Anda di halaman 1dari 3

Pengembangan Pemeriksaan Japanese Encephalitis (JE) di Kabupaten Kuburaya

Kalimantan Barat.

a) Hasil
(1) Laboratorium BBTKLPP Jakarta telah mampu dan siap menerima
sampel pemeriksaan virus JE dengan metode PCR dan pemeriksaan
antibody JE dengan metode ELISA (IgM dan IgG) dari sampel
biomarker (manusia dan hewan) serta vektor (larva dan nyamuk).
(2) Hasil implementasi (spot survei) telah dilakukan di Kabupaten Kubu
Raya dan Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat, dengan
melakukan pengambilan sampel darah manusia, darah dan swab
hidung hewan peliharaan (reservoar), dan sampel vektor (larva dan
nyamuk), dengan hasil pemeriksaan menunjukkan :
- Semua sampel yang terperiksa tidak terdeteksi adanya RNA virus
JE di Kabupaten Kubu Raya dan Kota Pontianak, kecuali pada
sampel darah ayam (100%) terdeteksi RNA virus JE (PCR) di
Perumahan Griya Pesona 3 Kota Pontianak.
- Semua sampel Serum human yang terperiksa tidak terdeteksi
adanya Antibody IgM JE di Kabupaten Kubu Raya dan Kota
Pontianak,
- Semua sampel Serum human (6 spl) dari Kota Pontianak yang
terperiksa tidak terdeteksi adanya Antibody IgG JE, tetapi 100%
equivocal. Sedangkan serum human (29 spl) di Kabupaten Kubu
Raya terdeteksi Antibody IgG JE dan equivocal masing-masing
31,03%.
(3) Secara umum responden/masyarakat belum mengetahui adanya
kasus JE dan pengetahuan tentang penyakit JE, faktor risiko dan
tindakan pencegahan yang dilakukan di masyarakat.
(4) Secara umum Petugas Dinas Kesehatan Kabupaten Kubu Raya,
Puskesmas Air Putih dan Perangkat desa belum mengetahui adanya
kasus JE tahun 2015 di wilayahnya.
(5) Telah dilakukan desinfo hasil implementasi kegiatan pengembangan
pemeriksaan JE di Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat
b) Rekomendasi
(1) BBTKLPP Jakarta melanjutkan pengembangan kemampuan
pemeriksaan/uji presipitin pada virus japanese encephalitis.
(2) Dinkes Propinsi bersama Kesmavet agar lebih intensif melakukakan
sosialisasi pedoman pengendalian Japanese Encephalitis di seluruh
Kabupaten/Kota di wilayah Propinsi Kalimantan Barat.
(3) Dinkes Propinsi secepatnya menginformasikan adanya kasus JE di
Kabupaten/Kota setempat, agar dinas setempat dapat melakukan
intervensi di lokasi kasus guna mencegah timbulnya kasus baru.
(4) Puskesmas, perangkat desa dan masyarakat setempat melakukan
pengendalian vektor di wilayah kerjanya melalui :
- Pengendalian sarang nyamuk (PSN), khususnya nyamuk culex
dengan melakukan pengelolaan breeding places, seperti
pengaturan aliran saluran air/got agar tidak menggenang, bila perlu
dilakukan pengeringan saluran air. PSN ini tidak hanya dilakukan
di permukiman, tetapi juga di tempat-tempat pemeliharaan ternak
sebagai reservoir JE.
- Melakukan pengasapan (fogging) jika ditemukan kasus. Kegiatan
ini dilakukan di permukiman kasus dan di lingkungan peternakan.
Yang penting bahwa insekstisida yang digunakan harus diketahui
efektifitas insektisida dan kerentanan terhadap status nyamuk.
Penggunaan bahan kimia merupakan alternatif terakhir.

Pengambilan sampel darah di Sekolah

Pengambilan sampel di Perumahan Griya Pesona 3


Pemeriksaan di laboratorium BBTKLPP Jakarta

Anda mungkin juga menyukai