Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN HIPERTENSI


DI RUANG MELATI RUMAH SAKIT DAERAH
BALUNG

oleh
Lilis Susanti, S.Kep.
NIM 192311101065

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019

1
LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN HIPERTENSI


DI RUANG MELATI RUMAH SAKIT DAERAH
BALUNG

disusun untuk memenuhi tugas pada Program Studi Profesi Ners Stase
Keperawatan Medikal

oleh
Lilis Susanti, S.Kep.
NIM 192311101065

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019

2
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Tugas Program Profesi Ners Stase Keperawatan Medikal yang disusun
oleh:
Nama : Lilis Susanti, S.Kep.
NIM : 192311101065

Telah diperiksa dan disahkan oleh pembimbing pada:

Hari :
Tanggal :

Jember, November 2019

FAKULTAS KEPERAWATAN

Mengetahui,
Koordinator Program Studi Pendidikan Profesi PJMK
Ners

Ns. Erti Ikhtiarini D, S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.J Ns. Jon Hafan S., M.Kep., Sp. Kep.MB
NIP. 19811028 200604 2 002 NIP. 19840102 201504 1 002

Menyetujui,
Wakil Dekan I

Ns. Anisah Ardiana, S.Kep., M.Kep., Ph.D


NIP. 19810712 200604 2 001

3
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN

Laporan Asuhan Keperawatan berikut disusun oleh:

Nama : Lilis Susanti, S.Kep.

NIM : 192311101065

Judul : ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN HIPERTENSI DI


RUANG MELATI RUMAH SAKIT DAERAH BALUNG

Telah diperiksa dan disahkan oleh pembimbing pada:


Hari :
Tanggal :

Jember, November 2019

TIM PEMBIMBING
Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Ns. Murtaqib, S.Kep., M.Kep Ns. Chusnawiyah, S.Kep


NIP. 19740813 200112 1 002 NIP. 19800716 20100 1 2015

4
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... ii


LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ASUHAN KEPERAWATAN ..................... iv
DAFTAR ISI ................................................................................................ v
LAPORAN PENDAHULUAN ................................................................... 1
A. Konsep teori tentang penyakit Hipertensi............................................... 1
A.1 Anatomi Fisiologi............................................................................. 1
A.2 Definisi ............................................................................................ 5
A.3 Epidemiologi ................................................................................... 6
A.4 Etiologi ............................................................................................ 7
A.5 Klasifikasi......................................................................................... 10
A.6 Patofisiologi/Patologi ...................................................................... 11
A.7 Manifestasi Klinis............................................................................. 12
A.8 Pemeriksaan Penunjang.................................................................... 13
A.9 Penatalaksanaan Farmakologi dan Non Farmakologi...................... 13
B. Clinical Pathway..................................................................................... 15
C. Konsep Asuhan Keperawatan................................................................. 16
C.1 Pengkajian........................................................................................ 16
C.2 Diagnosa........................................................................................... 18
C.3 Intervensi.......................................................................................... 19
C.4 Evaluasi............................................................................................ 25
D. Discharge Planning................................................................................. 25
E. Daftar Pustaka......................................................................................... 26

5
LAPORAN PENDAHULUAN
HIPERTENSI
Oleh: Lilis Susanti

A. Konsep Teori tentang HIPERTENSI


A.1 Anatomi dan Fisiologi Jantung
Menurut Tarwoto (2009) Sistem kardiovaskuler terdiri dari jantung,
vaskuler (arteri, vena, kapiler) dan limfatik. Fungsi utama sisitem kardiovaskuler
adalah menghantarkan darah yang kaya oksigen keseluruh tubuh dan
memompakan darah dari seluruh tubuh (jaringan) ke sirkulasi paru untuk
dioksigenasi:

Gambar 1. Anatomi Fisiologi Jantung

1. Jantung
Jantung merupakan organ utama system kardiovaskuler, berotot dan berongga,
terletak di rongga toraks bagian mediastinum, diantara dua paru-paru. Bentuk
jantung seperti kerucut tumpul, pada bagian bawah disebut apeks, letaknya

1
lebih ke kiri dari garis medial, bagiuan tepinya pada ruang interkosta V kiri
atau kira-kira 9 cm dari kiri linea medioclavikularis, sedangkan bagian atasnya
disebut basis terletak agak kekanan tepat nya pada kosta ke lll,1 cm dari tepi
lateral sternum. Ukuran jantung kira-kira panjangnya 12 cm, lebar 8-9 cm
tebalnya 6 cm. beratnya sekitar 200 sampai 425 gram, pada laki-laki sekitar
310 gram, pada perempuan sekitar 225 gram
2. Lapisan otot jantung
Ada tiga lapisan jantung yaitu lapisan bagian luar disebut epikardium, lapisan
bagian tengah disebut miokardium, lapisan ini lebih tebal, tersusun atas otot
lurik dan mampu berkontraksi dengan kuat. Sedangkan lapisan bagian dalam
disebut endokardium, lapisan ini terdiri dari jaringan endothelia yang juga
melapisi ruang jantung katup-katup jantung
3. Selaput jantung
Jantung dilapisi oleh dua membran untuk mencegah terjadinya trauma juga
infeksi yaitu pericardium parietal dengan pericardium visceral
4. Ruang jantung
Jantung terbagi atas dua belahan yaitu belahan kanan dan belahan kiri, kedua
belahan tersebut dipisahkan oleh otot pemisah disebut septum,dengan
demikian jantung memiliki empat ruangan yaitu atrium kanan, ventrikel
kanan, atrium kiri, dan ventrikel kiri
5. Katup jantung
a. Katup atrioventrikuler
katup antrioventrikuler karena terletak antara atrium dan ventrikel. Katup
yang terletak antara atrium kanan dan ventrikel kanan mempunyai tiga
daun katup yang disebut katup trikuspid. Sedangkan katup yang terletak
antara atrium kiri dan ventrikel kiri mempunyai dua daun katup yang
disebut katup mitral.
b. Katup semilunar
Katup semilunar terdiri atas dua katup yaitu semilunar pulmonar dan katup
semilunar aorta.Katup semilunar pulmonar terletak pada arteri pulmonaris,

2
memisahkan arteri pulmonaris dengan ventrikel kanan.katup semilunar
aorta terletak antara ventrikel kiri dan aorta.
6. Suplay darah otot jantung
Otot jantung membutuhkan aliran darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen,
nutrient yang sangat dibutuhkan untuk metabolisme. Otot jantung diperdarahi
oleh arteri koronaria yang merupakan cabang dari aorta, arteri koroner
bercabang menjadi dua yaitu : arteri koronari kanan atau right coronary artery
(RCA) arteri koronari kiri atau left coronary artery (LCA). Arteri koronari
kanan memperdarahi bagian atrium kanan, ventrikel kanan, inferior ventrikel
kiri bagian posterior dinding septal, sinoatrial Node (SA Node) Atrioventrikel
Node (AV Node).
7. Siklus jantung
Siklus jantung merupakan periode dimana jantung berkontraksi relaksasi. Satu
kali siklus jantung sama dengan satu periode systole (saat ventrikel
berkontrasi) satu periode diastole (saat ventrikel relaksasi). Normalnya siklus
jantung dimulai dengan depolarisasi spontan dari sel pacemaker dari SA Node
berakhir dengan keadaan rekaksasi ventrikel.
8. Bunyi jantung
Bunyi jantung terdiri dari bunyi jantung murni dan bunyi jantung tambahan.
Bunyi jantung murni terdiri atas: bunyi jantung I (S1) terjadi akibat penutupan
katup atrioventrikular pada saat systole ventrikel, bunyi jantung II (S2)terjadi
akibat penutupan katup semilunar pada saat terjadi diastole ventrikel. Bunyi
tambahan misalnya bunyi III (S3) bunyi jantung lV (S4) terjadi akibat vibrasi
pada dinding jantung pada saat darah mengalir dengan cepat dalam ventrikel.
9. Frekuensi jantung
Jantung berdenyut dalam satu menit sekitar 60-100 kali atau rata-rata 75 kali
permenit. Jika jantung berdeyut lebih dari 100 kali disebut takikardia jika
kurang dari 60 kali disebut bradikrdia. Frekuensi denyut jantung dipengaruhi
oleh keadaan aktivitas, umur, jenis kelamin, endokrin, suhu, tekanan darah,
kecemasan, stress dan nyeri.

3
Fisiologi Jantung
Menurut Muttaqin (2014) sistem kardiovaskuler berfungsi sebagai sistim
regulasi melakukan mekanisme yang bervariasi dalam merespon seluruh aktivitas
tubuh. Salah satu contoh adalah mekanisme meningkatkan suplai darah agar
aktivitas jaringan dapat terpenuhi, pada keadaan tertentu darah akan lebih banyak
dialirkan pada organ-organ vital seperti jantung otak untuk memelihara sistim
sirkulasi organ tersebut. Beberapa fungsi bagian-bagian jantung adalah:
1. Darah
Komponen darah merupakan alat pembawa (carrier) pada sistim
kardiovaskular, secara normal volume darah yang berada dalam sirkulasi pada
seseorang laki-laki dengan berat badan 70 kg berkisar 8% dari berat badan
atau sekitar 5600 ml dari jumlah tersebut sekitar 55% merupakan plasma.
2. Curah jantung
Tubuh manusia memiliki berbagai mekanisme kontrol regulasi yang
digunakan untuk meningkatkan suplai darah secara aktif ke jaringan yaitu
dengan meningkatkan jumlah cardiac output.Pengaturan curah jantung
bergantung pada hasil perkalian denyut jantung (heart rate) dengan volume
sekuncup (stroke volume). Curah jantung orang dewasa adalah antara 4,5-8
liter permenit, peningkatan curah jantung terjadi karena adanya peningkatan
denyut jantung atau volume sekuncup
3. Tekanan vena
Kembalinya darah ke jantung disebabkan adanya tekanan gradient, ketika
darah dipompa oleh jantung, tekanan arteri berkisar 120 mmHg pada saat
sistolik dan 70 mmHg pada saat diastolik. Tekanan ini akan menurun
bersamaan dengan pergerakan darah keluar menuju arteri, kapiler, venula.
4. Ruang jantung
a. Atrium kanan
Atrium kanan memiliki lapisan dinding yang tipis berfungsi sebagai
tempat penyimpanan darah mengalirkan darah dari vena-vena sirkulasi
sistemis ke dalam ventrikel kanan dan kemudian ke paru-paru .darah yang

4
berasal dari pembulu vena ini masuk ke dalam atrium kanan melalui vena
cava superior, inferior dan sinus koronarius.
b. Ventrikel kanan
Ventrikel kanan memiliki bentuk yang unik yaitu bulan sabit yang berguna
untuk menghasilkan kontraksi bertekanan rendah, yang cukup untuk
mengalirkan darah ke dalam arteri pulmonaris.Sirkulasi pulmunar
merupakan sistim aliran darah bertekanan rendah, dengan resitensi yang
jauh lebih kecil terhadap aliran darah yang berasal dari ventrikel
kanan.Oleh karena itu, beban kerja dari ventrikel kanan jauh lebih ringan
dari pada ventrikel kiri.
c. Atrium kiri
Atrium kiri menerima darah yang sudah dioksigenisasi dari paru-paru
melalui vena pulmonaris.Tidak terdapat katup sejati antara vena
pulmonalis dan atrium kiri. Oleh karena itu, darah akan mengalir kembali
ke pembuluh paru-paru bila terdapat perubahan tekanan dalam atrium kiri
d. Ventrikel kiri
Ventrikel kiri harus menghasilkan tekanan yang cukup tinggi untuk
mengatasi tahanan sirkulasi sistemis dan mempertahankan aliran darah ke
jaringan-jaringan perifer.

A.2 Definisi
Tekanan darah merupakan kekuatan atau tenaga yang digunakan oleh
darah untuk melawan dinding pembuluh arteri dan biasa diukur dalam satuan
milimeter air raksa (mmHg). Nilai tekanan darah dinyatakan dalam dua angka,
yaitu angka tekanan darah sistolik dan diastolik. Tekanan darah sistolik
merupakan nilai tekanan darah fase kontraksi jantung, sedangkan tekanan darah
diastolik adalah tekanan darah saat fase relaksasi jantung. Hipertensi atau tekanan
darah tinggi merupakan salah satu penyakit yang paling sering muncul di negara
berkembang seperti indonesia. Hipertensi di sebut sebagai peningkatan tekanan
darah di atas normal yang dapat berakibat pada kematian dan kesakitan pada
penderitanya (Aspiani, 2014). Dikatakan hipertensi apabila tekanan darah sistolik

5
>140 mmHg dan tekanan darah diastolik >90 mmHg (Haryanto dan Sulistyowati,
2015).
Penyakit hipertensi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan organ tubuh
menjadi rusak. Kerusakan tersebut dapat menyerang fungsi-fungsi otak, ginjal,
mata dan bahkan dapat mengakibatkan kelumpuhan organ-organ gerak
(Dalimartha dkk, 2008). Tekanan darah yang terukur harus dilakukan pada posisi
duduk dan berbaring. Ada dua macam hipertensi, yaitu hipertensi primer dan
sekunder. Dimana dari seluruh kasus hipertensi, 90 persen nya adalah hipertensi
primer.Tidak ada penyebab yang spesifik dari hipertensi primer ini. Sedangkan
hipertensi sekunder adalah hipertensi yang diakibatkan ileh penyakit atau
gangguan tertentu (Baradero dkk , 2008).

A.3 Epidemiologi
Penyakit tidak menular yaitu hipertensi memiliki prevalensi kejadian yang
terbanyak dan diikuti oleh Diabetes dan penyakit Jantung (Kemenkes RI, 2012)..
Menurut data world health organization (WHO) orang yang mengalami hipertensi
pada tahun 2011 yaitu sebanyak satu milyar, 2/3 diantaranya berada di negara
berkembang dengan penghasilan yang rendah sampai sedang. Di predikasi bahwa
pada tahun 2025 mendatang orang dewasa di seluruh dunia akan mengalami
hipertensi sebanyak 29 %. Sekitar delapan juta orang mengalami kematian setiap
tahunnya akibat dari penyakit hipertensi (Kemenkes RI, 2017).
Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah, prevalensi hipertensi pada
penduduk umur 18 tahun ke atas tahun 2007 di Indonesia adalah sebesar 31,7%.
Menurut provinsi, prevalensi hipertensi tertinggi di Kalimantan Selatan (39,6%)
dan terendah di Papua Barat (20,1%). Sedangkan jika dibandingkan dengan tahun
2013 terjadi penurunan sebesar 5,9% (dari 31,7% menjadi 25,8%). Penurunan ini
bisa terjadi berbagai macam faktor, seperti alat pengukur tensi yang berbeda,
masyarakat yang sudah mulai sadar akan bahaya penyakit hipertensi. Prevalensi
tertinggi di Provinsi Bangka Belitung (30,9%), dan Papua yang terendah
(16,8)%). Prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui kuesioner
terdiagnosis tenaga kesehatan sebesar 9,4 persen, yang didiagnosis tenaga

6
kesehatan atau sedang minum obat sebesar 9,5 persen. Jadi, ada 0,1 persen yang
minum obat sendiri (Kemenkes, RI, 2018).

A.4 Etiologi
Berikut merupakan penyebab hipertensi :

a. Hipertensi Primer

Penyebab dari hipertensi primer ini masih belum diketahui namun, adanya
faktor keturunan atau genetik, umur, gender, ras, mengkonsumsi garam yang
berlebihan, obesitas, stres, merokok, minum minuman beralkohol disebut
sebagai faktor yang menyebabkan hipertensi primer (Aspiani, 2016).
1) Faktor keturunan atau genetik
Apabila orang tuanya memiliki riwayat penyakit hipertensi, maka
kemungkinan penyakit tersebut akan terjadi juga kepada anaknya. Penyakit
ini sifatnya tidak menular namun memiliki resiko diturunkan. Sekitar 70-80
% penderita hipertensi esensial ditemukan riwayat hipertensi di dalam
keluarga (Dalimartha dkk, 2008). Individu dari keturunan afrika sebagian
besar terkena penyakit hipertensi karena genetik (Adedapo et al, 2015).
2) Umur
Dengan usia yang semakin meningkat maka fungsi tubuh menjadi menurun
misalnya saja pada fungsi ginjal yang semakin menurun akibat faktor usia
(Heriziana, 2017). Menurut Boedhi darmojo dalam Haryanto dan
Sulistyowati (2015) orang yang berusia >20 tahun sudah mengalami
hipertensi dengan jumlah 1,8 % sampai 28,6 %. Kejadian hipertensi
cenderung meningkat seiring dengan pertambahan usia. Semakin tua umur
seseorang maka kejadian tekanan darah tinggi semakin tinggi hal ini
dikarenakan pada umur tua terjadi perubahan struktural dan fungsional pada
sistem pembuluh darah perifer yang bertanggung jawab pada perubahan
tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut (Hazwan dan Pinatih, 2017).

7
2) Gender
Jenis kelamin laki-laki atau perempuan memiliki kemungkinan yang sama
untuk mengalami hipertensi selama kehidupannya. Namun, laki-laki lebih
berisiko mengalaminya saat berusia sebelum 45 tahun. Sebaliknya pada usia
65 tahun keatas perempuan lebih berisiko mengalami hipertensi, hal ini
dikarenakan oleh hormon. Perempuan yang berusia sekitar 45 tahun atau
lebih lebih beresiko dikarenakan kadar estrogen akan menurun. Sedangkan
kadar estrogen sendiri dapat berfungsi dalam meningkatkan kadar High
Density Lipoprotein (HDL), dimana kadar kolesterol HDL yang tinggi
menjadi faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis
(Dalimarta, 2008). Jenis kelamin laki-laki lebih berpotensi daripada wanita,
karena wanita memiliki estrogen yang dominan, dan berfungsi dalam
melindungi pembuluh darah (Heriziana, 2017).
3) Ras
Suku berkulit hitam memiliki resiko lebih tinggi mengalami hipertensi
dibandingkan ras dengan kulit putih (Tambayong, 2000). Setiap orang
memiliki kemungkinan yang sama untuk mengalami hipertensi.
4) Mengkonsumsi garam yang berlebihan
Asupan natrium dan garam tergolong faktor resiko hipertensi yang
kontroversial. Ada beberapa individu yang peka terhadap natrium, baik yang
berasal dari garam kemasan atau lainnya yang mengandung natrium dan
hidangan cepat saji. Natrium merupakan salah satu bentuk mineral, atau
elektrolit yang berpengaruh terhadap tekanan darah (Kowalski). Asupan
garam yang berlebihan akan berpengaruh terhadap kerja ginjal. Akibatnya
tekanan darah dapat meningkat (Haryanto dan Sulistyowati, 2015).
5) Obesitas
Obesitas adalah faktor risiko lain yang sangat menetukan tingkat keparahan
hipertensi. Semakin besar massa tubuh seseorang, semakin banyak darah
yang dibutuhkan untuk menyuplai oksigen dan nutrisi ke otot dan jaringan
lain. Obesitas meningkatkan jumlah panjangnya pembuluh darah, sehingga
meningkatkan resistensi darah yang seharusnya mampu menempuh jarak

8
lebih jauh. Peningkatan resistensi menyebabkan tekanan darah menjadi
lebih tinggi. Kondisi ini diperparah oleh sel-sel lemak yang memproduksi
senyawa yang merugikan jantung dan pembuluh darah (Kowalski, 2010).
6) Stres
Peranan stres sebagai faktor penyebab hipertensi tidak diragukan lagi. Stres
dapat meningkatkan tekanan darah dalam jangka waktu pendek dengan cara
mengaktifkan bagian otak dan sistem saraf yang biasanya mengendalikan
tekanan darah secara otomatis (Dalimartha dkk, 2008). Stres mempercepat
produksi senyawa berbahaya, meningkatkan kecepatan denyut jantung dan
kebutuhan akan suplai darah, dan tidak lama kemudian, meningkatkan
tekanan darah serta menimbulkan serangan jantung dan stroke (Kowalski,
2010).
7) Merokok
Merokok yang berlangsung lama atau menahun akan merusak endotel arteri
dan nikotin sehingga dapat terjadi penurunan HDL yang baik dalam tubuh
manusia (Haryanto dan Sulistyowati, 2015). Zat kimia yang telah dihasilkan
dari pembakaran tembakau berbahaya bagi sel darah dan organ tubuh
lainnya, seperti jantung, pembuluh darah, paru-paru dan lainnya
8) Minum Alkohol
Alkohol yang dapat merusak hepar dan sifat alkohol mengikat air dapat
mempengaruhi viskositas darah memengaruhi tekanan darah (Haryanto dan
Sulistyowati, 2015).

b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder sebenarnya dapat diperbaiki, hal hal penting yaitu
bagaimana mengisolasi akar permasalahannya sehingga regimen pengobatan
dapat diresepkan dengan baik dan tepat (Hawks dan Joyce). Area yang
terganggu seperti pada ginjal yang menyebabkan beberapa penyakit salah
satunya adalah gagal ginjal, area pada kelenjar adrenal berupa sindrom cushing
yang terjadi dengan meningkatnya volume darah. Selain itu hipertensi yang

9
diakibatkan karena kehamilan juga merupakan termasuk hipertensi sekunder
yang mana penyebabnya sendiri masih belum diketahui (Baradero et al, 2005)

A.5 Klasifikasi
Klasifikasi hipertensi menurut JNC VII dalam Haryanto dan Sulistyowati
(2015) hipertensi dibagi menjadi empat tingkatan.
Klasifikasi TDS (mmHg) TDD (mmHg)
Normal <120 mmHg <80 mmHg
Pre hipertensi 120 - 139 mmHg 80-89 mmHg
Hipertensi stage 1 140-159 mmHg 90-99 mmHg
Hipertensi stage 2 ≥160 mmHg ≥100 mmHg

Berdasarkan penyebab, hipertensi dibagi menjadi dua yaitu:


a. Hipertensi Primer/Hipertensi Esensial
Hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui (idiopatik), walaupun dikaitkan
dengan kombinasi faktor gaya hidup seperti kurang bergerak dan pola makan.
b. Hipertensi Sekunder/Hipertensi Non Esensial
Hipertensi yang diketahui penyebabnya. Pada sekitar 5-10% penderita
hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2%,
penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu (misalnya
pil KB)

Terdapat jenis hipertensi yang lain:


a. Hipertensi Pulmonal
Suatu penyakit yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah pada
pembuluh darah arteri paru-paru yang menyebabkan sesak nafas, pusing dan
pingsan pada saat melakukan aktivitas. Berdasar penyebabnya hipertensi
pulmonal dapat menjadi penyakit berat yang ditandai dengan penurunan
toleransi dalam melakukan aktivitas dan gagal jantung kanan. Kriteria
diagnosis untuk hipertensi pulmonal merujuk pada National Institute of Health;
bila tekanan sistolik arteri pulmonalis lebih dari 35 mmHg atau "mean"tekanan
arteri pulmonalis lebih dari 25 mmHg pada saat istirahat atau lebih 30 mmHg
pada aktifitas dan tidak didapatkan adanya kelainan katup pada jantung kiri,

10
penyakit myokardium, penyakit jantung kongenital dan tidak adanya kelainan
paru.
b. Hipertensi Pada Kehamilan
Pada dasarnya terdapat 4 jenis hipertensi yang umumnya terdapat pada saat
kehamilan, yaitu:
1. Preeklampsia-eklampsia atau disebut juga sebagai hipertensi yang
diakibatkan kehamilan/keracunan kehamilan (selain tekanan darah yang
meninggi, juga didapatkan kelainan pada air kencingnya). Preeklamsi
adalah penyakit yang timbul dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan
proteinuria yang timbul karena kehamilan.
2. Hipertensi kronik yaitu hipertensi yang sudah ada sejak sebelum ibu
mengandung janin.
3. Preeklampsia pada hipertensi kronik, yang merupakan gabungan
preeklampsia dengan hipertensi kronik.
4. Hipertensi gestasional atau hipertensi yang sesaat. Penyebab hipertensi
dalam kehamilan sebenarnya belum jelas. Ada yang mengatakan bahwa hal
tersebut diakibatkan oleh kelainan pembuluh darah, ada yang mengatakan
karena faktor diet, tetapi ada juga yang mengatakan disebabkan faktor
keturunan, dan lain sebagainya.

A.6 Patofisiologi/Patologi
Tekanan darah arterial ditimbulkan oleh dua variabel hemodinamik yaitu
curah jantung (cardiac output) dan tahanan vaskular terhadap aliran darah ke
seluruh sirkulasi sistemik (tahanan perifer total). Cardiac output dan tahanan
perifer dipengaruhi oleh faktor-faktor yang saling berinteraksi (asupan natrium,
stres, obesitas, genetik dan lain-lain). Hipertensi terjadi jika terdapat abnormalitas
faktor-faktor tersebut.Selanjutnya, curah jantung dihasilkan dari dua variabel yaitu
kecepatan denyut jantung dan isi sekuncup jantung (stroke volume); dan variabel
yang terakhir dapat meningkat dengan menguatnya kontraksi miokardium atau
aliran balik vena (venous return). Mekanisme dasar peningkatan tekanan sistolik
sejalan dengan peningkatan usia terjadinya penurunan elastisitas dan kemampuan

11
meregang pada arteri besar. Tekanan aorta meningkat sangat tinggi dengan
penambahan volume intravaskuler yang sedikit menunjukan kekakuan pembuluh
darah pada lanjut usia. Secara hemodinamik, hipertensi sistolik ditandai dengan
penurunan kelenturan pembuluh arteri besar resistensi perifer yang tinggi,
pengisian diastolik abnormal, dan bertambah masa ventrikel kiri. Penurunan
volume darah dan output jantung disertai kekakuan arteri besar menyebabkan
penurunan tekanan diastolik. Perubahan aktivitas sistem syaraf simpatik dengan
bertambahnya norepinefrin menyebabkan penurunan tingkat kepekaan sistem
reseptor beta adrenergik pada sehingga berakibat penurunan fungsi relaksasi otot
pembuluh darah (Rakhmawati, Chasani, & Santoso, 2012).
Awalnya kombinasi faktor herediter dan faktor lingkungan menyebabkan
perubahan homeostasis kardiovaskular (prehypertension), namun belum cukup
meningkatkan tekanan darah sampai tingkat abnormal, walaupun demikian cukup
untuk memulai proses yang beberapa tahun kemudian menyebabkan tekanan
darah biasanya meningkat (early hypertension). Sebagian orang dengan
perubahan gaya hidup dapat menghentikan proses tersebut dan kembali ke
normotensi. Sebagian lainnya akhirnya berubah menjadi established hypertension
(hipertensi menetap), yang jika berlangsung lama dapat menyebabkan komplikasi
pada target organ (Rakhmawati, Chasani, & Santoso, 2012).

A.7 Manifestasi klinis


Menurut Crowin dalam Aspiani (2016) gejala klinis yang ditimbulkan
pada penderita hipertensi akan muncul apabila telah mengalami hipertensi dengan
waktu yang lama. Pasien akan merasakan nyeri kepala disertai mual, hidung
mengeluarkan darah, muka pasien menjadi merah, pasien akan merasa gampang
emosi, menimbulkan rasa pegal pada daerah tengkuk, kepala menjadi terasa
pusing, dan rasa berdebar disertai dengan detak jantung yang cepat. Beberapa
kasus pasien, ada yang tidak menimbulkan gejala yang menunjukkan bahwa
sedang mengalami hipertensi. Antara penderita hipertensi satu dengan yang
lainnya gejala yang munculkan akan berbeda-beda. Sedangkan gejala lain yang
ditimbulkan yaitu berupa, pasien akan mengalami susah tidur, pandangan mata

12
menjadi berkunang-kunang, kaku kuduk, Telinga terasa berdenging (Hariyanto
dan Sulistyowati 2015)

A.8 Pemeriksaan Penunjang


Diagnosis awal hipertensi ditentukan berdasarkan hasil pemeriksaan
tekanan darah tinggi.Pemeriksaan dilakukan paling sedikit dua kali dalam waktu
yang tidak bersamaan dengan posisi pasien duduk dan berbaring. Pemeriksaan
penunjang yang dapat dilakukan adalah (Baradero, 2008):
1. Pemeriksaan darah lengkap (hitung diferensial dan kimia serum)
2. Fungsi ginjal (nitrogen urea darah, kreatinin, urinalisis rutin)
3. Panel lipid untuk mengetahui hiperlipidemia
4. Elektrokardiogram (EKG), sinar-X toraks, ekokardiogram (untuk melihat
adanya pembesaran jantung, dan hipertrofi ventrikel kiri)

A.9 Penatalaksanaan farmakologi dan non farmakologi


Berikut merupakan cara untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas pada
pasien yang mengalami penyakit hipertensi. Hipertensi dapat diturunkan dengan
melakukan penatalaksanaan yang bersifat farmakologis maupun non farmakologis
(Aspiani, 2016) :
a. Penatalaksanaan non farmakologis
1) Pengaturan diet termasuk dalam penatalaksanaan non farmakologis, Rendah
garam merupakan salah satu diet yang dianjurkan, karena dengan diet
rendah garam tekanan darah dapat turun, pengurangan konsumsi garam
dapat mengurangi stimulasi sistem renin angiotensin yang dapat berpotensi
sebagai anti hipertensi.
2) Menurunan berat badan. Obesitas merupakan faktor predisposisi penting
terjadinya hipertensi. Penurunan berat badan sebesar 5 kg pada penderita
hipertesi dengan obesitas (kelebihan berat badan >10%) dapat menurunkan
tekanan darah.
3) Olahraga, Olahraga yang dimaksut disini yaitu olahraga yang teratur yang
dapat dilakukan tiga sampai dengan empat kali di setiap minggunya.

13
Beberapa manfaat yang dapat diambil yaitu kadar HDL dapat meningkat
sehingga menggurangi terbentuknya arterosklerosis akibat dari hipertensi.
4) Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat, Misalnya berhenti merokok
dan tidak mengkonsumsi alkohol. Efek dari rokok sendiri tidak baik untuk
tubuh. Berhenti merokok merupakan perubahan gaya hidup yang paling
kuat untuk mencegah penyakit kardiovaskuler dan nonkardiovaskuler pada
penderita hipertensi.
b. Penatalaksanaan farmakologis
Dikatakan farmakologis karena berhubungan dengan obat-obatan yang disebut
obat antihipertensi. Dan dibagi dalam lima kategori obat (Muttaqin, 2009).
Yang pertama adalah Diuretik, Hidroklorotiazid digunakan pada pasien
hipertensi yang masih dalam tahap ringan atau termasuk baru. Kedua yaitu
Simpatolitik, yaitu penghambat adrenergik alfa dan sebagai penghambat
neuron adrenergik. Ketiga yaitu Vasodilator arteriol yang bekerja langsung,
bekerja dalam merelaksasikan otot-otot polos pembuluh darah terutama arteri
sehingga dapat menyebabkan vasodilatasi yang dapat menurunkan tekanan
darah. Keempat yaitu ACE inhibitor dan yang terakhir adalah penghambt
adrenergik alfa, dengan cara memblok reseptor adrenergik alfa.

14
Kerusakan vaskuler B.
Perubahan Penyumbatan
Faktor resiko (Umur, Hipertensi
jenis kelamin, dll) pembuluh darah C.
struktur pembuluh darah

Gangguan Vasokonstriksi
sirkulasi pembuluh darah

Otak Ginjal Pembuluh Darah Retina

Resistensi Suplai O2 otak Vasokonstriksi Sistemik Koroner Spasme


pembuluh darah pembuluh darah arteriole
otak meningkat ginjal
Sinkop Vasokonstriks Iskemi
i Miokard Diplopia
Nyeri Akut Aliran darah
menurun Afterload
Nyeri dada
Gangguan pola meningkat
Retina Injuri
tidur
Respon RAA
Gangguan Perfusi Penurunan Fatique
Jaringan curah
Rangsang
jantung
aldosteron

Intoleransi
Aktivitas
Retensi Na

15 Kelebihan
Edema
volume cairan
C. Konsep Asuhan Keperawatan

C.1 Pengkajian
a) Identitas : Nama, usia (hipertensi cenderung meningkat pada usia >65 tahun).
jenis kelamin, status, agama, alamat, tanggal MRS, diagnosa masuk.
Pendidikan dan pekerjaan.
b) Keluhan Utama: Keluhan utama pada hipertensi pada umumnya adalah sakit
kepala, tersa berat, terutama saat bangun tidur, di daerah oksipital separuh
(migrain), pusing, cepat lelah, penglihatan kabur, nyeri dada, nafas sesak,
berkeringat lebih, penurunan BB, tremor, cemas, mual-muntah, telinga
berdenging.
c) Riwayat kesehatan sekarang: Pengkajian pada pasien dari masuk sampai
dengan mendapat pertolongan oleh tenaga medis. Riwayat kesehatan
sekarang berupa proses terjadinya gejala khas dari penyebab terjadinya
hipertensi serta upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk
mengatasinya
d) Riwayat kesehatan dahulu: Adanya riwayat penyakit hipertensi atau
penyakit– penyakit lain yang ada kaitannya dengan kardiovaskular. Adanya
riwayat penyakit jantung, obesitas.
e) Riwayat kesehatan keluarga: Kaji adanya riwayat keluarga yang terkena
hipertensi, hal ini berhubungan dengan proses genetic.

1. Pemeriksaan fisik
a) Status kesehatan umum: Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara,
tinggi badan, berat badan dan tanda – tanda vital. Biasanya pasien dengan
hipertensi memiliki tekanan darah yang tinggi seperti yang telah
diklasifikasikan berdasarkan teori
b) Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum: Meliputi kondisi klien yang terkaji oleh perawat seperti
tiungkat ketegangan, kelemahan, kecenasan, dan tingkat kesadaran.
b. Tanda – Tanda Vital
- Tekanan darah: mengalami penigkatan, nadi meningkat.

16
- Nadi: perbedaan denyut nadi, atau tidak ada denyut nadi pada area
tertentu seperti: arteri popiteal, posterior tibia, tachicardi, disritmia.
RR: takipnea
Temperatur ; umumnya normal ( 36,70C – 37,30C )
c. Pemeriksaan Kepala – Leher
d. Wajah : pucat, cianosis pada mukosa mulut dan bibir, grimace, tanda
ketegangan atau tanda kelelahan
e. Hidung : pernapasan cuping hidung, sianosis, epistaksis
f. Mata : konjungtiva pucat, gangguan visus, ptechie, perdarahan, pupil
edema
g. Leher : distensi vena jugularis jika terkena CHF, arteri karotis, denyut nadi
kecil jika tejadi arteri sklerosis, da / tidaknya pembesaran kelenjar thiroid,
kesimetrisan tachea
h. Pemeriksaan Thorak
- Inspeksi: Kesimetrisan dan bentuk thorak
Pernapasan : pola napas takipnea, ortopnea, tanda-tanda penggunaan otot
bantu pernapasan. Jika terjadi hipertrofi dan dilatasi ventrikel kanan tanpa
atau dengan gagal jantung kanan yang bisa m,engarah ke cor pulmonal.
- Palpasi: Tractile fremitus
Denyut apek : point maximum impuls (PMI) bergeser dan atau kuat angkat
- Perkusi: Kemungkinan terjadi cardiomegali
- Auskultasi
Terdengar suara napas tambahan ( ronchi / rales / wheezing ) jika terjadi
cor pulmonal sebagai akibat darai gagal jantung.
i. Pemeriksaan Abdomen
a. Inspeksi: Kaji bentuk, ketegangan dinding perut, gerakan dinding perut.
Adanya denyutan dari hipocardium kanan yang menunjukkan denyut
dan vena hepar akibat hipertensi dan decompensasi cordis kanan
b. Palpasi: Teraba massa di abdomen, acites, hepatomegali, splenomegali
jika CHF
c. Perkusi: shifting dulness menunjukkan adanya acites

17
d. Auskultasi: bising usus umumnya normal
j. Pemeriksaan Ekstrimitas Dan Integumen
a. Inspeksi: diaphoresis, warna kulit pucat kebiruan / sianosis pada kuku,
ujung jari, edema jika gagal jantung kanan.
b. Palpasi: Turgor kulit > dari 2 detik
Suhu ekstrimitas dingin, penurunan relek tendon
Mati rasa / kelumpuhan salah satu sisi badan jika hipertrofi ventrikel
GCS untuk menentukan tingkat kesadaran.

C.2 Diagnosa
1. Nyeri akut berhubungan dengan resistensi pembuluh darah otak meningkat
2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan retensi Na
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan fatique karena peningkatan
afterload
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan resistensi pembuluh darah otak
meningkat
5. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan suplai darah ke otak
menurun

18
C.3 Intervensi

NO DIAGNOSA NOC NIC RASIONAL


1. Penurunan curah Setelah dilakukan tindakan Cardiac Care 1. Melihat karakteristik nyeri yang
jantung keperawatan selama 2x24 jam 1. Evaluasi nyeri dada dialami klien, sehingga akan
berhubungan status kardiovaskular pasien (seperti,intensitas, lokasi, mempengaruhi tindakan keperawatan
dengan peningkatan dalam rentang normal dengan radiasi, durasi dan presipitasi dan diagnose yang akan ditegakkan
afterload kriteria hasil: dan faktor yang memberatkan 2. Dokumentasi ditujukan sebagai bukti
Cardiac Pump Effectiveness 2. Catat tanda dan gejala yang tertulis dalam tindakan keperawatan
1. Tekanan darah sistolik tidak mengarah pada penurunan tentang kondisi dan tindakan yang
ada gangguan kardiak output telah diberikan kepada klien
2. Tekanan darah diastolik dalam 3. Monitor status respirasi untuk 3. Penurunan kardiak output akan sangat
rentang normal gejala gagal jantung berpengaruh terhadap sistemik tubuh,
3. Tidak ada bunyi jantung 4. Intruksikan kepada pasien mencatat berguna dalam memberikan
abnormal tentang pentingnya pengarahan dalam melakukan tindakan
4. Tidak ada Sianosis menginformasikan jika keperawatan
Circulation Status terdapat ketidaknyamanan 4. Status respirasi yang buruk bisa saja
1. Tekanan nadi dalam rentang pada dada disebabkan oleh edema paru dan erat
normal 5. Kaji toleransi pasien terhadap kaitannya dengan terjadinya gagal
2. Saturasi oksigen tidak aktivitas dan perubahan:nafas jantung
terganggu pendek,nyeri, palpitasi,pusing 5. Perawat atau tenaga medis bisa
6. Auskultasi bunyi nafas: bunyi memberikan penanganan dan
tambahan dan bunyi jantung pengobatan yang tepat
7. Berikan oksigen tambahan 6. Untuk melihat keterbatasan klien yang
dengan kanula nasal/masker diakibatkan penyakit yang diderita
danobat sesuai indikasi klien dan dapat ditegakkan grade dari
(kolaborasi) suatu gangguan klien
7. S4 umum terdengar pada pasien

19
hipertensi berat karena adanya
hipertrofi atrium.
8. Adanya krakel, mengi dapat
mengindikasikan kongesti paru
sekunder terhadap terjadinya atau
gagal jantung kronis
9. Meningkatkan sediaan oksigen untuk
kebutuhan miokard untuk melawan
efek hipoksia/iskemia. Banyak obat
dapat digunakan untuk meningkatkan
volume sekuncup, memperbaiki
kontraktilitas dan menurunkan
kongesti
2. Nyeri akut Setelah diberikan asuhan Pain Management Pain Management
berhubungan keperawatan asuhan keperawatan 1. Kaji secara komprehensip 1. Untuk mengetahui tingkat nyeri pasien
dengan resistensi selama 3 x 2 jam, nyeri yang terhadap nyeri termasuk 2. Untuk mengetahui tingkat
pembuluh darah dirasakan klien berkurang dengan lokasi, karakteristik, durasi, ketidaknyamanan dirasakan oleh
otak meningkat kriteria hasil : frekuensi, kualitas, intensitas pasien
Pain Control nyeri dan faktor presipitasi 3. Untuk mengalihkan perhatian pasien
1. Klien melaporkan nyeri 2. Observasi reaksi dari rasa nyeri
berkurang ketidaknyaman secara 4. Untuk mengetahui apakah nyeri yang
2. Klien dapat mengenal nonverbal dirasakan klien berpengaruh terhadap
lamanya (onset) nyeri 3. Gunakan strategi komunikasi yang lainnya
3. Klien dapat menggambarkan terapeutik untuk 5. Pemberian “health education” dapat
faktor penyebab mengungkapkan pengalaman mengurangi tingkat kecemasan dan
4. Klien dapat menggunakan nyeri dan penerimaan klien membantu klien dalam membentuk
teknik non farmakologis terhadap respon nyeri mekanisme koping terhadap rasa nyer
5. Klien menggunakan analgesic 4. Tentukan pengaruh 6. Untuk mengurangi tingkat

20
sesuai instruksi pengalaman nyeri terhadap ketidaknyamanan yang dirasakan
Pain Level kualitas hidup( napsu makan, klien.
1. Klien melaporkan nyeri tidur, aktivitas,mood, 7. Agar klien mampu menggunakan
berkurang hubungan sosial) teknik nonfarmakologi dalam
2. Klien tidak tampak mengeluh 5. Berikan informasi tentang memanagement nyeri yang dirasakan.
dan menangis nyeri termasuk penyebab 8. Pemberian analgetik dapat mengurangi
3. Ekspresi wajah klien tidak nyeri, berapa lama nyeri akan rasa nyeri pasien
menunjukkan nyeri hilang, antisipasi terhadap
4. Klien tidak gelisah ketidaknyamanan dari
prosedur
6. Control lingkungan yang
dapat mempengaruhi respon
ketidaknyamanan klien( suhu
ruangan, cahaya dan suara)
7. Ajarkan cara penggunaan
terapi non farmakologi
(distraksi, guide
imagery,relaksasi)
8. Kolaborasi pemberian
analgesic
3. Kelebihan volume Setelah diberikan asuhan Fluid/Electrolyte Management Fluid/Electrolyte Management
cairan berhubungan keperawatan selama 3×24 jam 1. Memonitor level abnormal 1. Indikasi adanya kelainan metabolisme
dengan retensi Na diharapkan kelebihan volume elektrolit serum. cairan dan elektrolit.
cairan dapat berkurang dengan 2. Mendapatkan spesiemen 2. Indikator adanya peningkatan atau
kriteria hasil: pemeriksaan laboratorium penurunan kadar serum elektrolit
Cardiopulmonary Status untuk memantau perubahan 3. Indikator adanya perubahan
1. Saturasi oksigen dalam elektrolit. keseimbangan cairan
rentang yang diharapkan (90- 3. Memonitor hasil pemeriksaan 4. Indikator adanya perubahan

21
100%) Laboratorium yang berkaitan keseimbangan cairan
2. RR dalam batas yang dengan keseimbangan cairan. 5. Retensi cairan berefek terjadinya
diharapkan (20-30x/mnt) 4. Memonitor hasil pemeriksaan edema
3. Tidak terjadi dispnea saat laboratorium yang berkaitan 6. Tanda vital berperan pada
beristirahat dengan retensi cairan. perkembangan kondisi pasien
4. Kelelahan berkurang. 5. Monitor tanda dan gejala 7. Indikator efek terapeutik dan efek
Kidney Function retensi cairan dan samping terkait terapi
1. Serum kreatinin kembali ke ketidakseimbangan elektrolit Medication Management
rentang yang diharapkan (0.7 6. Monitor tanda Vital, jika 1. Pengobatan sesuai indikasi akan
– 7.2 mg/dL) diperlukan. meningkatkan kondisi pasien
2. Nilai BUN kembali ke rentang 7. Monitor respon pasien dalam 2. Standar prosedur akan meningkatkan
yang diharapkan (8.00-50.00 pemberian medikasi terkait pasien safety dan efek terapeutik terapi
mg/dl) elektrolit. 3. Obat memiliki kandungan kimia yang
Medication Management beresiko terjadinya alergi.
1. Berikan medikasi sesuai 4. Pasien dengan tingkat ketergantungan
indikasi pasien. tinggi memerlukan bantuan ADL
2. Berikan medikasi sesuai 5. Diuretik berfungsi dalam menurunkan
dengan standar prosedur yang penumpukan cairan sehingga
berlaku (metode 6 Benar). mengurangi edema
3. Monitor adanya kemungkinan 6. Antihipertensi menurunkan tekanan
terjadi alergi atau arteri renalis dan juga menurunkan
kontraindikasi terkait therapy. beban kerja ginjal dalam proses filtrasi
4. Bantu pasien untuk meminum
obatnya.
5. Berikan obat diuretic sesuai
indikasi.
6. Berikan obat antihipertensi
sesuai indikasi

22
4. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan intervensi Activity Therapy Activity Therapy
berhubungan selama 3x24 jam diharapkan 1. Bantu klien memilih aktivitas 1. Aktivitas yang teralau berat dan tidak
dengan fatique kondisi klien stabil saat aktivitas yang sesuai dengan kondisi sesuai dengan kondisi klian dapat
karena peningkatan dengan Kriteria Hasil: 2. Bantu klien untuk melakukan memperburuk toleransi terhadap
afterload Activity Tolerance aktivitas/latihan fisik secara latihan.
1. Saturasi O2 saat aktivitas teratur 2. Melatih kekuatan dan irama jantung
dalam batas normal (95- 3. Monitor status emosional, selama aktivitas.
100%) fisik dan social serta spiritual 3. Mengetahui setiap perkembangan yang
2. Nadi saat aktivitas dalam klien terhadap muncul segera setelah terapi aktivitas.
batas normal (60-100x/mnt) latihan/aktivitas. 4. Pemberian obat antihipertensi
3. RR saat aktivitas dalam batas 4. Kolaborasi pemberian obat digunakan untuk mengembalikan TD
normal (12-20x/mnt) antihipertensi, obat-obatan klien dbn, obat digitalis untuk
4. Tekanan darah systole saat digitalis, diuretik dan mengkoreksi kegagalan kontraksi
aktivitas dalam batas normal vasodilator jantung pada gambaran EKG, diuretic
(100-120mmHg) Energy Management dan vasodilator digunakan untuk
5. Tekanan darah diastole saat 5. Tentukan pembatasan mengeluarkan kelebihan cairan.
aktivitas dalam batas normal aktivitas fisik pada klien Energy Management
(60-80mmHg) 6. Tentukan penyebab kelelahan 1. Mencegah penggunaan energy yang
Fatigue Level (perawatan, nyeri, obat) berlebihan karena dapat menimbulkan
1. Tidak nampak kelelahan 7. Monitor intake nutrisi yang kelelahan.
2. Tidak nampak lesu adekuat sebagai sumber
2. Mengetahui etiologi kelelahan, apakah
3. Tidak ada penurunan nafsu energy.
mungkin efek samping obat atau tidak
makan 8. Anjurkan klien dan keluarga
3. Mengetahui sumber asupan energi
4. Kualitas tidur dan istirahat untuk mengenali tanda dan
dalam batas normal gejala kelelahan saat klien.
aktivitas. 4. Menyamakan persepsi perawat-klien
mengenai tanda-tanda kelelahan dan
menentukan kapan aktivitas klien

23
dihentikan.

5. Gangguan pola Setelah dilakukan intervensi Peningkatan Tidur Peningkatan Tidur


tidur berhubungan selama 3x24 jam diharapkan 1. Kaji pola tidur dan aktivitas 1. Pengkajian pola tidur dan aktivitas
dengan nyeri akut kondisi klien stabil saat aktivitas klien. klien penting agar perawat mengetahui
dengan Kriteria Hasil: 2. Jelaskan pentingnya tidur
kebiasaan tidur klien.
1. Memiliki jam tidur yang yang cukup selama klien
teratur sakit. 2. Pemberian informasi yang tepat dapat
2. Memiliki pola tidur yang 3. Monitor/catat waktu dan pola memotivasi klien agar berusaha
teratur tidur klien. memperbaiki kualitas tidurnya.
3. Mengalami tidur yang 4. Atur lingkungan (misalnya 3. Memonitor waktu dan pola tidur klien
berkualitas pencahayaan, suara berisik, dapat membantu perawat mengetahui
4. Merasa segar kembali setelah suhu, kasur, dan tempat tidur) apakah klien mengalami gangguan
tidur untuk mempermudahkan
tidur atau tidak.
5. Bangun pada waktu yang klien tidur.
tepat 5. Minta klien untuk 4. Lingkungan yang nyaman membantu
menghindari makanan atau tubuh menjadi lebih relaks sehingga
minuman yang dapat dapat mempermudah tidur.
mempengaruhi tidur. 5. Beberapa jenis makanan dan minuman
6. Berikan lingkungan yang bisa membuat klein sulit tidur sehingga
nyaman dengan melakukan harus dihindari dikonsumsi sebelum
pijatan, posisi yang tepat dan
tidur.
sentuhan afektif.
7. Berikan obat yang dapat 6. Pijatan, posisi yang tepat dan sentuhan
membantu klien tidur. afektif dapat membantu klien lebih
relaks sehingga membantu klien untuk
tidur.

24
C4. Evaluasi

Evaluasi keperawatan dilakukan secara sistematis dan peiodik setelah


pasien diberikan intervensi dengan berdasarkan pengkajian, diagnosa
keperawatanm intervensi keperawatan, dan implementasi keperawatan. Evaluasi
keperawatan ditulis dengan format SOAP.

a. S (subjektif) Respon dari pasien setelah dilakukan tindakan


b. O (Objektif) Data pasien yang diperoleh oleh perawat setelah melakukan
tindakan
c. A (Analisis) Masalah keperawatan apakah yang sudah teratasi
d. P (Planning) Rencana intervensi dihentikan, dilanjutkan atau ditambah

C5.Discharge Planning
1. Anjurkan klien untuk berhenti merokok
2. Periksa tekanan darah secara teratur
3. Anjurkan klien untuk mertahankan gaya hidup sehat
4. Belajar untuk rileks dan mengendalikan stress
5. Batasi konsumsi alkohol
6. Jika sudah menggunakan obat hipertensi maka teruskan penggunaannya secara
rutin
7. Diet garam serta pengendalian berat badan

25
DAFTAR PUSTAKA

Adedapo, A. D. A., Akunne, O. O., dan Adedokun, B. O. 2015. Comparative


assessment of determinants of health-related quality of life in hypertensive
patients and normal population in south-west nigeria. Int. Journal of Clinical
Pharmacology and Therapeutics. 53(03):265–271.

Aspiani, R. Y. 2014, Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan


Kardiovaskular Aplikasi NIC & NOC. Jakarta: ECG
Baradero, Mary., M. W. Dayrit, dan Y. Siswadi. 2008. Seri Asuhan Keperawatan
Klien Gangguan Kardiovaskular. Jakarta: EGC.
https://books.google.co.id/books?
id=24eS6P2ttioC&pg=PA49&dq=Hipertensi+adalah&hl=id&sa=X&ved=0
ahUKEwiwsPG4wOLWAhWJmZQKHakiDX8Q6AEIKjAA#v=onepage&q
=Hipertensi%20adalah&f=false

Bulechek, et al. 2015. Nursing Interventions Classification (NIC), Edisi Kelima


Bahasa Indonesia. Oxford: Elsevier.

Bulechek, et al. 2015. Nursing Outcomes Classification (NOC), Edisi Kelima


Bahasa Indonesia. Oxford: Elsevier.

Dalimartha, S., Purnama, B. T., Sutarina, N., Mahendra., dan Darmawa. 2008.
Care your self, hipertensi. Jakarta: Penebar Plus+
Hardman, T. H. and Kamitsuru, S. (2018) NANDA Internasional Inc. Diagnosis
Keperawatan; Definisi dan Klasifikasi 2015-2017. 11th edn. Jakarta: EGC.
Hariyanto, A., dan Sulistyowati, R. 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
I. Jogjakarta: Ar-ruzz media.
Heriziana. 2017. Basuki rahmat palembang the risk factors incidence of
hypertension in puskesmas basuki rahmat palembang menurut data organisasi
kesehatan dunia. Jurnal Kesmas Jambi (JKMJ). 1. no.1:31–39.

Hawks J., dan Joyce, M. 2014. Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis
untuk Hasil yang Diharapkan, Edisi 8-Buku 2. Singapura: Elsevier.

Hazwan, A., dan Pinatih, G. N. P. 2017. Gambaran karakteristik penderita


hipertensi dan tingkat kepatuhan minum obat di wilayah kerja puskesmas
Kintamani I. Directory of open acces journal. Volume 8, Number 2: 130-134.

26
Kementrian kesehatan Republik Indonesia. 2012. Buletin Jendela Data &
Informasi Kesehatan; Penyakit Tidak Menular-Semester II. Jakarta.
Kementrian kesehatan Republik Indonesia. 2017. Sebagian besar penderita
hipertensi tidak menyadarinya. 20–21.
Kementerian Kesehatan RI. 2018. Infodatin Hipertensi. Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan RI. 12.
Kowalski, R. E. 2010. Terapi hipertensi: Program 8 minggu menurunkan tekanan
darah tinggi dan mengurangi risiko serangan jantung dan stroke secara alami.
Bandung: Qanita. [serial online]. https://books.google.co.id/books?
id=7d0Ex0LAIc4C&pg=PA45&dq=tekanan+darah+sistolik+berasal&hl=id&
sa=X&ved=0ahUKEwiOqfeHw__gAhUDQH0KHeNPDM0Q6AEIODAD#v
=onepage&q=tekanan%20darah%20sistolik%20berasal&f=false.
Muttaqin, Arif. 2009. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Kardiovaskular. Jakarta : Salemba Medika.

Rakhmawati, Sari., S. Chasani dan Santoso. 2013. Hubungan antara Derajat


Hipertensi pada Pasien Usia Lanjut dengan Komplikasi Organ Target di
RSUP Dokter Kariadi Semarang Periode 2008–
2012.http://eprints.undip.ac.id/44168/3/Sari_R_G2A009015_Bab2.pdf
Tambayong, J. 2000. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC
Tarwoto et al. 2009. Anatomi dan Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan.
Cetakan pertama. Trans Info Media : Jakarta

27

Anda mungkin juga menyukai