Anda di halaman 1dari 3

HASIL

Klien merupakan pasien dari RSBL Pasuruan. Berdasarkan data primer Pasien
mengatakan sakit gatal-gatal. Data Sekunder, didapatkan data bahwa badan klien tampak
kotor dan berbau, klien gelisah, banyak permintaan mencoba keluar ruangan, melawan saat
diarahkan, memukul petugas, klien menolak memakai daster, merasa dirinya adalah laki-laki
dan meminta celana panjang. Klien pernah mengalami riwayat trauma yaitu penolakan, klien
disuruh pergi dari rumah oleh budenya ketika masih kecil karena klien nakal. Menurut klien
hal tersebut merupakan pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan.
Klien mengalami masalah keperawatan jiwa yaitu gangguan konsep diri: harga diri
rendah. Hal ini dibuktikan Saat dilakukan pengkajian klien mengatakan orang lain seperti
tidak menganggapnya. Klien mengatakan dia adalah seorang laki-laki dan klien mengatakan
merasa ganteng, tetapi klien mengatakan orang lain tidak ada yang percaya dan tetap
menganggap dirinya perempuan. Klien terlihat pendiam, kurang berbaur dengan teman-
temannya, bicara klien lemah lirih dan jumlah bicara klien sedikit. Klien mampu untuk mandi
secara mandiri, tetapi klien perlu dibimbing agar mau untuk mandi, klien dapat berpakain,
berhias dan berdavdan dengan bimbingan dan arahan dari petugas, Klien mampu maka secara
mandiri, Klien mampu BAB dan BAK secara mandiri di kamar mandi.
Berdasarkan data subjektif dan objektif didapatkan hasil bahwa klien mengalami
masalah keperawatan jiwa yaitu gangguan konsep diri: harga diri rendah. Penanganan yang
diberikan kepada klien adalah merancang Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Harga Diri
Rendah. Rencana tindakan keperawatan pada subjek dengan diagnosa harga diri rendah
bertujuan untuk meningkatkan Harga Diri klien, klien dapat mengidentifikasi kemampuan
dan aspek positif yang dimiliki.
Adapun rencana tindakan keperawatan pada subjek dengan diagnosa harga diri
rendah, yaitu Bina hubungan saling percaya dengan prinsip terapeutik, Beri kesempatan klien
untuk mengungkapkan perasaannya tentang penyakit yang dideritannya, Sediakan waktu
untuk mendengarkan klien, Katakan pada klien bahwa dia adalah seoravg yang berharga dan
bertanggung jawab serta dapat menolong dirinya sendiri, Diskusikan kemampuan dan aspek
positif yang dimiliki pasien, Hindarkan memberi penilain negatif, Diskusikan kemampuan
klien yang masih dapat digunakan selama sakit, Diskusikan kemampuan yang dapat
dilanjutkan penggunaan di RS dan di rumah, Rencanakan Aktivitas yang dapat dilakukan
setiap hari sesuai kemampuan, Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien,
Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan, beri kesempatan mencoba, Beri pujian, Diskusikan
kemungkinan pelaksanaan dirumah, Beri pendidikan kesehatan keluarga cara merawat pasien
HDR, Bantu keluarga memberi dukungan, Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.
Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan pertama yang dilakukan adalah Bina
hubungan saling percaya, tujuannya adalah agar klien dapat membina hubungan saling
percaya. Setelah dilakukan implementasi, evaluasi yang didapatkan adalah Klien mampu
melakuka kontak mata dengan perawat, klien mampu berjabat tangan, klien meerima
mahasiswa untuk duduk berdampingan, klien mampu menjawab salam. Rencana selanjutnya
yaitu ulangi kembali sp 1 pasien, Latih menuvjukkan ekspresi bersahabat, latih menuvjukkav
rasa senang, latih mengutarakav masalah yavg dihadapi, tujuan dilakukan tivdakan ini adalah
agar kliev dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yavg dimiliki. Klien mampu
melakukan kegiatan mencuci piring, memiliki kemampua untuk melakukan aktivitas sehari-
hari. Evaluasi yang didapatkan yaitu klien mampu mengungkapkan perasaav, klien mampu
menunjukkan perasaan senang, klien mampu mengungkapkan kemampuannya yang dimiliki
yaitu mencuci piring.
Tindakan selanjutnya yaitu mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki klien dan beri pujia atas kemampua yang diungkapkan, saat bertemu klien hindarkan
memberi penilaian negatif, Mendiskusikan kemampuan klien yang masih dapat digunakan
selama sakit, mendiskusika kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaan dirumah sakit da
dirumah nanti. Tujuan dari tindakan ini adalah klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan
aspek p-ositif yang dimiliki, klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan. Klien
mengatakan selain mencuci piring klien mampu mengepel, mencuci baju, senam. Evaluasi
dari tindakan ini adalah klien mampu mengungkapkan kemampuan aspek positif yang
dimiliki.
Tindakan selanjutnya yaitu Mendiskusikan kemampuan klien yang masih dapat
digunakan selama disini, mendiskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkav pevggunaav di
rumah sakit dan di rumah nanti, merencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan
setiap hari sesuai kemampua, Meningkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
dan memberi covtoh cara pelaksanaan kegiatanyang klien lakukan. Hasil dri implementasi
klien mampu menetapkan satu rencana kegiatan. Evaluasi dari kegiatan, klien mampu
menyebutkan kegiatan yang dimiliki, klien mampu menyusun satu saja kegiatan harian.
Implementasi selanjutnya yaitu merecanakav bersama klien aktivitas yavg dapat
dilakukan setiap hari sesuai kemampuan, menivgkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi
kondisi klien, Memberi contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan. Tujuan
dari kegiatav ini adalah klien dapat menetapkan dan merencanakan kegiatan sesuai dengav
kemampuav yang dimiliki.
Menurut Carpenito (2007), harga diri rendah merupakan suatu keadaan ketika
individu mengalaami evaluasi diri negatif mengenai diri atau kemampuan diri dalam waktu
yang lama. Keliat (2011) menjelaskan beberapa tanda dan gejala Harga diri Rendah adalah
Pandangan hidup yang pesimis, Penolakan terhadap kemampuan diri, Penurunan
produktivitas, tidak berani menatap lawan bicara, lebih banyak menundukkan kepala saat
berinteraksi, dan bicara lambat dengan nada suara lemah. Hal tersebut sesuai dengan fakta
yang terjadi pada studi kasus klien dengan harga diri rendah yang menunjukkan bahwa klien
terlihat pendiam, kurang berbaur dengan teman-temannya, bicara klien lemah lirih dan
jumlah bicara klien sedikit.
Penelitian Eklund, Hermansson, & Hakansson (2012) membuktikan bahwa melalui
kegiatan positif, para penderita skizofrenia menemukan makna hidupnya kembali. (Olson &
Hergenhahn, 2011) mengemukakan bahwa individu yang mulai menyadari hal-hal positif
dalam dirinya seperti tujuan, keyakinan dan harapan dapat membuat ia mengembangkan
dirinya ke arah pertumbuhan pribadi yang lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai