Anda di halaman 1dari 10

CARA PEMBUATAN PRODUKSI OBAT YANG BAIK

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Aspek yang diatur di dalam CPOB 2001 terdiri dari 10 bidang, sedangkan di CPOB
2006 terdiri dari 12 aspek dan CPOB 2012 terdiri dari 19 aspek, salah satu bidang tersebut
adalah produksi. Aspek produksi yang perlu diperhatikan dalam memproduksi suatu produk
obat yang memenuhi persyaratan kualitas adalah produksi hendaklah dilaksanakan dengan
mengikuti proedur yang telah ditetapkan dan memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin
senantiasa menghasilkan produk yang memenuhi kriteria dan ketentuan izin pem buatan dan
izin edar atau registrasi, yang meliputi personel, kriteria bahan awal (bahan baku), sistem
penomoran bets/ lot, pencegahan pencemaran silang, penimbangan dan penyerahan,
pengembalian, bahan pengemas, kegiatan pengemasan, pengawasan selama proses, bahan dan
produk yang ditolak, dipulihkan dan dikembalikan, karantina dan penyerahan produk jadi,
catatan pengendalian pengiriman obat, penyimpanan bahan awal, bahan pengemas, produk
antara, produk ruahan, dan produk jadi, serta pengiriman dan pengangkutan.
Bahan baku Merupakan barang-barang yang diperoleh untuk digunakan dalam proses
produksi. Beberapa bahan baku diperoleh secara langsung dari sumber-sumber alam. Namun
demikian, lebih sering lagi bahwa bahan baku diperoleh dari perusahaan lain dan ini merupakan
produksi akhir dari para pensuplai. Sebagai contoh, kertas cetak merupakan produk akhir dari
pabrik kertas, akan tetapi merupakan bahan baku bagi perusahaan percetakan.
Meskipun istilah bahan baku dapat digunakan secara luas untuk menutup seluruh bahan
baku yang dipergunakan dalam produksi. Sebutan acapkali dibatasi untuk barang-barang yang
secara fisik dimasukkan dalam produk yang diproduksi. IstilahBahan Pembantu Pabrik
(factory supplies) atau Bahan Pembantu Produksi(Manufacturing Supplies), kemudian
dipergunakan untuk menyebut bahan tambahan, yaitu bahan baku yang diperlukan dalam
proses produksi tetapi tidak secara langsung dimasukkan dalam produk. Minyak dan bahan
bakar untuk peralatan pabrik, bahan pembantu pembersih, dan pos-pos serupa digolongkan
dalam bentuk kelompok ini karena pos-pos ini tidak dimasukkan dalam suatu produk tetapi
hanya membantu dalam produksi secara keseluruhan. Bahan baku yang secara langsung
digunakan dalam produksi barang-barang tertentu disebut bahan langsung; bahan pembantu
pabrik disebut bahan tidak langsung.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari pada pembuatan makalah ini adalah sebagai pemenuhan tugas
diskusi mata kuliah Farmasi Industri yang tentunya membahas mengenai CPOB (Cara
Pembuatan Obat yang Baik) dan lebih spesifiknya lagi adalah membahas mengenai salah satu
aspek dari CPOB itu sendiri, yaitu bahan baku dan produksi.

Diharapkan makalah ini nantinya dapat digunakan sebagaimana mestinya, serta dapat
bermanfaat untuk sebagai bahan panduan dan referensi dalam perkuliahan dikemudian harinya.

C. Rumusan masalah

Adapun rumusan masalah yang timbul dalam makalah yang membahas mengenai
Bahan baku dan Alur produksi adalah sebagai berikut,
Bagaimana proses produksi sampai menghasilkan produksi obat ( Alur produksi obat ) ?
Bagaimana tentang bahan baku ( Proses dari mana, siapa kepada siapa ) ?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Cara produksi obat yang baik


Pada prinsipnya Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) bertujuan untuk menjamin
obat dibuat secara konsisten, memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan sesuai dengan tujuan
penggunaannya. CPOB mencakup seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu. Aspek
umum pada pembuatan obat yang baik; Pada pembuatan obat, pengendalian menyeluruh adalah
sangat esensial untuk menjamin bahwa konsumen menerima obat yang bermutu tinggi.
Pembuatan secara sembarangan tidak dibenarkan bagi produk yang digunakan untuk
menyelamatkan jiwa, atau memulihkan atau memelihara kesehatan. Tidaklah cukup bila
produk jadi hanya sekedar lulus dari serangkaian pengujian, tetapi yang lebih penting adalah
bahwa mutu harus dibentuk ke dalam produk tersebut. Mutu obat tergantung pada bahan awal,
bahan pengemas, proses produksi dan pengendalian mutu, bangunan, peralatan yang dipakai
dan personil yang terlibat. Pemastian mutu suatu obat tidak hanya mengandalkan pada
pelaksanaan pengujian tertentu saja; namun obat hendaklah dibuat dalam kondisi yang
dikendalikan dan dipantau secara cermat. CPOB ini merupakan pedoman yang bertujuan untuk
memastikan agar mutu obat yang dihasilkan sesuai persyaratan dan tujuan penggunannya; bila
perlu dapat dilakukan penyesuaian pedoman dengan syarat bahwa standar mutu obat yang telah
ditentukan tetap dicapai.
Selain aspek umum yang tercakup dalam Pedoman ini, dipadukan juga serangkaian
pedoman suplemen untuk aspek tertentu yang hanya berlaku untuk industri farmasi yang
aktivitasnya berkaitan. Pada pedoman ini istilah “pembuatan” mencakup seluruh kegiatan
penerimaan bahan, produksi, pengemasan ulang, pelabelan, pelabelan ulang, pengawasan
mutu, pelulusan, penyimpanan dan distribusi dari obat serta pengawasan terkait. Pada CPOB
tentang produksi bahwa pada prinsipnya Produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti
prosedur yang telah ditetapkan; dan memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin senantiasa
menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi ketentuan izin
pembuatan dan izin edar. Salah satu rinsip umum Produksi hendaklah dilakukan dan diawasi
oleh personil yang kompeten. Penanganan bahan dan produk jadi, seperti penerimaan dan
karantina, pengambilan sampel, penyimpanan, penandaan, penimbangan, pengolahan,
pengemasan dan distribusi hendaklah dilakukan sesuai dengan prosedur atau instruksi tertulis
dan bila perlu dicatat.
BAB III
PEMBAHASAN

A. CPOB Produksi
Pada prinsipnya Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) bertujuan untuk menjamin
obat dibuat secara konsisten, memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan sesuai dengan tujuan
penggunaannya. CPOB mencakup seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu. Produksi
hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang telah ditetapkan; dan memenuhi
ketentuan CPOB yang menjamin senantiasa menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan
mutu serta memenuhi ketentuan izin pembuatan dan izin edar.
Prinsip utama produksi adalah:
a. Adanya keseragaman atau homogenitas dari bets ke bets.
b. Proses produksi dan pengemasan senantiasa menghasilkan produk yang seidentik mungkin
(dalam batas syarat mutu) baik bagi bets yang sudah diproduksi maupun yang akan
diproduksi.
Sedangkan hakikat produksi adalah :
a. Mutu produk obat tidak ditentukan oleh hasil akhir analisa saja, tetapi ditentukan oleh
keseluruhan proses produksi (built in process).
b. Adanya prosedur baku (standar) untuk setiap langkah (tahapan) proses produksi dengan
persyaratan yang harus diikuti dengan konsisten.

1. Personel
Produksi sebaiknya dilakukan dan ditangani oleh personel yang berkompeten dan
terdidik serta terlatih untuk menangani, mengolah, dan maintenance seluruh aspek produksi
yang dimulai dari bahan baku sampai produk jadi, pengemasan, dan penyimpanan secara
kompeten dengan memperahankan System Quality Management dan tertanam rasa untuk
memiliki sehingga hasil akhir yang dihasilkan dari suatu produksi memiliki kualitas yang
baik dan memiiki konsistensi dari setiap produknya.

2. Bahan baku (raw material)


Untuk menjaga mutu obat yang dihasilkan, maka setiap tahap dalam proses
produksi selalu dilakukan pengawasan mutu In Process Control (IPC).
Setiap penerimaan bahan awal baik bahan baku dan bahan kemas terlebih dahulu diperiksa
dan disesuaikan dengan spesifikasinya. Bahan-bahan tersebut harus selalu disertai dengan
Certificate of Analysis (CoA) yang dapat disesuaikan dengan hasil pemeriksaan.
Pengadaan bahan awal hendaklah hanya dari pemasok yang telah disetujui dan
memenuhi spesifikasi yang relevan. Semua penerimaan, pengeluaran dan jumlah bahan
tersisa hendaklah dicatat. Catatan hendaklah berisi keterangan mengenai pasokan, nomor
bets/lot, tanggal penerimaan, tanggal pelulusan, dan tanggal kadaluarsa.
Setiap bahan awal sebelum diluluskan untuk digunakan hendaklah memenuhi
spesifikasi dan diberi label dengan nama yang dinyatakan dalam spesifikasi. Sebaiknya
singkatan, kode, ataupun nama yang tidak resmi idak digunakan.
Untuk setiap kiriman atau bets bahan awal hendaklah diberi nomor rujukan yang
akan menunjukkan identitas kiriman bahan atau bets yang bersangkutan selama
penyimpanan dan pengolahan. Nomor ini hendaklah jelas tercantum pada label wadah
untuk memungkinkan segera diperolehnya catatan yang memberi keterangan rinci yang
lengkap tentang bahan yang hendak diperiksa. Untuk tujuan pengambilan contoh,
pengujian dan pelulusan bets yang berbeda yang berasal dari satu kiriman hendaklah
dianggap sebagai bets yang terpisah.
Pemeriksaan visual dilakukan pada tiap penerimaan barang, yang meliputi kondisi
umum, keutuhan wadah dan segelnya, ceceran dan kemungkinan adanya kerusakan bahan,
dan kesesuaian catatan pengiriman dengan label dari pemasok. Setiap sampel yang diambil
oleh personel dan dengan metode yang telah disetujui oleh kepala bagian pengawasan
mutu. Wadah dari mana sampel bahan awal diambil hendaklah diberi identifikasi.
Semua wadah pada suatu pengiriman berisi bahan awal yang benar hendaklah
terjamin dan melakukan pengamanan terhadap kemungkinan salah penandaan wadah oleh
pemasok. Bahan yang datang sebelum disimpan dalam gudang hendaklah dikarantina
sampai diluluskan oleh pihak QC.
Untuk mencegah kekeliruan bahan maka bahan yang datang sebaiknya ditempel
dengan label yang berisi:
a. Nama bahan dan bila perlu nomor kode bahan
b. Nomor bets atau kontrol yang diberikan pada saat penerimaan bahan
c. Status bahan (misalnya, karantina, sedang di uji, diluluskan, ditolak)
d. Tanggal kadaluarsa atau tanggal uji ulang bila perlu
e. Jika digunakan sistem penyimpanan dengan komputerisasi yang divalidasi lengkap,
maka semua keterangan di atas tidak perlu dalam bentuk tulisan yang terbaca pada
label.
Label ini ditempel oleh personel yang ditunjuk kepala bagian pengawasan mutu. Label ini
bersifat dinamis, artinya bila status bahan mengalami perubahan maka label penunjuk
status juga berubah.

3. Bahan pengemas
Bahan pengemas perlu diperhatikan, baik dari pengemas primer maupun bahan
pengemas cetak. Untuk bahan pengemas cetak perlu dijaga keamanaannya agar tidak
dimanfaatkan oleh orang yang tidak bertangung jawab. Bahan pengemas yang tidak berlaku
lagi sebaiknya dimusnahkan dan dicatat. Pada saat pengemasan, kemasan yang ada di ruang
pengemasan hanya ada pengemas dari produk yang sedang dibuat.

4. Kegiatan pengemasan
Kegiatan pengemasan berfungsi mengemas produk ruahan menjadi produk jadi.
Pengemasan hendaklah dilaksanakan di bawah pengendalian yang ketat untuk menjaga
identitas, keutuhan dan mutu produk akhir yang dikemas. Semua kegiatan pengemasan
hendaklah dilaksanakan sesuai dengan instruksi yang diberikan dan menggunakan bahan
pengemas yang tercantum dalam prosedur pengemasan induk. Rincian pelaksanaan
pengemasan hendaklah dicatat dalam catatan pengemasan bets. Rincian pelaksanaan
kegiatan hendaklah dicatat dalam Catatan Pengemasan Bets.
Pemeriksaan kesiapan jalur sesuai dengan prosedur tertulis yan disetujui oleh
kepala bagian managemen mutu untuk:
a. Memastikan bahwa semua bahan dan produk yang sudah dikemas telah benar
disingkirkan dari jalur pengemasan sebelumnya dan area sekitarnya.
b. Memeriksa jalur dan area sekitarnya serta kebersihan peralatan yang akan dipakai.
Penyelesaian kegiatan pengemasan diperiksa dengan cermat untuk memastikan
bahwa kemasan produk tersebut sepenuhnya sesuai dengan prosedur pengemasan induk.
Hanya produk yang berasal dari satu bets dari 1 kegiatan pengemasan saja yang boleh
ditempatkan pada 1 palet. Setelah proses rekonsiliasi, kelebihan bahan pengemas dan
produk ruahan yang akan disingkirkan hendaklah diawasi dengan ketat agar hanya bahan
dan produk yang dinyatakan memenuhi syarat saja yang dapat dikembalikan ke gudang
untuk dimanfaatkan kembali.
5. Pencegahan pencemaran silang
Bahan awal atau produk oleh bahan atau produk lain harus terhindar dari
pencemaran. Pencemaran silang dapat terjadi karena tidak terkendalinya debu, gas, uap,
percikan atau organisme dari bahan atau produk yang sedang diproses, dari sisa yang
tertinggal pada alat dan pakaian kerja operator. Pencemaran ini tergantung pada jenis
pencemar dan produk yang tercemar. Pencemar yang berbahaya adalah bahan yang dapat
menimbulkan sensitasi kuat, preparat biologis yang mengandung mikroba hidup, hormon
tertentu, bahan sitotoksik, dan bahan lain yang berpotensi tinggi. Produk yang paling
mudah mengalami pencemaran adalah sediaan parenteral, sediaan yang diberikan dalam
dosis besar dan/atau sediaan yang diberikan dalam jangka waktu yang panjang. Setiap
tahapan proses, produk dan bahan sebaiknya dilindungi terhadap pencemaran mikroba dan
pencemaran lain.
Pencemaran silang dapat dihindari dengan tindakan teknis atau pengaluran yang
tepat, misalnya:
 Produksi dilakukan dalam gedung yang terpisah untuk produk seperti penisilin, hormon
seks, sitotoksik tertentu, vaksin hidup dan sediaan yang mengandung bakteri hidup dan
produk biologi lain serta produk darah.
 Menyediakan ruang penyangga udara dan penghisap udara.
 Mengurangi resiko pencemaran yang disebabkan oleh udara yang disirkulasi ulang atau
masuknya udara yang tidak diolah atau udara yag diolah secara tidak memadai.
 Penggunaan pakaian pelindung yang sesuai dengan area dimana produk beresiko tinggi
terhadap pencemaran silang.
 Melakukan pembersihan dan dekontaminasi yang terbukti efektif, karena pembersihan
alat yang tidak efektif dapat menjadi sumber pencemaran silang.
 Penggunaan sistem self contained
 Pengujian residu dan menggunakan label status kebersihan pada alat
Pencegahan terhadap pencemaran silang dan efektivitasnya sebaiknya dilakukan secara berkala
sesuai dengan prosedur yang ditetapkan.

6. Sistem penomoran bets/lot


Sebaiknya dibuat sistem yang menjelaskan penomoran bets/lot secara rinci utuk
memastikan bahwa tiap bets/lot produk antara, produk ruahan atau produk jadi dapat
diidentifikasi. Sebaiknya sistem penomoran bets/lot yang digunakan pada tahap
pengolahan dan tahap pengemasan sebaiknya saling berkaitan. Sistem penomoran bets/lot
sebaiknya menjamin bahwa nomor bets/lot yag digunakan tidak berulang. Alokasi nomor
bets/lot segera dicatat dalam suatu buku log yang mencakup tanggal pemberian nomor,
identitas produk dan ukuran bets/lot yang bersangkutan.

7. Penimbangan dan penyerahan


Perlu dilakukan dokumentasi serta rekonsiliasi yang lengkap terhadap penimbangan
dan penyerahan bahan awal, bahan pengemas, produk antara dan produk ruahan. Sangat
penting dilakukan pengendalian terhadap pengeluaran bahan dari produk tersebut untuk
produksi, dari gudang, area penyerahan, atau antar bagian produksi. Di dalam prosedur
tertulis, hendaklah mencakup cara penanganan, penimbangan, perhitungan dan penyerahan
bahan awal, bahan pengemas, produk antara dan produk ruahan.
Bahan awal, bahan pengemas, produk antara dan produk ruahan yang telah
diluluskan oleh pegawasan mutu dan belum kadaluarsa yang boleh diserahkan. Selain itu
juga, dalam proses pengangkutan dan penyimpanan sebaiknya dilakukan dengan cara yang
benar untuk menjamin mutu. Setiap wadah bahan awal dilakukan pemeriksaan kebenaran
penandaan termasuk label perlulusan dari Pegawasan Mutu.
Ketelitian dari alat timbang dan alat ukur harus sesuai dengan jumlah bahan yang
ditimbang, setiap penimbangan dilakukan pembuktian kebenaran identitas dan dilakukan
oleh 2 orang personel yang independen. Untuk bahan awal steril, setelah ditimbang
kemudian diserahkan di area steril. Dilakukan pemeriksaan ulang terhadap bahan awal,
produk antara dan produk ruahan dan ditandatangani oleh suppervisor produksi.

8. Pengembalian
Semua bahan dan produk yang memenuhi spesifikasi dikembalikan ke gudang
penyimpanan sebaiknya didokumentasikan dengan benar dan direkonsiliasi.

9. Pengawasan-Selama-Proses
Untuk memastikan seluruh proses produksi dilakukan dengan baik, maka dilakukan
dengan metode yang telah disetujui oleh kepala bagian manajemen mutu. Prosedur tertulis
harus dipatuhi. Pengawasan selama proses meliputi semua parameter produk serta kemasan
akhir. Pada proses pengolahan dan pengemasan dilakukan pengambilan sampel pada awal,
tengah dan akhir proses. Spesfikasi pengawasan selama proses harus konsisten.
10. Karantina dan penyerahan produk jadi
Karantina produk jadi merupakan tahap akhir sebelum diluluskan ke gudang.
Prosedur tertulis mencakup cara penyerahan prouk jadi ke area karatina, cara penyimpanan
sambil menunggu pelulusan, persyaratan yang dperlukan untuk memperoleh pelulusan, dan
cara pemindahan selanjutna ke gudang produk jadi. Tidak boleh ada produk yang diam
dalam suatu bets/lot selama produk masih ditahan di area karantina. Untuk produk jadi
diberikan penandaan jelas untuk kondisi penyimpanan.
Kriteria pelulusan akhir produk:
a. Produk memenuhi persyaratan mutu meliputi spesifikasi pengolahan dan pengemasan
b. Sampel tertinggal dalam jumlah yang mencukupi digunakan untuk pengujian
mendatang
c. Pengemasan dan penandaan memenuhi persyaratan bagian pengawasan mutu
d. Rekonsiliasi bahan pengemas cetak dan bahan cetak dapat diterima
e. Produk jadi yang diterima jumlahnya sesuai dengan dokumen penyerahan barang
Setelah pelulusan oleh bagian manajemen mutu, produk dipindahkan dari area karantina ke
gudang produk jad kemudian dicatat dalam kartu stok.

11. Praktik pengemasan


Resiko kesalahan terjadi dalam pegemasan dapat diperkecil dengan cara sebagai
berikut:
a. Menggunakan label dalam gulungan
b. Pemberian penandaan bets pada jalur pemasangan label
c. Menggunakan alat pemindai dan penghitung elektronis
d. Label dan bahan cetak lain harus memiliki tanda khusus untuk setiap produk yang
berbeda
e. Selain pemeriksaan visual, dilakukan pemeriksaan secara independen oleh bagian
pengawasan mutu pada akhir proses pengemasan
Wadah yang digunakan dan tempat pengemasan harus bersih, personel bagian
pengemasan memperoleh pelatihan mengenai persyaratan pengawasan selama proses dan
melaporkan tiap penyimpangan yang terjadi.
Bila ditemukan bahan pengemas cetak, kemasan akhir dan kemasan setengah jadi
diluar jalur pengemasan sebaiknya diserahkan kepada supervisor dan tidak dikembalikan
ke jalur pengemasan. Bagian peralatan pengemas hendaknya dibersihkan dengan cermat.
Area pengemasan dilakukan terpisah untuk produk obat yang berdosis rendah dan
berpotensi tinggi, atau produk toksik dan bahan yang dapat menimbulkan sensitasi. Untuk
pembersihan tidak digunakan udara bertekanan untuk mencegah pencemaran silang.
Pemakaian sikat dibatasi untuk mengndar pencemaran dari partikel yang menempel pada
sikat. Personel tidak membawa apa-apa dalam saku. Bahan yang digunakan dalam proses
pengemasan disimpan dalam wadah yang jelas tampak berbeda (mencolok) dengan wadah
yang dipakai untuk pengemasan produk.

Anda mungkin juga menyukai