Anda di halaman 1dari 7

Nama Kelompok :

Reka Sudi (10 8115 158)


Septiana Wijaya (10 8115 159)
Theresia Weliana K. (10 8115 160)
Veny M. Tambunan (10 8115 161)
V. Julius Marco (10 8115162)
Yemima S. Puraja (10 8115 163)

Tuliskan pemahaman saudara tentang aspek produksi yan perlu diperhatikan dalam
memproduksi suatu prodk obat yang memenuhi persyaratan kualitas!

Pemahaman kami tentang aspek produksi yang perlu diperhatikan dalam


memproduksi suatu produk obat yang memenuhi persyaratan kualitas adalah produksi
hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti proedur yang telah ditetapkan dan memenuhi
ketentuan CPOB yang menjamin senantiasa menghasilkan produk yang memenuhi kriteria
dan ketentuan izin pem buatan dan izin edar atau registrasi, yang meliputi personel, kriteria
bahan awal (bahan baku), sistem penomoran bets/ lot, pencegahan pencemaran silang,
penimbangan dan penyerahan, pengembalian, bahan pengemas, kegiatan pengemasan,
pengawasan selama proses, bahan dan produk yang ditolak, dipulihkan dan dikembalikan,
karantina dan penyerahan produk jadi, catatan pengendalian pengiriman obat, penyimpanan
bahan awal, bahan pengemas, produk antara, produk ruahan, dan produk jadi, serta
pengiriman dan pengangkutan.

Prinsip utama produksi adalah:


a. Adanya keseragaman atau homogenitas dari bets ke bets.
b. Proses produksi dan pengemasan senantiasa menghasilkan produk yang seidentik
mungkin (dalam batas syarat mutu) baik bagi bets yang sudah diproduksi maupun yang
akan diproduksi.

Sedangkan hakikat produksi adalah :


a. Mutu produk obat tidak ditentukan oleh hasil akhir analisa saja, tetapi ditentukan oleh
keseluruhan proses produksi (built in process).
b. Adanya prosedur baku (standar) untuk setiap langkah (tahapan) proses produksi dengan
persyaratan yang harus diikuti dengan konsisten.
1. Personel
Produksi sebaiknya dilakukan dan ditangani oleh personel yang berkompeten dan
terdidik serta terlatih untuk menangani, mengolah, dan maintenance seluruh aspek
produksi yang dimulai dari bahan baku sampai produk jadi, pengemasan, dan
penyimpanan secara kompeten dengan memperahankan System Quality Management dan
tertanam rasa untuk memiliki sehingga hasil akhir yang dihasilkan dari suatu produksi
memiliki kualitas yang baik dan memiiki konsistensi dari setiap produknya.

2. Bahan baku (raw material)


Untuk menjaga mutu obat yang dihasilkan, maka setiap tahap dalam proses
produksi selalu dilakukan pengawasan mutu In Process Control (IPC).
Setiap penerimaan bahan awal baik bahan baku dan bahan kemas terlebih dahulu
diperiksa dan disesuaikan dengan spesifikasinya. Bahan-bahan tersebut harus selalu
disertai dengan Certificate of Analysis (CoA) yang dapat disesuaikan dengan hasil
pemeriksaan.
Pengadaan bahan awal hendaklah hanya dari pemasok yang telah disetujui dan
memenuhi spesifikasi yang relevan. Semua penerimaan, pengeluaran dan jumlah bahan
tersisa hendaklah dicatat. Catatan hendaklah berisi keterangan mengenai pasokan, nomor
bets/lot, tanggal penerimaan, tanggal pelulusan, dan tanggal kadaluarsa.
Setiap bahan awal sebelum diluluskan untuk digunakan hendaklah memenuhi
spesifikasi dan diberi label dengan nama yang dinyatakan dalam spesifikasi. Sebaiknya
singkatan, kode, ataupun nama yang tidak resmi idak digunakan.
Untuk setiap kiriman atau bets bahan awal hendaklah diberi nomor rujukan yang
akan menunjukkan identitas kiriman bahan atau bets yang bersangkutan selama
penyimpanan dan pengolahan. Nomor ini hendaklah jelas tercantum pada label wadah
untuk memungkinkan segera diperolehnya catatan yang memberi keterangan rinci yang
lengkap tentang bahan yang hendak diperiksa. Untuk tujuan pengambilan contoh,
pengujian dan pelulusan bets yang berbeda yang berasal dari satu kiriman hendaklah
dianggap sebagai bets yang terpisah.
Pemeriksaan visual dilakukan pada tiap penerimaan barang, yang meliputi kondisi
umum, keutuhan wadah dan segelnya, ceceran dan kemungkinan adanya kerusakan
bahan, dan kesesuaian catatan pengiriman dengan label dari pemasok. Setiap sampel yang
diambil oleh personel dan dengan metode yang telah disetujui oleh kepala bagian
pengawasan mutu. Wadah dari mana sampel bahan awal diambil hendaklah diberi
identifikasi.
Semua wadah pada suatu pengiriman berisi bahan awal yang benar hendaklah
terjamin dan melakukan pengamanan terhadap kemungkinan salah penandaan wadah oleh
pemasok. Bahan yang datang sebelum disimpan dalam gudang hendaklah dikarantina
sampai diluluskan oleh pihak QC.
Untuk mencegah kekeliruan bahan maka bahan yang datang sebaiknya ditempel
dengan label yang berisi:
a. Nama bahan dan bila perlu nomor kode bahan
b. Nomor bets atau kontrol yang diberikan pada saat penerimaan bahan
c. Status bahan (misalnya, karantina, sedang di uji, diluluskan, ditolak)
d. Tanggal kadaluarsa atau tanggal uji ulang bila perlu
e. Jika digunakan sistem penyimpanan dengan komputerisasi yang divalidasi lengkap,
maka semua keterangan di atas tidak perlu dalam bentuk tulisan yang terbaca pada
label.
Label ini ditempel oleh personel yang ditunjuk kepala bagian pengawasan mutu. Label ini
bersifat dinamis, artinya bila status bahan mengalami perubahan maka label penunjuk
status juga berubah.

3. Bahan pengemas
Bahan pengemas perlu diperhatikan, baik dari pengemas primer maupun bahan
pengemas cetak. Untuk bahan pengemas cetak perlu dijaga keamanaannya agar tidak
dimanfaatkan oleh orang yang tidak bertangung jawab. Bahan pengemas yang tidak
berlaku lagi sebaiknya dimusnahkan dan dicatat. Pada saat pengemasan, kemasan yang
ada di ruang pengemasan hanya ada pengemas dari produk yang sedang dibuat.

4. Kegiatan pengemasan
Kegiatan pengemasan berfungsi mengemas produk ruahan menjadi produk jadi.
Pengemasan hendaklah dilaksanakan di bawah pengendalian yang ketat untuk menjaga
identitas, keutuhan dan mutu produk akhir yang dikemas. Semua kegiatan pengemasan
hendaklah dilaksanakan sesuai dengan instruksi yang diberikan dan menggunakan bahan
pengemas yang tercantum dalam prosedur pengemasan induk. Rincian pelaksanaan
pengemasan hendaklah dicatat dalam catatan pengemasan bets. Rincian pelaksanaan
kegiatan hendaklah dicatat dalam Catatan Pengemasan Bets.
Pemeriksaan kesiapan jalur sesuai dengan prosedur tertulis yan disetujui oleh
kepala bagian managemen mutu untuk:
a. Memastikan bahwa semua bahan dan produk yang sudah dikemas telah benar
disingkirkan dari jalur pengemasan sebelumnya dan area sekitarnya.
b. Memeriksa jalur dan area sekitarnya serta kebersihan peralatan yang akan dipakai.
Penyelesaian kegiatan pengemasan diperiksa dengan cermat untuk memastikan
bahwa kemasan produk tersebut sepenuhnya sesuai dengan prosedur pengemasan induk.
Hanya produk yang berasal dari satu bets dari 1 kegiatan pengemasan saja yang boleh
ditempatkan pada 1 palet. Setelah proses rekonsiliasi, kelebihan bahan pengemas dan
produk ruahan yang akan disingkirkan hendaklah diawasi dengan ketat agar hanya bahan
dan produk yang dinyatakan memenuhi syarat saja yang dapat dikembalikan ke gudang
untuk dimanfaatkan kembali.

5. Pencegahan pencemaran silang


Bahan awal atau produk oleh bahan atau produk lain harus terhindar dari
pencemaran. Pencemaran silang dapat terjadi karena tidak terkendalinya debu, gas, uap,
percikan atau organisme dari bahan atau produk yang sedang diproses, dari sisa yang
tertinggal pada alat dan pakaian kerja operator. Pencemaran ini tergantung pada jenis
pencemar dan produk yang tercemar. Pencemar yang berbahaya adalah bahan yang dapat
menimbulkan sensitasi kuat, preparat biologis yang mengandung mikroba hidup, hormon
tertentu, bahan sitotoksik, dan bahan lain yang berpotensi tinggi. Produk yang paling
mudah mengalami pencemaran adalah sediaan parenteral, sediaan yang diberikan dalam
dosis besar dan/atau sediaan yang diberikan dalam jangka waktu yang panjang. Setiap
tahapan proses, produk dan bahan sebaiknya dilindungi terhadap pencemaran mikroba
dan pencemaran lain.
Pencemaran silang dapat dihindari dengan tindakan teknis atau pengaluran yang
tepat, misalnya:
 Produksi dilakukan dalam gedung yang terpisah untuk produk seperti penisilin,
hormon seks, sitotoksik tertentu, vaksin hidup dan sediaan yang mengandung bakteri
hidup dan produk biologi lain serta produk darah.
 Menyediakan ruang penyangga udara dan penghisap udara.
 Mengurangi resiko pencemaran yang disebabkan oleh udara yang disirkulasi ulang
atau masuknya udara yang tidak diolah atau udara yag diolah secara tidak memadai.
 Penggunaan pakaian pelindung yang sesuai dengan area dimana produk beresiko
tinggi terhadap pencemaran silang.
 Melakukan pembersihan dan dekontaminasi yang terbukti efektif, karena pembersihan
alat yang tidak efektif dapat menjadi sumber pencemaran silang.
 Penggunaan sistem self contained
 Pengujian residu dan menggunakan label status kebersihan pada alat
Pencegahan terhadap pencemaran silang dan efektivitasnya sebaiknya dilakukan secara
berkala sesuai dengan prosedur yang ditetapkan.

6. Sistem penomoran bets/lot


Sebaiknya dibuat sistem yang menjelaskan penomoran bets/lot secara rinci utuk
memastikan bahwa tiap bets/lot produk antara, produk ruahan atau produk jadi dapat
diidentifikasi. Sebaiknya sistem penomoran bets/lot yang digunakan pada tahap
pengolahan dan tahap pengemasan sebaiknya saling berkaitan. Sistem penomoran bets/lot
sebaiknya menjamin bahwa nomor bets/lot yag digunakan tidak berulang. Alokasi nomor
bets/lot segera dicatat dalam suatu buku log yang mencakup tanggal pemberian nomor,
identitas produk dan ukuran bets/lot yang bersangkutan.

7. Penimbangan dan penyerahan


Perlu dilakukan dokumentasi serta rekonsiliasi yang lengkap terhadap
penimbangan dan penyerahan bahan awal, bahan pengemas, produk antara dan produk
ruahan. Sangat penting dilakukan pengendalian terhadap pengeluaran bahan dari produk
tersebut untuk produksi, dari gudang, area penyerahan, atau antar bagian produksi. Di
dalam prosedur tertulis, hendaklah mencakup cara penanganan, penimbangan,
perhitungan dan penyerahan bahan awal, bahan pengemas, produk antara dan produk
ruahan.
Bahan awal, bahan pengemas, produk antara dan produk ruahan yang telah
diluluskan oleh pegawasan mutu dan belum kadaluarsa yang boleh diserahkan. Selain itu
juga, dalam proses pengangkutan dan penyimpanan sebaiknya dilakukan dengan cara
yang benar untuk menjamin mutu. Setiap wadah bahan awal dilakukan pemeriksaan
kebenaran penandaan termasuk label perlulusan dari Pegawasan Mutu.
Ketelitian dari alat timbang dan alat ukur harus sesuai dengan jumlah bahan yang
ditimbang, setiap penimbangan dilakukan pembuktian kebenaran identitas dan dilakukan
oleh 2 orang personel yang independen. Untuk bahan awal steril, setelah ditimbang
kemudian diserahkan di area steril. Dilakukan pemeriksaan ulang terhadap bahan awal,
produk antara dan produk ruahan dan ditandatangani oleh suppervisor produksi.

8. Pengembalian
Semua bahan dan produk yang memenuhi spesifikasi dikembalikan ke gudang
penyimpanan sebaiknya didokumentasikan dengan benar dan direkonsiliasi.

9. Pengawasan-Selama-Proses
Untuk memastikan seluruh proses produksi dilakukan dengan baik, maka
dilakukan dengan metode yang telah disetujui oleh kepala bagian manajemen mutu.
Prosedur tertulis harus dipatuhi. Pengawasan selama proses meliputi semua parameter
produk serta kemasan akhir. Pada proses pengolahan dan pengemasan dilakukan
pengambilan sampel pada awal, tengah dan akhir proses. Spesfikasi pengawasan selama
proses harus konsisten.

10. Karantina dan penyerahan produk jadi


Karantina produk jadi merupakan tahap akhir sebelum diluluskan ke gudang.
Prosedur tertulis mencakup cara penyerahan prouk jadi ke area karatina, cara
penyimpanan sambil menunggu pelulusan, persyaratan yang dperlukan untuk
memperoleh pelulusan, dan cara pemindahan selanjutna ke gudang produk jadi. Tidak
boleh ada produk yang diam dalam suatu bets/lot selama produk masih ditahan di area
karantina. Untuk produk jadi diberikan penandaan jelas untuk kondisi penyimpanan.
Kriteria pelulusan akhir produk:
a. Produk memenuhi persyaratan mutu meliputi spesifikasi pengolahan dan pengemasan
b. Sampel tertinggal dalam jumlah yang mencukupi digunakan untuk pengujian
mendatang
c. Pengemasan dan penandaan memenuhi persyaratan bagian pengawasan mutu
d. Rekonsiliasi bahan pengemas cetak dan bahan cetak dapat diterima
e. Produk jadi yang diterima jumlahnya sesuai dengan dokumen penyerahan barang
Setelah pelulusan oleh bagian manajemen mutu, produk dipindahkan dari area karantina
ke gudang produk jad kemudian dicatat dalam kartu stok.

11. Praktik pengemasan


Resiko kesalahan terjadi dalam pegemasan dapat diperkecil dengan cara sebagai
berikut:
a. Menggunakan label dalam gulungan
b. Pemberian penandaan bets pada jalur pemasangan label
c. Menggunakan alat pemindai dan penghitung elektronis
d. Label dan bahan cetak lain harus memiliki tanda khusus untuk setiap produk yang
berbeda
e. Selain pemeriksaan visual, dilakukan pemeriksaan secara independen oleh bagian
pengawasan mutu pada akhir proses pengemasan
Wadah yang digunakan dan tempat pengemasan harus bersih, personel bagian
pengemasan memperoleh pelatihan mengenai persyaratan pengawasan selama proses dan
melaporkan tiap penyimpangan yang terjadi.
Bila ditemukan bahan pengemas cetak, kemasan akhir dan kemasan setengah jadi
diluar jalur pengemasan sebaiknya diserahkan kepada supervisor dan tidak dikembalikan
ke jalur pengemasan. Bagian peralatan pengemas hendaknya dibersihkan dengan cermat.
Area pengemasan dilakukan terpisah untuk produk obat yang berdosis rendah dan
berpotensi tinggi, atau produk toksik dan bahan yang dapat menimbulkan sensitasi. Untuk
pembersihan tidak digunakan udara bertekanan untuk mencegah pencemaran silang.
Pemakaian sikat dibatasi untuk mengndar pencemaran dari partikel yang menempel pada
sikat. Personel tidak membawa apa-apa dalam saku. Bahan yang digunakan dalam proses
pengemasan disimpan dalam wadah yang jelas tampak berbeda (mencolok) dengan
wadah yang dipakai untuk pengemasan produk.

Anda mungkin juga menyukai