Anda di halaman 1dari 6

LITERATUR

1. kapasitas otak manusia

Kita tahu bahwa otak manusia dapat menyimpan informasi dalam jumlah yang besar,
contohnya adalah ingatan seumur hidup dari yang menyenangkan sampai yang menyeramkan
dan bahkan hal yang memalukan. Lalu pertanyaan pun muncul, berapa banyakkah informasi
yang bisa disimpan di dalam otak kita? Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa otak manusia
memiliki kapasitas maksimal sebesar 100 terabyte (100 TB). Ternyata penelitian tersebut telah
dibantah kebenarannya oleh hasil riset terbaru yang menyebutkan bahwa otak manusia memiliki
kemampuan yang lebih besar dari itu.

“Kami menemukan prinsip penting mengenai bagaimana neuron pada hipokampus


berfungsi dengan menggunakan energi yang sangat kecil tapi dengan kemampuan komputasi
yang sangat besar” kata Terry Sejnowski, professor Institut Salk, salah satu penulis paper yang
dipublikasikan di jurnal eLife.
Penelitian yang dilakukan oleh ilmuwan dari Institut Salk (La Jolla, California, USA) ini
menyimpulkan bahwa manusia memiliki kapasitas penyimpanan data (memori) setidaknya
sebanyak satu petabyte, 10 kali lipat dari apa yang diperkirakan sebelumnya. Satu petabyte (1
PB) kira-kira sebanding dengan 1000 TB atau satu juta gigabyte (1.000.000 GB). Analoginya,
jika anda mendengarkan satu petabyte lagu dengan masing-masing lagu berdurasi empat menit,
maka waktu yang anda butuhkan untuk mendengarkan seluruh lagu tersebut adalah selama 2000
tahun. Mengagumkan bukan?
Sebenarnya, satuan byte adalah satuan yang digunakan untuk memori komputer, bukan
untuk memori manusia. Tetapi neurosaintis juga menggunakan satuan ini sebagai pembanding
untuk mengukur kapasitas otak manusia.

Ketika anda mengalami suatu kejadian, misalkan tangan anda mengalami luka karena
teriris pisau, pengalaman tersebut akan diubah menjadi sinyal listrik yang berasal dari indera-
indera anda yang mengalaminya. Sinyal-sinyal listrik tersebut kemudian disampaikan ke otak
melalui jaringan neuron (sel-sel syaraf) sehingga mencapai hipokampus, daerah tempat
menyimpan memori. Untuk memori jangka panjang, penelitian terbaru menyebutkan bahwa
memori tersebut juga disimpan di korteks serebral.
Apapun yang kita lakukan akan menghasilkan sinyal, lebih dari jutaan sinyal setiap
harinya. Dan tiap-tiap sinyal yang dihasilkan akan ditransmisikan melalui neuron satu ke neuron
lainnya melalui celah yang disebut sinapsis. Pada persimpangan sinaptik (synaptic junction)
tersebut, senyawa neurotransmitter membawa sinyal dari satu neuron ke neuron berikutnya
secepat mungkin. Otak memiliki sekitar 86 milyar neuron dan setiap neuron tersambung ke
minimal satu sel neuron lainnya (walaupun kemungkinannya lebih dari satu sel neuron). Artinya,
di otak terdapat sekitar bertriliun-triliun sinapsis.
Jarak antar neuron sangatlah kecil, hanya sekitar 20 sampai 40 nanometer (satu per
109 meter), tapi hasil penelitian mengindikasikan bahwa sinapsis-sinapsis tersebut sangat penting
dalam proses membentukan dan menyimpanan memori.
Untuk mengetahui bagaimana proses pembentukan dan penyimpanan memori terjadi,
peneliti di Institut Salk tersebut menggunakan model digital 3D (tiga dimensi) dari hipokampus
tikus dan memeriksa bagaimana ukuran sinapsis mempengaruhi kapasitas dan efisiensi otak.
Dengan melakukan hal tersebut, mereka menemukan sesuatu yang tidak biasa. Pada 10% kasus,
sebuah neuron memiliki dua sinapsis yang tersambung pada satu neuron tetangganya. Artinya
neuron tersebut mengirimkan dua kopi pesan yang sama pada satu neuron yang sama.
Menariknya, dua sinapsis tersebut memiliki perbedaan ukuran hanya sebesar 8%. Hal ini
memiliki implikasi yang besar karena semakin besar celah sinapsis, maka dibutuhkan lebih
banyak senyawa neurotransmitter sehingga mereka memiliki kemungkinan yang lebih besar
untuk menyampaikan sinyal ke sel tetangganya. Variasi 8% tersebut memungkinkan peneliti
untuk membuat model matematis yang menunjukkan bahwa sinapsis-sinapsis yang ada di otak
memiliki 26 ukuran yang berbeda.

Jumlah variasi ukuran tersebut lebih besar sekitar 10 kali lipat dibandingkan dengan yang
diperkirakan sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyaknya variasi ukuran
menyebabkan sinapsis dapat memproses lebih banyak memori, sekitar 4,7 bits.

2. Psikologi anak

Pengertian psikologi secara luas adalah sebuah cabang ilmu yang mempelajari tentang
perilaku dan fungsi mental manusia secara ilmiah. Sementara itu pemahaman tentang anak dapat
ditemukan dalam Convention on The Right Of the Child tahun 1989 yang menyebutkan bahwa
anak adalah siapapun yang berusia di bawah 18 tahun. Pemerintah Indonesia telah meratifikasi
pernyataan ini melalui Keppres Nomor 39 Tahun 1990.

Oleh sebab itu, maka boleh dikatakan psikologi anak adalah sebuah cabang dari ilmu
psikologi yang mempelajari tentang tumbuh kembang dan perilaku siapapun yang berusia di
bawah 18 tahun. Dalam prakteknya, para psikolog yang mendalami tentang psikologi anak
melakukan spesialisasi berdasarkan hal yang dipelajari. Secara umum psikolog anak sendiri
terbagi menjadi psikolog pendidikan yang berfokus dalam hal memberikan dukungan kepada
anak dalam dunia pendidikan, dan psikolog klinis yang berfokus dalam memberikan dukungan
kepada anak-anak yang memiliki hambatan atau gangguan dalam proses perkembangan mereka.

Psikologi anak sendiri merupakan bagian dari cabang ilmu psikologi lainnya, yaitu
psikologi perkembangan yang mempelajari pertumbuhan manusia semenjak lahir sampai
menjadi dewasa. Psikologi perkembangan sendiri mempelajari bagaimana dan mengapa manusia
berubah dalam setiap tahapan hidupnya.

Pada awalnya psikologi perkembangan lebih berfokus kepada bayi dan anak-anak, namun
sekarang psikologi perkembangan juga mencakup semua tahapan usia lainnya lainnya, seperti
masa pra-remaja, remaja, dewasa dan masa tua. Bidang psikologi ini menyelidiki perubahan
yang terjadi dan meliputi berbagai macam topic seperti kemampuan motorik, perkembangan
kognitif, kemampuan mengalami keputusan, pemahaman moral, pemahaman bahasa, perubahan
social, kepribadian, perkembangan emosional, konsep tentang diri sendiri dan pembentukan
identitas.

Psikologi perkembangan menyelidiki pengaruh dari natur dan nurture pada proses
tumbuh kembang manusia dan juga berbagai proses perubahan di berbagai waktu. Banyak para
periset yang tertarik pada interkasi antara karakter personal, perilaku individu dan factor
lingkungan sekitar termasuk di dalamnya konteks social dan pembentukan lingkungan.

3. Tumbuh Kembang Anak

Seperti pada semua bidang penelitian ilmiah lainnya, psikologi anak juga memiliki
berbagai sudut pandang yang didukung oleh perspektif dan teori masing-masing. Teori dan
perspektif ini membentuk pemahaman dan pengertian kita terhadap tumbuh kembang yang
berubah seiring dengan perubahan waktu. Beberapa teori menuebutkan bahwa tumbuh kembang
terjadi terutama melalui factor-faktor internal anak yang terjadi secara biologis. Sementara itu,
teori-teori lainnya menganggap bahwa lingkungan anak merupakan factor stimulus yang lebih
penting dalam mendorong tumbuh kembang anak.

Ada berbagai macam teori yang menjelaskan tentang pertumbuhan anak, tetapi dari
antara banyak teori tersebut terdapat 2 teori yang utama.

1. Piaget yang meyakini bahwa tumbuh kembang anak merupakan factor internal anak

2. Vygotsky yang mengungkapkan bahwa tumbuh kembang anak merupakan hal yang
ditentukan oleh lingkungannya.

4. Perilaku sosial anak usia sekolah dasar

Sebagai konsekuensi dari fase perkembangan, anak usia Sekolah Dasar memiliki
karakteristik khusus dalam berperilaku yang direalisasikan dalam bentuk tindakan-tindakan
tertentu. Samsu Yusuf (Budiamin dkk, 2006:133-134) mengidentifikasikan sebagai berikut:
1. Pembangkangan (negativisme)
Bentuk tingkah laku melawan. Tingkah laku ini terjadi sebagai reaksi terhadap
penerapan disiplin atau tuntutan orang tua atau lingkungan yang tidak sesuai dengan
kehendak anak. Sikap orang tua terhadap anak seyogyanya tidak memandang pertanda
mereka anak yang nakal, keras kepala, tolol atau sebutan negatif lainnya, sebaiknya orang
tua mau memahami sebagai proses perkembangan anak dari sikap “dependent”
(ketergantungan) menuju kearah “independent” (bersikap mandiri).
2. Agresi (agression)
Yaitu perilaku menyerang balik secara fisik (nonverbal) maupun kata-kata (verbal).
Agresi merupakan salah bentuk reaksi terhadap rasa frustasi (rasa kecewa karena tidak
terpenuhi kebutuhan atau keinginannya). Biasanya bentuk ini diwujudkan dengan
menyerang seperti ; mencubit, menggigit, menendang dan lain sebagainya.
Sebaiknya orang tua berusaha mereduksi, mengurangi agresifitas anak dengan cara
mengalihkan perhatian atau keinginan anak. Jika orang tua menghukum anak yang agresif
maka egretifitas anak akan semakin memingkat.

3. Berselisih/bertengkar (quarreling)
Sikap ini terjadi jika anak merasa tersinggung atau terganggu oleh sikap atau perilaku
anak lain, sepert diganggu pada saat mengerjakan sesuatu atau direbut mainannya.
4. Menggoda (teasing)
Menggoda merupakan bentuk lain dari sikap agresif, menggoda merupakan serangan
mental terhadap orang lain dalam bentuk verbal (kata-kata ejekan atau cemoohan) yang
menimbulkan marah pada orang yang digodanya.
5. Persaingan (Rivaly)
Yaitu keinginan untuk melebihi orang lain dan selalu didorong oleh orang lain. Sikap
persaingan mulai terlihat pada usia 4 tahun, yaitu persaingan untukprestice (merasa ingin
menjadi lebih dari orang lain) dan pada usia 6 tahun, semangat bersaing ini berkembang
dengan baik.
6. Kerja sama (cooperation)
Yaitu sikap mau bekerja sama dengan orang lain. Anak yang berusia dua atau tiga tahun
belum berkembang sikap bekerja samanya, mereka masih kuat sikap “self-centered”-nya.
Mulai usia tiga tahun akhir atau empat tahun, anak sudah mulai menampakan sikap kerja
samanya. Pada usia enam atau tujuh tahun sikap ini berkembang dengan baik.
7. Tingkah laku berkuasa (ascendant behavior)
Yaitu tingkah laku untuk menguasai situasi sosial, mendominasi atau
bersikap “business”. Wujud dari sikap ini adalah ; memaksa, meminta, menyuruh,
mengancam dan sebagainya.
8. Mementingkan diri sendiri (selffishness)
Yaitu sikap egosentris dalam memenuhi interest atau keinginannya. Anak ingin selalu
dipenuhi keinginannya dan apabila ditolak, maka dia protes dengan menangis, menjerit atau
marah-marah.
9. Simpati (Sympathy)
Yaitu sikap emosional yang mendorong individu untuk menaruh perhatian terhadap orang
lain mau mendekati atau bekerjasama dengan dirinya.

Anda mungkin juga menyukai