakukan pemeriksaan dalam kamar operasi, infusi transfusi
darah terpasang.
14
3. Tindakan versi Braxton-Hicks dengan pemberat untuk
menghentikan perdarahan (kompresi atau tamponade bokong dan
kepala janin terhadap plasenta) hanya dilakukan pada keadaan
darurat, anak masih kecil atau sudah mati, dan tidak ada fasilitas
untuk melakukan operasi.
15
yang berdarah. Bila his tidak adekuat dapat diberikan piton drip. Namun
bila perdarahan tetap ada maka dilakukan seksio sesar. Persalinan dengan
seksio sesar diindikasikan untuk plasenta previa totalis baik janin mati atau
hidup, plasenta previa lateralis dimana perbukaan < 4 cm atau servik
belum matang, plasenta previa dengan perdarahan yang banyak dan
plasenta previa dengan gawat janin. Plasenta previa dengan perdarahan
merupakan keadaan darurat kebidanan yang memerlukan penanganan yang
baik. Bentuk pertolongan pada plasenta previa adalah:
1. Segera melakukan operasi persalinan untuk dapat menyelamatkan ibu
dan anak atau untuk mengurangi kesakitan dan kematian.
2. Memecahkan ketuban di atas meja operasi selanjutnya pengawasan
untuk dapat melukakan pertolongan lebih lanjut.
3. Bidan yang menghadapi perdarahan plasenta previa dapat mengambil
sikap melakukan rujukan ke tempat pertolongan yang mempunyai
fasilitas yang cukup.
K. Prognosis 4
Pada plasenta previa dengan penanggulangan yang baik, maka
kematian ibu rendah sekali, tapi jika keadaan janin buruk menyebabkan
kematian perinatal prematuritas.
1. Maternal
Tanpa melakukan tindakan Double setup, langsung melakukan
tindakan seksio sesar dan pemberian anaestesi oleh tenaga kompeten,
maka angka kematian dapat diturunkan sampai < 1%.
2. FETAL
Mortalitas perinatal yang berhubungan dengan plasenta previa
kira-kira 10% Meskipun persalinan prematur, solusio plasenta, cedera
talipusat serta perdarahan yang tak terkendali tak dapat dihindari,
angka mortalitas dapat sangat diturunkan melalui perawatan obstetrik
dan neonatus yang ideal.
16
BAB III
3.1 Kesimpulan
Plasenta previa, perdarahan yang terjadi pada implantasi plasenta, yang
menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum. Dasar diagnosis gangguan
ini meliputi adanya perdarahan tanpa rasa sakit ,keadaan umum setelah
perdarahan tergantung pada keadaan umum sebelumnya, jumlah, kecepatan, dan
lamanya perdarahan serta menimbulkan gejala klinis pada ibu dan janin; perut ibu
lemas sehingga mudah meraba bagian terendah; terdapat kelainan letak atau
bagian terendah belum masuk PAP.
Gejala klinis ibu bergantung pada keadaan umum dan jumlah darah yang
hilang, yang bersifat sedikit demi sedikit atau dalam jumlah besar dalam waktu
singkat; terjadi gejala kardiovaskuler dalam bentuk frekuensi nadi meningkat dan
tekanan darah menurun, anemia disertai ujung jari dingin, perdarahan banyak
dapat menimbulkan syok sampai kematian.
17
DAFTAR PUSTAKA
18
8. Dinata F. Plasenta previa. Available from URL:http//www.google.com/.
Accessed on Februari 1, 2018
19