PENDAHULUAN
1
d. bagaimana konsep tetapan kesetimbangan kimia ?
e. Bagaimana pergeseran keserimbangan ?
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian kesetimbangan kimia
b. Untuk mengetahui apa saja kriteria pada kesetimbangan kimia
c. Untuk mengetahui potensial kimia dalam campuran
d. Untuk mengetahui konsep tetapan kesetimbangan kimia
e. Untuk mengetahui pergeseran keserimbangan
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kesetimbangan Kimia
Kesetimbangan kimia adalah suatu keadaan di mana tidak ada perubahan yang
teramati selama bertambahnya waktu reaksi. Jika suatu kimia telah mencapai keadaan
kesetimbangan maka konsentrasi reaktan dan produk menjadi konstan sehingga tidak
ada perubahan yang teramati dalam sistem. Meskipun demikian, aktivitas molekul
tetap berjalan, molekul-molekul reaktan berubah mnjadi produk secara terus-menerus
sambil molekul-molekul produk berubah menjadi reaktan kembali dengan kecepatan
yang sama.
Sedikit sekali reaksi kimia yang berjalan ke satu arah saja, kebanyakan adalah
reaksi dapat balik. Pada awal reaksi dapat balik, reaksi berjalan ke arah pembentukan
produk. Sesaat setelah produk tersebut, pembentukan reaktan produk juga mulai
berjalan. Jika kecepatan reaksi maju dan reaksi balik adalah sama, dan dikatakan
bahwa kesetimbangan kimia telah dicapai. Harus diingat bahwa kesetimbangan kimia
melibatkan beberapa zat yang berbeda sebagai reaktan dan produk. Kesetimbangan
antara dua fase zat-zat yang sama disebut kesetimbangan fisika, perubahan yang
terjadi adalah proses fisika. Dalam peristiwa ini, molekul air yang meninggalkan fase
cair adalah sama dengan jumlah molekul yang kembali ke fase cair.
H2O(l) → H2O(g)
(Keenan, dkk, 1984)
3
0 = 𝑣3 𝐴3 + 𝑣4 𝐴4 − 𝑣1 𝐴1 − 𝑣2 𝐴2 (1.2)
Dengan menggunakan satu perjanjian bahwa koefisien stoikiometri,
𝑣1 (dibaca 𝑛𝑢 𝑖), bertanda negatif untuk pereaksi dan betanda positif untuk hasil
reaksi, maka persamaan (1.2) dapat dinyatakan dengan
0 = ∑ 𝑣𝑖 𝐴𝑖
𝑖
(1.3)
Untuk menyatakan apakah suatu pereaksi berlangsung atau tidak dalam arah
yang dituliskan maka harus ditinjau apakah energi Gibbs dari campuran akan naik
atau turun.
𝑑𝐺 = ∑ 𝜇𝑖 𝑑𝑛𝑖
𝑖=1
(1.4)
𝑑𝑛𝑖 merupakan mol zat yang disebabkan oleh reaksi. Perubahan ini tidak
independen, melainkan bergantung satu sama lain karena zat-zat bereaksi dalam
perbandingan stoikiometris.
Jika kita mulai pada sistem reaksi dari keadaan tidak setimbang dengan
jumlah zat 𝐴1 = 𝑛1.0 dan 𝐴2 = 𝑛2.0 , sengan subskrip nol menunjukan komposisi
awal. Pada saat tertentu ada sejumlah 𝐴1 dan 𝐴2 telah bereaski. Untuk menyatakan
sampai sejumlahmana reaksi berlangsung digunakan istilah cakupan reaksi, dan
diberi simbol ξ (dibaca ksi).
Sesuai reaksi berlangsung, jumlah mol untuk pereaksi dan hasil reaksi akan
mengalami perubahan sesuai dengan jumlah cakupan reaksinya. Untuk hasil reaksi
jumlahnya akan bertambah sebanyak
𝑛3 = 𝑛3,0 + 𝑣3 𝜉 dan 𝑛4 = 𝑛4,0 + 𝑣4 𝜉
Sedangkan untuk pereaksi, jumlanya berkurang sebanyak
𝑛1 = 𝑛1,0 + 𝑣1 𝜉 dan 𝑛2 = 𝑛2,0 + 𝑣2 𝜉
Secara umum dapat dikatakan bahwa setiap saat reaksi, jumlah masing-
masing zat yang akan dinyatakan melalui persamaan
4
𝑛1 = 𝑛1,0 + 𝑣1 𝜉 (1.5)
Karena 𝑛1,0 dan 𝑣1 bernilai tetap, maka turunan dari persamaan (1.5)
menghasilkan
𝑑𝑛1 = 𝑣1 𝑑𝜉 (1.6)
Substitusi persamaan (1.6) menghasilkan
𝑑𝐺 = ∑ 𝜇𝑖 𝑑𝑛𝑖
𝑖
(1.7)
Susun ulang persamaan tersebut, dengan menambahkan variabel-variabel yang tetap,
didapat persamaan
𝜕𝐺
( ) = ∑ 𝑣𝑖 𝜇𝑖
𝜕𝜉 𝑇,𝑃
𝑖
(1.8)
Persamaan (1.8) menyatakan perubahan energi Gibbs sistem karena
perubahan cakupan reaksi. Jika nilainya negatif, energi Gibbs sistem turun dari reaksi
berjalan spontan dalam arah yang dituliskan. Sebaliknya, jika nilainya positif energi
Gibbs sistem turun dari reaksi berjalan tidak spontan dalam arah yang dituliskan
∑ 𝑣𝑖 𝜇𝑖 = 0
𝑖=1
(1.9)
Ruas kiri persamaan (1.9) merupakan bentuk dari perubahan energi Gibbs,
yakni penjumlahan energi bebas hasil reaksi dikurangi dengan penjumlahan energi
bebas pereaksi.
∆𝐺 = ∑ 𝑣𝑖 𝜇𝑖
𝑖=1
(1.10)
Ingat bahwa 𝜇𝑖 bagi zat dalam campuran merupakan energi bebas Gibbs molar parsial
zat 𝑖 tersebut, 𝜇𝑖 = 𝐺̅𝑖 . Oleh karena itu sesuai dengan persamaan (1.8) maka
5
𝜕𝐺
∆𝐺 = ( ) = ∑ 𝑣𝑖 𝜇𝑖
𝜕𝜉 𝑇,𝑃
𝑖=1
(1.11)
Dan pada keadaan kesetimbangan nilainya sama dengan nol.
∆𝐺 = ∑ 𝑣𝑖 𝜇𝑖 = 0
𝑖=1
(1.12)
Contohnya untuk reaksi pembakaran nitrogen menghasilkan nitogen monoksida
N2(g) + O2(g) → 2NO(g)
Akan tercapai kesetimbangan jika perubahan energi bebasnya sama dengan nol
∆𝐺 = 2𝜇𝑁𝑂2 − 𝜇𝑁2 − 𝜇𝑂2 = 0
(Rohman, 2004 : 126-129)
6
𝜕𝐺
𝜇𝑖 = ( )
𝜕𝑛𝑖 𝑇,𝑝,𝑛𝑗
(1.13)
𝜇𝑖 = 𝜇𝑖(𝑚𝑢𝑟𝑛𝑖) + 𝑅𝑇 ln 𝑥𝑖 (1.15)
𝜇𝑖(𝑚𝑢𝑟𝑛𝑖) adalah potensial kimia gas murni pada temperatur tekanan
sama seperti dalam campuran, dan xi adalah fraksi mol. Dari persamaan ini jelas
bahwa potensial kimia dari setiap gas dalam campuran lebih kecil daripada gas
murni pada temperatur dan tekanan yang sama, karena xi lebih kecil daripada
satu dan ln xi akan negatif.
(Dogra, 2009 : 401-401)
7
= 𝜇𝐶0 + 𝑐𝑅𝑇 𝑙𝑛 𝑎𝐶 + 𝑑𝜇𝐷0 + 𝑑𝑅𝑇 𝑙𝑛 𝑎𝐷 − 𝜇𝐴0 − 𝑎𝑅𝑇 𝑙𝑛 𝑎𝐴 − 𝜇𝐵0 −
𝑎𝑅𝑇 𝑙𝑛 𝑎𝐵
= 𝜇𝐶0 + 𝑑𝜇𝐷0 − (𝜇𝐴0 + ln 𝑎𝐵 ) + 𝑅𝑇[𝑐 𝑙𝑛 𝑎𝐶 + 𝑑 ln 𝑎𝐷 − ( 𝑎 ln 𝑎𝐴 + 𝑎 ln 𝑎𝐵 )]
𝑎𝐶𝑐 𝑎𝐷𝑑
= ∆𝐺 0 + 𝑅𝑇 𝑙𝑛 ( )
𝑎𝐴𝑎 𝑎𝐵𝑏
(1.20)
Perbandingan aktifitas masing-masing pereaksi didalam persamaan diatas
disebut kuosien reaksi, diberi simbol 𝑄
𝑎𝐶𝑐 𝑎𝐷𝑑
𝑄=( )
𝑎𝐴𝑎 𝑎𝐵𝑏
(1.21)
Substitusi persamaan (1.20) masuk kedalam persamaan (1.21) didapat
∆𝐺 = ∆𝐺 0 + ln 𝑄 (1.22)
Pada keadaan setimbang ∆G = 0, Q = K. Selama proses reaksi kimia berlangsung
nilai 𝑄 mengalami perubahan sampai suatu saat, pada keadaan setimbang tercapai,
nilainya tetap. Sehingga persamaan berubah menjadi
𝑎𝐶𝑐 𝑎𝐷𝑑
0 = ∆𝐺 0 + 𝑅𝑇 𝑙𝑛 ( 𝑎 𝑏 )
𝑎𝐴 𝑎𝐵
0
𝑎𝐶𝑐 𝑎𝐷𝑑
∆𝐺 = − 𝑅𝑇 𝑙𝑛 ( 𝑎 𝑏 )
𝑎𝐴 𝑎𝐵
(1.23)
Pada suhu tetap, maka persamaannya berniali tetap. Besaran ini disebut
tetapan kesetimbangan termodinamika, K. Dengan demikian kita mendapatkan
persamaan
8
𝑎𝐶𝑐 𝑎𝐷𝑑
𝐾=( 𝑎 𝑏)
𝑎𝐴 𝑎𝐵
(1.24)
Sehingga dapat dituliskan
∆𝐺 0 = − 𝑅𝑇 𝑙𝑛 𝐾 (1.25)
Contoh:
Hitung tetapan kesetimbangan reaksi berikut pada 298 K
Na(s) + ½Cl2(g) → NaCl(s)
Jika diketahui ∆𝐺 0 f (NaCl(s)) = - 384 kJ/mol
Jawab:
Diketahui: reaksi: Na(s) + ½Cl2(g) → NaCl(s)
Pada 298 K, ∆𝐺𝑓0 NaCl = -384,03 kJ/mol
∆𝐺𝑓0 Na = 0
∆𝐺𝑓0 = 0
Ditanya: tetapan kesetimbangan, K ?
Penyelesaian:
∆𝐺 0 = −𝑅𝑇 ln 𝐾
∆𝐺 0
𝑙𝑛 𝐾 = −
𝑅𝑇
∆𝐺 0 = - 384,03 kJ/mol
= - 38403 J/mol
−384030 𝐽 𝑚𝑜𝑙 −1
𝑙𝑛 𝐾 = −
8,314 𝐽 𝐾 −1 𝑚𝑜𝑙 −1 . 289𝐾
= 115
K = 2,02 x 1067
9
1. Tetapan kesetimbangan KP, Kx, dan KC
Untuk reaski gas-gas ideal 𝑎𝑖 = 𝑃𝑖 , sehingga persamaan (1.23) menjadi
0
𝑃𝐶𝑐 𝑃𝐷𝑑
∆𝐺 = − 𝑅𝑇 𝑙𝑛 ( 𝑎 𝑏 )
𝑃𝐴 𝑃𝐵
(1.26)
𝑃𝐶𝑐 𝑃𝐷
𝑑
Kuosien pada keadaan setimbang dinyatakan dengan KP, sehingga untuk gas
𝑃𝐴𝑎 𝑃𝐵𝑏
ideal
∆𝐺 0 = − 𝑅𝑇 ln 𝐾𝑃 (1.27)
Untuk mengungkapkan tetapan kesetimbangan dalam bentuk fraksi mol,
gunakan hokum Dalton untuk gas, yaitu
𝑃𝑖 = 𝑋𝑖 𝑃
dengan Pi : tekanan parsial komponen i
Xi : fraksi mol komponen i
P : tekanan total
Jika hubungan ini disubstitusikan kedaan rumusan KP maka diperoleh
(𝐾𝐶 𝑃)𝑐 (𝐾𝐷 𝑃)𝑑
𝐾𝑃 =
(𝐾𝐴 𝑃)𝑎 (𝐾𝐵 𝑃)𝑏
𝑋𝐶𝑐 𝑋𝐷𝑑 𝑐+𝑑−𝑎−𝑏
= 𝑎 𝑏𝑃
𝑋𝐴 𝑋𝐵
𝐾𝑃 = 𝐾𝑋 𝑃∑ 𝑣𝑖
atau
𝐾𝑋 = 𝐾𝑃 𝑃− ∑ 𝑣𝑖 (1.28)
Untuk gas ideal, KP tak bergantung pada tekanan. Berapapun tekananya, KP
akan berharga tetap, tetapi KX bergantung pada tekanan, kecuali ∆𝑣𝑖 = 0.
Hubungan antara KP dan KC dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan gas
ideal:
Pi = ni RT / V
10
Pi = Ci RT (1.29)
dengan demikian maka
(𝐶𝐶 𝑅𝑇)𝑐 (𝐶𝐷 𝑅𝑇)𝑑
𝐾𝑃 =
(𝐶𝐴 𝑅𝑇)𝑎 (𝐶𝐵 𝑅𝑇)𝑏
𝐶𝐶𝑐 𝐶𝐷𝑑
= ( 𝑅𝑇 )𝑐+𝑑−𝑎−𝑏
𝐶𝐴𝑎 𝐶𝐵𝑏
𝐾𝑃 = 𝐾𝐶 ( 𝑅𝑇 )∑ 𝑣𝑖 (1.30)
(1.32)
Dari persamaan Gibb-Helmoholtz:
∆𝐺 0
𝜕 𝑇 ∆𝐻 0
( )=− 2
𝜕𝑇 𝑇
(1.30)
Subsitusi persamaannya menghasilkan:
𝑑 𝑙𝑛 𝐾 ∆𝐻 0
=
𝑑𝑇 𝑅𝑇 2
(1.31)
11
Jika ∆𝐻 0 di anggap tetap (tak bergantung suhu), misalnya pada selang T yang kecil,
maka integrasi dari persaamaan menghasilan
∆𝐻 0
𝑙𝑛 𝐾 = − +𝐼
𝑅𝑇
(1.32)
1 ∆𝐻 0
Jika dialurkan ln K terhadap akan diperoleh garis lurus dengan kemiringan − .
𝑇 𝑅
∆𝐻 0
−
𝑅
ln K
(1/T)
Gambar 3. Pengaruh Suhu Terhadap Kesetimbangan
Analisis persamaan untuk pengaruh suhu terhadap tetapan kesetimbangan
menunjukkan bawha untuk reaksi yang berlansung secara endoterm (∆𝐻 0 > 0), jika T
nya dinaikkan, maka harga K akan semakin besar, dan jika T diturunkan maka harga
K akan turun pula. Untuk reaksi eksotrm (∆𝐻 0 < 0), jika T dinaikkan harga K akan
kecil dan jika T diturunkan, harga K akan semakin besar (Rohman, 2004 : 133-145).
12
1
Karena 𝑑 𝑙𝑛 𝐾𝑃 = 𝑦 𝑑𝑦, maka persamaan diatas dapat ditulis
1 𝑑𝐾𝑃 ∆𝐻 0
=
𝐾𝑃 𝑑𝑇 𝑅𝑇 2
𝑑𝐾𝑃 ∆𝐻 0
= 𝐾𝑃
𝑑𝑇 𝑅𝑇 2
Karena KP dan RT2 bertanda positif, maka tanda dKP/dT tergantung pada ∆𝐻 0
Jika ∆𝐻 0 positif, reaksi endoterm, maka dKP/dT positif. Kenaikan
suhu (dT>0) akan meningkatkan KP, tekanan parsial produk sebagai
pembilang, sehingga jika KP naik artinya terjasi peningkatan tekanan parsial
produk dan penurunan tekanan parsial reaktan. Karena Pi=XiP dibuat tetap,
maka perubahan fraksi mol sebanding dengan perubahan tekanan parsial. Jadi
untuk reaksi endoterm, peningkatan suhu pada tekanan tetap akan menggeser
kesetimbangan kearah kanan (produk). Sebaliknya, jika terjadi penurunan
suhu maka akan terjadi pula penurunan KP berarti terjadi penurunan tekanan
parsial pada keadaan kesetimbangan yang baru. Artinya penurunan suhu pada
reaksi endoterm akan menggeser kearah kiri, pereaksi.
Untuk reaksi eksoterm, ∆𝐻 0 negatif, sehingga dKP/dT negatif dan
kenaikan (dT>0) menyebabkan penurunan KP (dT<0). Jadi pada reaksi
eksoterm kenaikan suhu akan menggeser kesetimbangan kearah kiri (teaktan),
sementara itu penurunan suhu akan menggeser kesetimbangan kea rah peoduk
(kiri) (Rohman, 147-148).
2. Perubahan Tekanan
Jika perubahan dari sistem diubah secara isotermal, maka tekanan
totalnya, P, dan tekanan parsial masing-masing gas, Pi juga berubah. Tetapi
tekanan KP tak bergantung pada P, maka perubahan ini tidak mempengaruhi
nilai KP. Nilai KX bergantung pada P melalui persamaan
𝐾𝑃 = 𝐾𝑋 𝑃∑ 𝑣𝑖
𝐾𝑃
𝐾𝑋 = 𝐾𝑋 𝑃− ∑ 𝑣𝑖 atau 𝐾𝑋 =
𝑃 − ∑ 𝑣𝑖
13
Jadi untuk reaksi ∑ 𝑣𝑖 > 0, kenaikan P secara isotermal atau akan
menurunkan KX dan menggeser kesetimbangan kearah kiri, dan penurunan P
secara isotermal akan menaikan KX dan menggeser kesetimbangan kearah
kanan. Untuk reaksi dengan ∑ 𝑣𝑖 < 0, kenaikan P secara isotermal akan
kenaikan harga KX dengan menggeser kesetimbangan ke arah kanan, dan
penurunan P secara isotermal tidak mempengaruhi keadaan kesetimbangan
(Rohman, 2004 : 148-149).
3. Pengaruh perubahan gas inert
Pengaruh perubahan gas inert pada temperatur konstan terhadap
jalannya reaksi dapat ditelaah dari dua titik pandang. (i) Penambahan gas
inert, jika tidak mengubah volume (yaitu pada volume konstan), tidak akan
mempunyai pengaruh terhadap posisi kesetimbangan, karena tekanan parsial
dari masing-masing gas akan tetap sama, yaitu Pi = niRT/V, dan setiap bentuk
pada ruas sebelah kanan tidak berubah. (ii) penambahan pada tekanan total
konstan dapat menggeser posisi kesetimbangan walaupun KP dan P tetap
konstan (Dogra, 2009 : 413-414).
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesetimbangan kimia adalah suatu keadaan di mana tidak ada perubahan yang
teramati selama bertambahnya waktu reaksi. Potensial kimia dari setiap komponen
ditetapkan sebagai perubahan dalam energi bebas sistem jika satu mol komponen
ditambahkan pada sistem dengan jumlah tidak terhingga, sehingga tidak ada
perubahan dalam komposisi yang terjadi dalam sistem. Tetapan kesetimbangan dapat
dinyatakan dengan KC yaitu tetapan kesetimbangan kimia dalam konsentrasi molar,
KP yaitu tetapan kesetimbangan dalam tekanan parsial yang berlaku hanya untuk fase
gas, dan KX yaitu tetapan dalam fraksi mol. Pergeseran kesetimbangan berdasarkan
Azas Le Chatelier diketahui bahwa sistem yang berada dalam kesetimbangan selalu
berusaha untuk mempertahankan kesetimbangannya. Dengan demikian, apabila
terjasi aksi maka sistem akan mengalami pergeseran agar kesetimbangan tercapai
kembali. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kesetimbangan adalah perubahan
suhu, tekanan, volume, dan pengaruh perubahan gas inert.
3.2 Saran
Demikianlah makalah Saya tentang kesetimbangan kimia, semoga makalah ini
bisa bermanfaat bagi kita semua dan dapat menambah wawasan keilmuan kita. Saya
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami sehingga
makalah saya ini bisa selesai. Saya juga meminta maaf kepada pembaca atas semua
kesalahan dan kekurangan yang ada pada makalah Saya ini.
15