Anda di halaman 1dari 13

Meita Dwi CN

Jumat, 17 Oktober 2014


PENGGUNAAN EJAAN YANG DISEMPURNAKAN (EYD)

Pengertian EYD

Ejaan yang disempurnakan adalah ejaan bahasa indonesia yang


berlaku sejak tahun 1972. Ejaan ini menggantikan ejaan sebelumnya,
Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi.Ejaan adalah seperangkat aturan
tentang cara menuliskan bahasa dengan menggunakan huruf, Kata, dan
tanda baca sebagai sarananya. Batasan tersebut menunjukan pengertian
kata ejaan berbeda dengan kata mengeja. Mengeja adalah kegiatan
melafalkan huruf, suku kata, atau kata; sedangkan ejaan adalah suatu
sistem aturan yang jauh lebih luasdari sekedar masalah pelafalan. Ejaan
mengatur keseluruhan caramenuliskan bahasa. Ejaan merupakan kaidah
yang harus dipatuhi oleh pemakai bahasademi keteraturan dan
keseragaman bentuk, terutama dalam bahasa tulis.Keteraturan bentuk
akan berimplikasi pada ketepatan dan kejelasanmakna. Ibarat sedang
mengemudi kendaraan, ejaan adalah rambu lalulintas yang harus dipatuhi
oleh setiap pengemudi. Jika para pengemudimematuhi ramburambu yang
ada, terciptalah lalu lintas yang tertib danteratur. Seperti itulah kira-kira
bentuk hubungan antara pemakai bahasa dengan ejaan

RUANG LINGKUP EJAAN YANG DISEMPURNAKAN (EYD)

Ruang lingkup EYD mencakup lima aspek yaitu :

1. Pemakaian Huruf
Ejaan bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD) dikenal paling
banyak menggunakan huruf abjad. Sampai saat ini jumlah huruf abjad
yang digunakan sebanyak 26 buah.

a. Huruf Abjad

Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas


huruf berikut.Nama setiap huruf disertakan disebelahnya.

b. Huruf Vokal

Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri


atas huruf a, i, u, e, dan o. Contoh pemakaian huruf vokal dalam
kata.

c. Huruf Konsonan

Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia


adalah huruf yang selain huruf vokal yang terdiri atas huruf-huruf b,
c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.

d. Huruf Diftong

Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan


dengan ai, au, dan oi.Contoh pemakaian dalam kata
e. Gabungan Huruf Konsonan

Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat gabungan huruf yang


melambangkan konsonan, yaitu : kh, ng, ny, dan sy. Masing-masing
melambangkan satu bunyi konsonan. Contoh pemakaian dalam kata

2. PENULISAN HURUF
Dua hal yang harus diperhatikan dalam penulisan huruf berdasarkan
EYD, yaitu:

 Penulisan Huruf Besar


 Penulisan Huruf Miring

Lebih jelasnya dapat dilihat pada pembahasan berikut.


a. Penulisan Huruf Besar (Kapital)
Kaidah penulisan huruf besar dapat digunakan dalam beberapa
hal,yaitu :
1) Digunakan sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
Misalnya :

o Dia menulis surat di kamar

o Tugas bahasa Indonesia sudah dikerjakan.

2) Digunakan sebagai huruf pertama petikan langsung.


Misalnya :

o Ayah bertanya, “Apakah mahasiswa sudah libur?”.


o “Kemarin engkau terlambat”, kata ketua tingkat.

3) Digunakan sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang


berhubungan dengan nama Tuhan, kata ganti Tuhan, dan nama
kitab suci.
Misalnya :

o Allah Yang Maha kuasa lagi Maha penyayang


o Terima kasih atas bimbingan-Mu ya Allah.

4) Digunakan sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan ,


keturunan, keagamaan yang diikuti nama orang.
Misalnya :

o Raja Gowa adalah Sultan Hasanuddin


o Kita adalah pengikut Nabi Muhammad saw.

5) Digunakan sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan


pangkat yang diikuti nama orang, pengganti nama orang tertentu,
nama instansi, dan nama tempat.
Misalnya :
o Wakil Presiden Yusuf Kalla memberi bantuan mobil
o Laksamana Muda Udara Abd. Rahman telah dilantik.

6) Digunakan sebagai huruf pertama unsur nama orang.


Misalnya :

o Ibrahim Naki
o Nofayanti

7) Digunakan sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa,


dan nama bahasa.
Misalnya :

o bangsa Indonesia
o suku Sunda
o bahasa Inggris

8) Digunakan sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari,


hari raya, dan peristiwa sejarah.
Misalnya :

o tahun Hijriyah hari Jumat


o bulan Desember hari Lebaran
o Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

9) Digunakan sebagai huruf pertama nama geografi unsur nama


diri. Misalnya :

o Laut Jawa Jazirah Arab


o Asia Tenggara Tanjung Harapan

10) Digunakan sebagai huruf pertama semua unsur nama negara,


lembaga pemerintah, ketatanegaraan, dan nama dokumen resmi,
kecuali terdapat kata penghubung.
Misalnya :

o Republik Indonesia
o Majelis Permusyawaratan Rakyat

11) Digunakan sebagai huruf pertama penunjuk kekerabatan


atau sapaan dan pengacuan.
Misalnya :

o Surat Saudara sudah saya terima.


o Mereka pergi ke rumah Pak Lurah.

12) Digunakan sebagai huruf pertama kata ganti Anda.


Misalnya :
o Surat Anda telah saya balas
o Sudahkah Anda sholat?

13) Digunakan sebagai huruf pertama unsur singkatan nama


gelar, pangkat dan sapaan.
Misalnya :

o Dr. Ibrahim Naki


o Abdul Manaf Husain, S.H

14) Digunakan sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang


sempurna yang terdapat pada nama badan lembaga pemerintah
dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi.

Misalnya:

 Perserikatan Bangsa-Bangsa
 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia.
15) Digunakan sebagai huruf pertama semua kata di dalam judul,
majalah, surat kabar, dan karangan ilmiah lainnya, kecuali kata
depan dan kata penghubung.
Misalnya :

 Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.


 Ia menyelesaikan makalah “Asas-Asas Hukum Perdata”

b. Penulisan Huruf Miring

Huruf miring digunakan untuk :

1) Menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip


dalam tulisan.

Misalnya :

 Buku Negara kertagama karangan Prapanca.


 Majalah Suara Hidayatullah sedang dibaca.
 Surat kabar Pedoman Rakyat akan dibeli.
2) Menegaskan dan mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, dan
kelompok kata.
Misalnya :

 Huruf pertama kata abad adalah a.


 Dia bukan menipu, tetapi ditipu

 Buatlah kalimat dengan kata lapang dada.

3. PENULISAN KATA

Ada bebrapa hal yang pelru diperhatikan dalam penulisan kata,


yaitu :

1) Kata Dasar

Kata dasar adalah kata yang belum mengalami perubahan bentuk,


yang ditulis sebagai suatu kesatuan.

Misalnya :

o Dia teman baik saya.

2) Kata Turunan (Kata berimbuhan) Kaidah yang harus diikuti


dalam penulisan kata turunan, yaitu :

Imbuhan semuanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya.

Misalnya :

o Membaca
o Menulis

Awalan dan akhrian ditulis serangkai dengan kata yang langsung


mengikuti atau mendahuluinya jika bentuk dasarnya berupa
gabungan kata.

Misalnya :
o Bertepuk tangan
o Sebar luaskan.

Jika bentuk dasarnya berupa gabungan kata dan sekaligus


mendapat awalan dan akhiran, kata itu ditulis serangkai.

Misalnya :

o Menandatangani
o Keanekaragaman.

Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam


kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai.

Misalnya :

o Antarkota
o Mahaadil

3) Kata Ulang

Kata ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda (-).


Jenis jenis kata ulang yaitu :

o Dwipurwa yaitu pengulangan suku kata awal. Misalnya = Laki


: Lelaki
o Dwilingga yaitu pengulangan utuh atau secara keseluruhan.
Misalnya = Laki : Laki-laki
o Dwilingga salin suara yaitu pengulangan variasi fonem.
Misalnya = Sayur : Sayur-mayur
o Pengulangan berimbuhan yaitu pengulangan yang mendapat
imbuhan. Misalnya =Main : Bermain-main

4. PENULISAN UNSUR SERAPAN


Dalam hal penulisan unsur serapan dalam bahasa Indonesia,
sebagian ahli bahasa Indonesia menganggap belum stabil dan konsisten.
Dikatakan demikian karena pemakai bahasa Indonesia sering begitu
saja menyerap unsur asing tanpa memperhatikan aturan, situasi, dan
kondisi yang ada. Pemakai bahasa seenaknya menggunakan kata asing
tanpa memproses sesuai dengan aturan yang telah diterapkan.
Penyerapan unsur asing dalam pemakaian bahasa indonesia dibenarkan,
sepanjang : (a) konsep yang terdapat dalam unsur asing itu tidak ada
dalam bahasa Indonesia, dan (b) unsur asing itu merupakan istilah
teknis sehingga tidak ada yang layak mewakili dalam bahasa Indonesia,
akhirnya dibenarkan, diterima, atau dipakai dalam bahasa Indonesia.
sebaliknya apabila dalam bahasa Indonesia sudah ada unsur yang
mewakili konsep tersebut, maka penyerapan unsur asing itu tidak perlu
diterima. Menerima unsur asing dalam perbendaharaan bahasa
Indonesia bukan berarti bahasa Indonesia ketinggalan atau miskin
kosakata. Penyerapan unsur serapan asing merupakan hal karena setiap
bahasa mendukung kebudayaan pemakainya. Sedangkan kebudayaan
setiap penutur bahasa berbeda-beda anatar satu dengan yang lain.
Maka dalam hal ini dapat terjadi saling mempengaruhi yang biasa
disebut akulturasi. Sebagai contoh dalam masyarakat penutur bahasa
Indonesia tidak mengenal konsep “radio” dan “televisi”, maka diseraplah
dari bahasa asing (Inggris). Begitu pula sebaliknya, di Inggris tidak
mengenal adanya konsep “bambu” dan “sarung”, maka mereka
menyerap bahasa Indonesia itu dalam bahasa Inggris. Berdasarkan taraf
integritasnya, unsur serapan dalam bahasa Indonesia dikelompokkan
dua bagian, yaitu :

• Secara adopsi, yaitu apabila unsur asing itu diserap sepenuhnya


secara utuh, baik tulisan maupun ucapan, tidak mengalami perubahan.
Contoh yang tergolong secara adopsi, yaitu : editor, civitas academica,
de facto, bridge.
• Secara adaptasi, yaitu apabila unsur asing itu sudah disesuaikan ke
dlaam kaidah bahasa Indonesia, baik pengucapannya maupun
penulisannya. Salah satu contoh yang tergolong secara adaptasi, yaitu :
ekspor, material, sistem, atlet, manajemen, koordinasi, fungsi.

5. PEMAKAIAN TANDA BACA


 Tanda Titik (.)

Penulisan tanda titik di pakai pada :

o Akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan

o Akhir singkatan nama orang.

o Akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan.

o Singkatan atau ungkapan yang sudah sangat umum.Bila


singkatan itu terdiri atas tiga hurus atau lebih dipakai satu tanda
titik saja.

o Dipakai untuk memisahkan bilangan atau kelipatannya.

o Memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan


waktu.

o Dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan,


ikhtisar, atau daftar.

o Tidak dipakai pada akhir judulyang merupakan kepala karangan


atau ilustrasi dan tabel.

Ø Tanda koma (,)

Kaidah penggunaan tanda koma (,) digunakan :


o Antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.

o Memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara


berikutnya yang didahului oleh kata tetapi atau melainkan.

o Memisahkan anak kalimat atau induk kalimat jika anak kalimat itu
mendahului induk kalimatnya.

o Digunakan untuk memisahkan kata seperti : o, ya, wah, aduh, dan


kasihan.

o Memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.

o Dipakai diantara : (1) nama dan alamat, (2) bagina-bagian


alamat, (3) tempat dan tanggal, (4) nama dan tempat yang
ditulis secara berurutan.

o Dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan


sen yang dinyatakan dengan angka.

o Dipakai antara nama orang dan gelar akademik yang


mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri,
keluarga, atau marga.

o Menghindari terjadinya salah baca di belakang keterangan yang


terdapat pada awal kalimat.

o Dipakai di antara bagian nama yang dibalik susunannya dalam


daftar pustaka.

o Dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak


membatasi.
o Tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain
yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu
berakhir dengan tanda tanya atau seru.

Ø Tanda Titik Tanya ( ? )

Tanda tanya dipakai pada :

o Akhir kalimat tanya.

o Dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat


yang diragukan atau kurang dapat dibuktikan kebenarannya.

Ø Tanda Seru ( ! )

Tanda seru dugunakan sesudah ungkapan atau pertanyaan yang


berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan,
ketidakpercayaan, dan rasa emosi yang kuat.

Ø Tanda Titik Koma ( ; )

Memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara. 


Memisahkan kalimat yang setara dalam kalimat majemuk sebagai
pengganti kata penghubung.

Ø Tanda Titik Dua ( : )

Tanda titik dua dipakai :

o Sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemberian.

o Pada akhir suatu pertanyaan lengkap bila diikuti rangkaian


atau pemerian.
o Di dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku
dalam percakapan
o Di antara jilid atau nomor dan halaman
o Di antara bab dan ayat dalam kitab suci
o Di antara judul dan anak judul suatu karangan.
o Tidak dipakai apabila rangkaian atau pemerian itu merupakan
pelengkap yang mengakhiri pernyataan.

Ø Tanda Elipsis (…)

Tanda ini menggambarkan kalimat-kalimat yang terputus-putus dan


menunjukkan bahwa dalam suatu petikan ada bagian yang dibuang.
Jika yang dibuang itu di akhir kalimat, maka dipakai empat titik
dengan titik terakhir diberi jarak atau loncatan.

Ø Tanda Garis Miring ( / )

Tanda garis miring ( / ) di pakai :

o Dalam penomoran kode surat.


o Sebagai pengganti kata dan,atau, per, atau nomor alamat.

Ø Tanda Penyingkat atau Apostrof ( „)

o Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan sebagian huruf.

o Tanda Petik Tunggal ( „…‟ )

o Tanda petik tunggal dipakai :

o Mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.

o Mengapit terjemahan atau penjelasan kata atau ungkapan asing.


Ø Tanda Petik ( “…” )

Tanda petik dipakai :

o Mengapit kata atau bagian kalimat yang mempunyai arti khusus,


kiasan atau yang belum

o Mengapit judul karangan, sajak, dan bab buku, apabila dipakai


dalam kalimat.

o Mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan,


naskah, atau bahan tertulis lain.

Anda mungkin juga menyukai