Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan


kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan yang
setinggitingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan diselenggarakan berdasarkan
perikemanusiaan, pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata, serta pengutamaan dan
manfaat dengan perhatian khusus pada penduduk rentan antara lain ibu, bayi, anak, lanjut usia
dan keluarga miskin. Dampak keberhasilan pembangunan kesehatan ditandai dengan
meningkatnya umur harapan hidup, menurunnya tingkat kematian bayi dan ibu melahirkan.
Berdasarkan data Biro Pusat Statistik tahun 2014, umur Harapan Hidup (UHH) di Indonesia
untuk wanita adalah 73 tahun dan untuk pria adalah 69 tahun. Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional memproyeksikan umur harapan hidup di Indonesia pada tahun 2025
dapat mencapai 73,6 tahun.

Upaya peningkatan kesejahteraan pada lanjut usia diarahkan untuk memperpanjang


usia harapan hidup dan masa produktif agar terwujud kemandirian dan kesejahteraan. Salah
satu upaya yang dilakukan adalah peningkatan pelayanan kesehatan geriatri di rumah sakit.

Dalam upaya peningkatan pelayanan kesehatan geriatri di rumah sakit yang berkualitas,
merata dan terjangkau maka pelayanan geriatri harus dilakukan secara terpadu melalui
pendekatan yang bersifat interdisiplin oleh berbagai tenaga profesional yang bekerja dalam tim
terpadu geriatri. Oleh sebab itu, dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan geriatri di
rumah sakit dan untuk mengakomodasi berbagai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
dibidang pelayanan geriatri, perlu disusun penyelenggaraan pelayanan geriatri di rumah sakit.

B. Tujuan

1. Tujuan umum

Terselenggaranya pelayanan geriatri secara terpadu dan nyaman di Rumah Sakit Umum
Jampangkulon

2. Tujuan Khusus

Terselengaranya pelayanan geriatri di rawat jalan dan pelayanan kesehatan warga lanjut usia
di Masyarakat Berbasis Rumah Sakit.
C. Ruang Lingkup

Ruang lingkup pelayanan geriatri berdasarkan jenis pelayanan dibagi menjadi :

1. Jenis pelayanan Geriatri tingkat sederhana paling sedikit terdiri atas rawat jalan dan
kunjungan rumah (home care).

2. Jenis pelayanan Geriatri tingkat lengkap paling sedikit terdiri atas rawat jalan, rawat inap
akut, dan kunjungan rumah (home care).

3. Jenis pelayanan Geriatri tingkat sempurna paling sedikit terdiri atas rawat jalan, rawat inap
akut, kunjungan rumah (home care), dan Klinik Asuhan Siang.

4. Jenis pelayanan Geriatri tingkat paripurna terdiri atas rawat jalan, Klinik Asuhan Siang,
rawat inap akut, rawat inap kronik, rawat inap Psikogeriatri, penitipan Pasien Geriatri (respite
care), kunjungan rumah (home care), dan Hospice

Tingkatan sebagaimana dimaksud tersebut diatas ditetapkan berdasarkan :

1) Jenis pelayanan

2) Sarana dan prasarana

3) Peralatan

4) Ketenagaan.

Rumah Sakit Umum Jampangkulon berdasarkan tingkatan sebagaimana tersebut diatas


menetapkan pelayanan tingkat sederhana.

BAB II

STANDAR KETENAGAAN

Ketenagaan dalam Pelayanan Geriatri Tingkat Sederhana di Rumah Sakit Umum


Jampangkulon terdiri atas tenaga kesehatan dan tenaga non kesehatan yang bekerja
bersamasama sebagai Tim Terpadu Geriatri.

1. Tim Terpadu Geriatri terdiri atas ketua dan koordinator pelayanan yang merangkap sebagai
anggota, dan anggota.

2. Tim Terpadu Geriatri dibentuk oleh Direktur Rumah Sakit.

3. Ketua Tim Terpadu Geriatri terdiri atas:


a. dokter spesialis penyakit dalam untuk pelayanan Geriatri tingkat sederhana.

b. Tim Terpadu Geriatri pada pelayanan Geriatri tingkat sederhana paling sedikit terdiri atas:

1. Dokter spesialis penyakit dalam,

2. Dokter,

3. Perawat,

4. Susunan Tim Terpadu Geriatri RSU Jampangkulon terdiri atas :

Konsultasi Teknis: dr. Syahidatul wafa Sp.PD

Ketua Tim: dr. Ferry Juniansyah

Koordinator rawat jalan: 1. Ervin Septian Fauzi A.M.Kep

5. Uraian tugas Tim Terpadu Geriatri RSU Jampangkulon:

A. Ketua Tim Terpadu Geriatri

Tugas Pokok :

1) Melaksanakan kordinasi penyelenggaraan upaya pelayanan geriatri sesuai dengan tingkatan


pelayanan.

2) Melaksanakan koordinasi pelaksanaan kerjasama lintas program dan lintas sektoral dengan
berbagai disiplin.

Uraian Tugas :

1) Merencanakan/membuat rencana kerja kebutuhan tim geriatri setiap tahunnya.

2) Menyelenggarakan pelayanan geriatri berdasarkan rencana kebutuhan ketenagaan, sesuai


kebijaksanaan yang telah ditetapkan oleh direktur rumah sakit.

3) Menyelenggarakan rujukan,baik di dalam maupun ke dan dari luar rumah sakit

4) Menyelenggarakan kerjasama dengan tim/departemen/bagian/KSMF (Kelompok Staf


Medik Fungsional) lain di rumah sakit, serta hubungan lintas program dan lintas sektoral
melalui direktur rumah sakit.

5) Memberikan laporan berkala tim terpadu geriatri kepada Direktur Rumah Sakit.
B. Koordinator Rawat Jalan

Tugas Pokok :

Menyelenggarakan upaya pelayanan geriatri di ruang lingkup poliklinik, meliputi asesmen


geriatri, tugas konsultatif kuratif (sederhana) serta melaksanakan rujukan ke dan dari
tim/departemen/KSMF lain bila perlu

Uraian Tugas :

1) Merencanakan/membuat rencana kerja serta rencana kebutuhan poliklinik geriatri setiap


tahunnya.

2) Menyediakan kelengkapan pelayanan geriatri di poliklinik berdasarkan kebijaksanaan yang


telah ditetapkan oleh ketua tim geriatri.

3) Menyediakan kelengkapan tugas pendidikan, latihan dan penelitian serta pengembangan


sesuai kebijakan tim geriatri.

4) Menyelenggarakan kerjasama dengan SMF di rumah sakit

5) Bertannggung jawab kepada ketua tim geriatri atas penyelenggaraan pelayanan geriatri di
poliklinik.

C. Anggota Uraian

Tugas :

1) Mengidentifikasi pasien geriatri

2) Berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya

3) Menjalankan program kerja Tim Terpadu Geriatri


BAB III

STANDAR FASILITAS

A. STANDAR FASILITAS

Standar fasilitas Ruang pelayanan Geriatri tingkat sederhana paling sedikit terdiri atas :

1. Ruang pendaftaran/administrasi Ruang pendaftaran/administrasi sebagaimana dimaksud


dapat bergabung dengan ruang pendaftaran/administrasi lain di Rumah Sakit. Ruang
pendaftaran administrasi ini harus cukup luas untuk penempatan meja tulis, lemari arsip untuk
penyimpanan dokumen medik pasien. Letaknya dekat dengan ruang tunggu, sehingga mudah
dilihat oleh pasien yang baru datang.

2. Ruang tunggu Ruang tunggu harus bersih dan cukup luas, aman dan nyaman, baik untuk
pasien dari luar ataupun dari bangsal yang menggunakan kursi roda atau tempat tidur.

3. Ruang periksa Ruangan ini dekat dengan ruang pendaftaran serta dilengkapi dengan fasilitas
dan alat-alat pemeriksaan. Ruangan terdiri dari:

a. Ruang periksa perawat geriatri dan sosial medik untuk melakukan anamnesis;

b. Ruang periksa dokter/tim geriatri;

c. WC dan kamar mandi,

d. Ruangan diskusi tim geriatri atau pertemuan dengan keluarga pasien (family meeting).

4. Ruang Tim Terpadu Geriatri. Ruang tim terdiri dari :

a. Ruang ketua tim,

b. Ruang anggota,

c. 1 (satu) ruang pertemuan untuk tim,

d. Ruang istirahat karyawan dan pantry,

e. Kamar kecil untuk karyawan


B. PERSYARATAN BANGUNAN

1. Konstruksi bangunan

a. Jalan Jalan menuju ke pelayanan geriatri harus cukup kuat, rata, tidak licin serta disediakan
jalur khusus untuk pasien/pengunjung dengan kursi roda.

b. Pintu Pintu harus cukup lebar untuk memudahkan pasien/pengunjung lewat dengan kursi
roda atau tempat tidur. Lebar pintu sebaiknya 120 cm terdiri dari pintu 90 cm dan pintu 30 cm

c. Listrik Daya listrik harus cukup dengan cadangan daya bila suatu saat memerlukan tambahan
penerangan sehingga diperlukan stabilisator untuk menjamin stabilitas tegangan, dilengkapi
dengan generator listrik.

d. Penerangan Penerangan lorong dan ruang harus terang namun tidak menyilaukan. Setiap
lampu penerangan di atas tempat tidur harus diberi penutup, agar tidak menyilaukan.

e. Lantai Lantai harus rata, mudah dibersihkan tetapi tidak licin, bila ada undakan atau tangga
harus jelas terlihat dengan warna ubin yang berbeda untuk mencegah jatuh.

f. Langit-langit Langit-langit harus kuat dan mudah dibersihkan.

g. Dinding Dinding harus permanen dan kuat dan sebaiknya di cat berwarna terang. Agar
memberi semangat dan di sepanjang dinding, terdapat pegangan yang kuat sebaiknya terbuat
dari kayu (hand rail).

h. Ventilasi Semua ruangan harus diberi cukup ventilasi. Ruangan yang menggunakan
pendingin/air condition harus dilengkapi cadangan ventilasi untuk mengantisipasi apabila
sewaktu-waktu terjadi kematian arus listrik.

i. Kamar mandi dan WC Kamar mandi menggunakan kloset duduk dengan pegangan di sebelah
kanan dan kirinya. Shower dilengkapi dengan tempat duduk dan pegangan. Gagang shower
harus diletakkan di tempat yang mudah dijangkau oleh pasien dalam posisi duduk. Demikian
pula tempat sabun harus diletakkan sedemikian agar mudah dijangkau pasien. Tersedia bel
untuk meminta bantuan dan pintu membuka keluar.

j. Air Penyediaan air untuk kamar mandi, WC, cuci tangan harus cukup dan memenuhi
persyaratan. Semua fasilitas gedung dan lingkungan harus mengacu kepada pedoman
Pekerjaan Umum tentang standar teknis eksesibilitas gedung dan lingkungan.
k. Pada dinding-dinding tertentu harus diberi pengaman dan kayu atau alumunium (leuning)
yang berfungsi sebagai pegangan bagi pasien pada saat berjalan serta untuk melindungi dinding
dari benturan kursi roda

l. Agar dihindari sudut-sudut yang tajam pada dinding atau bagian tertentu untuk menghindari
kemungkinan terjadinya bahaya/trauma.

m. Disediakan wastafel pada setiap ruangan pemeriksaan, pengobatan dan ruangan yang lain.

BAB IV

TATA LAKSANA PELAYANAN

A. PELAYANAN GERIATRI

1. Batasan Pelayanan Mengingat berbagai kekhusussan perjalanan dan penampilan penyakit


pada warga lanjut usia, maka terdapat dua prinsip utama yang harus dipenuhi guna
melaksanakan pelayanan kesehatan pada warga lanjut usia yaitu pendekatan holistik. RSU
Jampangkulon memiliki prinsip holistik pelayanan geriatri :

a. Seseorang warga lanjut usia harus dipandang sebagai manusia seutuhnya, meliputi juga
lingkungan kejiwaan (psikologis) dan sosial ekonomi. Aspek diagnosis penyakit pada pasien
lanjut usia mengunakan asesmen geriatri, meliputi seluruh organ, sistem, kejiwaan dan
lingkungan sosial ekonomi.

b. Sifat holistik mengandung dua arti :

 Secara vertikal berarti pemberian pelayanan harus dimulai dari masyarakat sampai
pelayanan rujukan tertinggi. Untuk mengupayakan prinsip secara berjenjang (vertikal)
mulai dari masyarakat, puskesmas dan rumah sakit, kontinuitas pelayanan kesehatan
geriatri dapat dibagi menjadi :
1) Pelayanan Kesehatan Warga Lanjut Usia di Masyarakat (Community Based
Geriatric Service) : Ceramah, simposium, lokakarya, dan penyuluhan-
penyuluhan.
2) Pelayanan Kesehatan Warga Lanjut Usia di Masyarakat Berbasis Rumah Sakit
(Hospital Based Community Geriatric Service) : program perawatan warga
lanjut usia di rumah (home care)
3) Pelayanan Kesehatan Warga Lanjut Usia Berbasis Rumah Sakit (Hospital
Based Geriatric Service) : Poliklinik Lanjut Usia, pemberian edukasi pada
pasien lanjut usia.
 Secara horisontal berarti pelayanan kesehatan harus merupakan bagian dari pelayanan
kesejahteraan warga lanjut usia secara menyeluruh.

c. Pelayanan holistik harus mencakup aspek promotif, pencegahan (preventif),


penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif).

2. Alur Pelayanan Geriatri

Gambar 4.1 Alur Pelayanan di Rumah Sakit dengan Pelayanan Geriatri Tingkat Sederhana

3. Pelayanan Pasien Geriatri di Rumah Sakit Umum Jampangkulon

a. Apabila pasien lansia dirawat jalan maka akan diprioritaskan dalam proses pendaftaran
sampai dengan pemeriksaan oleh dokter.
b. Asesmen awal rawat jalan dilakukan terhadap setiap pasien yang datang ke Unit Rawat Jalan
Rumah Sakit Awal Bros Bekasi Timur
c. Asesmen pasien rawat jalan terdiri dari asesmen keperawatan dan asesmen medis
d. Asesmen keperawatan yang dilakukan di rawat jalan meliputi :

1) Anamnesa keluhan pasien, riwayat alergi, riwayat kejang


2) Pemeriksaan tanda-tanda vital
3) Antropometri
4) Pengkajian fungsional
5) Status Psikologis
6) Hambatan Edukasi
7) Skrining Gizi

e. Asesmen medis yang meliputi : anamnesis (S) dan Pemerikasaan fisik (O), Rencana
penatalaksanaan (P) dan Istruksi (I), Edukasi (E)
f. Asesmen medik rawat jalan dilakukan oleh dokter umum dan dokter spesialis di unit rawat
jalan Rumah Sakit Umum Jampangkulon
g. Asesmen medik rawat jalan dilengkapi dalam waktu kurang dari 2 jam dan
didokumentasikan di rekam medik sesuai ketentuan/kebijakan rekan medik dengan keterangan
yang jelas mengenai waktu pemeriksaan (tanggal dan jam), minimal menuliskan hasil
anamnesis dan pemeriksaan fisik yang relevan untuk justivikasi diagnosis dan terapi.
4. Jenis Pelayanan Geriatri
a. Poliklinik Geriatri
Rumah Sakit Awal Bros Bekasi Timur memberikan jasa pengadaan asesmen, tindakan
kuratif sederhana dan konsultasi bagi penderita rawat jalan, baik dari masyarakat, puskesmas,
maupun antar poliklinik.
b. Edukasi dan Promosi Kesehatan
 Pelayanan Kesehatan Warga lanjut usia di masyarakat berbasis rumah sakit
1) Home Care;
Rumah Sakit Awal Bros Bekasi Timur memberikan jasa pelayanan home care
yang meliputi:
 Kunjungan oleh dokter umum
 Home care oleh perawat untuk tindakan : pemasangan NGT, pemasangan Catheter,
Ganti Verban
 Home care fisioterapi : General exercise
2) Edukasi di Komunitas
5. Assesment Geriatri;
Rumah Sakit Awal Bros Bekasi Timur melakukan Assesment Geriatri pada pasien baru di unit
rawat jalan dengan proses pendekatan multidisiplin untuk menilai aspek medik, fungsional,
psikososial dan ekonomi penderita usia lanjut dalam rangka menyusun program pengobatan
dan pemeliharaan kesehatan yang rasional. Asesmen ini bersifat tidak sekedar multi-disiplin
tetapi juga interdisiplin dengan koordinasi serasi antar disiplin dan lintas pelayanan kesehatan.
Setiap pasien rawat jalan di screening status fungsionalnya dengan melakukan pengkajian
kebutuhan ADL pasien. Jika pasien dibantu dalam memenuhi kebutuhan ADLnya maka
pengkajian status fungsional pasien dilanjutkan dengan pengkajian barthel indeks.
Yang perlu Mendapatkan Pelayanan Geriatri :
- Menderita lebih dari satu penyakit kronis atau degeneratif dengan atau tanpa disertai penyakit
akut;
- Menghadapi kesulitan untuk berjalan (instability), mengalami jatuh (falls), atau imobilisasi
(bedridden);
- Menghadapi masalah untuk merawat diri sendiri (self care). seperti kesulitan makan atau
berpakaian;
- Mengalami penurunan daya ingat (memory) dini atau gangguan tingkah laku (behavior) dini;
- Masalah kesehatan lain seperti osteoporosis, penyakit parkinson, arthritis, gangguan
berkemih (inkontinensia urine), atau gangguan buang air besar.
6. Prinsip-Prinsip Pelayanan Geriatri Rumah Sakit Umum Jampangkulon adalah sebagai
berikut :
- Pendekatan menyeluruh (biopsikososialspiritual);
- Orientasi terhadap kebutuhan klien;
- Diagnosis secara terpadu;
- Team work (koordinasi);
- Melibatkan keluarga dalam pelaksanaannya.
7. Kriteria Pelayanan Lansia Rumah Sakit Umum Jampangkulon ;

- Komprehensif: adanya dukungan finansial yang adekuat, perawatan sehari-hari, pelayanan


kesehatan yang memadai, pendidikan kesehatan, perawatan keluarga, kebutuhan rekreasi dan
aktifitas fisik dan pelayanan transportas;
- Adanya kerjasama/terkoordinasi lintas program/sektoral;
- Mudah dijangkau;
- Memperhatikan kualitas pelayanan.
8. Tata Laksana Assesment Lansia Rumah Sakit Umum Jampangkulon;
Assesment Lansia Rumah Sakit Umum Jampangkulon adalah suatu rangkaian kegiatan proses
keperawatan yang:
- Ditujukan kepada usia lanjut;
- Meliputi kegiatan pengkajian, dengan memperhatikan kebutuhan fisik, psikologis,
sosial dan spiritual;
- Menganalisis masalah dan merumuskan diagnosis keperawatan;
- Membuat perencanaan;
- Melaksanakan implementasi dan melakukan evaluasi.
9. Tujuan Assesment Usia Lanjut Rumah Sakit Umum Jampangkulon;
a. Menegakkan :
- Diagnosis kelainan fisik/psikis yang bersifat fisiologik;
- Diagnosis kelainan fisik/psikis yang bersifat patologik;
- Dan melakukan terapi atas kelainan tersebut.
b. Menegakkan adanya gangguan organ/sistem (impairment),ketidak mampuan (disabilitas)
dan ketidakmampuan sosial (handicap) untuk dapat dilakukan terapi dan/ atau rehabilitasi.
c. Untuk mengetahui sumber daya sosial ekonomi dan lingkungan yang dapat digunakan untuk
penatalaksanaan penderita tersebut.

BAB V
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
Keselamatan pasien ( Patient safety ) rumah sakit adalah suatu sistem dimana RS membuat
asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi :
1. Asessment resiko
2. Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan
analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjut serta implementasi solusi
untuk meminimalkan timbulnya resiko. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya
cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
melakukan tindakan yang seharusnnya dilakukan.
B. Tujuan
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di RS
2. Meningkatnya akuntabilitas RS terhadap pasien dan masyarakat
3. Menurunnya Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD ) di RS
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian
tidak diharapkan.
C. Tatalaksana keselamatan pasien

Keselamatan pasien merupakan salah satu kegiatan RS yang dilakukan melalui


asessmen resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien,
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko. Kegiatan ini dilakukan melalui
monitoring indikator mutu pelayanan tiap unit kerja terutama yang terkait dengan pelaksanaan
patient safety, tindakan preventif dan tindakan korektif.

2. Monitoring indikator mutu pelayanan


Kegiatan ini merupakan kegiatan asessmen risiko. Indikator mutu pelayanan RS dan unit kerja
secara rinci dijelaskan pada pedoman mutu pelayanan , pedoman mutu pelayanan instalasi gizi
secara rinci ada di BAB VIII Pengendalian Mutu. Indikator tersebut merupakan milik unit kerja
ditentukan periode pengambilan data dan analisisnya. Bila terjadi penyimpangan atau terjadi
kejadian yang tidak diinginkan pimpinan unit akan melaporkan pada pertemuan manajemen
seperti diatur pada tindakan preventif.

3. Tindakan preventif
Tindakan preventif sebenarnya adalah sistem yang diharapkan dapat mencegah terjadinya
cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan. Tindakan preventif dilakukan melalui
pencegahan kejadian tidak diinginkan.

4. Tindakan korektif
Tindakan korektif adalah pelaporan dan analisis insiden. Kemampuan belajar dari insiden dan
tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. Tindakan
korektif dilakukan terhadap laporan yang diputuskan dalam pertemuan tertutup oleh kepala
bidang melalui inspeksi dan verifikasi. Hasil inspeksi harus menunjukan telah dilakukannya
tindakan koreksi.

BAB VI
PENGENDALIAN MUTU

Pemantauan dan evaluasi dilaksanakan secara berkesinambungan guna mewujudkan


keberhasilan program pelayanan kesehatan bagi pasien geriatri. Pemantauan dan evaluasi harus
ditindaklanjuti untuk menentukan faktor-faktor yang potensial berpengaruh agar dapat
diupayakan penyelesaian yang efektif. Pemantauan dan evaluasi mutu dilakukan dalam bentuk
kegiatan pencatatan dan pelaporan. Indikator mutu yang digunakan dalam menilai pelaksanaan
pelayanan Geriatri di RSU Jampangkulon terdiri dari :
1. Status fungsional pasien diukur menggunakan pengkajian Barthel Index pada saat ADL
pasien dibantu
2. Pemantauan hasil Gula Darah pasien dengan Diabetes Mellitus
3. Pemberian Edukasi rehabilitasi pada pasien Osteoatritis
4. Kepuasan pasien diukur saat pasien pulang menggunakan instrumen survey kepuasan rawat
jalan.

BAB VII
PENUTUP

Dengan tersusunnya Pedoman Pelayanan Geriatri di RSU Jampangkulon ini diharapkan


menjadi panduan penyelenggaraan pelayanan lanjut usia/geriatri secara terpadu dan nyaman
serta berkesinambungan sesuai standar yang berlaku agar dapat memberikan pelayanan yang
bermutu kepada masyarakat khususnya geriatri. Hal-hal yang bersifat teknis dan rinci disusun
dalam bentuk SPO yang diperlukan sesuai dengan pokok kegiatan yang mendukung
pelaksanaan pelayanan geriatri. Setiap petugas kesehatan di RSU Jampangkulon diwajibkan
mengikuti pedoman ini secara utuh. Bila dalam pelaksanaanya terdapat perkembangan yang
baru, maka tidak tutup kemungkinan pedoman ini akan dilakukan perubahan dan penyesuaian
sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan.

Anda mungkin juga menyukai