Anda di halaman 1dari 44

APRIYANIPUJIHA

STUTI
A GREAT WORDPRESS.COM SITE
Skip to content
 Home
 About

KONSEP MANAJEMEN
ASUHAN KEPERAWATAN
Jul 9
KONSEP MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN
Oleh:Apriyani Puji Hastuti, S.Kep Ners

1. 1. PENGERTIAN
Sistem MAKP adalah suatu kerangka kerja yang mendefinisikan keempat unsur:
standart, proses keperawatan, pendidikan keperawatan dan sistem MAKP. Definisi
tersebut berdasarkan prinsip- prinsip nilai yang diyakini dan akan menentuakan
kualitas produksi/ jasa layanan keperawatan.

Gambar 1. Hubungan antara keempat unsur dalam penerapan sistem MAKP


Standart kebijakan intitusi/ nasional

Proses keperawatan:

 Pengkajian
 Perencanaan
 Intervensi
 evaluasi

Pendidikan klien:

 Pencegahan penyakit
 Mempertahankan kesehahatan
 Informed consent
 Rencana pulang/ komunitas

Sistem MAKP:

 Fungsional
 Tim
 Primer
 Modifikasi
Faktor- faktor yang berhubungan dengan perubahan MAKP:

1. Kualitas pelayanan keperawatan


Setap upaya untuk meningkatkan pelayanan

 Untuk meningkatkan asuhan keperawatan kepada pasien/ konsumen


 Untuk menghasilkan keuntungan (pendapatan) institusi
 Untuk mempertahankan eksistensi institusi
 Untuk meningkatkan kepuasan kerja
 Untuk meningkatkan kepercayaan konsumen/ pelanggan
 Untuk menjalankan kegiatan sesuai aturan/ standart
1. Standart praktek keperawatan
Menurut JCHO (Joint Commission on Accreditational Helath Care Organisastion
terdapat 8 standart tentang asuhan keperawatan yang meliputi:
 Menghargai hak- hak pasien
 Penerimaan sewaktu pasien MRS
 Observasi keadaan pasien
 Pemenuhan kebutuhan nutrisi
 Asuhan pada tindakan non- operative dan administratif
 Asuhan pada tindakan olerasi dan prosedur invasif
 Pendidikan pada pasien dan keluarga
 Pemberian asuhan secara terus menerus dan berkesinambungan

1. 2. PENGHITUNGAN KEBUTUHAN TENAGA

1. Tingkat ketergantungan pasien


Tingkat ketergantungan klien di ruang kardiologi dinilai dengan menggunakan
instrumen yang dimodifikasi kelompok sesuai dengan keadaan klien kardiologi
dengan acuan instrumen penilaian tingkat keretgantungan klien dari Orem (total,
partial, mandiri)

Tabel 1 Klasifikasi Tingkat Ketergantungan Pasien (berdasarkan teori Orem)

KLASIFIKASI DAN KRITERIA

MINIMAL CARE

1. Pasien bisa mandiri/ hampir tidak memerlukan bantuan


A. Mampu naik- turun tempat tidur
B. Mampu ambulasi dan berjalan sendiri
C. Mampu makan dan minum sendiri
D. Mampu mandi sendiri/ mandi sebagian dengan bantuan
E. Mampu membersihkan mulut (sikat gigi sendiri)
F. Mampu berpakaian dan berdandan dengan sedikit bantuan
G. Status psikologis stabil
H. Pasien dirawat untuk prosedur diagnostik
I. Operasi ringan

PARTIAL CARE

1. Pasien memerlukan bantuan perawat sebagian


A. Membutuhkan batuan 1 orang untuk naik- turun tempat tidur
B. Membutuhkan bantuan untuk ambulasi/ berjalan
C. Membutuhkan bantuan dalam menyiapkan makanan
D. Membutuhkan bantuan untuk makan/ disuap
E. Membutuhkan bantuan untuk kebersihan mulut
F. Membutuhkan bantuan untuk berpakaian dan berdandan
G. Membutuhkan bantuan untuk BAB dan BAK (tempat tidur/ kamar mandi)
H. Post operasi minor 24 jam
I. Melewati fase akut dari post operasi mayor
J. Fase awal dari penyembuhan
K. Observasi tanda- tanda vital setiap 4 jam
L. Gangguan emosional ringan

TOTAL CARE

1. Pasien memerlukan bantuan perawat sepenuhnya dan memerlukan waktu perawat yang leb
A. Membutuhkan 2 orang atau lebih untuk mobilisasi dari tempat tidur ke kereta dorong
B. Membutuhkan latihan pasif
C. Kebutuhan nutrisi dan cairan dipenuhi melalui terapi intravena (infus) atau NG tube
D. Membutuhkan bantuan untuk kebersihan mulut
E. Membutuhkan bantuan penuh untuk berpakaian dan berdandan
F. Dimandikan perawat
G. Dalam keadaan inkontinensia
H. 24 jam post operasi mayor
I. Pasien tidak sadar
J. Keadaan pasien tidak stabil
K. Observasi TTV setip kurang dari jam
L. Perawatan luka bakar
M. Perawatan kolostomi
N. Menggunakan alat bantu nafas (ventilator)
O. Menggunakan WSD
P. Irigasi kandung secara terus menerus
Q. Menggunakan alat traksi (skeletal traksi)
R. Fraktur dan atau pasca operasi tulang belakang/ leher
S. Gangguan emosional berat, bingung dna disorientasi

1. Kebutuhan tenaga perawat

Tabel 2 Penghitungan Kebutuhan Tenaga

KLASIFIKASI PASIEN

MINIMAL PARSIAL
JUMLAH
PASIEN PAGI SIANG MALAM PAGI SIANG MALAM

1 0,17 0,14 0,10 0,27 0,15 0,07

2 0,34 0,28 0,20 0,54 0,30 0,14

3 0,51 0,42 0,30 0,81 0,45 0,21

1. 3. TUJUAN MAKP
A. Menjaga konsistensi asuhan keperawatan.
B. Mengurangi konflik, tumpang tindih dan kekososongan pelaksanaan
asuhan keperawatan oleh tim keperawatan
C. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan.
D. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan dan keputusan
E. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan
keperawatan bagi setiap tim keperawatan

1. PILAR – PILAR DALAM MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN


PROFESSIONAL (MPKP)
Dalam model praktik keperawatan professional terdiri dari empat pilar diantaranya
adalah

a) Pilar I : pendekatan manajemen keperawatan

Dalam model praktik keperawatan mensyaratkaan pendekatan manajemen sebagai


pilar praktik perawatan professional yang pertama. Pada pilar I yaitu pendekatan
manajemen terdiri dari

1) Perencanaan dengan kegiatan perencanaan yang dipakai di ruang MPKP


meliputi (perumusan visi, misi, filosofi, kebijakan dan rencana jangka pendek ;
harian,bulanan,dan tahunan)

2) Pengorganisasian dengan menyusun stuktur organisasi, jadwal dinas dan daftar


alokasi pasien.

3) Pengarahan

Dalam pengarahan terdapat kegiatan delegasi, supervise, menciptakan iklim


motifasi, manajemen waktu, komunikasi efektif yang mencangkup pre dan post
conference, dan manajemen konflik

4) Pengawasan

5) Pengendalian

b) Pilar II: sistem penghargaan

Manajemen sumber daya manusia diruang model praktik keperawatan professional


berfokus pada proses rekruitmen,seleksi kerja orientasi, penilaian kinerja, staf
perawat.proses ini selalu dilakukan sebelum membuka ruang MPKP dan setiap ada
penambahan perawatan baru.

c) Pilar III: hubungan professionalHubungan professional dalam pemberian


pelayanan keperawata (tim kesehatan) dalam penerima palayana keperawatan
(klien dan keluarga). Pada pelaksanaan nya hubungan professional secara interal
artinya hubungan yang terjadi antara pembentuk pelayanan kesehatan misalnya
antara perawat dengan perawat, perawat dengan tim kesehatan dan lain – lain.
Sedangkan hubungan professional secara eksternal adalah hubungan antara
pemberi dan penerima pelayanan kesehatan.

d) Pilar IV : manajemen asuhan keperawatan

Salah satu pilar praktik professional perawatan adalah pelayanan keperawat dengan
mengunakan manajemen asuhan keperawatan di MPKP tertentu. Manajemen
asuhan keperawat yang diterapkan di MPKP adalah asuhan keperawatan dengan
menerapkan proses keperawatan

1. 5. MODEL DALAM SISTEM PEMBERIAN ASUHAN


KEPERAWATAN
Keberhasilan suatu asuhan keperawatan kepada klien sangat ditentukan oleh
pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan profesional. Dengan semakin
meningkatnya kebutuhan masyarakat akan pelayanan keperawatan dan tuntutan
perkembangan IPTEK, maka metode sistem pemberian asuhan keperawatan harus
efektif dan efisien.

1. Dasar pertimbangan pemilihan model asuhan keperawatan (MAKP)


 Sesuai dengan visi dan misi intitusi
Dasar utama penentuan model pemberian asuhan keperawatan harus didasarkan
pada visi dan misi rumah sakit

 Dapat diterapkannya proses keperawatan dalam asuhan keperawatan


Proses keperawatan merupakan unsur penting terhadap kesinambungan asuhan
keperawatan pada pasien. Keberhasilan dalam asuhan keperawatan sangan
ditentukan oleh pendekatan proses keperawatan.

 Efisien dan efektif penggunaan biaya


Setiap suatu perubahan, harus selalu mempertimbangkan biaya dan efektifitas
dalam kelancaran pelaksanaanya. Bagaimana baiknya suatu model, tanpa ditunjang
oleh biaya memadai, maka tidak akan didapatkan hasil yang sempurna.

 Terpenuhinya kepuasan klien, keluarga dan masyarakat


Tujuan akhir asuhan keperawatan adalah kepuasan pelanggan atau pasien terhadap
asuhan yang diberikan oleh perawat. Oleh karena itu model yang baik adalah
model asuhan keperawatan yang dapat menunjang terhadap kepuasan pelanggan.

 Kepuasan kinerja perawat


Kelancaran pelaksanaan suatu model sangat ditentukan oleh motivasi dan kinerja
perawat. Oleh karena itu model yang dipilih harus dapat meningkatkan kepuasan
perawat bukan justru menambah beban kerja dan frustasi dalam pelaksanaannya.

 Terlaksananya komunikasi yang adekuat antara perawat dan tim kesehatan


lainnya
Komunikasi secara profesional sesuai dengan lingkup tanggung jawab merupakan
dasar pertimbangan penentuan model. Model asuhan keprawatan diharapkan dapat
meningkatkan hubungan interpersonal yang baik antara perawat dan tenaga
kesehatan lainnya.

1. Jenis model asuhan keperawatan profesional (MAKP)


Tabel 3 Jenis model asuhan keperawatan menurut Grant&Massey (1997) dan
Marquis& Huston (1998)

Model Deskripsi Penanggu

 Berdasarkan orientasi tugas dari filosofi


keperawatan
 Perawat melaksanakan tugas (tindakan)
tertentu berdasarkan jadwal kegiatan yang ada
 Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat
dalam pengelolaan asuhan keperawatan
sebagai pilihan utama [ada saat perang dunia
kedua. Pada saat itu karena masih terbatasnya
jumlah dan kemampuan perawat maka setiap
perawat hanya melakukan 1- 2 jenis intervensi perawat yang be
Fungsional (misalnya merawat luka) keperawatan kepeda tindakan tertentu
semua pasien di bangsal
 Berdasarkan pendekatan holistik dari filosofi
keperawatan
 Perawat bertanggung jawab terhadap asuhan
dan observasi pada pasien tertentu
 Rasio pasien perawat= 1:1
setiap pasien ditugaskan kepada semua perawat
yang melayani seluruh kebutuhannya pada saait ia
dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang
berbeda untuk setiap shift dan tidak ada jaminan
bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama
pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus
biasa diterapkan satu pasien untuk satu perawat,
umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau
untuk perawatan khusus seperti: isolasi, intesive
Kasus care manager ke

 Berdasarkan kelompok pada filosofi


keperawatan
 6- 7 perawat profesional dan perawat associate
bekerja sebagai suatu tim, disupervisi oleh
ketua tim.
metode ini menggunakan tim yang terdiri dari
anggota yang berbeda- beda dalam memberikan
asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien.
Perawat ruangan dibagi menjadi 2- 3 tim/ grup
yang terdiri dari tenaga profesional, teknikal dan
pembantu dalam satu grup kecil yang saling
Tim membantu ketua

 Berdasarkan pada tindakan yang komprehensif


dari filosofi keperawatan
 Perawat bertanggung jawab terhadap semua
aspek asuhan keperawatan dari hasil
pengkajian kondisi pasien untuk
mengkoordinir asuhan keperawatan
Primer  Rasio perawat dan pasien1:4 / 1:5 dan perawat
penugasan metode kasus. Metode penugasan
dimana satu orang perawat bertanggung jawab
penuh selama 24 jam terhadap asuhan
keperawatan pasien mulai dari pasien masuk
sampai KRS. Mendorong praktek kemandirian
perawat, ada kejelasan antara si pembuat
rencana asuhan dan pelaksana. Metode primer
ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat
dan terus menerus antara pasien dan perawat
yang ditugaskan untuk merencanakan,
melakukan dan koordinasi asuhan keperawatan
selama pasien dirawat.

(1) Fungsional

Kelebihannya:

(a) Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tugas yang jelas dan
pengawasan yang baik

(b) Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga

(c) Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan


perawatan pada pasien diserahkan kepada perawat junior

Kelemahannya:

(a) Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat

(b) Pelayanan keperawatan terpisah- pisah, tidak dapat menerapkan proses


keperawatan
(c) Persepsi perawat cenderung pada tindakan yang berkaitan dengan ketrampilan
saja

(2) Keperawatan tim

Metode ini menggunakan tim yang tdd anggota yang berbeda- beda dalam
memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien

Kelebihannya:

(a) Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh

(b) Mendukung pelaksanaan proses keperawatan

(c) Menungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah diatasi dan
memberikan kepuasan kepada anggota tim

Kelemahannya:

(a) Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi
tim, yang biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untuk melaksanakan pada
wakt- waktu sibuk

Konsep metode tim

(a) Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan berbagai
teknik kepemimpinan

(b) Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana keperawatan


terjamin

(c) Anggota tim harus menghargai kepermimpinan ketua tim


(d) Peran kepala ruang penting dalam model tim. Model tim akan berhasil baik
bila didukung oleh kepala ruang

Tanggung jawab anggota tim

(a) Memberikan asuhan keperawatan pada pasien dibawah tanggung jawabnya

(b) Kerjasama dengan anggota tim dan antar tim

(c) Memberikan laporan

Tanggung jawab ketua tim

(a) Membuat rencana perencanaan

(b) Membuat penugasan, supervisi dan evaluasi

(c) Mengenal/ mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat kebutuhan
pasien

(d) Mengembangkan kemampuan anggota

(e) Menyelenggarakan konferensi

Tanggung jawab kepala ruang

(a) Perencanaan

 Menunjukan ketua tim akan bertugas di ruangan masing- masing


 Mengikuti serah terima pasien di shift sebelumnya
 Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien: gawat, transisi, persiapan pulang
bersama ketua tim
 Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan aktifitas dan
kebutuhan klien bersama ketua tim, mengatur penugasan/ penjadwalan
 Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan
 Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi, patofisiologi, tindakan medis
yang dilakukan, program pengobatan dan mendiskusikan dengan dokter tentang
tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien.
 Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan
Membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan

Membimbing penerapan proses keperawatan dan menilai askep

Mengadakan diskusi untuk pemecahan masalah

Memberikan informasi kepada pasien atau keluarga yang baru masuk

 Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri


 Membantu membimbing terhadap peserta didik keperawatan
 Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan rumah sakit
(b) Pengorganisasian

 Merumuskan metode penugasan yang digunakan


 Merumuskan tujuan metode penugasan
 Metode rincian tugas ketua tim dengan anggota tim secara jelas
 Membuat rentang kendali kepala ruang membawahi 2 katim dan 2 katim
membawahi 2- 3 perawat
 Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan: membuat proses dinas,
mengatur tenaga yang ada setiap hari, dll
 Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan
 Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik
 Mendelegasikan tudas saat kepala ruang tidak berada di tempat, kepada ketua
tim
 Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus administrasi pasien
 Mengatur penugasan jadwal pos dan pakarnya
 Identiikasi masalah dan cara penanganan
(c) Pengarahan

 Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim


 Memberi pujian kepada anggota tim yang melaksanakan tugas dengan baik
 Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan, ketrampilan dan sika[
 Menginformasikan hal- hal yang dianggap penting dan berhubungan dengan
askep pasien
 Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan
 Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan
tugasnya
 Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain
(d) Pengawasan
 Melalui komunikasi: mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan katim
maupun pelaksana mengenai askep yang diberikan kepada pasien
 Melalui supervisi
Pengawasan langsung melalui inspeksi, mengamati sendiri atau melalui laporan
langsung secara lisan dan memperbaiki/ mengawasi kelemahan- kelemahan yang
ada saat itu juga

Pengawasan tidak langsung yaitu mengecek daftar hadir ketua tim. Membaca
dan memeriksa rencana keperawatan serta catatan yang dibuat selama dan sesudah
proses keperawatan dilaksanakan (didokumentasikan), mendengar laporan katim
tentang pelaksanaan tugas.

Evaluasi

Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan rencana


keperawatan yang telah disusun ketua tim

Audit keperawatan
(3) Keperawatan primer

Kelebihan:

(a) Bersifat kontinuitas dan komprehensif

(b) Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil akan
memungkinkan pengembangan diri

(c) Keuntungan antara lain terhadap pasien, perawat, dokter dan rumah sakit

Pasien merasa dimanusiawikan karena terpenuhinya kebutuhan secara individu.


Selain itu asuhan yang diberikan bermutu tinggi dan tercapainya pelayanan yang
efektif terhadap pengobatan, dukungan, proteksi, infromasi dan advokasi. Dokter
juga merasakan kepuasan dengan model primer karena senantiasa mendapatkan
informasi tentang kondisi pasien yang selalu diperbarui dan komprehensif.

Kelemahan:

(a) Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengetahuan dan
pengalaman yang memadai dengan kriteria asertif, self direction kemampuan
mengambil keputusan yang tepat, menguasai keperawatan klinik, akuntable serta
mampu berkolaborasi dengan berbagai disiplin

Konsep dasar metode primer:

(a) Ada tanggung jawab dan tanggung gugat

(b) Ada otonomi

(c) Ketertiban pasien dan keluarga

Tugas perawat primer


(a) Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif

(b) Membuat tujuan dan rencana keperawatan

(c) Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama ia dinas

(d) Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh


disiplin lain maupun perawat lain

(e) Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai

(f) Menerima dan menyesuaikan rencana

(g) Menyiapkan penyuluhan untuk pulang

(h) Melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan lembaga sosial di
masyarakat

(i) Membuat jadwal perjanjian klinik

(j) Mengadakan kunjungan rumah

Peran kepala ruang/ bangsal dalam metode primer

(a) Sebagai konsultan dan pengendalian mutu perawat primer

(b) Orientasi dan merencanakan karyawan baru

(c) Menyusun jadwal dinas dan memberi penugasan pada perawat asisten

(d) Evaluasi kerja

(e) Merencanakan/ menyelenggarakan pengembangan staf

(f) Membuat 1- 2 pasien untuk model agar dapat mengenal hambatan yang terjadi

Ketenagaan metode primer


(a) Setiap perawat primer adalah perawat “bed side”

(b) Beban kasus pasien 4-6 orang untuk satu perawat

(c) Penugasan ditentukan oleh kepala ruang

(d) PP dibantu oleh perawat profesional lain maupun non profesional sebagai
perawat asisten

(4) Manajemen kasus

Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat ia dinas.
Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift dan tidak ada
jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya.
Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu perawat dan hal ini
umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk keperawatan khusus
seperti: isolasi, intensive care

Kelebihannya:

(a) Perawat lebih memahami kasus per kasus

(b) Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah

Kelemahannya:

(a) Belum dapatnya diidentifikasi perawat penanggung jawab

(b) Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang sama

(5) Modifikasi: tim- primer


Pada model MAKP tim digunakan secara kombinasi dari kedua sistem. Penetapan
sistem model MAKP ini didasarkan pada beberapa alasan:

(a) Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena sebagai perawat
primer harus mempunyai latar beakang pendidikan S1 keperawatan atau setara

(b) Keperawatan tim tidak digunakan secara murni, karena tanggung jawab asuhan
keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai tim

(c) Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan komunitas asuhan


keperawatan dan akuntabilitas asuhan keperawatan terdapat pada primer.
Disamping itu karena saat ini jenis pendidikan perawat yang ada di RS, sebagian
besar adalah lulusan SPK, maka akan mendapat bimbingan dari perawat primer/
ketua tim tentang asuhan keperawatan.

Peran masing- masing komponen kepala ruangan, Perawat primer dan perawat
assosiate

Kepala ruang (KARU) Perawat primer (PP) Perawat assosiate (PA

 Menerima pasien baru


 Memimpin rapat
 Mengevaluasi konerja
perawat
 Membuat daftar dinas
 Menyediakan material
 Perencanaan, pengawasan,  Memberikan aske
pengarahan  Mengikuti timban
 Membuat perencanaan  Melaksanakan tug
askep didelegasikan
 Mengadakan tindakan  Mendokumentasik
kolaborasi keperawatan
 Memimpin timbang terima
 Mendelegasikan tugas
 Memimpin ronde
keperawatan
 Mengevaluasi pemberian
askep
 Bertanggung jawab terhadap
pasien
 Memberi petunjuk jika
pasien akan pulang
 Memimpin timbang terima
 Mengisi resume
keperawatan

1. 6. PENENTUAN MODEL ASUHAN KEPERAWATAN (MAKP)


A. Pengumpulan data
1) Ketenagaan keperawatan

a) Lingkungan kerja

(1) (Gambaran umum jumlah tempat tidur, lokasi dan denah ruangan, fasilitas
untuk pasien, fasilitas untuk petugas kesehatan, fasilitas peralatan dan bahan
kesehatan, fasilitas peralatan dan bahan kesehatan

b) Sumber daya manusia/ ketenagaan

(1) Tenaga keperawatan

(2) Tenaga non keperawatan

c) Ketenagaan keperawatan dan pasien

2) Penerapan model pemberian asuhan keperawatan profesional

3) Sistem pendokumentasian
a) Sistem pendokumentasian ruangan

b) Sistem administrasi

1. Analisa data
Identifikasi situasi ruangan berdasarkan pendekatan SWOT

1. Rumusan masalah
2. Perencanaan
1) Pengorganisasian

2) Rencana strategis

3) Pengaturan waktu dan kegiatan

4) Persiapan penyelenggaraan asuhan keperawatan

TIMBANG TERIMA
Oleh: Apriyani Puji Hastuti, S.Kep Ners

1. Pengertian
Timbang terima adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima sesuatu
(laporan) yang berkaitan dengan keadaan klien (Nursalam, 2002).

2. Tujuan :
1. Menyampaikan kondisi atau keadaan pasien secara umum
2. Menyampaikan hal-hal yang penting yang perlu ditindak lanjuti oleh dinas
berikutnya.
c. Tersusunnya rencana kerja untuk dinas berikutnya

3. Langkah-langkah
1. Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap
2. Shift yang akan menyerahkan dan mengoperkan perlu mempersiapkan hal-
hal apa yang akan disampaikan
3. Perawat primer menyampaikan kepada penaggungjawab shift yang
selanjutnya meliputi :
1) Kondisi atau keadaan klien secara umum

2) Tindak lanjut atau dinas yang menerima operan

3) Rencana kerja untuk dinas yang menerima operan

1. Penyampaian operan diatas harus dilakukan secara jelas dan tidak terburu-
buru
A. Perawat primer dan anggota kedua shift dinas bersama-sama secara
langsung melihat keadaan klien

4. Prosedur Timbang Terima


Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam prosedur ini meliputi :
1. Persiapan
1) Kedua kelompok sudah dalam keadaan siap

2) Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan

1. Pelaksanaan
Dalam penerapan sistem MPKP : Primer, timbang terima dilaksanakan oleh
perawat primer kepada perawat primer yang mengganti jaga pada shift berikutnya :

1) Timbang terima dilaksanakan setiap pergantin shift atau operan

2) Dari nurse station perawat berdiskusi untuk melaksanakan timbang terima


dengan mengkaji secara komprehensif yang berkaitan tentang masalah
keperawatan pasien, rencana tindakan yang sudah dan belum dilaksankan serta hal-
hal penting lainnya yang perlu dilimpahkan

3) Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang lengkap


sebaiknya dicatat untuk kemudian diserahterimakan kepada perawat jaga
berikutnya

4) Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat timbang terima adalah :

– Identitas pasien dan diagnosis medis

– Masalah keperawatan yang kemungkinan masih muncul

– Data fokus (Keluhan subyektif dan obyektif)

– Tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilkasanakan

– Intervensi kolaboratif dan dependensi

– Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan


selanjutnya

5) Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan klarifikasi tanya


jawab terhadap hal-hal yang ditimbang terimakan dan berhak menanyakan
mengenai hal-hal yang kurang jelas

6) Penyampaian saat timbang terima secara jelas dan singkat

7) Lama timbang terima untuk setiap pasien tidak lebih dari 5 menit kecuali
pada kondisi khusus dan memerlukan penjelasan yang lengkap dan rincian

8) Kepala ruangan dan semua perawat keliling ke tiap pasien dan melakukan
validasi data.

9) Pelaporan untuk timbang terima dituliskan secara langsung pada buku


laporan ruangan oleh perawat primer

1. 7. Alur Timbang Terima


ALUR TIMBANG TERIMA

PASIEN

DIAGNOSA KEPERAWATAN

DIAGNOSA MEDIS/ MASALAH KOLABORATIF

RENCANA TINDAKAN

YANG TELAH DILAKUKAN

YANG AKAN DILAKUKAN

PERKEMBANGAN KEADAAN KLIEN

MASALAH :

Teratasi

Belum teratasi

Teratasi sebagian

Muncul masalah baru


PROSEDUR PELAKSANAAN TIMBANG TERIMA :

A. PRA TIMBANG TERIMA (Di Ruang Perawat)


1. Kedua kelompok dinas sudah siap.
2. Masalah keperawatan dan intervensi keperawatan semua pasien telah
dilaksanakan dan didokumentasikan oleh perawat pada dinas sebelumnya
dan siap untuk ditimbang terimakan.
3. Hal-hal yang khusus dicatat, untuk diserahterimakan kepada perawat (PP
dan PA) yang berdinas berikutnya.

B. TIMBANG TERIMA (Di Ruang Perawat)


1. Karu atau penanggung jawab membuka acara timbang terima.
2. PP (Perawat Primer) menyampaikan timbang terima :
– Identitas pasien dan diagnosa medis

– Masalah keperawatan yang muncul

– Tindakan keperawatan yang sudah dilakukan

– Tindakan keperawatan yang belum dilakukan

– Rencana dan persiapan yang perlu dilakukan (persiapan operasi,


pemeriksaan penunjang, konsultasi atau prosedur tidak rutin).

1. PP penerima timbang terima melakukan klarifikasi.

C. TIMBANG TERIMA (Di Ruang Pasien)


1. PP (Perawat Primer) dan PA (Perawat Asosiat) penerima timbang terima
melakukan klarifikasi, tanya jawab atau melakukan validasi terhadap hal-hal
yang telah ditimbang terimakan.
2. Sedapatnya mengupayakan penyampaian yang jelas, singkat dan padat.
3. Lamanya timbang terima tiap pasien tidak lebih dari 5 menit, kecuali dalam
kondisi khusus dan memerlukan keterangan yang lebih rinci.

4. PASKA TIMBANG TERIMA (Di Ruang Perawat)


1. Diskusi untuk membahas permasalahan bila ada (dipimpin Karu /
penanggung jawab).
2. Pelaporan untuk timbang terima dituliskan secara langsung pada format
laporan ruangan.
3. Penandatanganan oleh Karu dan PP masing-masing kelompok dinas.
4. Acara timbang terima ditutup oleh Karu / penanggung jawab.

SENTRALISASI OBAT
Oleh: Apriyani Puji Hastuti, S.Kep Ners

1. 1. PENGERTIAN
Kontroling atau pengawasan terhadap penggunaan dan konsumsi obat merupakan
salah satu peran perawat sehingga perlu dilakukan dalam suatu pola yang
sistematis sehingga penggunaan obat benar-benar dapat dikontrol oleh perawat
sehingga resiko kerugian secara materiil maupun non materiil dapat dieliminir.
Upaya sistematik meliputi uraian terinci tentang pengelolaan obat secara tepat oleh
perawat diperlukan sebagai bentuk tanggung jawab perawat dalam
menyelenggarakan kegiatan keperawatan.
Sentralisasi obat ( tehnik pengelolaan obat penuh) adalah pengelolaan obat dimana
seluruh obat yang akan diberikan kepada pasien diserahkan sepenuhnya kepada
perawat, pengeluaran dan pembagian obat sepenuhnya dilakukan oleh perawat.

1. 2. TEKNIK PENGELOLAAN SENTRALISASI OBAT


A. Obat yang telah diresepkan dan telah diambil oleh keluarga diserahkan
kepada perawat dan keluarga menerima tanda bukti serah terima obat.
B. Perawat menuliskan nama pasien, registrasi, jenis obat, jumlah
(sediaan) dan diketahui oleh keluarga/ klien dalam format pemberian
obat. Keluarga / klien selanjutnya mendapatkan informasi bila mana
obat tersebut akan habis.
C. Klien / keluarga selanjutnya mendapatkan tanda bukti serah terima
obat yang berisi nama obat, jumlah, dosis obat yang diberikan perawat.
D. Obat yang telah diserahkan selanjutnya disimpan oleh perawat dalam
kotak obat.
E. Obat yang telah diterima untuk selanjutnya disalin dalam buku daftar
pemberian obat.
F. Obat yang telah disimpan untuk selanjutnya diberikan oleh perawat
dengan memperhatikan alur yang tercantum dalam buku daftar
pemberian obat, dengan terlebih dahulu di cocokkan dengan terapi di
dalam advis dokter.
G. Pada saat pemberian obat perawat menjelaskan macam obat, kegunaan
obat, jumlah obat, efek samping obat. Usahakan tempat obat kembali
setelah obat dikonsumsi. Pantau adanya efek samping pada pasien.
H. Sediaan obat yang ada selanjutnya dicek setiap pagi oleh kepala
ruangan / petugas yang ditunjuk dan didokumentasikan dalam format
pemberian obat pada kolom sisa.
1. Penanggung jawab pengelolaan obat adalah kepala ruangan yang secara
optimal dapat didelegasikan kepada staf yang ditunjuk.
2. Keluarga wajib mengetahui dan ikut serta dalam mengontrol penggunaan
obat.
3. Penerimaan obat :
4. Pembagian obat :

5. Penambahan obat baru :


Bilamana ada penambahan / perubahan jenis, dosis atau perubahan rute pemberian
obat, maka informasi ini akan dimasukkan dalam format pemberian obat pada
kolom terima.

6. Obat khusus.
1. Obat disebut khusus apabila sediaan memiliki harga yang cukup mahal,
menggunakan rute pemberian yang cukup sulit, memiliki efek samping yang
cukup besar atau hanya diberikan pada waktu tertentu.
2. Pemberian obat khusus didokumentasikan di format pemberian obat (tidak
ada format khusus)
3. Informasi yang diberikan pada klien/ keluarga yaitu nama obat, kegunaan
obat, waktu pemberian, efek samping, penanggung jawab pemberian dan
tempat obat sebaiknya diserahkan/ ditunjukkan pada keluarga setelah
pemberian. Usahakan terdapat saksi dari keluarga saat pemberian obat.

1. 3. Alur pelaksanaan sentralisasi obat

PENDEKATAN PERAWAT

DOKTER

KELUARGA/ PASIEN

FARMASI/ APOTIK

KELUARGA/ PASIEN

KARU/ PP / PA YANG MENERIMA


PENGATURAN / PENGELOLAAN OLEH PERAWAT

 Surat persetujuan
 Lembar serah terima obat

KLIEN
A. PETUNJUK TEKNIS PENGISIAN FORMAT SURAT PERSETUJUAN
SENTRALISASI OBAT.
1. Nama, umur, jenis kelamin, alamat dapat diisi dengan nama pasien sendiri,
anak, istri, suami, orang tua, dan lain-lain.

2. Nama Klien, Umur, Jenis kelamin, alamat, no.reg diisi sesuai dengan data
klien yang bersangkutan.
3. Ruangan diisi sesuai tempat pasien dirawat.

4. Pengisian tanggal sesuai dengan tanggal pelaksanaan informed consent.

5. Format ditandatangani oleh perawat yang menerangkan dan klien yang


menyetujui dilakukan tindakan sentralisasi obat, disertai para saksi-saksi.

B. PETUNJUK TEKNIS PENGISIAN FORMAT PEMBERIAN OBAT.


1. Pengisian nama pasien, No. Register, umur, ruangan.
2. Kolom Nama obat diisi sesuai dengan obat yang diberikan sesuai dosis, dan
cara pemberian.
3. Kolom tanggal diisi tanggal penerimaan obat, secara vertikal begitu juga
pada kolom terima yaitu jumlah obat yang diterima dan ditulis nama terang
perawat dan keluarga yang menerima.
4. Kolom pemakaian obat diisi sesuai jam berapa obat diberikan beserta nama
perawat.
5. Kolom sisa diisi oleh perawat shift malam yaitu jumlah obat yang masih ada
setelah pamberian beserta nama perawat.

C. PETUNJUK TEKNIS PENGISIAN TANDA BUKTI SERAH TERIMA


OBAT (UNTUK PASIEN)
1. Pengisian nama pasien, umur, No. Registrasi ruangan
2. Kolom tanggal penerimaan obat diisi sesuai dengan tanggal serah terima
obat.
3. Kolom nama obat, dosis dan jumlah (sediaan) diisi sesuai dengan nama obat,
frekuensi pemberian dan jumlah yang diterima.
4. Kolom TT/Nama terang yang menyerahkan disi oleh keluarga / klien.
5. Kolom TT/Nama terang yang menerima diisi oleh perawat atau keluarga
yang menerima.

D. PETUNJUK TEKNIS SENTRALISASI OBAT


1. Perawat menjelaskan tujuan dan manfaat dari sentralisasi obat.
2. Pasien/ keluarga mengisi format peersetujuan sentralisasi obat.
3. Pasien / keluarga memberi obat ke perawat dan menerima tanda bukti serah
terima obat dari perawat.
4. Perawat menerima obat dari pasien/ keluarga dan mengisi format pemberian
obat pada kolom terima.
5. Perawat menyimpan obat yang telah diterima di kotak obat.
6. Perawat meletakkan obat di tempat obat saat memberikan obat sesuai jadwal.
7. Perawat memberikan obat ke pasien.
8. Perawat mengisi format pemberian obat dan LK 4.

FORMAT SERAH TERIMA OBAT


Nama Pasien : Ruangan :
Umur : No. Reg :

T T/ nama
Tgl terang
Penerimaan Jumlah perawat yang
Obat No Nama Obat Dosis (Sediaan) menerima
FORMAT PEMBERIAN OBAT

Nama Pasien: Ruangan: Umur: No.


Reg :

Nama Obat: Tgl


Terima
Dosis:
Nama

Cara Jam Nama Jam Nama Jam


Pemberian
(rute):

Sisa

Nama

Tgl

Terima

Nama Obat: Nama

Jam Nama Jam Nama Jam


Dosis:

Cara
Pemberian
(rute):
Sisa

Nama

Waktu Pemberian Obat: Keterangan:


1 x 1 Pagi : 08.00 1. Tidak ada persediaan
(TAP)
1 x 1 Malam : 20.00 2. Pasien tidak mau minum
2x1 : 08.00 20.00 3. Obat dihentikan
3x1 : 08.00 16.00 24.00 4. Pasien tidak
diperbolehkan minum obat
4x1 : 08.00 14.00 20.00 02.00
5x1 : 08.00 13.00 18.00 23.00 04.00
6x1 : 08.00 12.00 16.00 20.00 24.00 04.00

TANDA BUKTI SERAH TERIMA OBAT

Nama Pasien : Ruangan :


Umur : No. Reg :

T T/ nama
Tgl terang
Penerimaan Jumlah perawat yang
Obat No Nama Obat Dosis (Sediaan) menerima
RONDE KEPERAWATAN
Oleh: Apriyani Puji Hastuti, S.Kep Ners

1. 1. Pengertian
Ronde keperawatan adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi
masalah keperawatan klien yang dilaksanakan oleh perawat dengan melibatkan
pasien untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan (Nursalam, 2002).

1. Tujuan Ronde :
a. Tujuan Umum

Menyelesaikan masalah pasien melalui pendekatan berfikir kritis.

b. Tujuan khusus
1) Menumbuhkan cara berfikir kritis dan sistematis dalam pemecahan masalah
keperawatan klien.

2) Memberikan tindakan yang berorientasi pada masalah keperawatan klien

3) Meningkatkan kemampuan validitas data klien

4) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosa keperawatan

5) Meningkatkan kemampuan justifikasi

6) Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja

1. 3. Manfaat
A. Masalah pasien dapat teratasi
B. Kebutuhan pasien dapat terpenuhi
C. Terciptanya komunitas perawatan yang profesional
D. Terjalinnya kerjasama antar tim kesehatan
E. Perawat dapat melaksanakan model keperawatan dengan tepat dan
benar

1. 4. Kriteria Pasien
Pasien yang dipilih untuk yang dilakukan ronde keperawatan adalah pasien yang
memiliki kriteria sebagai berikut :

1. Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun sudah


dilakukan tindakan keperawatan.
2. Pasien dengan kasus baru atau langka.

1. 5. Peran Masing-masing Anggota Tim


A. Peran perawat primer dan perawat assosiate
– Menjelaskan data pasien yang mendukung masalah pasien.

– Menjelaskan diagnosis keperawatan.

– Menjelaskan intervensi yang dilakukan.


– Menjelaskan hasil yang didapat

– Menjelaskan rasional (alasan ilmiah) tindakan yang diambil

– Menggali masalah-masalah pasien yang belum terkaji

1. Peran perawat konselor


– Memberikan justifikasi

– Memberikan reinforcement

– Memvalidasi kebenaran dari masalah dan intervensi keperawatan serta


rasional tindakan

– Mengarahkan dan koreksi

– Mengintegrasikan konsep dan teori yang telah dipelajari

1. 6. Alur Pelaksanaan Ronde Keperawatan

PP

validasi data

Penetapan Pasien

Persiapan Pasien :

 Inform Concernt
 Hasil Pengkajian/ Validasi data

Kesimpulan dan rekomendasi solusi masalah

Penyajian

Masalah

Lanjutan-diskusi di Nurse Station

Diskusi PP-PP, Konselor,KARU

TAHAP RONDE PADA BED KLIEN

TAHAP PRA RONDE

TAHAP PASCA RONDE

TAHAP PELAKSANAAN DI NURSE STATION

 Apa diagnosis keperawatan?


 Apa data yang mendukung?
 Bagaimana intervensi yang sudah dilakukan?
 Apa hambatan yang ditemukan?

1. 7. Kriteria Evaluasi
A. Struktur
– Persyaratan administratif (informed consent, alat, dll)
– Tim ronde keperawatan hadir di tempat pelaksanaan ronde keperawatan

– Persiapan dilakukan sebelumnya


1. Proses
– Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir

– Seluruh peserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai peran yang telah
ditentukan

1. Hasil
– Pasien merasa puas dengan hasil pelayanan

– Masalah pasien dapat teratasi

– Perawat dapat :

1. Menumbuhkan cara berfikir yang kritis


2. Meningkatkan cara berfikir yang sistematis
3. Meningkatkan kemampuan validitas data pasien
4. Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan
5. Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berorientasi
pada masalah klien.
Share this:

 Twitter
 Facebook18

Related
KONSEP DASAR MANAJEMEN KEPERAWATAN
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
KONSEP PROSES KEPERAWATAN
This entry was posted on July 9, 2012. Bookmark the permalink.Leave a comment
Post navigation
← MODEL DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN
KONSEP DASAR MANAJEMEN KEPERAWATAN →
LEAVE A REPLY

RECENT POSTS
 Panduan Praktikum Farmakologi
 Modul Perkuliahan Kode Etik Keperawatan
 KONSEP PROSES KEPERAWATAN
 PENGEMBANGAN TENAGA KEPERAWATAN
 MANAJEMEN WAKTU DALAM PELAYANAN KEPERAWATAN
ARCHIVES
 February 2015
 September 2012
 August 2012
 July 2012
 June 2012
 May 2012
CATEGORIES
 Uncategorized
META
 Register
 Log in
 Entries RSS
 Comments RSS
 WordPress.com

Blog at WordPress.com.

Anda mungkin juga menyukai

  • Ayumuliadewi
    Ayumuliadewi
    Dokumen26 halaman
    Ayumuliadewi
    azrin
    Belum ada peringkat
  • Asuhan Keperawatan 2 Oprasi
    Asuhan Keperawatan 2 Oprasi
    Dokumen6 halaman
    Asuhan Keperawatan 2 Oprasi
    Mas Rudi Hartono Wongjowo
    Belum ada peringkat
  • LK Ruangan Ok Iran Rs Kota
    LK Ruangan Ok Iran Rs Kota
    Dokumen42 halaman
    LK Ruangan Ok Iran Rs Kota
    Mas Rudi Hartono Wongjowo
    Belum ada peringkat
  • LK Ruangan Ok Iran Rs Kota
    LK Ruangan Ok Iran Rs Kota
    Dokumen10 halaman
    LK Ruangan Ok Iran Rs Kota
    Mas Rudi Hartono Wongjowo
    Belum ada peringkat
  • LK Ruangan Ok Iran Rs Kota
    LK Ruangan Ok Iran Rs Kota
    Dokumen42 halaman
    LK Ruangan Ok Iran Rs Kota
    Mas Rudi Hartono Wongjowo
    Belum ada peringkat
  • Pendar Ah An
    Pendar Ah An
    Dokumen4 halaman
    Pendar Ah An
    Mas Rudi Hartono Wongjowo
    Belum ada peringkat
  • LK KGD PJT
    LK KGD PJT
    Dokumen43 halaman
    LK KGD PJT
    Mas Rudi Hartono Wongjowo
    Belum ada peringkat
  • Laporan Pendahuluan Print
    Laporan Pendahuluan Print
    Dokumen12 halaman
    Laporan Pendahuluan Print
    Mas Rudi Hartono Wongjowo
    Belum ada peringkat
  • Laporan Pendahuluan Print
    Laporan Pendahuluan Print
    Dokumen19 halaman
    Laporan Pendahuluan Print
    Mas Rudi Hartono Wongjowo
    Belum ada peringkat
  • Per Masala Han
    Per Masala Han
    Dokumen5 halaman
    Per Masala Han
    Mas Rudi Hartono Wongjowo
    Belum ada peringkat
  • Makro
    Makro
    Dokumen12 halaman
    Makro
    Mas Rudi Hartono Wongjowo
    Belum ada peringkat
  • LAPORAN PENDAHULUAN Hipertensi
    LAPORAN PENDAHULUAN Hipertensi
    Dokumen23 halaman
    LAPORAN PENDAHULUAN Hipertensi
    Mas Rudi Hartono Wongjowo
    Belum ada peringkat
  • LP Cva Trombosis
    LP Cva Trombosis
    Dokumen34 halaman
    LP Cva Trombosis
    kelompok14rssa
    100% (4)
  • Per Masala Han
    Per Masala Han
    Dokumen5 halaman
    Per Masala Han
    Mas Rudi Hartono Wongjowo
    Belum ada peringkat
  • LP CKD Dengan Anemia
    LP CKD Dengan Anemia
    Dokumen52 halaman
    LP CKD Dengan Anemia
    Nano Jayadi Zls
    Belum ada peringkat
  • Laporan Pendahuluan Wan Gunawann
    Laporan Pendahuluan Wan Gunawann
    Dokumen13 halaman
    Laporan Pendahuluan Wan Gunawann
    Mas Rudi Hartono Wongjowo
    Belum ada peringkat
  • BARU
    BARU
    Dokumen12 halaman
    BARU
    Mas Rudi Hartono Wongjowo
    Belum ada peringkat
  • Asuhan Keperawatan RUDY
    Asuhan Keperawatan RUDY
    Dokumen12 halaman
    Asuhan Keperawatan RUDY
    Mas Rudi Hartono Wongjowo
    Belum ada peringkat
  • Rudi 16
    Rudi 16
    Dokumen41 halaman
    Rudi 16
    Mas Rudi Hartono Wongjowo
    Belum ada peringkat
  • Wan Gunawan Combuce
    Wan Gunawan Combuce
    Dokumen34 halaman
    Wan Gunawan Combuce
    Mas Rudi Hartono Wongjowo
    Belum ada peringkat
  • Laporan Pendahuluan
    Laporan Pendahuluan
    Dokumen26 halaman
    Laporan Pendahuluan
    Mas Rudi Hartono Wongjowo
    Belum ada peringkat
  • Laporan Pendahuluan
    Laporan Pendahuluan
    Dokumen26 halaman
    Laporan Pendahuluan
    Mas Rudi Hartono Wongjowo
    Belum ada peringkat
  • Anemia Dengan CKD
    Anemia Dengan CKD
    Dokumen14 halaman
    Anemia Dengan CKD
    Mas Rudi Hartono Wongjowo
    Belum ada peringkat
  • Askep Keluarga
    Askep Keluarga
    Dokumen17 halaman
    Askep Keluarga
    Mas Rudi Hartono Wongjowo
    Belum ada peringkat
  • LP CA Ovarium
    LP CA Ovarium
    Dokumen26 halaman
    LP CA Ovarium
    Muladi
    Belum ada peringkat
  • Fick Kopolo
    Fick Kopolo
    Dokumen18 halaman
    Fick Kopolo
    Mas Rudi Hartono Wongjowo
    Belum ada peringkat
  • Laporan Pendahuluan
    Laporan Pendahuluan
    Dokumen26 halaman
    Laporan Pendahuluan
    Mas Rudi Hartono Wongjowo
    Belum ada peringkat
  • Pengkajian Emy Hcu
    Pengkajian Emy Hcu
    Dokumen24 halaman
    Pengkajian Emy Hcu
    Mas Rudi Hartono Wongjowo
    Belum ada peringkat
  • Proposal Terapi Bermain
    Proposal Terapi Bermain
    Dokumen27 halaman
    Proposal Terapi Bermain
    Mas Rudi Hartono Wongjowo
    Belum ada peringkat
  • Mp-Asi 2
    Mp-Asi 2
    Dokumen14 halaman
    Mp-Asi 2
    Mas Rudi Hartono Wongjowo
    Belum ada peringkat