TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Teratoma berasal dari bahasa Yunani “teratos” yang artinya monster dan
“onkoma” yang artinya tumor. Teratoma adalah tumor sel germinal yang umumnya
terdiri dari beberapa jenis sel yang berasal dari satu atau lebih dari 3 lapisan germinal
endoderm, mesoderm, dan ekktoderm. Teratoma berasal dari bahasa yunani yaitu teras
yang berarti monster. Teratoma dibagi dalam tiga kategori yaitu teratoma matur (jinak),
bervariasi dari bentuk yang jinak yaitu lesi kistik well differentiated (mature) sampai
bentuk yang solid dan maligna (immature). Umumnya teratoma kistik adalah jinak dan
setelah disgerminoma dan tumor sinus endodermal. Selain itu, ada juga yang memiliki
neoplasma yang tersusun oleh jaringan multipel yang bersifat asing bagi tempat dimana
tumor itu tumbuh. Tumor ini dapat mengandung elemen kulit, jaringan neural, gigi,
B. ETIOLOGI
Keberadaan teratoma telah diakui selama berabad-abad, selama itu pula asal
Teori yang paling banyak dipakai saat ini adalah parthenogenik yang
mengatakan teratoma berasal dari sel germinal primordial. Teori ini didukung oleh
distribusi anatomi dari tumor yaitu sepanjang jalur migrasi sel germinal primordial dari
kantung yolk pada gonad primitif. Linder dan rekan melakukan penelitian dari teratoma
kistik matur dari ovarium . Mereka menggunakan teknik sitogenetik canggih untuk
menunjukkan bahwa tumor ini berasal dari sel germinal dan timbul dari sel germinal
C. PATOLOGI
Teratoma tersusun atas berbagai jenis sel parenkimal yang berasal lebih dari
satu lapisan germinal dan sering berasal dari ketiga lapisan. Tumor ini berasal dari sel-
sel totipoten, umumnya pada garis tengah atau paraxial. Lokasi yang paling sering
adalah sacrococcygeal (57%). Karena berasal dari sel totipoten, sehingga sering
ditemukan di kelenjar gonad (29%). Sejauh ini, lokasi gonad yang paling sering terjadi
adalah pada ovarium, disusul pada testis. Kista teratoma kadang muncul pada
sequestered midline embryonic cell rests dan bisa pada mediastinum (7%),
retroperitonial (4%), cervical (3%) dan intrakranial (3%) . Sel-sel berdiferensiasi sesuai
lapisan germinal, yang terdiri dari berbagai jaringan pada tubuh, seperti rambut, gigi,
fetus. Teratoma sakrokoksigeus muncul dari primitif knot atau hensen’s node. Hensen’s
node adalah suatu agregasi dari sel totipotensial yang merupakan pengatur utama pada
perkembangan embrionik. Semula terletak di bagian posterior embrio yang bermigrasi
secara caudal pada minggu pertama kehidupan didalam ekor embrio, akhirnya berhenti
di anterior tulang ekor (coccyx). Alur migrasi dari sel germinal menunjukan lokasi dan
patologi yang paling sering terdapat teratoma (sakrokoksigeus dan gonad). Sel-sel ini
dapat meluas ke postero-inferior masuk daerah glutea dan /atau postero-superior masuk
diri dari kontrol pengatur embrionik dan berdiferensiasi masuk dalam jaringan yang
tidak biasa ditemukan pada daerah sakrokoksigeus. Tumor terjadi dekat dengan tulang
ekor, dimana konsentrasi terbesar primitif sel berada untuk waktu yang lama selama
masa perkembangan.
D. EPIDEMIOLOGI
Empat puluh tujuh persen dari teratoma ditemukan di daerah sacrokoksigeal dan
sacrokoksigeal ini adalah tumor yang sering terjadi pada bayi baru lahir, dengan insiden
dari 1 : 40.000 kelahiran. Dan rasio pria : wanita adalah 1 : 4. 4 Teratoma sakrokoksigeus
merupakan varian yang tersering (45-65% kasus), selain gonad (10-35%), mediastinal
(10-12%), retroperitoneal (3-5%), cervical (3-6%), presakral (3-5%) dan susunan saraf
pusat (2-4%). 2
lebih banyak terjadi pada perempuan, tetapi keganasan teratoma lebih banyak terjadi
pada laki-laki. Seluruh spesimen harus dieksisi oleh ahli patologi untuk mencari elemen
dan actinomycin seharusnya menjadi pertimbangan terapi pada pasien ketika elemen
keganasan ditemukan. Sayangnya, hampir tidak ada bayi baru lahir yang selamat ketika
harus diminimalkan. Dalam survei rantai luas oleh American Academy of Pediatric
tahun 1973, 2 persen dari pasien yang dioperasi untuk penyakit benigna meninggal post
disebabkan oleh meningitis. Ada beberapa kematian yang terjadi pada kelompok
1. Frekuensi
Freksuensi 25% dari tumor sel germinal pada wanita usia dibawah 15 tahun
pada bayi baru lahir, terjadi pada 1 kelahiran diantara 20.000-40.000 kelahiran.
Kista Teratoma matur terjadi pada 10-20% keganasan ovarium. Tumor ini
merupakan tumor sel germinal ovarium dan juga keganasan tumor tersering pada
pasien dibawah 20 tahun. Sementara, kasus tumor bilateral terjadi pada 8-14% dari
seluruh kasus.
Insiden tumor testikular pada pria adalah sebesar 2,1-2,5 kasus per 100.000
populasi. Tumor sel germinal terjadi pada 95% tumor testikular setelah pubertas,
tetapi teratoma jinak testis jarang terjadi, hanya sebesar 3-5% dari jumlah kasus
tumor sel germinal. Insiden tumor testis pada anak prepubertal adalah 0,5-2 kasus
per 100.000, dengan prosentase teratoma matur sebesar 14-27%. Tumor ini
merupajan tumor sel germinal kedua tersering pada populasi in. Teratoma jinak
dari mediastinum jarang, yaitu 8% dari seluruh kasusu tumor pada daerah ini.
2. Teratoma sakrokoksigeal
setelah diagnosis antenatal lebih buruk bila dibandingkan yang didiagnosis post
natal dan dilakukan pembedahan serial, dengan tingkat survival bervariasi dari 54-
77%
tumor, yang menyebabkan anemia dan nonimmune hydrops fetalis. Bila terdapat
gestasi 30 minggu, tingkat mortalitasnya adalah sebesar 25%. Bila telah ditemukan
prognosis yang lebih buruk, dengan tingkat mortalitas 93%. Makin dkk.
melaporkan bahwa intervensi pengobatan pada masa antenatal dari hidrop fetalis
tidak meningkatkan outcome dengan tingkat kematian 6 dari 7 kasus (86%). Hidrop
prematuritas.
anomali kongenital, masa dari tumor, kekambuhan yang terjadi, dan komplikasi
intra dan pasca operasi. Sepuluh sampai dua puluh empat persen teratoma
pada daerah hindgut dan kloaka, yang melebihi estimasi 2,5% pada populasi umum
[14,15,3].
Pada salah satu studi serial yang meneliti 57 kasus teratoma jinak selama
peride 40 tahun dari sebuah lembaga, 5 kasus kekambuhan dilaporkan. Pada kasus
tersebut, hanya satu kasus kekambuhan yang tidak memerlukan koksigektomi, dan
terdapat satu kasus yang semula dianggap tumor jinak dengan komponen immature
ditemukan adanya karsinoma embrional setelah eksisi ketiga. Pada penelitian ini
juga, 3 pasien didapatkan mengalami infeksi luka pasca operasi dan satu pasien
95% dan tingkat morbiditas atau mortalitas konsisten selama periode 40 tahun
penelitian .
pada masa dewasa adalah sama dengan populasi umum dan tidak meningkat
3. Teratoma ovarium
Ruptur dari teratoma kistik memang jarang dan mungkin spontan atau
kejadian ruptur kurang dari 1% [2,1], meskipun penelian oleh Ahan dkk.
melaporkan bahwa terjadi pada 2,5% dari 501 pasien yang diteliti [18]. Ruptur
peritonitis acute. Kasus yang kronis bisa juga terjadi, yang akan mneyebabkan
kistik matur. Pada kasus ini, pengeluaran tumor menyebabkan kesembuhan dari
gejala ini. Teori yang membelakangi mekanisme patogenesis dari kejadian ini
adalah (1) zat dari tumor yang merupakan antigen bagi host, sehingga
menyebabkan pembentukan antibodi yang bereaksi silang dengan sel darah merah
host, (2) adanya produksi antibodi dari tumor yang secara langsung melawan sel
darah merah host, (3) terlapisnya sel darah merah oleh substansi tumor sehingga
menyebabkan perubahan antigenisitas sel darah merah. Dalam lingkup ini, imejing
radiologis dari pelvis diperlukan pada kasus anemia hemolitik refrakter [19,20].
Pada bentuk yang asli, teratoma kistik matur ovarium umumnya selalu
jinak, namun sekitar 0,2-2% kasus mengalami transformasi maligna pada salah satu
degenerasi maligna umumnya buruk namun tergantung dari stadium dan jenis sel
4. Teratoma testis
Teratoma testis terjadi pada anak-anak dan dewasa, tetapi insiden dan
perjalanan penyakitnya sangat berbeda. Teratoma murni tersusun atas 38% tumor
sel germinal pada bayi dan ank-anak, tetapi hanya 2% saja setelah pubertas. Pada
anak-anak, biasanya bersifat jinak, sementara pada remaja dan dewasa sering kali
mengalami metastase [22,23]. Oleh karena, tidak adanya metastase pada kasus
pascaoperasi.
Selama dan setelah pubertas, semua teratoma dianggap ganas karena
pertumbuhan dari tumor, yang dapat menginvasi atau mengobstruksi struktur lokal,
5. Teratoma mediastinum
adalah lesi yang jinak. Tumor ini tidak memiliki potensi ganas seperti yang diamati
pada teratoma testis dan dapat disembuhkan dengan reseksi surgikal saja. Oleh
karena letak dari lesi ini, maka sumber morbiditas seringkali terkait dengan
6. Jenis Kelamin
rasio wanita dibandingkan pria 3-4:1. Sebagian besar laporan menyebutkan tidak
ada predileksi seksual pada teratoma medastinal. Kecuali, teratoma testikular, 75-
7. Umur
Pada bayi dan awal anak, lokasi paling sering adalah ekstragonadal,
seringkali pada masa reproduksi. Insiden tersering pada usia 20-40 tahun.
Teratoma testikular dapat muncul pada usia berapapun tetapi lebih sering
terjadi pada masa bayi dan anak-anak. Pada dewasa, teratoma tetikular
E. GAMBARAN KLINIS
Tanda-tanda yang terkait dengan tumor ini bervariasi, namun secara umum,
sebagian besar timbul dari pertumbuhan tumor dan tumor memproduksi hormon. Nyeri
perut subakut merupakan gejala yang paling umum dan mencerminkan pesatnya
perdarahan, atau nekrosis. Selain itu, kista atau perdarahan intraperitoneal mmengarah
menyebabkan distensi perut. Karena perubahan hormonal yang sering menyertai tumor
mengalami satu atau lebih dari gejala-gejala ini, seperempat dari individu
asimptomatik, dan massa pelvis ditemukan pada pemeriksaan fisik atau sonografi.
Secara klinis, tumor paling sering muncul sebagai massa yang menonjol antara
coccyx dan anus yang biasa ditutupi dengan kulit normal yang intak. Beberapa pasien,
retroperitoneum. Pada bayi dan anak-anak, Tumor muncul sebagai massa pada daerah
sakropelvis yang menekan kandung kemih dan rectum. Seringnya gejala obstruksi pada
traktus urinarius yang disebabkan oleh kompresi ureter dan urethra terhadap pubis atau
kompresi ureter terhadap pinggiran pelvis dan terjadi kesulitan defekasi sebagai tanda
kaki, terutama pada stadium lambat dari invasi maligna dari tumor.
Pada teratoma sakrokoksigeus pada fetus, jika tumornya besar, dapat menyebabkan
1. Sjamsuhidajat R., Wim de Jong. Buku ajar Ilmu Bedah, Edisi II. Jakarta :
EGC, 2004.
2. Mitchell R, Kumar Vinay. Et.al. Buku saku Dasar Patologis Penyakit, Edisi 7.
Jkarta
http://emedicine.medscape.com/article/281850-overview
http://emedicine.medscape.com/article/1112963-overview
5. Adkins E Stanton, MD. Pediatric Teratomas and Other Germ Cell Tumors
followup
6. Dr. Herry Setya Yudha Utama, Sp.B MHKes FinaCS. Case Report and
2011. http://www.herryyudha.com/2011/11/case-report-and-literatur-review-
fetus.html