Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KEPERAWATAN ANAK
PENYAKIT ASMA PADA ANAK

Dosen Pembimbing: Dodik Hartono S.Kep., Ns., M.Kep


Di Susun Oleh
Sofihatul
Muslehatun hasanah
Rista ria arini
Luddiana husein
Zainal arifin
Syahidatul maimunah
Lu’luul mukarromah
Nur Aisyah
M. Baidowwi
Yuliatin
Zainullah
Zubaidah
Lisa Sintia
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN STIKES
HAFSHAWATY
PESANTREN ZAINUL HASAN GENGGONG
2018
KATA PENGANTAR

Pujisyukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, tuhan yang Maha Pengasih
lagi Maha Penyayang. Atas bimbingan dan pertolongan nya sehingga makalah ini
dapat tersusun dengan berdasarkan berbagai sumber pengetahuan yang bertujuan
untuk membantu proses belajar mengajar mahasiswa agar dapat berlangsung
secara efektif dan efisien. Sehingga dapat di terbitkan sesuai dengan yang di
harapkan dan dapat di jadikan pedoman dalam melaksanakan kegiatanSehari-hari
dan sebagai panduan dalam melaksanakan makalah dengan judul “keperawatan
Anak”dan dengan selesainya penyusunan makalah ini, kami juga tidak lupa
menyampaikan ucapa terima kasih kepada :
1. KH.Moh.Hasan Mutawakkil ‘Alallah,S.M.M, Sebagai Pengasuh Pondok
Pesantren Zainul Hasan Genggong
2. Ns. Iin Isnawati,S.Kep,M.Kep, Sebagai Ketua Stikes Hafshawaty Zainul
Hasan Genggong
3. Ana fitria Nusantara, S.Kep.,Ns.,M.Kep., Sebagai Ketua prodi S1 keperawatan
4. Dodik Hartono, S.Kep., Ns, selaku pembimbing makalah keperawatan Anak
5. Santi Damayanti,A.Md, Sebagai Ketua perpustakaan Stikes Hafshawaty
Zainul Hasan Genggong
6. Teman-teman Kelompok Penyusun Makalah
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Sebagai manusia
yang memiliki keterbatasan, kami sebagai penyusun makalah ini mohon maaf jika
ada kesalahan.

Genggong,11 Februari 2018

Penulis
LEMBAR KONSULTASI
MAKALAH
KEPERAWATAN ANAK 1
NO. TANGGAL NAMA DOSEN EVALUASI PARAF
LEMBAR PENGESAHAN
MAKALAH
KEPERAWATAN ANAK 1

DOSEN PEMBIMBING KETUA KELOMPOK

Dodik Hartono, S.Kep., Ns


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i


KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
LEMBAR KONSUL ............................................................................................ iii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iv
DAFTAR ISI ...........................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah ..........................................................................................
C. Tujuan ............................................................................................................
D. Manfaat ..........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN ..........................................................................................
A. Anatomi Fisiologi Pernafasan ......................................................................
B. Definisi .........................................................................................................
C. Etiologi .........................................................................................................
D. Klasifikasi .....................................................................................................
E. Pathofisiologi ................................................................................................
F. Pathaway.......................................................................................................
G. Manifestasi klinis ..........................................................................................
H. Pemeriksaan Penunjang ................................................................................
I. Penatalaksanaan ............................................................................................
J. Askep Teori .................................................................................................
BAB III PENUTUP ..................................................................................................
A. Kesimpulan ....................................................................................................
B. Saran ...............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................
JURNAL PENDUKUNG .........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asma merupakan penyakit yang sangat mudah dikenal oleh kalangan
masyarakat sehingga penyakit asma bias menimbulkan kecemasan bagi
masyarakat karena asma adalah proses peradangan disaluran nafas yang
mengakibatkan peningkatan responsive dari saluran nafas terhadap berbagai
stimulas yang dapat menyebabkan penyempitan jalan nafas saluran nafas (Brunner
& Suddarth,2002)
Sekitar 15% orang di Australia dengan cacat intelektual (ID) dilaporkan
memiliki asma. Asma adalah gangguan inflamasi kronis pada saluran udara yang
dikaitkan dengan peningkatan jalan napas hiper-yang bertanggung siveness yang
mengarah ke episode berulang mengi, sesak napas, sesak dada, dan batuk (Global
Initiative untuk Asthma, 2014). Dalam mengobati penyakit pernapasan,
menghirup adalah rute disukai trasi adminis-, menggunakan inhaler meteran dosis,
inhaler bubuk kering, atau nebuliser. Satu-satunya penelitian yang diterbitkan dari
penggunaan obat pernafasan pada orang dewasa dengan ID (pada orang
menghadiri penilaian kesehatan rawat jalan klinik Australia) menunjukkan bahwa
kedua inhaler dan obat-obatan nebulised sedang diresepkan (Davis et al., 2014).

Uraian di atas telah menunjukkan bahwa Hal tersebut memerlukan pasien


dengan asma dapat memahami penggunaan obat asma (misalnya, penggunaan prn
[yang diperlukan], atau “pereda,” obat vs biasa, atau “pencegah,” obat) dan
menggunakan teknik inhaler yang benar. Teknik inhaler tidak intuitif dan perlu
secara individual diajarkan (Bauman, 1997).

B.Rumusan Masalah
Dalam penyakit Asma ini, yang menjadi rumusan masalah yaitu:
1. Apa yang dimaksud proses anatomi fisiologi pada penyakit asma?
2. Apa yang dimaksud dengan penyakit asma?
3. Apa klasifikasi penyakit asma?
4. Apa yang dimaksud manisfestasi klinis pada penyakit asma?
5. Apa etiologi terjadinya penyakit asma?
6. Bagaimana pathofisiologi pada penyakit asma?
7. Bagaimana pathaway penyakit asma?
8. Bagaimana pemeriksaan penunjang pada penyakit asma?
9. Bagaimana penatalaksanaan pada penyakit asma?
10. Bagaimana proses askep teori pada penyakit asma?
C. Tujuan
Tujuan dari menulis makalah ini yaitu:
1. Untuk mempelajari proses anatomi fisiologi pada penyakit asma
2. Untuk mengetahui penyakit asma
3. Untuk mengetahui klasifikasi penyakit asma
4. Untuk mengetahui manisfestasi klinis pada penyakit asma
5. Untuk mengetahui etiologi terjadinya penyakit asma
6. Untuk mengetahui pathofisiologi pada penyakit asma
7. Untuk mengetahui pathaway penyakit asma
8. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang pada penyakit asma
9. Untuk mengetahui penatalaksanaan pada penyakit asma
10. Untuk mengetahui proses askep teori pada penyakit asma
D. Manfaat
1. mahasiswa dapat memiliki pengetahuan ilmu penyakit asma
2. masyarakat dapat memiliki pemahaman tentang penyakit asma
3. institut dapat pengetahuan dan pemaham lebih tentang penyakit asma
BAB II
PEMBAHASAN
A. Anatomi fisiologi pernafasan

1. Hidung
Hidung atau naso atau nasal merupakan saluran udara yang pertama,
mempunyai dua lubang (kavum nasi), dipisahkan oleh sekat hidung
(septum nasi). Didalamnya terdapat bulu-bulu yang berguna untuk
menyaring udara, debu dan kotoran yang masuk kedalam lubang hidung
2. Faring
Tekak atau faring merupakan tempat persimpangan antar jalan pernapasan
dan jalan makanan, terdapat di bawah dasar tengkorak, dibelakang rongga
hidung dan mulut sebelah depan ruas tulang leher. Hubungan faring
dengan organ-organ lain: ke atas berhubungan dengan rongga hidung,
dngan rongga mulut, tempat hubungan ini benama istmus fausium:
kebawah terdapat 2 lubang kedepan lubang faring: kebelakang lubang
esofagus. Dibawah selaput lender terdapat jaringan ikat, juga di beberapa
tempat terdapat folikel getah bening. Perkumpulan getah bening ini
dinamakan adenoid. Di sebelahnya terdapat 2 buah tonsil kiri dan kanan
dari tekak. Disebelah belakang terdapat epiglottis (empang tenggorokan
yang berfungsi menutup laring pada waktu menelan makanan.
3. Laring
Laring merupakan saluran udara dan bertindak sebagai embentukan suara,
terletak didepan faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk
kedalam trakea dibawahnya. Tenggorokan dapat ditutup oleh sebuah
empang tenggorokan yaitu epiglottis yang terdiri dari tulang rawan yang
berfungsi untuk menelan makanan menutupi laring
4. Trakea
Trakea atau batang tenggorokan merupakan lanjutan dari laring yang
dibentuk oleh 16 sampai 20 cincin yang diikat bersama oleh jaringan
fibrosa dan yang melengkapi lingkaran disebelah belakang trachea, selain
itu juga membuat beberapa jaringan otot
5. Broncus
Percabangan saluran nafas dimulai dari trakea yang bercabang menjadi
bronkus kanan dan kiri. Masing-masing bronkus terus bercabang sampai
dengan 20-25 kali sebelum sampai ke alveoli. Sampai dengan percabangan
bronkus terakhir sebelum bronkiolus, bronkus dilapisi oleh cincin tulang
rawan untuk menjaga agar saluran nafas tidak kolaps atau kempis sehingga
aliran udara lancar.
6. Bronkiolus
Bronkiolus cabang dari bronkus dan memiliki dinding yang lebih tipis,
pada ujung bronkiolus terdapat banyak sekali gelembung-gelembung kecil
yang dinamakan alveolus
7. Bagian terakhir dari perjalanan udara adalah di alveoli.
Di sini terjadi pertukaran oksigen dan karbondioksida dari pembuluh darah
kapiler dengan udara.
Terdapat sekitar 300 juta alveoli di kedua paru dengan diameter masing-
masing rata-rata 0,2 milimeter
8. Paru-paru
Paru kanan dibagi atas tiga lobus yaitu lobus superior, medius dan inferior.
Paru kiri dibagi dua lobus yaitu lobus superior dan inferior.
Tiap lobus dibungkus oleh jaringan elastik yang mengandung pembuluh
limfe, arteriola, venula, bronchial venula, ductus alveolar, sakkus alveolar
dan alveoli. Diperkirakan bahwa setiap paru-paru mengandung 150 juta
alveoli, sehingga mempunyai permukaan yang cukup luas untuk tempat
permukaan/pertukaran gas.
B. Fisiologi pernapasan
Oksigen dalam tubuh dapat diatur menurut keperluan. Manusia sangat
membutuhkan oksigen dalam hidupnya, kalau tidak mendapatkan oksigen selama
4 menit akan mengakibatkan kerusakan pada otak yang tak dapat diperbaiki dan
bias menimbulkan kematian. Kalau penyediaan oksigen berkurang akan
menimbulkan kacau pikiran dan anoksia serebralis, misalnya orang bekerja pada
ruangan sempit, tertutup, ruangan kapal,ketel uap, dan lain-lain. Bila oksigen tidak
mencukupi maka warna darah merahnya hilang berhanti kebiru-biruan misalnya
terjadi pada bibir, telinga,lengan dan kaki (sianosis). Syaifuddin, Drs. H.(1997).
C. Definisi
Proses peradangan disaluran nafas yang mengakibatkan peningkatan
responsive dari saluran nafas terhadap berbagai stimulas yang dapat menyebabkan
penyempitan jalan nafas saluran nafas yang menyeluruh dengan gejala has sesak
nafas yang refesible (Brunner & Suddarth,2002)
Asma adalah suatu keadaan dimana saluran nafas mengalami penyempitan
karena Hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu yang menyebabkan
peradangan,
Penyempitan ini bersifat berulang namun reversible dan diantar episode
penyempitan
Bronkus tersebut terdapat keadaan ventilasi yang lebih normal (Sylvia A price)
Asma adalah satu keadaan klinik yang ditandai oleh terjadinya
penyempitan bronkus yang berulang namun reversible, dan diantara episode
penyempitan bronkus tersebut terdapat keadaan ventilasi yang lebih normal.
Keadaan ini pada orang-orang yang rentan terkena asma mudah ditimbulkan oleh
berbagai rangsangan, yang menandakan suatu keadaan hipereaktivitas bronkus
yang khas
Asma adalah salah satu kondisi kronis yang paling umum dari masa kanak-
kanak dan remaja (WHO 2015), yang mempengaruhi sekitar 10% dari remaja di
Jerman (Asthma Care Pedoman Nasional, 2013)
D. Penyebab
Penyebab terjadinya penyakit asma antara lain seperti seseorang yang
mengalami alergi atau riwayat keluarga penyakit asma, dan pola kehidupan yang
kurang baik seperti pemakai rokok dalam ruangan,perokok aktif dan berada di
kalangan orang perokok pasif karena asap rokok dapat dikatakan penyebab
adanya keberadaan polyvinyl chloride yang bisa menyebabkan polusi dan udara
yang ada didalam ruangan ataupun lingkungan tidak segar dan mengalami
gangguan pada pernapasan, (Oktober 2014, Vol 104, No. 10 | American Journal of
Public Health Dong et al)

E. Klasifikasi
Asma dibedakan menjadi dua jenis yaitu:
1. Asma bronkial
Penderita asma brokial, hipersensitif dan hiperaktif terhadap rangsangan
dari luar, seperti debu rumah, bulu binatang, asap, dan bahan lain
penyebab alergi. Gejala kemunculannya sangat mendadak, sehingga
gangguan asma bias dating secara tiba-tiba. Jika tidak mendapatkan
pertolongan secepatnya, risiko kematian bias dating. Gangguan asma
bronkial juga bias muncul lantaran adanya radang yang mengakibatkan
penyempitan saluran pernapasan bagian bawah.penyempitan ini akibat
berkerutnya otot polos saluran pernapasan, pembengkakan selaput lender,
dan pembentukan timbunan lender yang berlebihan (sudoyo Aru,dkk
2009)
2. Asma kardial
Asma yang timbul akibat adanya kelainan jantung. Gejala asma kardial
biasanya terjadi pada malam hari, disertai sesak napas yang hebt. Kejadian
ini disebut nocturnal paroxymul dyspnea. Biasanya terjadi pada saat
penderita sedang tidur.
Menurut Mc Connel dan Holgate asma dibedakan menjadi: (Sudoyo Aru)
a. Asma ekstrinsik: munculnya pada waktu kanak- kanak
b. Asma intrinsic: ditemukan tanda-tanda reaksi hipersensitivitas
terhadap allergen
c. Asma yang berkaitan dengan penyakit paru obstruktif kronik
F. Patofisiologi
Seorang Individu dengan penyakit asma mengalami respon imun yang
buruk terhadap lingkungan mereka. Antibody yang dihasilkan (IgE)
kemudian menyerang sel sel mast dalam paru. Pemajanan ulang terhadap
antigen mengakibatkan ikatan dengan antibody, menyebabkan pelepasan
produk sel sel mast (disebut mediator)bseperti histamin, bradikinin, dan
prostaglandin serta anafilaksi dari subtansi yang beraksi yang lambat (SRS-
A). pelepasan mediator ini dalam jaringan paru mempengaruhi otot polos dan
kelenjar jalan nafas, bronkospasme, pembengkakan membrane mukusa dan
pembentukan mokus yang sangat banyak.
System saraf otonom mensyarafi paru. Tonus otot bronchial diatur oleh
implus syaraf vagal melalui system parasimpatis. Pada asma idiopatik atau
non alergi ketika ujung saraf pada jalan nafas dirangsang oleh faktor seperti
infeksi, latihan,dingin , merokok, emosi, dan polutan, jumlah asetilkolin yang
dilepaskan meningkat. Pelepasan asetikolin ini secara langsung menyebabkan
bronkokonstriksi juga merangsang pembentukan mediator kimiawi ysng
dibahas diatas individu dengan asma dapat mempunyai toleransi rendah
terhadap respon parasimpatis.
Selain itu, reseptor a dan b adrenergic dari simtem sraf simpatis terletak
dalam bronki ketika reseptor adrenergikdirangsang bronkokonstriksi:
bronkodilatasi terjadi ketika reseptor adrenergic yang dirangsang.
Keseimbangan antara reseptor a dan b adrenergic dikendalikan terutama oleh
siklik adenosine monofosfat (CAMP) stimulasi reseptor alfa mengakibatkan
penurunan c-AMP yang mengarah pada pada peningkatan mediator kimiawi
yang dilepaskan oleh sel sel mast bronkokonstriksi: stimulasi respon beta
mengakibatkan peningkatan tingkat cAMP yang menghambat pelepasan
mediator kimiawi dan menyebabkan bronkodilatasi. Teori yang diajukan
adalah bahwa penyekatan adrenergik terjadi pada individu dengan asma.
Akibatnya, asmatik rentan terhadap peningkatan pelepasan mediator kimiawi
dan kontriksi otot polos.
G. Pathaway
Zat alergen masuk ke dalam
Tubuh melalui pernafasan mulut
Dan kontak kulit

Reaksi tubuh terhadap allergen

Tubuh tidak tahan reaksi alergik tubuh tahan/tidak alergik

Kontraksi otot polos pernafasan

Bronchospasme

Hypersekresi

Penyempitan saluran pernafasan

Hambatan aliran pernafasan


gangguan ventilasi (hipoventilasi)
Distribusi ventilasi yang tidak
Rata dengan sirkulasi paru jalan nafas tidak efektif

Gangguan difusi gas penurunan sirkulasi darah, dispnea,


Di tingkat alveoli Wheezing, kelemahan dan anoreksia

Hipoksemia perubahan intoleransi


nutrisi kurang dari aktivitas
Ketidaktahuan Kebutuhan tubuh
Tentang penyakit

Potensial infeksi deficit perawatan diri


H. Tanda dan gejala
Asma memiliki gejala seperti dyspnea, pusing, dada sesak, tercekik, dan
sensasi menyesakkan. Tumpang tindih gejala dapat menyebabkan individu untuk
kesalahan kecemasan sebagai serangan asma, yang telah terbukti pada orang
dewasa mengakibatkan penggunaan berlebihan obat cepat-bantuan untuk asma
dan kualitas kesehatan kehidupan memburuk (Feldman, Lehrer, Borson,
Hallstrand, & Siddique, 2005).
I. Pemeriksaan penunjang
1. Spirometer: dilakukan sebelum dan sesudah bronkodilator hirup
(nebulizer/ inhaler), positif jika peningkatan VEP?KVP>20%\
2. Sputum: eosinofil meningkat
3. Eosinofil meningkat
4. Uji kulit
5. RO dada yaitu patologis paru /komplikasi asma
6. AGD:terjadi pada asma berat pada fase awal terjadi hipoksemia dan
hipokapnia (PCO2 turun) kemudian fase lanjut normokapnia dan
hiperkapnia (PCO2 naik)
7. Foto dada AP dan lateral hperinflasi paru diameter anteroposterior
membesar pada foto lateral dapat terlihat bercak konsolidasi yang tersebar
J. Penatalaksanaan
Tujuan utama penatalaksanaan asma adalah meningkatkan dan
mempertahankan kualitas hidup agar penderita asma dapat hidup normal tanpa
hambatan dalam melakukan aktivitas sehari hari. Program penatalaksanaan asma
meliputi 7 komponen, yaitu
1. Edukasi
Edukasi yang baik akan menurunkan morbidity dan mortaliti. Edukasi
tidak hanya ditujukkan untuk penderita dan keluarga tetapi juga pihak lain
yang membutuhkan seperti pemegang keputusan, pembuat perencanaan
bidang kesehatan /asma profesi kesehatan
2. Menilai dan memonitor berat asma secara berkala
Penilaian klinis berkala antara 1-6 bulan dan monitoring asma oleh
penderitasendiri mutlak dilakukan pada penatalaksanaan asma. Hal
tersebut disebabkan berbagai faktor antara lain :
a) Gejala dab berat asma berubah, sehingga membutuhkan perubahan
terapi
b) Pajanan pencetus menyebabkan penderita mengalami perubahan
pada asma nya
c) Daya ingat (memory) dan motivasi penderita yang perlu direview
sehingga membantu penanganan asma terutama asma mandiri
3. Indentifikasi dan mengendalikan faktor pencetus
4. Merencanakan dan memberikan pengobatan jangka panjang
Penatalaksanaan asma bertujuan untuk mengontrol penyakit, disebut
sebagai asma terkontrol
K. Askep teori (dari pengkajian sampai evaluasi)
1. Anamnesa
a. Keluhan sesak nafas, mengi, dada tersa berat atau tertekan,batuk
berdahak yang tak kunjung sembuh atau batuk malam hari.
b. Semua keluhan biasanya bersifat episodic dan revesibel
c. Mungkin ada penyakit keluarga dengan penyakit yang sama atau
penyakit alergi yang lain.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Status Kesehatan Umum
Perlu dikaji tentang kesadaran klien, kecemasan, gelisah,
kelemahan suara bicara, tekanan darah nadi, frekjuensi pernapasan yang
menin gkatkan, penggunaan otot- otot pembantu pernapasan sianosis batuk
dengan lendir lengket dan posisi istirahat klien
b. Integmen
Dikaji adanya permukaan yang kasar, kering, kelainan turgor
kulit,kelembapan,mengelupas atau bersisik, perdarahan, pruritus, ensim,
serta adanya bekas atau tanda urtikaria atau dermatitis pada rambut dikaji
warna rambut, kelembapan,kusam.
c. kepala
dikaji tentang bentuk kepala, simetris adanya penonjolan, riwayat
trauma, adanya keluhan sakit kepala dan pusing vertigo kejang maupun
hilang kesadaran.
d. mata
Adanya penurunan ketajaman penglihatan akan menambah stress
ysng diraakan klien serta riwayat penyakit mata lainnya
e. hidung
Adanya pernafasan menggunakan cuping hidung, ritinis alergi dan
fungsi olfaktori

f. mulut dan laring


Dikaji adanya pendarahan pada gusi gangguan rasa menelan dan
menyunyah, dan sakit pada tenggorokan serta sesak atau perubahan suara
g. leher
dikaji adanya nyeri leher, kaku pada pengerakan, pembasaran tiroit
serta menggunakn otot-otot pernafasan
3. pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium meliputi:
a. Pemerksaan sputum
b. Pemeriksaan darah
c. Pemeriksaan radiologi
d. Pemeriksaan tes kulit
4.diagnosa keperawatan
a. bersihkan jalan nafasn tidak efektif b.d penumpuk secret
b. gangguan pertukaran gas b.d penyempitan saluran nafas
c. ketidak efektifan pola nafas b.d penyempitan saluran nafas
5. intervensi
a. bersihkan jalan nafas tidak efektif b.d penumpukan secret
b. stabilitas dan membuka jalan nafas
c. pengurangan kecemasan
d. manajemen asma
e. pemberian obat inhalasi
f. terapi oksigen
g. pengaturan posisi
h. monitor pernafasan
i. monitor tanda tanda vital
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asma adalah salah satu kondisi kronis yang paling umum dari
masa kanak-kanak dan remaja (WHO 2015), yang mempengaruhi sekitar
10% dari remaja di Jerman (Asthma Care Pedoman Nasional, 2013).
Pada penyakit asma banyak yang harus kita ketahui mulai dari penyebab
hingga pengobatan seperti yang dikatakan (Bawman,1997) bahwa pasien
dengan asma dapat memahami penggunaan obat asma (misalnya,
menggunakan pm yang diperlukan, atau pereda, obat Vc biasa, atau
pencegah obat) dan menggunakan teknik inhaler yang benar. Teknik
inhaler tidak intuitif dan peril secara individual diajarkan. Sehingga
individu dapat memahami segala bentuk dari penyakit asma dalam
makalah ini juga membahas tentang anatomi fisiologi pada pernapasan
guna untuk mengetahui alur pada pernafasan sehingga pasien terkena
penyakit asma. Asma memiliki bermacam- macam jenis asma yang
memiliki penyebab yang berbeda- beda. Askep teori yang berisi anamesa
sehingga evaluasi untuk menentukan keluhan sehingga terjadinya
perkembangan penyembuhan pada pasien
B. Saran
Perlu dilakukan penyuluhan tentang adanya penyakit asma bagi
kalangan bayi sehingga lansia guna untuk menurunkan kejadian penyakit
asma yang akan dilakukan oleh kesehatan. Selain itu untuk menghambat
terjadinya penyakit asma.
Daftar pustaka
Sudoyo Aru,dkk 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 1,2,3 edisi keempat
Internal Publishing, Jakarta
Smeltzer,suzanna C,2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner
&Suddart edisi 8 volume 1,2,3. EGC, Jakarta
Syaifuddin, Drs. H.(1997). Anatomi Fisiologi untuk Siswa Perawat. Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Smeltzer,suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. ( 2002). Volume 1,2,&3. Edisi 8. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai

  • Kunjungan 1
    Kunjungan 1
    Dokumen2 halaman
    Kunjungan 1
    Alwiie Az-Zamany
    Belum ada peringkat
  • LP Keluarga
    LP Keluarga
    Dokumen17 halaman
    LP Keluarga
    Thiara Mutiara
    Belum ada peringkat
  • Leafleat ROM
    Leafleat ROM
    Dokumen2 halaman
    Leafleat ROM
    Alwiie Az-Zamany
    Belum ada peringkat
  • PDF To Word
    PDF To Word
    Dokumen1 halaman
    PDF To Word
    Alwiie Az-Zamany
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen2 halaman
    Bab I
    Alwiie Az-Zamany
    Belum ada peringkat
  • Barker2011 en Id PDF
    Barker2011 en Id PDF
    Dokumen9 halaman
    Barker2011 en Id PDF
    Alwiie Az-Zamany
    Belum ada peringkat
  • COVER
    COVER
    Dokumen1 halaman
    COVER
    Alwiie Az-Zamany
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen4 halaman
    Bab Ii
    Alwiie Az-Zamany
    Belum ada peringkat
  • Histologi Sistem Endoktrin
    Histologi Sistem Endoktrin
    Dokumen43 halaman
    Histologi Sistem Endoktrin
    Kuswantoro Bin Kadmirah
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen12 halaman
    Bab Ii
    Irawan Terate
    Belum ada peringkat
  • Leaflet DISPEPSIA Vian
    Leaflet DISPEPSIA Vian
    Dokumen2 halaman
    Leaflet DISPEPSIA Vian
    Boy Fikes
    100% (2)
  • Partograf Soal
    Partograf Soal
    Dokumen4 halaman
    Partograf Soal
    Alwiie Az-Zamany
    Belum ada peringkat
  • Barker2011 en Id PDF
    Barker2011 en Id PDF
    Dokumen9 halaman
    Barker2011 en Id PDF
    Alwiie Az-Zamany
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen2 halaman
    Cover
    Alwiie Az-Zamany
    Belum ada peringkat
  • Makalah Gastroenteritis
    Makalah Gastroenteritis
    Dokumen20 halaman
    Makalah Gastroenteritis
    Maya Asharie Harahap
    Belum ada peringkat
  • Bab III Ubay
    Bab III Ubay
    Dokumen9 halaman
    Bab III Ubay
    Alwiie Az-Zamany
    Belum ada peringkat
  • Histologi Sistem Endoktrin
    Histologi Sistem Endoktrin
    Dokumen43 halaman
    Histologi Sistem Endoktrin
    Kuswantoro Bin Kadmirah
    Belum ada peringkat
  • Jurnal Uin 2014
    Jurnal Uin 2014
    Dokumen6 halaman
    Jurnal Uin 2014
    Adinda Putri
    Belum ada peringkat
  • ANATOMI RESPIRASI
    ANATOMI RESPIRASI
    Dokumen16 halaman
    ANATOMI RESPIRASI
    Rista Ria
    100% (1)
  • Bhs Indonesia
    Bhs Indonesia
    Dokumen12 halaman
    Bhs Indonesia
    Alwiie Az-Zamany
    Belum ada peringkat
  • KKP Fix
    KKP Fix
    Dokumen16 halaman
    KKP Fix
    Alwiie Az-Zamany
    Belum ada peringkat
  • Isi Makalah
    Isi Makalah
    Dokumen15 halaman
    Isi Makalah
    Kholifatur Rohma
    Belum ada peringkat
  • Isi Makalah
    Isi Makalah
    Dokumen18 halaman
    Isi Makalah
    Alwiie Az-Zamany
    Belum ada peringkat
  • Katper Dasi Post Partum
    Katper Dasi Post Partum
    Dokumen5 halaman
    Katper Dasi Post Partum
    Alwiie Az-Zamany
    Belum ada peringkat
  • Asuhan Keperawatan Emfisema
    Asuhan Keperawatan Emfisema
    Dokumen14 halaman
    Asuhan Keperawatan Emfisema
    Alwiie Az-Zamany
    Belum ada peringkat
  • BRONKOMALASIA
    BRONKOMALASIA
    Dokumen21 halaman
    BRONKOMALASIA
    Rista Ria
    50% (2)
  • ANATOMI RESPIRASI
    ANATOMI RESPIRASI
    Dokumen16 halaman
    ANATOMI RESPIRASI
    Rista Ria
    100% (1)
  • Presentation 1
    Presentation 1
    Dokumen8 halaman
    Presentation 1
    Alwiie Az-Zamany
    Belum ada peringkat
  • ANATOMI RESPIRASI
    ANATOMI RESPIRASI
    Dokumen16 halaman
    ANATOMI RESPIRASI
    Rista Ria
    100% (1)
  • Makalah Bronko
    Makalah Bronko
    Dokumen15 halaman
    Makalah Bronko
    Alwiie Az-Zamany
    Belum ada peringkat