Anda di halaman 1dari 4

TAHAP II BANTUAN HIDUP LANJUT

D. Drugs and Fluid” (Obat-obatan dan Cairan)

Obat-obatan.

1. Adrenalin
Adrenalin adalah obat yang harus segera diberikan bila henti jantung yang terjadi kurang
dari 2 (dua ) menit dan disaksikan. Dosisnya 0,5 – 1,0 mg. ( dosis untuk orang dewasa),
diberikan IV atau dapat diencerkan dengan Aquadess sampai 10 ml. pada anak – anak
dosis nya adalah 10 mcg/kg. apabila jalur vena belum ada, dapat diberikan inratrakea
lewat pipa endotrakea ( 1ml adrenalin 1:1000 diencerkan dengan 9ml dengan Aquadess
steril ). Apabila keadaan sangat mendesak, dapat diberikan intrakardiak. Tetapi cara
intrakardiak tidak dianjurkan lagi. Pemberiannya dapat diulang setelah 3-5 menit
pemberian dosis pertama
2. Natrium Bikarbonat
Natrium bikarbonat di berikan pertama kali bila henti jantungnya di perkirakan lebih dari
2 menit karna keadaan ini asidosis yang terjadi sangat berat. Pada henti jantung kurang
dari 2 menit tidak perlu diberikan obat ini. Karna asidosis yang terjadi masih ringan dan
hal ini dapat segera dikoreksi dengan pemberian nafas buatan yang adekuat.
Dosis permulaan : 1 mEq/kg, kemudian dapat diulang setiap 10 menit dengan
dosis 0,5 mEq/kg sampai jangtung berdenyut spontan. Kemasan berisi 10 ml dan 1 ml :
1mEq/L, pemberian hanya boleh IV.
Untuk mengoreksi asidosis secara tepat harus cek analisis gas darah, sehingga
diketahui defisit basa yang terjadi, perhitungan Natrium bikarbonat yang diperlukan
adalah defisit basa x 0,25 BB
3. Glukosa 40%
Pemberian ini untuk mencegah hipoglikemia karna metabolism anaerob, tubuh tidak
mampu menyediakan glukosa siap pakai sedangkan organ ( otak, jantung,ginjal,dan sel
darah merah sangat perlu glukosa) dosisnya 1 g/kg BB. Pemberian IV.
4. Kalsium
Kation ini sangat diperlukan pada henti jantung, bentk garam yang disukai adalah
kalsium klorida 10%, bisa juga diberikan kalsium glukosa 10%. Dosisnya 5 ml, untuk
dewasa dengan BB 70 kg, diberikan IV

Terapi Cairan

Pada saat memulai langkah D, Usaha Kanulasi vena baik perifer maupun sentral harus
segera dilakukan, tujuannya untuk: menyediakan jalur vena terbuka untuk memasukkan obat-
obatan dan menambah volume sirkulasi darah terutama pada penderita syok akibat perdarahan
akut atau dehidrasi.
E. Electrocardiography
Alat pantau EKG adalah alat pantau standar yang harus tersedia di unit-unit Gawat
Darurat. Diagnosis henti jantung harus mutlak ditegakkan melalui pemeriksaann EKG,
sehingga dapat dilakukan bantuan hidup lanjut secara tepat. Ada 3 pola gambaran EKG
yakni:
1. Asistol Ventrikel
2. Disosiasi elektromekanik (EMD)
3. Fibrilasi Ventrikel

1. Asistol Ventrikel

Ketiadaan denyut jantung dengan gambaran EKG yang Isoelektris, yang paling sering
disebabkan oleh hipoksia, asfiksia dan blok jantung.

Usaha pertolongannya adalah:

1) Bantuan hidup dasar


2) Lakukan pukulan perikordial
3) Yakinkan bahwa gambaran tersebut bukan fibrilasi ventrikel
4) Berikan obat-obatan : adrenalin, natrium bikarbonat, atropine yang dapat diulang
esuai kebutuhan.
5) Bila belum berhasil biasanya disebabkan oleh blok jantung dan segera pasang alat
pacu jantung.

2. Disosiasi Elektromekanik

Ketiadaan denyut dengan gambaran EKG abnormal dan terdapat pola QRS yang khas.
Mekanisme kontraksi tidak efektif sehingga denyut nadi tidak teraba.

Usaha pertoolongan :

1) Bantuan Hidup dasar


2) Pemberian obat-obatan
3) Usahakan mencari penyebab yang bisa dikoreksi
4) Terapi cairan yang adekuat

3. Fibrilasi Ventrikel
Fibrilasi Ventrikel paling sering menyebabkan kematian jantung mendadak. Keadaan ini
merupakan getar ventrikel jantung secara kontinyu dan tidak teratur sehingga tidak bisa
memompakan darah keseluruh tubuh. Pada EKG akan tampak osilasi yang khas tanpa
komplek QRS.

Usaha pertolongan :

1) Tanpa menunggu EKD segera lakukan bantuan hidup dasar


2) Dilanjutkan dengan tindakan pukulan prekordial terutama pada fibrilasi yang
disaksikan.
3) Berikan obat-obatan : adrenalin dan natrium bikarbonat sesuai dosis jika perlu
diulang
4) Evaluasi dengan EKG, bila gambaran EKG halus berikan adrenalin lagi agar berubah
menjadi kasar, karena fibrilasi kasar lebih mudah dikembalikan ke irama sinus
dengan terapi fibrilasi.

F. Fibrilation Treatment
Terapi Fibrilasi adalah usaha untuk segera mengakhiri disritmia takhikardia ventrikel dan
fibrilasi ventrikel menjadi irama sinus normal dengan mempergunakan syok balik listrik.
Syok balik listrik ini menghasilkan depolarisasi serentak semua serat otot jantung dan
setelah itu jantung akan berkontraksi spontan, asalkan otot jantung mendapat oksigen
yang cukup dan tidak menderita asidosis. Terapi syok balik listrik bisa dengan arus bolak
balik atau arus searah melalui dada.
Cara dengan arus bolak balik sudah tidak popular disbanding cara arus searah, besarnya
energi yang umum digunakan untuk syok arus searah adalah 400 joule untuk orang
dewasa, 100-200 Joule untuk anak-anak dan 50-100 joule untuk bayi. Pada takikardi
energi yang dibutukan lebih kecil. Dosis yang tepat tergantung BB : Dewasa 3 J/KgBB,
anak 2 J/kgBB, dan dosis ulangan 5 J/kgBB.

TAHAP III BANTUAN HIDUP JANGKA PANJANG

Langkah-langkah pada tahap III merupakan tahapan bantuan hidup jangka panjang, yaitu
pengelolaan intensif untuk mencegah kegagalan organ multipel yang merupakan satu kesatuan
langkah yang terdiri dari :

(G) Gauging : menetukan dan memberi terapi penyebab kematian dan menilai sejauh mana
pasien dapat diselamatkan.

(H) Human Mentation : SSP diharapkan pulih dengan tindakan resusitasi otak yang baru dan

(I) Intensive Care : resusitasi jangka panjang.


Dalam resusitasi darurat, seseorang dinyatakan mati, jika :

1. Terdapat tanda- tanda mati jantung.

2. Sesudah dimulai resusitasi pasien tetap tidak sadar, tidak timbul ventilasi spontan dan refleks
muntah serta pupil tetap dilatasi selama 15 sampai 30 menit atau lebih, kecuali kalau pasien
hipotermik atau dibawah pengaruh barbiturat atau anestesia umum.

Dalam keadaan darurat resusitasi dapat diakhiri bila ada salah satu dari berikut ini:

1. Telah timbul kembali sirkulasi dan ventilasi spontan yang efektif.

2. Upaya resusitasi telah diambil alih oleh orang lain yang lebih bertanggung jawab meneruskan
resusitasi (bila tidak ada dokter).

3. Seorang dokter mengambil alih tanggung jawab (bila tidak ada dokter sebelumnya).

4. Penolong terlalu capek sehingga tak sanggup meneruskan resusitasi.

5. Pasien dinyatakan mati

Anda mungkin juga menyukai